TUMOR GINJAL
Oleh :
Dhimas Praswanto
NIM : 150070200011138
Pembimbing :
dr. Besut Daryanto, Sp. B, Sp. U (K)
Keganasan ginjal yang tersering adalah Renal Cell Carcinoma (RCC) mencakup
sekitar 85% kasus. Jenis kanker sel transisional sekitar 12% dan jenis lainnya 2% (NCCN,
2011).
Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomor tiga terbanyak setelah tumor
prostat dan tumor kandung kemih. Semakin meluasnya penggunaan ultrasonografi abdomen
sebagai salah satu pemeriksaan screening (penyaring) di klinik-klinik rawat jalan,
makin banyak diketemukan kasus-kasus tumor ginjal yang masih dalam stadium awal
sehingga mengurangi angka mortalitas.
Karsinoma sel renal adalah jenis kanker ginjal yang banyak ditemukan pada orang
dewasa. Wilms tumor atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi pada anak-
anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang dewasa. Kira-kira 500 kasus
terdiagnosa tiap tahun di Amerika Serikat. 75% ditemukan pada anak-anak yang normal ;
25% nya terjadi dengan kelainan pertumbuhan pada anak (Cooper, 2005).
Insidensi Kanker ginjal sekitar 208.500 (2%) dari semua kasus keganasan di seluruh
dunia (NCCN, 2011). Di Amerika Serikat (AS) insidensi Kanker ginjal pada tahun 2006
sebesar 38.890 kasus, sebanyak 12.840 kasus meninggal karenanya (Lipworth et al, 2006).
Pada tahun 2010 diperkirakan 58.240 terdiagnosis penyakit ini dan 13.040 meninggal
karenanya (NCCN, 2011).
Kanker ginjal terjadi 2 kali lebih banyak pada pria dibanding wanita, usia rerata
adalah 60 tahun. Secara statistik insidensi Kanker ginjal meningkat di AS dan Eropa selama 3
dekade terakhir. Peningkatan insidensi ini terutama terjadi pada wanita dan ras kulit hitam.
Di Indonesia belum ada data lengkap mengenai Kanker ginjal, menurut Globocan
2008, insidensi Kanker ginjal di Indonesia mencapai 3/100.000 penduduk. Di RSCM dan
RSKD selama periode Januari 1995-Desember 2008 terdapat 81 kasus RCC, dengan median
usia 52 tahun dan rasio pria dibanding wanita 3.2:1 (Hamiseno, 2012).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1 Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masing-
masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan
terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan
adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11
(vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12.
Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari
krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari
batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan
ginjal kiri (Netter, 2006).
Ginjal terbungkus oleh 3 lapisan yaitu perirenal fat, renal fascia dan pararenal fat.
Batas ginjal kanan dibagian superior berupa glandula suprarenal, ¾ bagian anterior
merupakan bagian dari lobus dekstra hepar, bagian medialnya berupa duodenum pars
desenden, bagian inferolateral adalah fleksura kolon dekstra, dan bagian inferomedial adalah
intestinum tenue. Pada ginjal kiri, batas superior berupa glandula suprarenal, batas
anterolateral merupaka limpa, batas anteromedial adalah lambung, batas anterior adalah
korpus pankreas dan pembuluh darah splanika, batas inferolateral adalah fleksura kolik
sinistra dan batas inferomedial adalah jejenum (Putz, 2006).
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/ Malpighi
(yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle,
tubulus kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus ginjal
tersebut terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan menuju
glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal) Berdasarkan
letakya nefron dapat dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus
renalisnya terletak di korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian
lengkung Henle yang terbenam pada medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu nefron di
mana korpus renalisnya terletak di tepi medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh
ke dalam medula dan pembuluh-pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa
rekta (Scanlon, 2007).
Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta
abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah memasuki
ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang akan
memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-superior,
anterior-inferior, inferior serta posterior.
2.2 Fisiologi
2.2.1 Fisiologi GInjal
1. Proses Filtrasi
Di glomerulus terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian darah
selain protein. Darah yang tersaring ditampung oleh kapsula bowman yang
terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lain-lain.
Sedangkan protein seperti albumin, globulin, eritrosit dikembalikan menuju
sirkulasi. Filtrat darah tadi diteruskan ke tubulus ginjal (Scanlon, 2007).
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
(obligator reabsorbsi) di tubulus proksimal, sedangkan pada tubulus distal
terjadi penyerapan kembali sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh.
Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan
pada papila renalis (Scanlon, 2007).
3. Proses Sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papila
renalis yang selanjutnya diteruskan ke ureter dan vesika urinaria (Scanlon,
2007).
2.2 Definisi
Tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel jaringan ginjal.
Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sangat cepat dan mendesak sel-sel
disekitarnya.
Tumor Ginjal atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi pada anak-
anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang dewasa.Sebagian besar tumor
ginjal yang solid (padat) adalah kanker, sedangkan kista (ronggaberisi cairan) atau
tumor biasanya jinak. Seperti organ tubuh lainnya, ginjal kadang bisamengalami kanker. Pada
dewasa, jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukanadalah karsinoma sel ginjal
(adenokarsinoma renalis, hipernefroma), yang berasal darisel-sel yang melapisi tubulus
renalis (Jonasch et al, 2014).).
Karsinoma sel renal adalah jenis kanker ginjal yang banyak ditemukan pada orang
dewasa yang berasal dari sel tubulus kontortus proksimal sebagai adenokarsinoma. Wilms
tumor atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi pada anak-anak di bawah
umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang dewasa dimana secara definisi patologis
memiliki bentukan blastema, mesenkim, dan epitelium. Kira-kira 500 kasus terdiagnosa tiap
tahun di Amerika Serikat. 75% ditemukan pada anak-anak yang normal ; 25% nya terjadi
dengan kelainan pertumbuhan pada anak. Tumor ini responsive dalam terapinya, 90% pasien
bertahan hidup hingga 5 tahun (Guargana et al, 2010).
Gejala trias nyeri pinggang, gross hematuria dan teraba massa di abdomen jarang
ditemukan (6-10%). Sindroma paraneoplastik ditemukan pada sekitar 30% penderita RCC
(Renal Cell Carcinoma) simptomatik. Gejala paraneoplastik yang sering timbul adalah
hipertensi, penurunan berat badan, demam, neuro-miopati, amiloidosis, peningkatan laju
endap darah, anemia, gangguan fungsi hati, hiperkalsemia, polisitemia, dan lain-lain. Gejala
yang disebabkan metastasis berupa nyeri tulang atau batuk yang menetap (Ljungberg et al,
2015).
Pemeriksaan fisik memiliki peranan terbatas dalam mendiagnosis RCC, walaupun
demikian hal ini penting untuk evaluasi klinis. Penemuan massa abdomen yang dapat
terpalpasi, limfadenopati leher yang dapat terpalpasi, varikokel non reduksi khususnya
sebelah kanan dan edema kedua tungkai menunjukan adanya keterlibatan vena (Ljungberg et
al, 2015; IAUI, 2012).
Pada penderita dengan satu atau lebih temuan laboratorium atau klinis, kemungkinan adanya
RCC harus dicurigai
Penilaian paru cukup menggunakan foto toraks pada penderita risiko rendah, tetapi CT
toraks lebih baik. CT abdomen direkomendasikan untuk work-up penderita dengan RCC dan
merupakan pencitraan yang paling cocok untuk klasifikasi TNM sebelum terapi operatif
Pada penderita risiko tinggi untuk terjadinya metastasis tulang (peningkatan alkali fosfatase
atau nyeri tulang), pemeriksaan lebih lanjut menggunakan sidik tulang sebaiknya dilakukan
Direkomendasikan untuk memeriksa fungsi ginjal
Biopsi perkutan selalu diindikasikan sebelum terapi sistemik bila belum ada pemeriksaan
histopatologi sebelumnya
(Ljungberg et al, 2015).
Nefrektomi radikal adalah pengangkatan perifasial ginjal dan lemak perirenal. Diseksi
KGB bukan bersifat terapetik tetapi lebih bersifat prognostik. Diseksi KGB
direkomendasikan bila KGB teraba atau tampak membesar pada CT scan. Adrenalektomi
ipsilateral dikerjakan pada kasus tumor di kutub atas ginjal dan tampak tidak normal pada CT
scan, atau ditemukan adanya invasi secara makroskopik (Novick, et al, 2016).
Parsial nefrektomi (nephron-sparing surgery) diindikasikan pada T1, ginjal soliter,
gangguan fungsi ginjal kontralateral, RCC sinkronus bilateral dan sindroma VHL . Nefrektomi
sitoreduktif pada kasus metastasis memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penderita
yang hanya diberikan terapi sistemik. Pembedahan diikuti oleh terapi sistemik dikerjakan bila
keadaan umum penderita baik (skor Karnofsky >70) dan tidak ada metastasis otak (Novick,
et al, 2016).
Hanya terapi bedah yang merupakan pendekatan terapi yang kuratif pada pasien RCC. Pada
tumor T1, nephron-sparing surgery sebaiknya dilakukan jika memungkinkan.
Limfadenektomi yang diperluas tidak memperpanjang harapan hidup dan dibatasi
penggunaannya hanya untuk tujuan staging.
Adrenelektomi (bersamaan dengan nefrektomi) tidak diperlukan pada kebanyakan pasien,
kecuali jika ada tumor pada pole atas yang besar dan mungkin terjadi invasi langsung ke
kelenjar adrenal tidak dapat disingkirkan kelenjear adrenal berada dalam batas normal
Jika secara tehnik memungkinkan, nephron-sparing surgery adalah terapi standard untuk
tumor ginjal soliter sampai diameter 7cm
Batas bebas tumor yang minimal pada reseksi parsial RCC cukup untuk mencegah terjadinya
rekurensi lokal
Tedapat peningkatan risiko rekurensi intrarenal pada tumor ukuran lebih besar ( >7cm) yang
dilakukan nephron-sparing surgery, atau jika ada batas bebas tumor yang positif. Follow-up
sebaiknya diintensifkan pada pasien ini
(IAUI, 2012).
Indikasi terapi sistemik adalah penderita relaps setelah terapi nefrektomi radikal,
stadium IV pasca nefrektomi sitoreduktif atau tidak resektabel (Novick, et al, 2016).
Berdasarkan risiko penyakit dan terapi sebelumnya, direkomendasikan pada clear cell
sebagai berikut:
Sunitinib atau Bevacizumab + IFN alfa atau Pazopanib direkomendasikan sebagai obat lini
pertama pada risiko rendah dan sedang
Temsirolimus direkomendasikan sebagai obat lini pertama pada pasien dengan risiko tinggi
Everolimus dapat direkomendasikan sebagai obat lini kedua setelah kegagalan terapi TKIs
Sorafenib direkomendasikan sebagai terapi lini kedua pada mRCC setelah gagal dengan
sitokin
(Ljungberg et al, 2015).
2.13.3 Penanganan
Terapi baku Wilms Tumor berdasarkan stadium (IAUI, 2012).
Bayi dibawah 12 bulan, dosis yang diberikan 50% dibandingkan pada anak yang lebih
besar untuk mencegah efek toksik. Dactinomycin tidak boleh diberikan bersamaan dengan
terapi radiasi. Pada keadaan gagal ginjal obat vincristine dan doxorubicin dapat tetap
diberikan dosis penuh (Jonasch et al, 2014; Ljungberg et al, 2015).
BAB III
KESIMPULAN
Tumor ginjal merupakan salah satu dari diagnosis banding dari adanya massa pada
ginjal. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti dapat mengarahkan kepada kecurigaan
tumor pada ginjal. Diagnosis dan pengenalan dini dapat mencegah terjadinya perburukan
akibat kanker ginjal. Terapi berupa pembedahan dan pemberian kemoterapi meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA
Lipworth L, Tarone RE, McLaughlin JK. The Epidemiology of Renal Cell Carcinoma. J Urol
2006;176:2353-2358.
NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology. Kidney Cancer v2. NCCN.org. 2011
Putz, R., Alat Pernafasan, Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Jilid 1, Edisi 21, EGC, 2006
Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5 th ed. US: FA Davis
Company; 2007.
Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill Companies; 2001.
Umbas R, Hardjowijoto S, Safriadi F, Mochtar CA et al. Panduan Penanganan Kanker Ginjal
(Guidelines on Renal Malignant Tumour). Ikatan Ahli Urologi Indonesia. 2012. Jakarta.
Ljungberg B., Bensalah K., Bex A., Canfield S., Dabestani S, et al. 2015. EAU Guidelines on
Renal Cell Carcinoma. European Association of Urology.
Novick AC, Bukowski RM, Campbell SC. Renal tumours. In: Wein AJ, Kavoussi LR,
Novick AC, Partin AV, Peters CA (eds). Campbell-Walsh Urology. Philadelphia: WB
Saunders, 2016: pp. 1565-638.
Warren KS, McFarlane J. The Bosniak classification of renal cystic masses. BJU Int
2005;95:939942
Jonasch E, Gao J, Rathmell WK. Renal Cell Carcinoma. BMJ. 2014;349: g4797.
Woo S, Cho JY. Imaging Findings of Common Benign Renal Tumors in the Era of Small
Renal Masses: Differential Diagnosis from Small Renal Cell Carcinoma: Current Status and
Future Perspectives. Korean J Radiol. 2015: 16(1):99-113.
Hamiseno D, Budisantoso RR, Mochtar CA, Umbas R. Tingkat kesintasan dan faktor
prognostik pasien Karsinoma sel ginjal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah
Sakit Kanker Dharmais. Indonesian Journal of Cancer. (in press 2012)
Guaragna, Mara Sanches; Soardi, Fernanda Caroline; Assumpção, Juliana Godoy; Zambaldi,
Lílian de Jesus Girotto; Cardinalli, Izilda Aparecida; Yunes, José Andrés; De Mello,
Maricilda Palandi; Brandalise, Silvia Regina; Aguiar, Simone dos Santos (2010). "The Novel
WT1 Gene Mutation p.H377N Associated to Denys-Drash Syndrome". Journal of Pediatric
Hematology/Oncology