PENDAHULUAN
1
dengan vas deferens, membentuk spermatic cord. Testis tertinggal pada scrotum
distal oleh gubernaculum.4
Gambaran klinis yang sering dijumpai pada pasien torsio testis berupa nyeri
hebat di daerah skrotum yang sifatnya mendadak dan diikuti dengan
pembengkakan pada testis tetapi pada neonatus gejalanya tidak khas seperti
gelisah, rewel, atau tidak mau menyusu. Torsio testis dapat didiagnosis dengan
melakukan beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Tatalaksana seperti detorsi manual dan operasi dapat dlakukan setelah
diagnosis torsio testis ditegakkan.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisis
Terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya
gangguan aliran darah pada testis.5 Torsio testis adalah kegawatdaruratan
yang membutuhkan perhatian segera dan pengobatan. Kondisi seperti ini
jika tidak segera ditangani dengan cepat dalam waktu 4-6 jam dapat
menyebabkan infark dari testis yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi
testis.3
2.2 Anatomi
Testis normal dibungkus oleh tunika albuginea. Pada permukaan
anterior dan lateral, testis dan epididimis dikelilingi oleh tunika vaginalis
yang terdiri atas 2 lapis, yaitu lapisan viseral yang langsung menempel ke
testis dan di sebelah luarnya adalah lapisan parietalis yang menempel ke
muskulus dartos pada dinding skrotum.1
Testis merupakan sepasang struktur organ yang berbentuk oval
dengan ukuran 4x2,5x2,5cm dan berat kurang lebih 20 gram. Testis terletak
di dalam scrotum dengan aksis panjang pada sumbu vertikal dan biasanya
testis kiri terletak lebih rendah di banding kanan. Testis dibungkus oleh
tunika albuginea pada 2/3 anterior kecuali pada sisi dorsal di mana terdapat
epididimis dan pedikel vaskuler. Sedangkan epididimis merupakan organ
yang terletak di sekeliling bagian dorsal dari testis.5 Testis bagian dalam
terbagi atas lobulus yang terdiri dari tubulus seminiferus, sel-sel Sertoli, dan
sel-sel Leydig. Produksi sperma, atau spermatogenesis, terjadi pada tubulus
seminiferus. Sel-sel Leydig mensekresi testosteron. Epididimis, bagian
kepalanya berhubungan dengan duktus seminiferus, dan bagian ekornya
terus melanjut ke vas deferens. Vas deferens adalah duktus ekskretorius
testis yang membentang hingga ke duktus vesikula seminalis, kemudian
3
bergabung membentuk duktus ejakulatorius. Duktus ejakulatorius kemudian
bergabung dengan uretra.3
Torsio testis terjadi bila testis dapat bergerak dengan sangat bebas.
Pergerakan yang bebas tersebut di temukan pada keadaan-keadaan seperti:7
1. Mesorchium yang panjang
2. Kecenderungan testis untuk berada pada posisi horizontal
3. Epididimis yang terletak pada salah satu kutub testis.
Pada masa janin dan neonatus lapisan parietal yang menempel pada
muskulus dartos masih belum banyak jaringan penyanggahnya sehingga
testis, epididimis, dan tunika vaginalis mudah sekali bergerak dan
memungkinkan untuk terpluntir pada sumbu funikulus spermatikus.
Terpluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testis ekstravaginalis.1
Selain gerak yang sangat bebas, pergerakan berlebihan pada testis juga
dapat menyebabkan terjadinya torsio testis. Beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan pergerakan berlebihan itu antara lain: perubahan suhu yang
mendadak, ketakutan, latihan yang berlebihan, defekasi atau trauma yang
mengenai scrotum.3
Terjadinya torsio testis pada masa remaja banyak dikaitkan dengan
kelainan sistem penyanggah testis. Tunika vaginalis yang seharusnya
mengelilingi sebagian dari testis pada permukaan anterior dan lateral testis,
pada kelainan ini tunika mengelilingi seluruh permukaan testis sehingga
mencegah insersi epididimis ke dinding skrotum. Keadaan ini meyebabkan
testis dan epididimis dengan mudahnya bergerak di kantung tunika vaginalis
dan menggantung pada funikulus spermatikus. Kelainan ini dikenal sebagai
anomali bell-clapper. Keadaan ini akan memudahkan testis magalami torsio
intravaginal.1
4
Gambar 1. Anatomi Testis
2.3 Epidemiologi
Torsi testis adalah terpeluntirnya funikulus spermatikus dan isinya serta
merupakan keadaan darurat operasi, dengan insiden tahunan 3,8/100.000
laki-laki berusia kurang dari 18 tahun. Secara historis, insiden tahunan telah
mendekati 1 / 4.000. Hal ini menjelaskan bahwa sekitar 10-15% penyakit
5
skrotum akut pada anak-anak, dan menghasilkan tingkat orkidektomi 42%
pada anak laki-laki yang menjalani operasi untuk torsio testis.4
Distribusi usia torsi testis adalah bimodal, pada periode neonatal dan
sekitar pubertas. Pada neonatus, torsi ekstravaginal lebih dominasi, dengan
keseluruhan funikulus, termasuk prosesus vaginalis, yang terpeluntir. Torsi
ekstravaginal dapat terjadi secara antenatal atau pada periode pasca
kelahiran awal dan biasanya timbul sebagai pembengkakan skrotum tanpa
rasa sakit, dengan atau tanpa peradangan akut.4
2.4 Etiologi
Faktor predisposisi utama peyebab torsio testis adalah kegagalan dari
gubenakulun untuk menarik testis ke bawah masuk ke skrotum saat
perkembangan janin. Hal ini disebabkan karena kegagalan penutupan
processus vaginalis setelah testis turun ke skrotum.6
Torsio ekstravaginal terjadi pada janin atau neonatus, karena testis
dapat berputar dengan bebas berdasarkan fiksasi testikular melalui tunika
vaginalis di dalam skrotum. Pengembangan fiksasi testis melalui tunika
vaginalis di dalam skrotum.7
2.5 Patofisiologi
Secara fisiologis otot kremaster berfungsi menggerakkan testis
mendekati dan menjauhi rongga abdomen guna mempertahankan suhu ideal
untuk testis. Adanya kelainan sistem penyanggah testis menyebabkan testis
dapat mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan. Beberapa keadaan
yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan itu, antara lain perubahan
suhu yang mendadak, celana dalam yang terlalu ketat dan trauma yang
mengenai skrotum.5
Terdapat 2 jenis torsio testis berdasarkan patofisiologinya yaitu, (1)
torsio intravagina, terjadi di dalam tunika vaginalis dan disebabkan oleh
abnormalitas dari tunika pada spermatic cord di dalam scrotum. Torsio ini
lebih sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda; (2) torsio
6
ekstravagina, terjadi bila seluruh testis dan tunika terpeluntir pada aksis
vertikal sebagai akibat dari fiksasi yang tidak komplit atau non fiksasi dari
gubernakulum terhadap dinding scrotum, sehingga menyebabkan rotasi
yang bebas di dalam scrotum. Kelainan ini sering terjadi pada neonatus dan
pada kondisi undesensus testis.3
Torsio testis terjadi pada anak yang insersi tunika vaginalis tinggi di
funikulus spermatikus sehingga funikulus denga testis dapat terpuntir di
dalam tunika vaginalis. Akibat puntiran tangkai, terjadi gangguan
pendarahan testis mulai dari bendungan vena sampai iskemia yang
meyebabkan gangreng. Keadaan insersi tinggi tunika vaginalis di funikulus
biasanya digambarkan sebagai lonceng dengan bandul yang memutar dan
mengalami nekrosis dan gangreng.8
Kadang torsio dicetuskan oleh cedera olahraga. Biasanya nyeri testis
hebat timbul tiba-tiba yang sering disertai nyeri perut dalam serta mual dan
muntah. Nyeri perut selalu ada karena berdasarkan pendarahan dan
persarafannya, testis tetap merupakan organ perut. Pada permulaan testis
teraba agak bengkak dan nyeri tekan dan terletak agak tinggi di skrotum
dengam funikulus yang juga bengkak. Akhirnya, kulit skrotum tampak
udem dan menjadi merah sehingga menyulitkan palpasi, dan kelainan ini
sukar dibedakan dengan epididimitis akut.8
Terpeluntirnya funukulus spermatikus menyebabkan obtruksi aliran
darah testis sehingga testis mengalami hipoksia, edema testis, dan iskemik.
Pada akhirnya testis akan mengalami nekrosis.1
7
Gambar 1. Torsio testis
8
2.6 Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Keluhan berupa nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya
mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis. Keadaan ini dikenal
sebagai akut skrotum. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut
sebelah bawah, sehingga jika tidak diwaspadai sering dikacaukan dengan
apendisitis akut. Pada bayi gejalanya tidak khas yakni gelisah, rewel, atau
tidak mau menyusu.1
Pada pemeriksaan fisik, testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan
lebih horozontal daripada testis sisi kontralateral. Kadang-kadang pada
torsio testis yang baru saja terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau
penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak disertai
adanya demam.1
Pasien-pasien dengan torsio testis dapat mengalami gejala berupa: (1)
nyeri hebat yang mendadak pada salah satu testis, dengan atau tanpa faktor
predisposisi; (2) scrotum yang membengkak pada salah satu sisi; (3) mual
atau muntah; (4) sakit kepala ringan. Gejala yang jarang ditemukan pada
torsio testis adalah rasa panas dan terbakar pada saat miksi. Pada awal
proses, belum ditemukan pembengkakan pada scrotum. Testis yang infark
dapat menyebabkan perubahan pada scrotum. Scrotum akan sangat nyeri
kemerahan dan bengkak.3
9
testis tidak didapatkan adanya aliran darah ke testis sedangkan pada
peradangan akut testis, terjadi peningkatan aliran darah ke testis.1
2.8 Penatalaksanaan
1. Detorsi Manual
Detorsi manual adalah pengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu
dengan jalan memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio.
Karena arah torsio biasanya ke medial maka dianjurkan untuk memutar
testis ke arah lateral dahulu, kemudian jika tidak terjadi perubahan,
dicoba detorsi ke arah medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi
menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi behasil operasi
harus tetap dilaksanakan.1
2. Operasi
Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengbalikan posisi testis
pada arah yang benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian
viabilitas testis yang mengalami torsio, mungkin masih viabel atau sudah
mengalami nekrosis. Jika testis masih hidup, lakukan orkidopeksi (fiksasi
testis) pada tunika dartos kemudian disusul orkidopeksi pada testis
kontralateral.1
10
orkidopeksi pada testis kontralateral. Testis yang telah mengalami
nekrosis jika tetap dibiarkan berada di dalam skrotum akan merangsang
terbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan
fertilitas dikemudian hari.1
Torsio testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu
kegawatdaruratan dalam bidang urologi. Keterlambatan lebih dari 6-8
jam antara onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau detorsi
manual akan menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-
85%. Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan atrofi testis Atrofi dapat terjadi beberapa hari hingga
beberapa bulan setelah torsio dikoreksi. Insiden terjadinya atrofi testis
meningkat bila torsio telah terjadi 8 jam atau lebih.3
11
5. Edema skrotum yang dapat disebabkan oleh hipoproteinemia, filariasis,
adanya pembuntuan saluran limfe inguinal, kelainan jantung, atau
kelainan-kelainan yang tidak diketahui sebabnya (idiopatik).1
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang paling penting dari torsi testis adalah hilangnya
fungsi testis, yang dapat menyebabkan gangguan fertilitas. Penyebab umum
kehilangan fungsi testis adalah penundaan dalam penanganan medis (58
persen), diagnosis awal yang salah (29 persen), dan keterlambatan dalam
perawatan di rumah sakit rujukan (13 persen).9
2.11 Prognosis
Keberhasilan dalam penanganan torsio testis diukur dari seberapa
cepat tindakan penanganan yang dilakukan dalam mencegah terjadinya
atrofi testis. Sebuah publikasi terbaru menyatakan bahwa sekitar 32% kasus
pediatri menyebabkan orchiectomy. Usia muda memiliki hubungan yang
signifikan dalam keterlambatan penegakan diagnosis pada anak-anak.
Berikut hubungan waktu antara onset nyeri dan keparahan torsio testis serta
tingkat keberhasilan penanganan :7
1. <6 jam - 90-100%
2. 12-24 jam - 20-50%
3. > 24 jam - 0-10%
12
DAFTAR PUSTAKA
13