Oleh :
DEWA AYU SRI PURNIATI
18.321.2865
A12-B
VIII
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
Diabetes
Glomerulonef melitus Hipertensi Ginjal
ritis kronik, polikistik
Kerusakan
ginjal ↓ GFR
hipoalbumin
Pada Metabolisme
neuromuskula basal terganggu
Retensi Na &
air
Nyeri kepala, ↓ ATP untuk
nyeri otot beraktivitas
edema
Nyeri akut
Kelebiha Intolerans
n
Tahap CKD (Pradeep, 2013; Choka 2009; The Kidney Disease Outcotnes
Quality Initiative [KDOQI] of the Natonal Kidney Foundation [NKF], 2015
1) Tahap 1
- GFR dapat normal atau sedikit lebih tinggi dari normal (> 90
mL/menit/1,73 m2 )
- Terdapat disfungsi ginjal; bagaimanapun, hal tersebut mungkin tidak
terdiagnosis akibat sedikitnya gejala –rasio nitrogen urea darah/kreatinin
(BUN/Cr) normal dan kehilangan nefron kurang dari 75 %
2) Tahap 2
- GFR sedikit menurun (60 hinggal 89 mL/menit/1,73 m2 ), sedikit
meningkat pada BUN/Cr
- Klien dapat asimtomatis atau mengalami hipertensi
- Terdapat poliuria dan nokturia – gagal haluarann tinggi
3) Tahap 3
- Penurunan sedang pada GFR (30 hingga 59 mL/menit/1,73 m2 )
- Terdapat abnormalitas cairan dan elektrolit serta komplikasi lain
- Klien dapat asimtomatis atau mengalami hipertensi.
4) Tahap 4
- Penurunan berat pada GFR (155 hingga 29 mL/menit/1,73 m2 )0 dan/atau
albuminuria sangat tinggi (>300 mg/24jam).
- Klien mengalami kekacauan endokrin/mettabolik atau gangguan
keseimbangan cairan atau elektrolit, malnutrisi energi-protein, kehilangan
massa tubuh tanpa lemak, kelemahan otot; edema perifer dan pulmonal
- Waktunya merujuk ke nefrologis ketika lajuu filtrasi glomerulus mencapai
30 mL/menit/1,73 m2 yang diyakni meningkatkan hasil ESRD dan
pemilihan modaliitas dialisis yang tepat.
5) Tahap 5 e.
- GFR <15 ml / menit / 1,73 m² atau pada dialysis
- Klien mengalami asidosis metabolik, komplikasi kardiovaskular sepertii
perikarditis, ensefalopati, neuropati, dan banyak menifestasi lain yang
menunjukan penyakit tahap akhir.
Sumber: Pradep dalam Doenges 2018.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD menurut Huda
dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).
1) Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisem regulasi ditandai
dengan Dispnea, edema anasarka da atau edema perifer, berat badan meningkat
waktu singkat, jugular venous pressure JVP dan atau cental venous pressure
CVP meningkat.
2) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi
nutrient ditandai dengan, berat badan menurun minimal 10% di bawah rentamg
ideal, bising usus meningkat hiperaktif, otot penguyah lemah dan otot menelan
lemah.
3) Pola Nafas tidak Efektif berhubungan dengandepresi pusat pernapasan ditandai
dengan, dyspnea , penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi
memanjang, pola napas abnormal ( takipnea, bradipnea,
hiperventilasi,kussmaul, cheyne-stokes) dan pernapasan cuping hidung.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan,
mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat 20% dari kondisi istirahat,
tekanan darah berubah > 20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG menujukan
aritmia saat aktivitas dan istirahat.
3. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil (NOC)
1. Hipervolemia Manajemen Hipervolemia - Agar
Setelah dilakukan
berhubungan Kaji status cairan ; timbang berat mengetahui
asuhan keperawatan
dengan badan,keseimbangan masukan dan keadaan
selama ..x24 jam
gangguan haluaran, turgor kulit dan cairan tubuh
keseimbangan
mekanisem adanyaedema. pasien
cairan kembali
regulasi
normal.
Ambil sampel darah dan meninjau - Untuk
Kriteria Hasil:
kimia darah (misalnya BUN, memantau
Terbebas dari
kreatinin, natrium, pottasium, respon
edema, efusi,
tingkat phospor) sebelum perawatan terhadap
anasarka
untuk mengevaluasi respon thdp Tindakan
Bunyi nafas
terapi.
bersih,tidak
- Agar pasien
adanya dipsnea
dan keluarga
Memilihara Jelaskan pada klien dan keluarga
mengetahui
tekanan vena rasional pembatasancairan.
pembatasan
sentral, tekanan
cairan
kapiler paru,
output jantung
- Untuk
dan vital sign Kolaborasi pemberian cairan
membantu
normal. sesuaiterapi.
penyembuha
n pasien
- untuk
membantu
meningkatka
n nafsu
makan
pasien
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Hidayat, 2015).
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuanyang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan
(Setiadi, 2012).Metode yang digunakan adalah dengan SOAP (Subyektif,
Obyektif, Analisis, Planning).Untuk dapat mengetahui apakah masalah teratasi,
teratasi sebagian, belum teratasi atau timbul masalah baru.
No Evaluasi Proses
1 Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisem regulasi dengan
kriteria hasil :
Terbebas dari edema, efusi, anasarka
Bunyi nafas bersih,tidak adanya dipsnea
Memilihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output
jantung dan vital sign normal.
2 Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan untuk
mengabsorbsi nutrient.dengan kriteria hasil :
Nafsu makanmeningkat
LeMone, Priscillia, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 5. Alih
bahasa: Egi Komara Yudha, dkk. Jakarta: EGC. Litbang.(2013). Riset Kesehatan
Sudoyo. 2011. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 3.Jilid I II.Jakarta.: Balai
Penerbit FKUI
FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN FORMAT GORDON
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Yn . B
Umur : 58 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Suku Bangsa : Bali
Alamat : Denpasar
Tanggal Masuk : 12 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 13 Mei 2021
No. Register : 123xxx
Diagnosa Medis : Chronic Kidney Disease (CKD)
2. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
- Saat MRS
Pasien mengatakan mengeluh sesak.
- Saat Ini
Pasien mengatakan mengeluh sesak.
2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Pasien datang ke Rumah Sakit Denpasar pada tanggal 12 Mei 2021, diantar oleh
keluarganya, pada saat pengakijan .Pasien mengatakan mengeluh sesak Hasil
pemeriksaan fisik : pasien tampak lemah, edema anasarka (+), kulit kering,
tekanan darah: 160/100 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas
28x/menit, BB meningkat 5 kg dalam 3 hari ini dan produksi urin 100 cc dalam
24 jam.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.
Pasien mengatakan langsung di bawa ke Rumah Sakit.
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari dengan konsitensi lunak
Saat sakit:
Pasien mengatakan saat sakit pasien belum BAB.
2) BAK
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan BAK 5-8 kali perhari + (800-1200 cc) perhari berwarna
kuning jernih bau khas kecing.
Saat sakit:
Pasien mengatakan saat sakit BAK 1-3 + (100 cc) perhari berwarna kuning
bau khas kencing
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0:mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
Kesimplan :
Dalam melakukan aktivitas dan latihan, makandan minum, mandi, berpakian,
berpidah pasien di bantu keluarga, dan toileting pasien di bantu orang lain dan
alat.
2) Latihan
Sebelum sakit
Pasien mengatakan melakukan aktivitas seperti biasa melakukan pekerjaan
sebagai Wiraswasta dan ibu rumah tangga. Pasienjuga melakukan kegiatan
selingan seperti berkebun.
Saat sakit
Pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas bebas sekarang pasien
hanya beristirahat untuk mempercepat proses penyembuhan
e. Pola kognitif dan Persepsi
Pasien mengatakan penglihatan, pendengaran, bicaranya jelas dan normal,
komunikasi dengan keluarga lancar. Pasien mengatakan merasa terganggu
dengan penyakitnya yang dialami sekarang dan berharap cepat sembuh agar
bisa bekerja kembali.
f. Pola Persepsi-Konsep diri
- Citra tubuh : Pasien mengatakan tidak memiliki masalah terhadap ukuran
fisik, fisiologis tubuhnya dan tidak merasa malu dengan tubuhnya.
- Harga diri : Pasien mengatakan tidak merasa malu meskipun dirawat
dirumah sakit dan menunda pekerjaan karena sedang sakit.
- Peran : Pasien mengatakan saat ini tidak bisa menjalankan tugasnya
menjadi wiraswasta dan sebagai Ibu Rumah Tangga karena sedang sakit
- Indentitas : Pasien mengatakan namaynya Yn. B, pasien sebagai Ibu
Rumah Tangga, pasien bekerja sebagai Wiraswasta.
- Ideal diri : Pasien mengatakan akan sembuh dan bisa beraktivitas kembali
seperti sebelum sakit
g. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam istirahat tidur, pasien
tidur ± 7-8 jam perhari dan tidak biasa tidur siangkarenaharusbekerja.
Saat sakit:
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam istirahat tidur, pasien
tidur ± 6-7 jam perhari,dan tidur siang 1-2 jam saja.
h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatan sekarang beliau sudah menjadi istri,dan sebagai sorang ibu.
Hubungan dengan suamidan keluarganya harmonis, keluarga dan istrinya
selalu mendampingi pasien. Keluarga pasien dan suamiya selalu memberikan
dukungan dan membantu pasien untuk melakukan aktivitas yang tidak bisa
pasien lakukan saat sakit.
i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan tidak memiliki gangguan dengan alat reproduksinya.
Pasien mengatakan memiliki 2 anak 1 laki-laki dan 1 perempuan.
Saat sakit :
Pasien mengatakan tidak memiliki gangguan dengan alat reproduksinya.
Pasien mengatakan memiliki 2 anak 1 laki-laki dan 1 perempuan.
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Pasien mengatakan jika ada masalah pasien selalu menceritakan kepada
suaminya untuk menyelesaikan masalahnya. Pasien juga selalu berdoa jika
terjadi masalah yang mengangu pikiranya agar lebih rileks atau tenang. Selama
dirawat pasien merasa sedikit gelisah tetapi suaminya selalu menemani pasien
agar tidak gelisah
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien beragama hindu dan pasien selalu berdoa untuk kesembuhan dan
kesehatannya.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum: Sedang
Tingkat kesadaran : komposmetis
GCS: verbal: 4 Psikomotor: 5 Motorik : 3
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 90 x/menit Suhu = 36,5 oC, TD =160/100 mmHg,RR
=28 x/menit
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher:
o Kepala dan Wajah
Inspeksi : kepala pasien bersih, tidak ada lesi, persebaran rambut
merata, rambut pasien tampak adanya uban.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan.
o Mata
Inspeksi : mata pasien simetris, konjungtiva an anemis, sklera an
ikterik, pergerakan bola mata simetris
palpasi : tidak ada nyeri tekan ataupun benjolan pada mata pasien
o Hidung
Inspeksi : tampak ada pernapasan cuping hidung, lubang hidung
pasien simetris, persebaran rambut hidung merata, hidung
pasien tampak bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada ketiga sinus
o Telinga
Inspeksi : telinga pasien simetris, telinga pasien bersih, tidak ada
lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan pada telinga
pasien
o Mulut
Inspeksi : mukosa mulut lebab, gigi tampak bersih, tidak ada
karies gigi, tidak ada pembesaran tonsil.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan ataupun benjolan pada mulut
Pasien
o Leher
Inspeksi : leher pasien simetris, tidak ada lesi, tampak penggunaan
otot bantu pernapasan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada leher pasien, tidak ada
pembengkakan vena jugularis, tidak ada benjolan pada
leher pasien
b. Dada dan Jantung
Paru
Inspeksi : Bentuk/kesimetrisan kanan dan kiri sama, tidak terdapat
jejas (luka),kedalaman retraksi tidak ada.
Palpasi : Vokal premitus (Tujuh puluh jutuh ) getaran kanan dan
kiri sama, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Perkusi :ICS 2,4,6 Suara normal sonor
Auskultasi: Terdengar vesikuler pada kedua lapang paru
Jantung
Inpeksi : tidak terlihat ictus cordis di intrakostal 5.
Palpasi : letak jantung pada ICS 4-6 linea midclavikularis kiri,
tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Perkusi : ICS 4,5 Sinistra suara normal dallnes
Auskultasi: ICS 5,6 Midclavicula sinistra suara normal S1+S2
tunggal reguler
c. Payudara dan ketiak:
Payudara
Inspeksi : payudara simetris antara kanan dan kiri, persebaran
rambut payudara merata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan pada payudara
Ketiak
Inspeksi : persebaran ramput ketiak pasien merata, tidak terdapat
Lesi.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan ataupun benjolan pada ketiak
Pasien.
d. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk simetris kanan kiri, lesi (-),bulu tidak ada.
Auskultasi : terdengar bising usus pasien 22x/menit
Perkusi : suara hepar redup, suara lambung timpani, pankreas redup
Palpasi : Nyeri tekan (-) , tidak ada edema.
e. Genetalia:
Genetalia pasien bersih, pasien mengatakan tidak ada nyeri pada alat
kelaminya
f. Integumen:
Inpeksi : kulit kering, warna kulit sawo matang, lesi (-), pertumbuhan
bulu merata.
Palpasi : turgor kulit elestis, Nyeri tekan (-),edema (+).
g. Ekstremitas:
Atas
Inpeksi : tangan simestris kanan/kiri, fraktur (-), lesi (-), sianosis (-)
Palpasi : Edema (+), nyeri tekan (-), benjolan (-), CRT < 2 detik, akral
hangat
Bawah
Inpeksi : kaki simestris kanan/kiri, fraktur (-), lesi (-), sianosis (-)
Palpasi : Edema (+), nyeri tekan (-), benjolan (-), CRT < 2 detik, akral
hangat.
h. Neurologis :
Status mental dan emosi:
Saat pengkajian, pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik, serta
pasien tidak menunjukkan tanda-tanda penolakan dan pasien terlihat
ramah
Pengkajian saraf kranial:
1 Saraf 1 (olfaktorius) Pasien mampu membedakan bau minyak
kayu putih dan obat-obatan
2 Saraf 2 (optikus) Pasien dapat melihat tulisan atau objek dari jarak
yang jauh
3 Saraf 3,4,6 (okulomotorius, cochlearis, abdusen) Mata dapat
berkontraksi, pasien mampu menggerakkan bola mata ke segala
arah
4 Saraf 5 (trigeminus) Fungsi sensorik : Pasien mengedipkan
matanya bila ada rangsangan
5 Saraf 7 (fasialis) Pasien dapat mengerutkan dahinya, tersenyum
dan dapat mengangkat alis
6 Saraf 8 (akustikus) Pasien dapat mendengar dapat mendengar dan
berkomunikasi dengan baik, tidak ditemukan adanya tuli konduktif
dan tuli persepsi
7 Saraf 9 (glosofaringeus) Pasien dapat merasakan rasa manis, pahit,
dan pedas
8 Saraf 10 (fagus) Pasien tidak ada kesulitan mengunyah
9 Saraf 11 (assessoris) Pasien dapat mengankat kedua bahu
10 Saraf 12 (hipoglasus) Gerakan lidah simetris, dapat bergerak ke
segala arah
Pemeriksaan refleks:
Reflek patella, Reflek bisep dan Reflek Trisep pasien normal.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
No Hasil Laboraterium Nilai Niali Normal
1 LFG 50 90
2 Na 147 135-145
Meq/L Meq/L
3 Ureum 80,0 8-24 Mg/dl
Mg/dl
4 Keratin 3,9 0,6 – 12
Mg/dl Mg/dl
5 Protein (albumin) 3,3 3,5 – 5,9
gram/dl gram/dl
2. Pemeriksaan radiologi
Tidak terkaji.
3. Hasil konsultasi
Tidak terkaji.
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
Tidak terkaji.
5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
(Sesuai dengan
patofisiologi)
DS : Gangguan Mekanisme Hipervolemia
Pasien mengatakan Regulasi
mengeluh sesak.
DO :
- edema anasarka (+)
Kerusakan glomerulus
- BB meningkat 5 kg
dalam 3 hari ini
- produksi urin 100 Retensi Na & air
cc dalam 24 jam
Balance Cairan Edemaanasarka
DO : Asidosis
- Tampak pasien
menggunakan otot bantu
Depresi Pusat Pernapasan
pernapasan
- Tampak pernapasan
Peningkatan RR
cuping hidung
- frekuensi napas
28x/menit
Faktor Resiko : Hipertensi Risiko Perfusi
Sereberal Tidak Efektif
Hipertensi
Ds : Kerusakan
vaskulerpembuluh darah
Pasien mengatakan
mempunyai riwayat
Gangguan sirkulasi
hipertensi
Otak
Do :
Tekana Darah 160/100
Suplai O2 ke otak
mmHg menurun
D. Implementasi Keperawatan
Hari/ No Ttd
Tindakan Keperawatan Evaluasi proses
Tgl/Jam Dx
1. Memonitor intake dan auput DS :Pasien mengatakan minum habis 1-2
gelas+200 cc kecing 2 kali 100 cc
cairan.
DO :
BB : 60 kg
dewa ayu
IWL : 15 x 60/ 24
900/24 jam
Balnce cairan
Intake :
Rabu 19
minum : 200 cc
Mei
Infus : 500 cc
2021 1
Am : 5 x 60 = 300
09:00
700 + 300 = 1000
Wita
Auput :
kecing : 100 cc
fases : 100 cc
IWL : 900 c
1000- 1,100= 100 cc/24 jam
DS :Pasien mengatakan badanya terasa
2. Menimbang berat badan setiap berat.
hari pada waktu yang sama DO :
BB : 60 Kg
Tampak edema anasarka
3. Mendokumentasikan hasil
DS : Pasien mengtakan merasa lebih baik
pemantaun
4. menjelaskan prosedur hasil DO : RR : 18 x/menit
pemantuan DS :-
DO :-
E. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl
No No Dx Evaluasi TTd
Jam
1 Sabtu, 15 Hipervolemia Berhubungan dengan S : Pasien mengatakan minum 2-3
Mei 2021
09:00 Gangguan Mekanisme Regulasi gelas, Kecing sebanyak 300 cc.
Wita ditandai dengan O :
- Tidak ada Edema anasarka.
Pasienmengatakanmengeluhsesak, dewa ayu
- Balance cairan normal.
edema anasarka (+), BB meningkat 5
- BAK Kembali normal.
kg dalam 3 hari ini dan produksi urin
- Berat badan kembali normal.
100 cc dalam 24 jam.
A: Masalah teratasi,pertahankan
kondisi pasien.
P : hentikan intervensi.
2 Sabtu, 15 Pola Napas Tidak Efektif S : Pasien mengatkan tidak sesak.
Mei 2021
09:00 Berhubungan dengan Depresi Pusat O:
Wita Pernapasan ditandai dengan - Tidak ada penggunaan otot
Pasienmengatakanmengeluhsesak, bantu pernapasan. Dewa ayu
Tampak pasien menggunakan otot - Tidak ada pernapasan cuping
bantu pernapasan, tampak pernapasan hidung.
cuping hidung, dan frekuensi napas - Frekuensi napas kembali
28x/menit. normal 16-20 x/menit.
A : Masalah teratasi, pertahankan
kondisi pasien.
P : hentikan intervensi
3 Sabtu, 15 Risiko Perfusi Sereberal Tidak S : pasien mengatak merasa lebih
Mei 2021
09:00 Efektif ditandai dengan Faktor baik.
Wita Resiko : Hipertensi, Pasien O :
mengatakan mempunyai riwayat - Sakit kepala menurun dewa ayu
hipertensi dan Tekana Darah 160/100 - Pasien tidak gelisah.
mmHg.
- Pasien tidak merasa cemas
- Tekanan darah sistolik dan
diastolik membaik 130/80
mmHg.
A : Masalah teratasi, pertahankan
kondisi pasien.
P : Hentikan intervensi.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Ruangan:
Umur: No RM:
Paraf
Tanggal Tindakan Perawatan Evaluasi
Nama Terang
19 mei 2021 Menghitung tetesan infuse DS :
dan pemasangan infuse. Pasien mengatakan merasa
sedikit nyeri setelah di
pasang infuse.
DO :
Tampak tidak ada bengkak
pada area yang di pasang Dewa ayu sri
infuse.
Program Studi D3
Keperawatan Universitas Kusuma
Husada Surakarta
2020
ABSTRAK
Gagal Ginjal Kronis (GGK) atau CKD merupakan perburukan
fungsi ginjal yang lambat, progresif dan irreversible yang
menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk membuang sisa
dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Hal
ini mengarah ke penyakit ginjal stadium akhir ( End Stage
Rennal Disease/ ESRD) dan membutuhkan terapi pengganti
ginjal atau transplantasi ginjal untuk mempertahankan hidup.
Kelebihan volume cairan pada pasien gagal ginjal kronik dapat
dilakukan penatalaksanaan non farmakologi yang dapat
diberikan adalah optimalisasi dan pertahankan keseimbangan
cairan salah satunya dengan pemantauan intake output cairan
untuk pembatasan asupan cairan pada pasien. Tindakan
keperawatan untuk mengatasi kelebihan volume cairan pada
pasien Chronic Kidney Disease (CKD) dapat dilakukan dengan
cara nonfarmakologi. Upaya nonfarmakologi adalah dengan
melakukan pemantauan dengan cara mencatat jumlah cairan
yang masuk dan jumlah urine yang dikeluarkan pasien setiap
harinya menggunakan chart atau tabel. Pemantauan intake
output cairan pasien dilakukan dalam waktu 24 jam dan dapat
dibagi tiap shift jaga (±7 jam) untuk kemudian dimasukkan ke
dalam chart atau table sesuai jam dan jenis intake pasien atau
IWL untuk kemudian dihitung balance cairan pasien. Tujuan
studi kasus ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien yang mengalami penyakit gagal ginjal kronik
dengan masalah pembatasan kebutuhan cairan. Jenis
pengambilan kasus ini adalah deskriptif dengan studi kasus.
Subjek studi kasus ini adalah satu pasien dengan diagnosa
medis dan masalah keperawatan yaitu klien yang mengalami
gagal ginjal kronik (GGK) di ruang ICU Melati 1 RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Kesimpulan : Hasil studi kasus dengan
masalah kelebihan volume cairan yang dilakukan tindakan
pemantauan intake output cairan selama tiga hari menunjukan
terjadinya penurunan dalam cairan balance yang signifikan
pada hari kedua serta pada hari ketiga juga mengalami
penurunan namun tidak sebanyak penurunan balance cairan
pada hari kedua karena perawat telah mempertimbangkan
jumlah pembatasan cairan yang masuk pada pasien dalam
jumlah kebutuan cairan pasien.
Kata kunci : Gagal Ginjal Kronik (GGK), kelebihan volume cairan, pemantauan
intake output cairan.
PENDAHULUAN
Anggraini, et al. (2016). Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik. Jurnal Keperawatan Indonesia Volume 19 No. 3
November 2016, hal 152-60
Elizabeth J, Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Hidayati, W., & Wahyuni, K., 2012. Pengalaman self-care berdasarkan teori
orem pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
Nursing Studies Journal, 1(1), 244–251. Available at :
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnursing/article/view/File/457/456
(diakses 21 Januari 2020 pukul 13:00 WIB)
Hidayat, A.A.A., 2010. Metode penelitian kebidanan teknik analisa data. Jakarta :
Salemba Medika.
Hidayati, W., & Wahyuni, K., 2012. Pengalaman self-care berdasarkan teori orem
pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Nursing
Studies Journal, 1(1), 244–251. Available at :
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnursing/article/view/File/457/456
(diakses 20 Januari 2020 pukul 13:00 WIB)
Kozier, B., ERB, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2011). Buku ajar
fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Alih
bahasa Esty Wahyuningsih, Devi Yulianti, Yuyun Yuningsih
dan Ana Lusyana. Jakarta: EGC
Lina, Liza Fitri dan Sari Eliza Permata. 2016. Pengaruh terapi murottal al-quran
surat ar-rahman terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien
hemodialisa di ruang hemodialisa Rsud dr. Yunus Bengkulu tahun 2016.
Jurnal Ilmiah.Vol.1 No.1.
Muttaqin, A., & Sari, K., 2011. Asuhan keperawatan gangguan sistem
perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
PENEFRI. (2012). Fifth Report Of Indonesian Renal Registry 2012. Diakses tanggal
07 Januari 2020 dari http://www.penefri.inasn.org/gallery.html
Prabowo, Eko & Pranata, Adi E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Rizqiea, Noerma Shovie dkk. 2017. Terapi murottal dan kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik dengan hemodialisa di Rsud dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Adi
Husada Nursing Journal. Vol. 3 N0.2.
Rendy, M.C., & TH, M., 2012. Asuhan keperawatan medikal bedah penyakit dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Setiadi. 2013. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu
Suwitra Ketut. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 Edisi.V. Interna Publishing.
Smeltzer, S. C., & Bare. B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC
Jakarta : EGC
Udjianti, Wajan Juni. 2013. Keperawatan Kardiovaskular. Cetakan Ketiga.
Jakarta: Salemba Medika
WHO. 2017. How Can We Achieve Global Equity in Provicion of Renal Replacement
Therapy. Bull WHO. 86: 16-240
ANALISIS JURNAL I
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
DENGAN TINDAKAN PEMBATASAN KEBUTUHAN CAIRAN
Intervention : Hasil intervensi keperawatan yang telah disusun penulis setelah melakukan
pengkajian dan merumuskan diagnosa keperawatan sebagai tindak lanjut asuhan
keperawatan pada Tn. A maka didapatkan tujuan dan kriteria hasil diagnosa
keperawatan utama yakni hipervolemia berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi dibuktikan dengan kadar Hb / Ht turun, terdapat edema,
balance cairan positif, terdengar suara napas tambahan ronchi basah pada lobus
inferior kanan dan lobus inferior kiri (D.0022), dengan hasil SLKI (2019) yakni
keseimbangan cairan (L.03020) setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan masalah hipervolemia dapat teratasi dengan kriteria hasil asupan
cairan pasien mampu meningkat, pasien mampu menunjukkan kelembaban
membrane mukosa yang meningkat, pasien menunjukkan penurunan edema,
pasien menunjukkan penurunan rasa dehidrasi, pasien menunjukkan turgor kulit
yang baik, serta pasien mampu menunjukkan tekanan darah yang membaik,
sedangkan intervensi yang dilakukan yaitu SIKI (2018) yakni pemantauan cairan
(I.03121) dengan memonitor frekuansi napas, memonitor tekanan darah,
memonitor elastisitas status turgor kulit, memonitor intake dan output cairan,
membatasi intake cairan (bilas NGT), mengatur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien, serta menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
Comparasion : Pada jurnal Asuhan Keperawatan Pada Pasien Chronic Kidney Disease (Ckd)
Dengan Tindakan Pembatasan Kebutuhan Cairan tidak intervensi pembanding
pada jurnal ini.
Outcome : Evaluasi atau catatan perkembangan keperawatan pada hari senin 25 Februari
2020 pukul 13.00 WIB didapatkan hasil, Subyektif : -. Obyektif : Balance cairan
+291 cc, hasil pemeriksaan laboratorium ureum 242 mg/ dl (tinggi), creatinin
14,3mg/ dl (tinggi), irama pernapasan tidak teratur, pemeriksaan auskultasi suara
paru terdengar ronkhi basah pada lobus inferior kanan dan lobus inferior kiri,
tekanan darah 158 / 92 mmHg, pemeriksaan radiologi foto thorak menunjukan
edema pulmo. Analisa : masalah belum teratasi. Planning : lanjutkan intervensi,
Monitor status hemodinamika per jam, monitor intake dan outout cairan, monitor
hasil laboratorium, batasi intake cairan (air pembilas NGT 23 cc), berikan obat
diuretik sesuai advise dokter (furosemide 20mg/ 8jam). Evaluasi pada hari selasa 26
Februari 2020 pukul 11.00 WIB didapatkan hasil, Subyektif : -. Obyektif : balance
cairan +30 cc, irama pernapasan tidak teratur, hasil pemeriksaan laboratorium
ureum 239 mg/ dl, kreatinin 14,1 mg/ dl, tekanan darah 147/87 mmHg, auskultasi
paru terdengar suara napas tambahan ronchi basah pada lobus inferior kanan dan
lobus inferior kiri. Analisa : masalah belum teratasi. Planning: Monitor status
hemodinamika per jam, monitor intake dan outout cairan, monitor hasil
laboratorium, batasi intake cairan (air pembilas NGT 18 cc), berikan obat diuretik
sesuai advise dokter (furosemide 20mg/ 8jam). Evaluasi pada hari rabu 27 Februari
2020 pukul 14.00 WIB, Subyektif : -. Obyektif : balance cairan +20 cc, hasil
pemeriksaan lab kreatinin 13.9 mg/ dl, ureum 23.3 mg/ dl, irama pernapasan tidak
teratur, pada pemeriksaan paru masih terdengar suara napas tambahan yaitu ronkhi
basah pada lobus inferior kanan dan kiri, tekanan darah 146/82 mmHg. Analisa:
masalah belum teratasi. Planning : Monitor status hemodinamika per jam, monitor
intake dan outout cairan, monitor hasil laboratorium, batasi intake cairan (air
pembilas NGT 17cc), berikan obat diuretik sesuai advise dokter (furosemide 20mg/
8jam).
Time : Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang dilakukan pada tanggal 25 Februari 2020
- 27 Februari 2020.
ANALISIS JURNAL II
Intervention : Pasien yang menjadi kelolaan pada studi kasus ini adalah Ny. S (50 tahun),
dirawat di RS sejak tanggal 7 Mei 2014 dengan keluhan ketika masuk, meliputi
sesak nafas, kondisi kaki bengkak dan perut yang membesar, mual, serta lemas.
Klien memiliki riwayat obesitas (riwayat BB=100 kg, suka makan gorengan dan
makanan berpenyedap kuat), riwayat merokok dan menderita DM tipe 2 (riwayat
GDS 300 mg/dl) sejak empat tahun yang lalu disertai dengan hipertensi grade 1
(riwayat TD 160/90 mmHg). Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan hasil
pengkajian melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium,
meliputi gangguan perfusi jaringan perifer, kelebihan volume cairan, risiko
gangguan keseimbangan nutrisi, risiko infeksi, intoleransi aktivitas, serta kerusakan
intergritas kulit.
Comparasion : Pada jurnal Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Dapat Mencegah Overload Cairan tidak ada intervensi pembading.
Outcome : Tindakan keperawatan dalam mengatasi overload meliputi pemantauan TTV
(TD), status mental, CVP, distensi vena leher, suara nafas, berat badan, status
hidrasi, pemantauan adanya edema, ascites, kolaborasi pembatasan cairan dan
pantau intake output (Dongoes, Moorhouse, & Murr, 2010). Intervensi
selanjutnya yang dilakukan dalam mengatasi kelebihan cairan pada pasien GGK
adalah berupa pemantauan berat badan, edema atau ascites dan status hidrasi.
Perubahan berat badan secara signifikan yang terjadi dalam 24 jam menjadi salah
satu indikator status cairan dalam tubuh. Kenaikan 1 kg dalam 24 jam
menunjukkan kemungkinan adanya tambahan akumulasi cairan pada jaringan
tubuh sebanyak 1 liter. Pemantauan selanjutnya, berupa pemantauan adanya
edema dan ascites menunjukkan adanya akumulasi cairan di jaringan interstisial
tubuh yang salah satu kemungkinan penyebabnya perpindahan cairan ke jaringan.
Salah satu pemicu kondisi tersebut adalah peningkatan volume cairan dalam
pembuluh darah (Lewis, Heitkemper, Dirksen, O’Brien & Bucher, 2007).
Sehubungan dengan tindakan kolaborasi, intervensi keperawatan dalam
menangani kelebihan cairan diantaranya adalah kolaborasi pembatasan intake
cairan. Pada pasien GGK pembatasan cairan harus dilakukan untuk menyesuaikan
asupan cairan dengan toleransi ginjal dalam regulasi (ekresi cairan), hal tersebut
dikarenakan penurunan laju ekresi ginjal dalam membuang kelebihan cairan
tubuh sehubungan dengan penurunan LFG. Pada pasien ginjal intake cairan yang
direkomendasikan bergantung pada jumlah urin 24 jam, yaitu jumlah urin 24 jam
sebelumnya ditambahkan 500-800 cc (IWL) (Europan Society for Parenteral and
Enteral Nutrition dalam Pasticci, Fantuzzi, Pegoraro, Mc Cann, Bedogni, 2012).
Time : Pada jurnal tidak dituliskan waktu penelitian.