N DENGAN
DIAGNOSA CKD (CHRONIC KIDNEY DESEASE)
DI RUANGAN SEROJA RSUD UNDATA PALU
PROVINSI SULAWESI TENGAH
OLEH
NOFRINCE S.Kep
CI LAHAN CI INSTITUSI
a. Latar belakang
Ginjal merupakan organ vital yang sangat penting dalam
mempertahankan kestabilan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan
cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang
melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit, serta
mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi
cairan ekstra sel dalam batas-batas normal.Komposisi dan volume cairan
ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume
yang sama dengan 20 – 25 % curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90 %
darah yang masuk ke ginjal berada dalam korteks, sedangkan sisanya di
alirkan ke medulla.Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi
sistem vaskuler sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih
dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke,
penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan
diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan
penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika
sudah terjadi gagal ginjal.Oleh karena itu, upaya yang harus diupayakan
adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal
kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor resiko untuk
penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.
b. Rumusan masalah
1. Apakah yangdimaksuddengangagalginjalkronik?
2. Bagaimana etiologi, tandadan gejaladarigagalginjalkronik?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit gagal ginjal kronik?
4. Bagaimana komplikasi serta penatalaksanaan dari gagal ginjal kronik?
5. Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit gagal ginjal kronik?
c. Tujuan
1. Untuk mengetahuidefinisidarigagalginjalkronik
2. Untukmengetahuietiologi, tanda dan gejaladarigagal ginjal kronik
3. Untukmengetahuipatofisiologidaripenyakit gagal ginjal kronik
4. Untukmengetahuikomplikasisertapenantalaksanaandarigagalginjalkronik
5. Untukmengetahuiasuhankeperawatandaripenyakitgagalginjalkronik
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan fungsi ginjal yang bersifat
progresif dan ireversibel, dimana tubuh gagal mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan uremia (Brunner,
1996).Pasien dianggap telah masuk dalam stadium gagal ginjal kronik bila
hasil tes kreatinin klien(CCT) kurang dari 25 ml/menit atau
kreatinindarahlebihdari5mg/dl.Berdasarkan hasil tes kreatinin klirens, gagal
ginjal kronik dibagi atas :
1. 100-75 ml/menit disebut cadangan ginjal menurun
2. 75-26 ml/menit disebut gagal ginjal kronik
3. Kurang dari 5 ml/menit disebut gagal ginjal terminal.
Gagal ginjal kronis (GGK) adalah hasil dari perkembangan dan
ketidakmampuan kembalinya fungsi nefron.Gejala klinis yang serius sering
tidak terjadi sampai jumlah nefron yang berfungsi menjadi rusak setidaknya
70-75% di bawah normal.Bahkan, konsentrasi elektrolit darah relatif normal
dan volume cairan tubuh yang normal masih bisa di kembaikan sampai
jumlah nefron yang berfungsi menurun di bawah 20-25 persen.(Guyton and
Hall, 2014).
Menurut Syamsir (2007) Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
kasus penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara akut (kambuhan) maupun
kronis(menahun).Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease) terjadi
apabilakedua ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam
keadaaan yang cocok untuk kelangsungan hidup.Kerusakan pada keduaginjal
bersifat ireversibel.CKD disebabkan oleh berbagai penyakit.Brunnerand
Suddarth (2014) menjelaskan bahwa ketika pasien telah mengalamikerusakan
ginjal yang berlanjut sehingga memerlukan terapi penggantiginjal secara
terus menerus, kondisi penyakit pasien telah masuk ke stadiumakhir penyakit
ginjal kronis, yang dikenal juga dengan gagal ginjal kronis.Ahli
lainmenyatakan bahwa Penyakit ginjal kronis adalah suatu
prosespatofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan
penurunanfungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan
gagalginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang
ditandaidengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat
yangmemerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisi
atautransplantasi ginjal (Cynthia Lee Terry,2011)
Dari beberapa pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa gagal
ginjalkronis adalah kerusakan ginjal yang ireversibel sehingga fungsi ginjal
tidakoptimal dan diperkukan terapi yang membantu kinerja ginjal serta
dalambeberapa kondisi diperlukan transplantasi ginjal.
B. Anatomi Fisiologi
Menurut Price dan Wilson (2006), adalah:
1. Anatomi ginjal
C. Etiologi
Di bawah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price dan Wilson (2006)
diantaranya adalah penyakit infeksi tubula intestinal, penyakitperadangan,
penyakit vaskuler hipertensif, gangguan jaringan ikat,gangguan kongenital
dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik,nefropati obsruktif.
Beberapa contoh dari golongan penyakit tersebut adalah:
1. Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronis dan
refluksnefropati.
2. Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskular seperti hipertensi, nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosismaligna, dan stenosis arteria renalis.
4. Gangguan jaringan ikat seperti Lupus eritematosus sistemik,
poliarteritisnodosa, dan seklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik,
danasidosis tubulus ginjal.
6. Penyakit metabolik seperti diabetes militus, gout, dan
hiperparatiroidisme,serta amiloidosis.
7. Nefropati toksik seperti penyalah gunaan analgetik, dan nefropati timah.
8. Nefropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri
daribatu, neoplasma, fibrosis retroperitoneal. Traktus urinarius bagian
bawahyang terdiri dari hipertropi prostat, setriktur uretra, anomali
kongenitalleher vesika urinaria dan uretra.
D. Patofisiologi
Pada saat fungsi ginjal menurun, produk akhir metabolisme protein tidak
dapat dikeluarkan melalui urine dan terakumulasi dalam darah dan terjadi
uremia sehingga mempengaruhi berbagai sistem dalam tubuh. Semakin tinggi
kadar ureum dalam darah gejala yang ditimbulkan semakin berat. Penurunan
laju filtrasi glomerulus semakin meningkatkan kadar ureum dan kreatinin
darah serta menurunkan hasil CCT (Clearence Creatinine Test).Ginjal
cenderung menahan natrium dan air sehingga menimbulkan edema,
hipertensi dan congestive heart failure. Peningkatan tekanan darah terjadi
oleh aktivasi sistem renin-angiotensin dan sekresi aldosteronoleh ginjal.
Pada beberapa pasien terjadi kecenderungan kehilangan natrium
sehingga memungkinkan terjadinya hipotensi dan hipovolemia. Keadaan
muntah dan diare dapat mengurangi produksi sodium dan air yang semakin
memperburuk kondisi uremia.Asidosis metabolik terjadi jika ginjal tidak
mampu mengeluarhan peningkatan jumlah asam (ion H) karena
ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mengeluarkan amonia dan reabsorbsi
bicarbonate. Tingkat kalsium dan fosfat dalam serum berbanding terbalik
karena menurunnya laju filtrasi glomerulus.Anemia terjadi karena produksi
eritropoeitin oleh ginjal tidak mencukupi, usia sel darah merah yang
memendek, atau kurang nutrisi. Eritropoeitin normal diproduksi oleh ginjal
dan diperlukan oleh sumsum tulang untuk memproduksi sel darahmerah.
Pada gagal ginjal kronik terjadi penurunan produksi sel darah merah dan
menimbulkan anemia sehingga mengakibatkan kelemahan, angina, dan nafas
pendek.Penyakit tulang karena uremia (renal osteo distropy) timbul akibat
perubahan kalsium, fosfat, dan hormon yang tidak seimbang, juga
menurunnya aktivitas metabolisme vitamin D secara berangsur-angsur.
Kadang-kadang proses kalsifikasi dalam tulang mengalami gangguan
sehingga mengakibatkan osteomalasia.Komplikasi neurologis dapat terjadi
karena hipertensi berat, ketidakseimbangan elektrolit, intoksikasi air, efek
obat-obatan serta gagal ginjal itu sendiri. Manifestasi yang timbul bisa berupa
gangguan fungsi mental, perubahan kepribadian dan tingkah laku, kejang dan
koma.
Penyakit ginjal kronis pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya prosesyang terjadi
kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkanhipertrofi
struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (survivingnephrons)
sebagai upaya kompensasi yang diperantarai oleh molekulvasoaktif seperti
sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinyahiperfiltrasi,
yang diikuti oleh peningkatan kapiler dan aliran darahglomerulus. Proses
adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti olehproses maladaptasi
berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses iniakhirnya diikuti dengan
fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakitdasarnya sudah tidak aktif
lagi. Adanya peningkatan aktifitas aksis reninangiostensin-aldosteron
intrarenal ikut memberikan kontribusi terhadapterjadinya hiperfiltrasi,
sklerosis dan progresifitas tersebut.Aktivitas jangkapanjang aksis renin-
angiostensin-aldosteron, sebagian diperantarai olehgrowth factor seperti
transforming growth factor β (TGF- β).Beberapa halyang juga dianggap
berperan terhadap progresifitas penyakit ginjal kronisadalah albuminuria,
hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia.Terdapatvariabilitas interindividual
untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis glomelurusmaupun
tubulointersitial.Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronis, terjadi
kehilangan dayacadang ginjal (renal reserve) pada keadaan dimana basal
LFG (Laju FiltrasiGlomelurus) masih normal atau malah meningkat.
Kemudian secara perlahantapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron
yang progresif, yang ditandaidengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFGsebesar 60%, pasien masih belum merasakan
keluhan (asimtomatik), tapisudah terjadi peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum. Sampai pada LFGsebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada
pasien seperti nokturia, badan lemah,mual, nafsu makan kurang dan
penurunan berat badan. Sampai pada LFG dibawah 30% pasien
memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyataseperti anemia, hipertensi
gangguan metabolisme fosfor dan kalsium,pruritus, mual, muntah dan lain
sebagainya. Pasien juga mudah terkenainfeksi seperti infeksi saluran kemih,
infeksi saluran napas, maupun infeksisaluran cerna. Juga akan terjadi
gangguan keseimbangan cairan seperti hipoatau hipervolemia, gangguan
keseimbangan elektrolit antara lain natrium dankalium. Pada LFG di bawah
15%akan terjadi gejala dan komplikasi yanglebih serius, dan pasien sudah
memerlukan terapi pengganti ginjal (renalreplacement therapy) antara lain
dialisis atau transplantasi ginjal. Padakeadaan ini pasien dikatakan sampai
pada stadium gagal ginjal (Brunner andSuddarth, 2014).
E. Pathway
F. ManifestasiKlinik
Menurut Suyono (2001) menjelaskan bahwa manifestasi klinis pada
gagalginjal kronik adalah sebagai berikut :
1. Gangguan pada sistem gastrointestinal
a. Anoreksia, nausea, vomitus yang berhubungan dengan
ganguanmetabolisme protein di dalam usus, terbentuknya zat-zat
toksin akibatmetabolisme bakteri usus seperti ammonia dan melil
guanidine sertasembabnya mukosa usus.
b. Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air
liurdiubah oleh bakteri dimulut menjadi amoni sehinnga nafas
berbauamonia.
c. Gastritis erosife, ulkus peptic dan colitis uremik.
2. Kulit
a. Kulit berwarna pucat, anemia dan kekuning-kuningan
akibatpenimbunan urokrom. Gatal-gatal akibat toksin uremin
danpengendapan kalsium di pori-pori kulit.
b. Ekimosis akibat gangguan hematologi.
c. Ure frost :akibat kristalsasi yang ada pada keringat.
d. Bekas-bekas garukan karena gatal.
3. Sistem Hematologi
a. Anemia yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
:berkurangnya produksi eritropoitin, hemolisis akibat
berkurangnyamasa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksin,
defisiensi besi,asam folat, dan lain-lain akibat nafsu makan yang
berkurang,perdarhan, dan fibrosis sumsum tulang akibat
hipertiroidism sekunder.
b. Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatanaktivitas sistem renin angiotensin aldosteron.
b. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis atau gagal
jantungakibat penimbunan cairan hipertensif.
c. Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis, gangguan elektrolitdan
klasifikasi metastasik.
d. Edema akibat penimbuna cairan.
6. Sistem Endokrin
a. Gangguan seksual, libido, fertilitas, dan ereksi menurun pada laki-
lakiakibat testosteron dan spermatogenesis menurun. Pada wanita
timbulgangguan menstruasi, gangguan ovulasi, sampai amenore.
b. Gangguan metabolisme glokusa, resistensi insulin dan
gangguansekresi insulin.
c. Gangguan metabolisme lemak.
d. Gangguan metabolisme vitamin D.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium: urinalisa, urem, creatinin, darah lengkap, elektrolit, protein
(albumin), CCT,analisa gas darah, gula darah.
2. Radiologi : foto polos abdomen, USG ginjal, IVP, RPG, foto thoraks dan
tulang.
3. Biopsi ginjal.
4. ECG untuk mengetahui adanya perubahan irama jantung.
I. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua
faktor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan diatasi.
Ada beberapa tahap dalam penatalaksanaan, sebagai berikut :
1. Manajemen terapi
Tujuan dari manajemen adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan
homeostasis selama mungkin.Semua faktor yang berkontribusiterhadap
gagal ginjal kronis dan semua faktor yang reversibel diindentifikasi dan
diobati. Manajemen dicapai terutama denganobat obatan dan terapi diet,
meskipun dialisis mungkin juga diperlukanuntuk menurunkan tingkat
produk limbah uremik dalam darah (Brunnerand Suddarth, 2014)
a. Terapi farmakologis
Komplikasi dapat dicegah atau ditunda dengan pemberian resep anti
hipertensi, eritropoitin, suplemen Fe, suplemen fosfat, dan kalsium
(Brunner and Suddarth, 2014).
2. Antasida
Hyperphosphatemia dan hipokalsemia memerlukan antasid
yangmerupakan zat senyawa alumunium yang mampu mengikat fosfor
padamakanan di dalam saluran pencernaan.Kekhawatiran jangka
panjangtentang potensi toksisitas alumunium dan asosiasi alumunium
tingkattinggi dengan gejala neurologis dan osteomalasia telah
menyebabkanbeberapa dokter untuk meresepkan kalsium karbonat di
tempat dosis tinggiantasid berbasis alumunium.Obat ini mengikat fosfor
dalam saluran ususdan memungkinkan penggunaan dosis antasida yang
lebih kecil.Kalsiumkarbonat dan fosforbinding, keduanya harus di berikan
dengan makananyang efektif.Antasid berbasis magnesium harus dihindari
untuk mencegahkeracunan magnesium (Brunner and Suddarth, 2014).
4. Agen antisezure
Kelainan neurologis dapat terjadi, sehingga pasien harus diamati
jikaterdapat kedutan untuk fase awalnya, sakit kepala, delirium, atau
aktivitaskejang.Jika kejang terjadi, onset kejang dicatat bersama dengan
jenis,durasi, dan efek umum pada pasien, dan segera beritahu dosen
segera.Diazepam intravena (valium) atau phenytoin (dilantin) biasanya
diberikanuntuk mengendalikan kejang. Tempat tidur pasien harus
diberikanpengaman agar saat pasien kejang tidak terjatuh dan mengalami
cidera(Brunner and Suddarth, 2014).
5. Eritropoetin
Anemia berhubungan dengan gagal ginjal kronis diobati
denganeritropoetin manusia rekombinan (epogen).Pasien pucat
(hematocrit kurang dari 30%) terdapat gejala nonspesifik seperti malaise,
fatigabilityumum, dan intoleransi aktivitas.Terapi epogen dimulai sejak
hematocrit 33% menjadi 38%, umumnya meredakan gejala
anemia.Epogen diberikanbaik intravena atau subkutan tiga kali
seminggu.Diperlukan 2-6 mingguuntuk meningkatkan hematokrit, oleh
karena itu epogen tidakdiindikasikan untuk pasien yang perlu koreksi
anemia akut.Efek sampingterlihat dengan terapi epogen termasuk
hipertensi (khususnya selama awaltahap pengobatan), penigkatan
pembekuan situs askes vaskular, kejang,dan kelebihan Fe (Brunner and
Suddarth, 2014).
6. Terapi gizi
Intervensi diet pada pasien gagal ginjal kronis cukup kompleks,asupan
cairan dikurangi untuk mengurangi cairan yang tertimbun
dalamtubuh.Asupan natrium juga perlu diperhatikan untuk
menyeimbangkanretensi natrium dalam darah, natrium yang dianjurkan
adalah 40-90 mEq/hari (1-2 gr natrium), dan pembatasan kalium. Pada saat
yang sama,asupan kalori dan asupan vitamin harus adekuat. Protein
dibatasi karenaurea, asam urat, dan asam organik hasil pemecahan
makanan dan proteinmenumpuk dalam darah ketika ada gangguan
pembersihan di ginjal.Pembatasan protein adalah dengan diet yang
mengandung 0,25 gr proteinyang tidak dibatasi kualitasnya per kilogram
berat badan per hari.Tambahan karbohidrat dapat diberikan juga untuk
mencegah pecahanprotein tubuh. Jumlah kebutuhan protein biasanya
dilonggarkan hingga60-80 gr/ hari (1,0 kg per hari) apabila pendrita
mendapatkanpengobatan hemodialisis teratur (Price dan wilson, 2006).
Asupan cairansekitar 500 sampai 600 ml lebih banyak dari output urin
selama 24 jam.Asupan kalori harus adekuat untuk pencegahan
pengeluaran energi berlebih.Vitamin dan suplemen diperlukan kerena diet
protein yangdibatasi.Pasien dialisis juga kemungkinan kehilangan vitamin
yang larutdalam darah saat melakukan hemodialisa (Brunner and
Suddarth, 2014).
7. Terapi dialysis
Hiperkalemi biasanya dicegah dengan memastikan dialisis yangmemadai,
mengeluarkan kalium dan pemantauan seksama terhadap semuaobat
obatan baik peroral maupun intravena. Pasien harus diet rendahkalium.
Kayexalate, resin kation terkadang diberikan peroral jikadiperlukan.Pasien
dengan peningkatan gejala kronis gagal ginjal progresif.Dialisis biasanya
dimulai ketika pasien tidak dapat mempertahankan gayahidup yang wajar
dengan pengobatan konservatif (Brunner and Suddarth,2014).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Riwayat keperawatan.
– Usia.
– Jenis kelamin.
– Berat Badan, Tinggi Badan.
– Riwayat penyakit keluarga
– Riwayat gagal ginjal kronik
b. Pemeriksaan fisik.
1) Aktifitas :
Subjektif : Keletihan, kelemahan, malaise.
Objektif : Kelemahan otot, kehilangan tonus
2) Sirkulasi :
S: – Hipotensi / hipertensi (termasuk hipertensi maligna)
– Eklamsi / hipertensi akibat kehamilan
– Disritmia jantung
O: Nadi lemah / halus, hipertensi : ortostatik (hipovolemia),
nadi kuat, hipervolemia, edema jaringan umum, termasuk
area priorbital, mata kaki, sacrum, pucat, kecenderungan
perdarahan.
3) Eliminasi :
S: Perubahan pola berkemih biasanya : peningkatan frekuensi
: poliuria (kegagalan dini) atau penurunan frekuensi /
oliguria (fase akhir), disuria, ragu-ragu, dorongan, dan
retensi (inflamasi / obstruksi), infeksi.
O: – Abdomen kembung, diare, konstipasi
– Riwayat batu / kalkuli
4) Makanan / cairan :
S: – Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan
– Mual, muntah, anoreksia, nyeri uluhati
– Penggunaan diuretik
O: Perubahan turgor kulit / kelembaban edema (umum, bagian
bawah)
5) Neurosensori :
S: Sakit kepala, penglihatan kabur
O: Gangguan status mental, contoh penurunan lapang
pandang, ketidakmampuan berkonsentrasi, hilangnya
memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (ozotemia)
ketidakseimbangan elektrolit (asam / basa).
6) Nyeri / kenyamanan :
S: Nyeri tubuh, sakit kepala.
O: Perilaku hati-hati / distraksi, gelisah.
7) Pernafasan :
S: Nafas pendek.
O: Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, kedalaman
(pernafasan kusmaul), nafas amonia, batuk produktif
dengan sputum kental merah muda (edema paru).
8) Keamanan :
S: Adanya reaksi transfusi.
O: – Demam (sepsis, dehidrasi).
– Petekie, area kulit ekimosis.
– Pruritus, kulit kering.
– Fraktur tulang, deposit kalsium, jaringan lunak sendi.
– Keterbatasan gerak sendi.
9) Seksualitas :
O: Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
10) Interaksi sosial :
O: Kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam
keluarga.
11) Penyuluhan pembelajaran :
O: – Riwayat diabetes mellitus keluarga, nefritis herediter
kalkus urinarius.
– Riwayat terpajan toksin : obat, racun lingkungan.
– Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini / berulang.
c. Pemeriksaan diagnostik
Hasil pemeriksaan diagnostik yang perlu diindentifikasi untuk
mendukung menegakkan diagnosa keperawatan, meliputi hasil
pemeriksaan laboratorium urine dan darah serta radiologi, untuk lebih jelas
dapat dibaca pada konsep dasar gagal ginjal kronik.
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan Keperawatan
A. Kesimpulan
Gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan
irreversibel, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
Penyebab:
• Infeksi misalnya pielonefritis kronik
• Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
• Penyakit vaskuler hipertensif
• Gangguan jaringan penambung
• Gangguan kongenital dan herediter
• Penyakit metabolik
• Nefropati toksik
• Nefropati obstruktif
Tanda dan gejala
Wajah terlihat pucat
Oedema anasarka
Malaise
Nafas terasa sesak
Gatal-gatal
Keluar darah dari hidung
Turgor kulit kering
Rambut kusam dan kemerahan
Tremor
Hipertensi
Komplikasi
• Hiperkalemia
• Asidosis metabolik
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti yang paling baik, akan
tetapi mempunyai beberapa kendala seperti keterbatasan donor, biaya mahal,
efek samping obat-obatan imunosupresi dan rejeksi kronik yang belum bisa
diatasi. Keuntungan transplantasi ginjal ialah menghasilkan rehabilitas
paling baik dibandingkan dialisis.
B. Saran