Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN PADA TN.

I DENGAN DIAGNOSA MEDIS TORSIO


TESTIS
DI RUANG WIJAYA KUSUMA
BAWAH RSUD KARDINAH TEGAL

Disusun untuk memenuhi tugas PKK Keperawatan Dasar

Disusun oleh :
RAFLI DWI HERNANDO
P1337421020023

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN TEGAL
2022
A. Pengertian

Torsio testis adalah keadaan terpuntirnya funikulus spermatikus sehingga mengakibatkan


terhentinya aliran darah yang mendarahi testis. Nyeri sesisi pada skrotum dengan onset yang
tiba tiba biasanya merupakan gejala yang mengindikasikan torsio testis karena diperkirakan
sekitar setengah dari angka kejadian torsio testis diawali dengan nyeri testis. Torsi testis ini
merupakan kasus gawat darurat di bidang urologi dan membutuhkan diagnosis dan intervensi
yang cepat untuk menjaga kelangsungan hidup dari restis serta tindakan bedah yang segera.
Jika kondisi ini tidak ditangani dalam waktu singkat (4 sampai 6 jam setelah onset nyeri)
dapat menyebabkan infark dari testis, yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis.

Torsio testis bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada usia dewasa muda
(usia 10-30 tahun) dan lebih jarang pada neonates. Puncak insiden terjadi  pada usia 13-15
tahun. Peningkatan Peningkatan insiden insiden selama usia dewasa muda mungkin mungkin
disebabkan karena testis yang membesar sekitar 5 disebabkan karena testis yang membesar
sekitar 5-6 kali selama pubertas. Testis kiri lebih kali selama pubertas. Testis kiri lebih sering
mengalami torsi dibandingkan dengan testis kanan hal ini mungkin disebabkan oleh karena
secara normal spermatic cord kiri lebih panjang. panjang.

B. Etiologi

Penyebab dari keadaan torsio adalah tidak adekuatnya fiksasi dari testis dan epididymitis ke
skrotum atau dikenal dengan istilah bell clapper deformity. Bell clapper deformity adalah
satu-satunya kelainan anatomi yang menjadi faktor risiko kejadian torsio testis. Namun,
belum diketahui secara pasti apakah keadaan ini berkaitan dengan kelainan perkembangan
embrional dari skrotum, funikulus spermatikus, dan testis atau  berkaitan  berkaitan
mesorchium mesorchium yang panjang panjang atau kriptokismus kriptokismus testis.
Kontraksi otot kremaster yang berlebihan juga dapat menyebabkan testis dapat mengalami
torsio.

Keadaan yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan itu antara lain adalah  perubahan
suhu  perubahan suhu yang mendadak yang mendadak atau trauma atau trauma yang
mengenai yang mengenai skrotum.13 Selain skrotum.13 Selain berkaitan berkaitan dengan
kelainan anatomi, dalam beberapa penelitian terkini menyebutkan bahwa faktor keturunan
juga diperkirakan memiliki pengaruh sebesar 11.4% terhadap risiko terjadinya torsio testis.
Faktor hormonal INSL3 dan reseptor RXLF2 telah diduga menjadi gen  penyebab munculnya
munculnya keadaan keadaan torsio testis.

Keberadaan hormon dan reseptor reseptor ini menyebabkan atrofi testis yang berisiko tinggi
terjadinya torsio testis secara tiba-tiba yaitu perubahan suhu secara mendadak (saat
berenang), ketakutan, latihan yang  berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, trauma yang
mengenai skrotum.
C. Patofisiologi

Pada neonatus, testis biasanya belum menempati cavum skrotum, dimana nantinya akan
melekat kepada tunika vaginalis. Pergerakan dari testis ini dapat 11 menjadi faktor
predisposisi terjadinya torsi tipe extravaginal. Penggabungan yang inadekuat testis ke
dinding skrotum biasanya dapat didiagnosa pada hari ke 7-10 kelahiran. Sedangkan pada
kejadian torsio testis usia muda hingga dewasa dapat terjadi dikarenakan perlekatan yang
kurang kuat dari tunika vaginalis dengan otot dan fascia yang membungkus funikulus
spermatikus. Akibatnya, testis menjadi lebih leluasa untuk  berotasi di dalam  berotasi di
dalam tunika vaginalis, tunika vaginalis, sehingga disebut sehingga disebut juga torsi tipe
juga torsi tipe intravaginal. Kelainan intravaginal. Kelainan ini biasa disebut sebagai Bell
Clapper Deformity. 29,30,31 Derajat torsi dari torsio testis mempengaruhi tingkat keparahan
dari penyakit itu sendiri. Apabila testis terpuntir di antara 90º-180º biasanya belum terjadi
gangguan aliran darah ke testis.

Namun apabila testis telah terpuntir 360º atau lebih, maka akan meningkatkan risiko
terjadinya oklusi pembuluh darah baik vena maupun arteri.Terjadinya arteri.Terjadinya
oklusi pembuluh pembuluh darah pada torsio testis menimbulkan mekanisme ischemia-
reperfusion injury(I-R) dan mediasi dari reactive oxygen spesies (ROS) yang akan berlanjut
menjadi keadaan iskemi bahkan kematian jaringan testis.

D. Manifestasi klinik

Pasien biasanya mengeluh nyeri yang sangat hebat dengan onset tiba-tiba dan
pembengkakan  pembengkakan testis. Nyerinya bisa menyebar ke lipat paha dan perut bagian
bawah sehingga sering dikelirukan dengan appendicitis kecuali jika dilakukan pemeriksaan
fisik  pada genetalia secara teliti. Akut scrotum nyeri hebat di daerah scrotum, yang sifatnya
mendadak dan diikuti  pembekakan pada testis, Pyrexia sangat jarang ditemui ditemui
kecuali kalau kemunculannya lambat dan testis mengalami nekrosis, Nyeri disertai mual-
muntah, Pada bayi gejalanya tidak khas yaitu gelisah, rewel, atau tidak mau menyusu.

E. Pemerikasaan penunjang

1. Pemeriksaan sedimen urin, tidak menunjukkan adanya leukosit

2. Pemeriksaan darah, tidak menunjukkan tanda inflamasi

3. Stetoskop dopler, ultrasonografi Doppler dan sintitigrafi testis, bertujuan menilai alirah
darah ke testis, pada torsio testis tidak didapatkan adan dapatkan adanya aliran darah ke testis
ya aliran darah ke testis
F. Penatalaksanaan

1.  Non operatif

Pada beberapa kasus torsio testis, detorsi manual dari funikulus spermatikus dapat
mengembalikan aliran darah. Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya,
yaitu dengan jalan memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio
biasanya ke medial, maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral terlebih dahulu,
kemudian jika tidak ada perubahan, dicoba detorsi ke arah medial. Metode tersebut dikenal
dengan metode “open book” (untuk testis kanan), Karena gerakannya seperti membuka buku.
Bila berhasil, nyeri yang dirasakan dapat menghilang pada kebanyakan pasien. Detorsi
manual merupakan cara terbaik untuk memperpanjang waktu menunggu tindakan
pembedahan, tetapi tidak dapat menghindarkan dari prosedur pembedahan

Dalam pelaksanaannya, detorsi manual sulit dan jarang dilakukan. Di unit gawat darurat,
pada anak dengan scrotum yang bengkak dan nyeri, tindakan ini sulit dilakukan tanpa
anestesi. Selain itu, testis mungkin tidak sepenuhnya terdetorsi atau dapat kembali menjadi
torsio tak lama setelah pasien pulang dari RS. Sebagai tambahan, mengetahui ke arah mana
testis mengalami torsio adalah hampir tidak mungkin, yang menyebabkan tindakan detorsi
manual akan memperburuk derajat torsio.

2. Operatif

Torsio testis merupakan kasus emergensi, harus dilakukan segala upaya untuk mempercepat
proses pembedahan. Hasil pembedahan tergantung dari lamanya iskemia, oleh karena itu,
waktu sangat penting. Biasanya waktu terbuang untuk  pemeriksaan pencitraan,
laboratorium, atau prosedur diagnostik lain yang mengakibatkan testis tak dapat
dipertahankan.

Tujuan dilakukannya eksplorasi yaitu:

1. Untuk memastikan diagnosis torsio testis

2. Melakukan detorsi testis yang torsio

3. Memeriksa apakah testis masih viable

4. Membuang (jika testis sudah nonviable) atau memfiksasi jika testis masih viable
5. Memfiksasi testis kontralateral Perbedaan pendapat mengenai tindakan eksplorasi antara
lain disebabkan oleh kecilnya kemungkinan testis masih viable jika torsio sudah berlangsung
lama (>24-48  jam). Sebagian Sebagian ahli masih mempertahankan mempertahankan
pendapatnya pendapatnya untuk tetap melakukan melakukan eksplorasi dengan alasan
medikolegal, yaitu eksplorasi dibutuhkan untuk membuktikan diagnosis, untuk
menyelamatkan testis (jika masih mungkin), dan untuk melakukan orkidopeksi pada testis
kontralateral. Saat pembedahan, dilakukan juga tindakan preventif pada testis kontralateral.
Hal ini dilakukan karena testis kontralaeral memiliki kemungkinan torsio di lain waktu.

3. Komplikasi

Torsio testis akan berlanjut sebagai salah satu kegawatan darurat dalam bedang urologi.
Keterlambatan lebih dari 6-8 jam antara onset gejala yang timbul dan waktu  pembedahan
pembedahan atau detosi manual akan menurunkan menurunkan angka pertolongan
pertolongan terhadap terhadap testis hingga 55-85%. Putusnya suplai darah ke testis dalam
jangka waktu yang lama akan menyebabkan atrofi testis. Komplikasi lain yang sering muncul
dari torsio testis meliputi, infark testis, hilangnya testis, infeksi, infertilitas sekunder,
deformitas kosmetik.

Anda mungkin juga menyukai