2023
BAB I
KONSEP DASAR PIELONEFRITIS KRONIS
Ginjal Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang menghadap ke dalam.
Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada
umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal kanan biasanya
terletak sedikit ke bawah dibandingkan ginjal kiri untuk memberi tempat lobus hepatis
dexter yang besar. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang
tebal. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal)
yang membantu meredam guncangan. Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang
disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap,
dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex.
Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Hilum adalah
pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh
limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang
diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks renalis majores yang masing-masing
akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks renalis minores. Medulla terbagi menjadi
bagian segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian
korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau
apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan
bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2 juta buah pada
tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman,
tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus
kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul. (Price, 1995) Unit nephron
dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai saringan disebut Glomerulus,
darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan disaring sehingga terbentuk filtrat (urin
yang masih encer) yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui
pipa/saluran yang disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran Ureter, kandung
kencing, kemudian ke luar melalui Uretra. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat
terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan
lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin
(Administrator, 2015).
Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat vaskuler)
tugasnya memang pada dasarnya adalah “menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke
ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan
filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam
Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal adalah
a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b) mempertahankan keseimbangan cairan tubuh,
c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
e) Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.
f) Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.
g) Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah
(Administrator, 2015).
Pembentukan Urine
1) Filtrasi Glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler
tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein
plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti
elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal
Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar
seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula
bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate).
Gerakan masuk ke kapsula bowman’s disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari
perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowman’s,
tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan
ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman’s serta tekanan
osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan
koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.
2) Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit, elektrolit dan
air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi
zat-zat yang sudah difiltrasi.
3) Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui
tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah
dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh
termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen. Pada tubulus distalis, transfor aktif
natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium
tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan
tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular “perjalanannya
kembali” jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus
disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi
cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium). Pengetahuan tentang
pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa
hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti
mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada
awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara
theurapeutik (Administrator, 2015).
1.3 Etiologi
Pielonefritis kronis adalah akibat dari pielonefritis akut yang berulang atau tidak diobati.
Etiologi yang mendasari paling sering adalah kelainan struktural seperti kelainan kongenital
pada ginjal dan saluran kemih, yang terlihat pada anak-anak, yang mungkin unilateral atau
bilateral, atau obstruksi didapat seperti yang terlihat pada batu, hipertrofi prostat,
limfadenopati atau fibrosis retroperitoneal, atau kandung kemih neurogenik. E. coli tetap
menjadi agen etiologi yang paling umum, seperti pada pielonefritis akut (Fogo et al., 2016).
Pielonefritis kronis dikaitkan dengan jaringan parut ginjal yang progresif, yang dapat
menyebabkan penyakit ginjal stadium akhir Misalnya, pada refluks nefropati, refluks
intrarenal dari urin yang terinfeksi diduga menyebabkan cedera ginjal, yang kemudian
sembuh dengan pembentukan bekas luka. Dalam beberapa kasus, bekas luka dapat terbentuk
di dalam rahim pada pasien dengan displasia ginjal dengan kelainan perfusi. Infeksi tanpa
refluks cenderung menyebabkan cedera. Displasia juga dapat disebabkan oleh obstruksi.
Bekas luka akibat refluks tekanan tinggi dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia.
Dalam beberapa kasus, pertumbuhan normal dapat menyebabkan penghentian refluks secara
spontan pada usia 6 tahun (Lohr et al., 2023).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi patogenesis pielonefritis kronis adalah sebagai
berikut: (1) jenis kelamin pasien dan aktivitas seksualnya; (2) kehamilan, yang dapat
menyebabkan kerusakan ginjal yang progresif dan hilangnya fungsi ginjal; (3) faktor genetik;
(4) faktor virulensi bakteri; dan (5) disfungsi kandung kemih neurogenik. Dalam kasus
obstruksi, ginjal mungkin terisi rongga abses (Lohr et al., 2023).
1.4 Patofisiologi
Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra. Flora
normal fekal seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan
Staphilococus aureus adalah bakteri paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut. E.
Coli menyebabkan sekitar 85% infeksi. Organisme juga dapat sampai ke ginjal melalui aliran
darah atau aliran getah bening, tetapi cara ini jarang sekali terjadi. Obstruksi aliran kemih dan
refluks vesikoureter dapat menjadi faktor predisposisi dalam perkembangan infeksi saluran
kemih. Obstruksi saluran kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelvis ginjal dan ureter. Hal tersebut dapat mengakibatkan atrofi pada parenkim ginjal, di
samping itu obstruksi yang terjadi di bawah kandung kemih sering disertai refluks
vesikoureter dan infeksi pada ginjal. Aliran balik (refluks) dari kemih yang terinfeksi
memasuki parenkim ginjal mengakibatkan terjadinya jaringan parut ginjal (Price & WIlson,
2013)
Bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi
fungsi ginjal. Abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada
akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. Kerusakan pada ginjal akan
menyebabkan meregangnya kapsul ginjal (dipersarafi medulla spinalis segmen Thorakal 11
sampai Lumbal 2) yang menimbulkan rasa nyeri disekitar bagian pinggang atau flank pain
(Snell, 2006).
Demam terjadi diawali oleh adanya infeksi atau invasi mikroorganisme (misalnya bakteri
atau virus) ke dalam tubuh hingga ke sistema peredaran darah. Keberadaan mikroorganisme
dalam tubuh memacu aktivasi makrofag yang merupakan usaha pertahanan tubuh terhadap
masuknya benda asing. Makrofag kemudian menghasilkan suatu zat kimia, pyrogen endogen,
yang nantinya akan melepaskan prostaglandin di hypothalamus. Peningkatan jumlah
prostaglandin ini mengubah set point suhu normal tubuh yang diatur oleh hypothalamus
sebagai thermoregulator menjadi lebih tinggi daripada normal (Sherwood, 2013).
PATHWAY PIELONEFRITIS
Penekanan pada
Masuk Ke Terjadi Inflamasi Membawa urin Tubuh rentang
vesika dan
uretera dan bakteri dari terinfeksi
saluran kemih
kandung kemih
Kuman kembali ke ginjal
Terjadi Inflamasi menempel dan Bakteri
berkolonisasi berkembang
biark
Bakteri Resisten
Kuman
mengendap di
Penyebaran
diindin saluran
secara assenden
kemih
PIELONEFRITIS
1.6 Komplikasi
Pielonefritis kronis bilateral yang parah menyebabkan hipertensi arteri, anemia, dan gejala
uremia (Manski, 2023). Sekitar 5% hingga 6% anak-anak dengan pielonefritis kronis akibat
refluks vesikoureteral mengalami komplikasi jangka panjang seperti hipertensi, dan sekitar
2% dapat berkembang menjadi gagal ginjal. Sebaliknya, pielonefritis kronis dapat
menyebabkan 20% penyakit ginjal stadium akhir yang terjadi pada anak-anak (Fogo et al.,
2016) Komplikasi pielonefritis kronis juga dapat mencakup hal-hal berikut :
- Proteinuria, Glomerulosklerosis fokal
- Jaringan parut ginjal progresif yang menyebabkan penyakit ginjal stadium akhir
- Pielonefritis Xanthogranulomatous (XPN), Dapat terjadi pada sekitar 8,2% kasus dan
pada 25% pasien dengan pionefrosi
- Pionefrosis, dapat terjadi pada kasus obstruksi
- Jaringan parut ginjal progresif (refluks nefropati) (Lohr et al., 2023).
1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan pada pielonefritis kronis adalah terapi antibiotik pada infeksi saluran kemih
dan pengobatan semua faktor risiko yang disebutkan di atas (refluks vesikoureteral, disfungsi
kandung kemih neurogenik, hipertensi arteri). Pertimbangkan pengobatan antibiotik jangka
panjang dosis rendah dengan nitrofurantoin, trimetoprim, atau sefalosporin oral. Indikasi
nefroureterektomi: untuk pielonefritis kronis satu sisi dengan disfungsi organ parah untuk
mengendalikan infeksi saluran kemih berulang atau hipertensi arteri (Manski, 2023).
Terdapat tiga pilar penatalaksanaan pyelonephritis, yaitu terapi suportif meliputi
resusitasi cairan dan obat simtomatik, terapi antimikroba yang bergantung pada kemungkinan
organisme penyebab, dan kontrol sumber yang dievaluasi 24-48 jam setelah terapi (Anggitha,
2023).
Terapi Suportif
Obat-obatan simtomatik berupa antipiretik, analgesik, dan antiemetik dapat digunakan
sesuai gejala yang ada. Pada pasien yang terdapat demam dan nyeri dapat
diberikan paracetamol atau obat-obatan antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen dan
diklofenak. Pemberian omeprazole dan domperidone dapat membantu mengurangi keluhan
mual dan muntah.
Apabila intake oral pasien kurang baik, hidrasi intravena diperlukan. pada keadaan ini, dapat
diberikan cairan intravena 1 L dekstrose 5% untuk mencegah atau mengatasi ketosis. Setelah
itu dapat dilanjutkan dengan pemberian cairan salin normal (Anggitha, 2023).
Terapi Antimikroba
Pemilihan antimikroba bergantung pada kemungkinan organisme penyebab dan resistensi
mikroba berdasarkan data epidemiologis dan faktor risiko individual (Anggitha, 2023).
Terapi Hemodialisa
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air,
natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi
permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses
difusi, osmosis dan ultra filtrasi. Hemodialisa merupakan sebuah metode untuk membuang sisa-
sisa metabolisme tubuh yang tidak terpakai dari dalam darah pada kondisi tertentu seperti
penurunan fungsi ginjal hingga gagal ginjal akut maupun kronis. Terapi pengganti ginjal dengan
hemodialisa menggunakan mesin hemodialisis dan dialiser. Dialisis dilakukan secara intermitten
yaitu antara 4-6 jam/kali, 3 sampai 6 kali/minggu. Efek yang kurang menguntungkan dari
hemodialisa adalah hemodinamik yang tidak stabil. Pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani
hemodialisa, seringkali mengalami hipotensi atau gangguan hemodinamik lainnya setelah
hemodialisa berlangsung.[33-35]
Contoh Gambar terapi hemodialisa
2) Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan
sebagai urin saat ginjal sehat.
Frekuensi Hemodialisa, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian
besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil
jika:
1 ) Penderita kembali menjalani hidup normal.
2 ) Penderita kembali menjalani diet yang normal.
3 ) Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.
4 ) Tekanan darah normal.
5 ) Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif
Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau sebagai
pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut,
dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal
kembali normal.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian Keperawatan
1) Identitas
Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insidens infeksi saluran kemih yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini dikarenakan posisi anatomis dan uretra wanita
serta secara anatomis uretra wanita lebih pendek.
2) Status kesehatan saat ini
a. KeluhanUtama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri punggung dibawah dandisuria
b. Alasan Masuk RumahSakit
Pasien mengalami nyeri punggung dibawah dan disuria.
c. RiwayatPenyakitSekarang
Masuknya bakteri ke kandung kemih sehingga menyebabkan infeksi.
3) Riwayat kesehatan terdahulu
a. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pada pielonefritis kronis, kemungkinan merupakan berkelanjutan dari pielonefritis
akut.
b. Riwayat Penyakit Keluarga
ISK bukanlah penyakit yang bisa diturunkan melalui genetik.
4) Riwayat Pengobatan
Penggunaan antibiotik, antikolinergik, dan antispasmodic.
5) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran
Pada pasien pielonefritis kesadaran komposmentis, nadi lemah serta nyeri panggul
disertai disuria sehingga pasien mengalami keterbatasan aktivitas.
Tanda-tanda vital
TD : meningkat yang merupakan dampak dari edema
Nadi : normal/meningkat
Respirasi : normal/meningkat
Temperatur : meningkat dampak dari proses inflamasi.
2) Body system
System pernafasan
Pada pemeriksaan sistem pernafasan biasanya terjadi dyspnoe akibat
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan, orthopnoe, suara pasien
abnormal (rales atau crakles).
Sistem kardiovaskuler
Pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler biasanya pasien mengalami sakit sakit
kepala, timbul hipertensi, dan terjadi perubahan frekuensi jantung bersuara S III.
System persarafan
Pada pemeriksaan sistem persarafan biasanya terjadi penurunan kesadaran,
disfungsi serebral seperti hambatan untuk berpikir dan penurunan interaksi
dengan orang maupun lingkungan sekitarnya.
Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan biasanya pasien akan mengalami oliguria sampai dengan
anuria.
Sistem pencernaan
Pada pemeriksaan sistem pencernaan pasien biasanya mengalami penurunan
selera makan karena nyeri yang terjadi pada bagian CVA.
Sistem integument
Pada pemeriksaan sistem integument pasien biasanya tampak pucat dan turgor
kulitnya buruk akibat dehidrasi serta ketidakmampuan atau penurunan untuk
berkeringat.
Sistem muskuloskletal
Pada pemeriksaan sistem muskuloskletal biasanya pasien mengalami nyeri
didaerah costovertebral.
Sistem endokrin
Tidak ada gangguan dalam sistem endokrin karena penyakit ini hanya menyerang
sistem perkemihan.
Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan dalam sistem reproduksi karena penyakit ini hanya
berhubungan dengan ginjal dan sistem perkemihan.
Sistem pengindraan
Pada pasien pielonefritis terjadi dilatasi pupil, mata kurang bercahaya karena
disebabkan rasa nyeri.
Sistem imun
Tidak ada gangguan dalam sistem imun karena pada penyakit ini disebabkan oleh
bakteri yang membantu proses pencernaan manusia dan tidak berkaitan dengan
sistem imun dalam tubuh manusia .
(Prabowo & Pranata, 2014; TOTO, 2009)