SECARA BERLEBIHAN
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Kelas 2A
Jl. Dewi Sartika No.1, RT.001/RW.001, Debong Kulon, Kec. Tegal Sel., Kota Tegal, Jawa
Tengah 52133
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Mual dan Muntah Yang Dialami Oleh Ibu
Hamil Secara Berlebihan" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan menambah wawasan tentang gejala Kesehatan yang dialami oleh
ibu hamil bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anny selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan
Maternitas. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
Daftar Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
mengakibatkan gastritis. Peningkatan asam lambung akan memperparah mual muntah
pada ibu hamil.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
1. Faktor Endokrin
Faktor endokrin atau hormonal memiliki efek metabolik yang dapat
mengganggu metabolisme dan sistem pencernaan sehingga memperparah
keadaan mual muntah. 12 Studi prospektif tahun 1990 hingga 2005
meneliti hubungan antara Hormon Chorionic Gonadho tropin (HCG) dan
hiperemesis, merangkum hasil bahwa secara signifikan peningkatkan nilai
HCG ditemukan pada hyperemesis gravidarum. 6 HCG secara struktural
mirip dengan TSH. Sebelas dari 15 studi prospektif yang membandingkan
nilai T4 pasien hiperemesis dengan pasien hamil normal, ditemukan
peningkatan signifikan nilai T4 dalam wanita dengan hiperemesis, dan ini
juga kasus yang berkaitan dengan nilai-nilai TSH.
Hormon Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan muntah dengan
cara menghambat motilitas lambung dan gelombang kontraksi otot polos
lambung. Hormon lain seperti kortisol yang tinggi dan adanya ke parahan
keadaan stress atau gangguan psikologis menunjukan korelasi positif,
ketika stres muncul sumbu hipotalamus hipofisis adrenal akan memicu
reaksi psikologis seperti peningkatan kadar serum kortisol.
2. Factor Metabolik
Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat
mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan. Pada hiperemesis
gravidarum terjadi abnormalitas saraf simpatik dan gangguan sekresi
vasopressin sebagai respon terhadap perubahan volume intra vaskular. Hal
tersebut akan mempengaruhi peristaltik lambung sehingga menimbulkan
gangguan motilitas lambung.
3. Helycobacter Pylori
Bakteri gram negatif, dengan bentuk spiral melengkung dan berflagel yang
ditemukan hidup berkoloni pada lapisan mukosa lambung yang dapat
menyebabkan gangguan saluran pencernaan. Pada studi ilmiah ditemukan
sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum
menunjukkan hasil tes deteksigenom Helycobacter Pylori yang positif.
4. Imunologi
Hiperemesis gravidarum dikaitkan dengan aktivitas berlebihan saraf
simpatik dan peningkatan produksi Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF α)
5
peningkatan kadar adenosin sehingga aktivasi saraf simpatik dan produksi
sitokin yang berlebihan. Imuno globulin C3 dan C4 serta jumlah limfosit
secara signifikan lebih tinggi pada wanita dengan hiperemesis gravidarum.
Keseimbangan Th1 atau Th- 2 menurun pada wanita dengan hiperemesis
gravidarum menghasilkan peningkatan kekebalan humoral. Peningkatan
Deoxiribonucleic Acid (DNA) janin telah ditemukan dalam plasma ibu
dari wanita dengan hiperemesis gravidarum. Dengan demikian,
hiperemesis gravidarum dapat dimediasi oleh penyimpangan kekebalan
tubuh ibu pada kehamilan.
5. Stres Psikologis
Faktor psiko sosial sangat terlibat dalam etiologi hiperemesis gravidarum
dan tidak hanya mempengaruhi durasi lama periode mual dan muntah
tetapi juga keparahan gejala. 17 Beberapa kasus hiperemesis gravidarum
menunjukkan adanya kelainan psikiatri termasuk Sindrom Munchausen,
gangguan konversi, somatisasi dan depresi berat. Hal ini mungkin terjadi
dibawah situasi stres atau ambivalensi pada kehamilan, namun demikian
hiperemesis gravidarum dapat timbul tanpa disertai adanya kelainan
psikiatri. Mengabaikan aspek psikosomatis pada pasien hyperemesis
gravidarium akan mengobati kondisi gejala tanpa menghilangkan
penyebabnya
2.1.3 Patofisologi
Patofisiologi hiperemesis belum diketahui pasti, teori yang paling umum
digunakan karena adanya pengaruh berbagai hormon kehamilan. Namun dari
patofisiologi mual dan muntah kita dapat mengetahui penyebab timbulnya
muntah.
Muntah merupakan cara traktus gastrointestinal mengosongkan isinya, ketika
semua bagian atas gastrointestisinal teriritasi secara luas atau sangat
terstimulasi menyebabkan suatu rangsangan khusus yang kuat untuk muntah.
Sinyal sensorik mual dan muntah dikordinasikan di pusat muntah pada medula
batang otak oleh saraf averen vagal dan aferen simpatis.
Gerakan muntah atau vomitus dikendaikan oleh dua pusat medularis yang
berbeda seperti yang terlihat pada gambar 2.2 mengenai hubungan persarafan
pusat muntah yaitu :
6
1. Pusat vomitus di bagian dorsal retikulum lateralis.
2. Kemoreseptor Trigger Zone di daerah postrema dasar ventrikulus
keempat. Setiap orang memiliki ambang yang sangat berbeda terhadap
berbagai stimulus pada pusat vomitusnya. Pusat muntah mengontrol dan
mengintegrasi kerja emesis. Pusat muntah ini menerima rangsangan aferen
dari traktus gastrointestinal dan bagian lain dari tubuh, dari batang otak yang
lebih tinggi dan pusat korteks, terutama aparatus labirintin, dan dari zona
pencetus kemoreseptor.
1. Bernafas dalam.
2. Terangkatnya tulang hioid dan laring untuk mendorong sfingter
krikoesofagus terbuka.
3. Tertutupnya glotis.
4. Terangkatnya palatum mole untuk menutup nares posterior.
5. Berikutnya timbul kontraksi yang kuat dari otot abdomen yang dapat
menimbulkan tekan intragastrik yang meninggi. Akhirnya sfingter esofagus
mengalami relaksasi, sehingga memungkinkan pengeluaran isi lambung.
2.1.4 Penyebab HEG
Penyebab emesis gravidarum secara pasti belum dapat diketahui, tetapi
menurut Jimenez (1995) penyebab terjadinya mual di pagi hari adalah emosi,
perubahan hormon yang meningkatkan keasaman lambung dan rendahnya
gula. Menurut Guyton (1994) mual disebabkan oleh impuls iritasi yang datang
dari traktus gastrointestinal, impuls yang berasal dari otak bawah yang
berhubungan dengan morning sicknees atau impuls dan korteks serebri untuk
memulai muntah. Muntah sendiri disebabkan karena rangsangan yang kuat
sebagai akibat dari distensi yang berlebihan atau iritasi doudenum. Menurut
Farer (2001) penyebab pasti belum diketahui tetapi kemungkinan besar mual
muntah merupakan reaksi terhadap peningkatan kadar hormon yang
mendadak. Dugaan lain adalah peningkatan esterogen, HCl lambung dan
HCG (Human Chorionic Gonadotroopin).
Mekanisme mual dan muntah dikendalikan oleh dua area di SSP yaitu CTZ
(chemoreceptor Trigger Zone) dan di formasio retikularis. CTZ terletak
bilateral dasar ventrikel keempat Medulla Oblongata yang bertanggung jawab
terhadap keberadaan substan emetogenic misalnya toxin, ureum, hypoxia,
keton bodies dan segala sesuatu yang di respon sebagai benda asing yang
masuk dalam sistem aliran darah dan cerebrospinal fluid (CSF). Respon tubuh
terhadap emetogenic memberikan sinyal yang dikirim langsung melalui nervus
8
vagus (N X) kelambung sehingga timbul reaksi mual-muntah. Kasus lain yang
dapat merangsang CTZ misalnya iritasi dinding lambung karena bacteri atau
virus, menghirup atau menelan zat/obat-obat kimia, distensi lambung karena
kekenyangan, hambatan passage isi usus, timbunan gas, termasuk kondisi
psikis (Cemas, takut,). Sedang sinyal dinamika psikis akan dikirim ke formatio
reticularis dan selanjutanya ke nervus Vagus. CTZ dan formatio reticularis
mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi melalui pintasan neural.
Berdasar teori diatas HCG merupakan emetogenic yang paling memenuhi
sebagai penyebab emesis gravidarum karena terjadinya pada trimester I
kehamilan. Dalam hal ini HCG akan direspon secara individual sebagai self
antigen yang memberi sinyal kimia pada CTZ dengan reaksi mual – muntah.
Ini konsisten dengan masa plasentasi yaitu selama + 90 hari, setelah masa ini
chorion akan menjadi plasenta dan kadar HCG menurun mual muntahpun
mereda atau hilang. Mengenai dinamika psikis, ini merupakan masalah yang
sangat terbuka untuk diteliti, karena respon spsikis individu terhadap setiap
aspek perubahan kehidupan sangat variatif.
Namun, ada juga yang berpendapat kalu Penyebab hiperemesis gravidarum
belum diketahui secara pasti, namun kondisi ini sering kali dikaitkan dengan
tingginya kadar hormon human chorionic gonadotropin (HCG) dalam darah.
Hormon ini dihasilkan oleh ari-ari (plasenta) sejak trimester pertama
kehamilan dan kadarnya terus meningkat sepanjang masa kehamilan.
Ada beberapa kondisi yang membuat ibu hamil lebih berisiko mengalami
hiperemesis gravidarum, yaitu:
9
Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang terus
menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Pemeriksaan fisik pada
pasien hiperemesis gravidarum biasanya tidak memberikan tanda-tanda yang
khusus. Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran mukosa, turgor
kulit, nutrisi dan berat badan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai
dehidrasi, turgor kulit yang menurun, perubahan tekanan darah dan nadi.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain, pemeriksaan
darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit, ketonurin, tes fungsi hati, dan
urin alisa untuk menyingkirkan penyebab lain. Bila hyper thyroidism
dicurigai, dilakukan pemeriksaan T3 dan T4. Lakukan pemeriksaan ultra sono
grafi untuk menyingkirkan kehamilan mola. (Yasa, 2012).
Pemeriksaan laboratorium darah, urine, dan elektrolit untuk memastikan
pengidap benar-benar mengalami hiperemesis gravidarum dan bukan kondisi
lainnya. Pencitraan dengan USG, untuk melihat kondisi janin dalam
kandungan.
2.1.6 Gejala Hiperemesis Gravidarium
Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi
tiga tingkat berikut ini (Manuaba, dkk, 2009).
1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama.
a. Muntah berlangsung terus.
b. Makan berkurang.
c. Berat badan menurun.
d. Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah.
e. Nyeri di daerah epigastrum.
f. Tekanan darah turun dan nadi meningkat.
g. Lidah kering.
h. Mata tampak cekung.
2. Hyperemesis Gravidarium tingkat keuda
a. Penderita tampak lebih lemah.
b. Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, tugor kulit makin
kurang, lidah kering dan kotor.
c. Tekanan darah turun, nadi meningkat.
d. Berat badan makin menurun.
10
e. Mata ikterus.
f. Gejalah emo konsentrasi makin tampak; urine berkurang dan badan
aseton dalam urine meningkat.
g. Terjadinya gangguan buang air besar.
h. Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apati.
i. Napas berbau aseton.
3. Hyperemesis Gravidarium tingkat ketiga
a. Muntah berkurang.
b. Keadaan umum ibu hamil makin menurun; tekanan darah turun, nadi
meningkat, dan suhu naik; keadaan dehidrasi makin jelas.
c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.
d. Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma; komplikasi
susunan saraf pusat (ensefalopati Wernicke): nistagmus (perubahan
arah bola mata), diplopia (gambar tampak ganda), dan perubahan
mental
2.1.7 Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko penyakit hiperemesis gravidarum antara lain adalah
usia ibu, usia gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial ekonomi, kehamilan
ganda, kehamilan mola, kodisi psikologis ibu dan adanya infeksi H. Pilory .
Usia ibu merupakan faktor resiko dari hiperemesis gravidarum yang
berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil. Literatur menyebutkan
bahwa ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih
sering mengalami hiperemesis gravidarum. Usia gestasi atau usia kehamilan
juga merupakan faktor resiko hiperemesis gravidarum, hal tersebut
berhubungan dengan kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen dan
progesteron di dalam darah ibu. Kadar hormone korionik gonadotropin
merupakan salah satu etiologi yang dapat menyebabkan hiperemesis
gravidarum. Kadar hormon gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya
pada trimester pertama, tepatnya sekitar minggu ke 14-16. Oleh karena itu,
mual dan muntah lebih sering terjadi pada trimester pertama. Faktor resiko lain
adalah jumlah gravida. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis
ibu hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami
stress yang lebih besar dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat
11
menyebabkan hiperemesis gravidarum, ibu primi gravida juga belum mampu
beradaptasi terhadap perubahan korionik gonado tropin, hal tersebut
menyebabkan ibu yang baru pertama kali hamil lebih sering mengalami
hiperemesis gravidarum. Pekerjaan juga merupakan faktor resiko penyakit
hiperemesis gravidarum. Pekerjaan berhubungan dengan kondisi sosial
ekonomi yang juga mempengaruhi pola makan, aktifitas dan stres pada ibu
hamil. (Yasa, 2012).
Beberapa faktor risiko hiperemesis gravidarum, antara lain:
1. Hamil pada usia yang sangat muda.
2. Kehamilan pertama.
3. Kelebihan berat badan (obesitas).
4. Memiliki keluarga dekat (misalnya ibu, kakak, atau adik) yang pernah
mengidap hiperemesis gravidarum.
5. Mengidap mola hidatidosa (hamil anggur).
6. Mengandung anak perempuan atau anak kembar.
7. Pernah mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya.
2.1.8 Bahaya dan Penanganan
Tanda bahaya yang perlu diwaspadai antara lain penurunan berat badan,
kekurangan gizi atau perubahan status gizi, dehidrasi, ketidak seimbangn elektrolit,
ketosis. Selain itu mual muntah berlebihan yang terus menerus saat hamil akan
mengganggu keseimbangan gizi, cairan dan elektrolit tubuh serta penurunan berat
badan. Kehilangan lebih 5 % berat badan sebelum hamil akibat mual muntah dapat
dikategorikan sebagai hiperemesis. Ini dapat berakibat buruk terhadap janin karena
dapat terjadi keguguran, lahir meninggal, lahir lebih awal, BBLR, pertumbuhan
terbelakang, kelainan jari tangan serta cenderung memiliki kelainan dan pertumbuhan
yang sedikit terbelakang. Meskipun penurunan berat badan karena hiperemesis
gravidarum tidak selalu berakibat demikian tetapi perlu diwaspadai atau dihindari
agar hal itu tidak terjadi.
Menurut Jymenez (1995:32) untuk menangani dan mencegah mual muntah
pada ibu hamil dapat dengan cara:
8. Hindari stres emosi atau fisik yang tidak perlu karena rasa mual kadang
menjadi parah dengan adanya ketegangan fisik dan emosi.
9. Jangan terlalu cepat bangun dari tidur, sehingga tercapai adaptasi aliran
darah menuju susunan saraf pusat.
11. Ketika istirahat dengan berbaring kaki dan kepala sedikit dinaikkan.
14. Singkirkan pakaian yang kotor atau bau dan alat rumah tangga lain dari
dalam kamarm tidur.
16. Bila ibu suka mengulum permen pemberian pepermint seperti yang
terdapat pada permen pedas sesudah makan akan menimbulkan
relaksasi oesofagus bagian bawah dan memeberi sensasi lega.
14
4. Memperbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi, dan
mengonsumsi minuman yang mengandung jahe untuk meredakan mual
dan menghangatkan tubuh.
5. Mengonsumsi suplemen kehamilan untuk mencukupi kebutuhan
vitamin dan zat besi selama hamil.
6. Menggunakan aromaterapi untuk mengurangi mual di pagi hari.
15
Bab III
Kesimpulan
Saran
16