Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS:

TUBERKULOSIS
Disusun Oleh: Ligya Marline Tobing
STATUS PASIEN
Tn. S / 51 th
No. RM: 040205
IDENTITAS
Nama : Tn. S
Tanggal lahir : 06 Juni 1970
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Link. Kalentemu Barat, Samangraya
Status : Menikah
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Tanggal pemeriksaan : 26 November 2021
Nomor rekam medis : 040205
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA: BATUK BERDARAH

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:


Pasien mengeluhkan batuk berdahak sudah sejak 1 bulan yang lalu, dirasakan memberat
sejak 5 hari terakhir, dan 1 hari yang lalu batuk berdahak disertai darah. Pasien mengaku
telah berobat ke klinik dan mendapatkan obat untuk meringankan keluhan, obat sudah
dikonsumsi sampai habis namun keluhan tidak kunjung membaik. Pasien mengaku tidak
mengingat obat apa saja yang sudah dikonsumsi. Pasien mengaku keluhan disertai
meriang pada malam hari (+), penurunan berat badan (+).
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat minum OAT : disangkal
Riwayat lingkungan dengan TB : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : (+) tidak minum obat
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA:
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat tuberkulosis : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA:
Pasien tampak sakit sedang, dengan kesadaran compos mentis dengan GCS E4V5M6.

TANDA VITAL
Tekanan darah : 96/63 mmHg
Frekuensi pernapasan : 22x/menit
Frekuensi nadi : 104 x/menit
Suhu : 36,5C
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : bentuk mesocephal
Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-),
darah (-/-), sekret (-/-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), nyeri
tekan (-), benjolan (-)
Thoraks : dinding dada kiri = dinding dada kanan,
pengembangan dinding dada kiri = dinding
dada kanan, retraksi (-/-)
Pulmo:
Inspeksi : pengembangan dada kiri = dada kanan
Palpasi : fremitus taktil kiri = kanan
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : SDV(+/+) di seluruh lapang paru
PEMERIKSAAN FISIK
Cor:
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : terdengar bunyi jantung I dan II reguler,
intensitas meningkat, bising (-), murmur (-)

Abdomen:
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : bising usus (+), dalam batas normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba membesar

Ekstremitas:
Akral dingin (-/-/-/-), edema (-/-/-/-), CRT <2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS BTA (02/12/2021): (+)
DIAGNOSIS: TUBERKULOSIS PARU

TATALAKSANA: MEMULAI TERAPI OAT LINI 1


KDT TB FASE INTENSIF 1 X 3 TABLET
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Definisi
2. Etiologi
3. Transmisi
4. Faktor Risiko
5. Gejala Klinis
6. Klasifikasi
7. Penegakan Diagnosis
8. Tatalaksana
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Komplikasi
DEFINISI
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit kronik
menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis (M.TB)

MTB terutama mempengaruhi paru-paru,


sehingga gejala klinis yang paling sering
ditemukan adalah gejala respiratori. Namun,
TB adalah penyakit multi-sistem dimana
sering mengenai organ respirasi,
gastrointestinal, limfe, kulit, sistem saraf
pusat, muskuloskeletal, reproduksi, dan hepar.

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
Adigun R, Singh R. Tuberculosis. [Updated 2022 Jan 5]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.  Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441916/
ETIOLOGI
Tuberkulosis disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (M.TB) yang
merupakan bakteri berbentuk batang dan
bersifat tahan asam atau sering disebut
Basil Tahan Asam (BTA).
Terdapat 5 bakteri yang berkaitan erat
MTB merupakan bakteri yang tidak dengan infeksi TB:
membentuk spora, tidak motil, aerob • Mycobacterium tuberculosis
obligat, fakultatif, intraselular dan • Mycobacterium bovis
• Mycobacterium africanum
catalase-negative.
• Mycobacterium microti
• Mycobacterium cannettii

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
Adigun R, Singh R. Tuberculosis. [Updated 2022 Jan 5]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.  Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441916/
FAKTOR RESIKO
Beberapa kelompok individu yang lebih rentan mengalami penyakit TB, yaitu:
• Orang dengan HIV positif dan penyakit imunokompromais lain.
• Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka waktu panjang.
• Perokok
• Konsumsi alkohol tinggi
• Anak usia <5 tahun dan lansia
• Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB aktif yang infeksius.
• Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi tuberkulosis (contoh: lembaga
permasyarakatan, fasilitas perawatan jangka panjang)
• Petugas kesehatan

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
TRANSMISI
• Tuberkulosis biasanya menular dari
manusia ke manusia lain lewat udara
melalui percik renik atau droplet nucleus
(<5 microns) yang keluar ketika seorang
yang terinfeksi TB paru batuk, bersin,
atau bicara.
• Percak renik dapat bertahan di dalam
udara sampai 4 jam.

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
GEJALA KLINIS

Gejala TB sesuai dengan


lokasi anatomis yang terlibat. Batuk >= 2 Minggu
Khususnya untuk TB paru gejala
utamanya adalah batuk berdahak
selama 2 minggu atau lebih, dapat
diikuti dengan dahak bercampur Demam / Keringat Malam Hari
darah, malaise, berkeringat di
malam hari, demam meriang, berat
badan menurun, sesak nafas,
badan lemas, serta nafsu makan Penurunan BB
menurun.

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.
TIPE PASIEN TB
1. Pasien terduga TB / presumptive TB

2. Pasien TB terkonfirmasi bakteriologis: Pasien TB terbukti positif pada pemeriksaan


mikroskopis langsung, TCM TB, atau biakan pada sputum, cairan tubuh, dan jaringan.

3. Pasien TB terdiagnosis secara klinis: Pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis
secara bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter, dan diputuskan
diberikan pengobatan TB

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
KLASIFIKASI PASIEN TB
Klasifikasi berdasarkan lokasi Klasifikasi riwayat pengobatan:
anatomis: a) Kasus baru
a) TB paru b) Kasus dengan riwayat pengobatan
b) TB ekstra paru c) Kasus kambuh
d) Kasus pengobatan setelah gagal
e) Kasus setelah loss to follow up
f) Kasus lain-lain
g) Kasus dengan riwayat pengobatan tidak
diketahui

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
KLASIFIKASI PASIEN TB
Klasifikasi berdasarkan uji kepekaan obat Klasifikasi status HIV
a) Monoresisten: Resistensi terhadap salah satu a) TB dengan HIV positif
jenis OAT lini pertama b) TB dengan HIV negatif
b) Poliresisten: Resistensi terhadap lebih dari c) TB dengan status HIV
satu jenis OAT lini pertama selain isoniazid tidak diketahui
dan rifampisin secara bersamaan
c) TB MDR: Resistensi minimal terhadap
isoniazid dan rifampisin bersamaan
d) TB XDR: TB-MDR yang juga resisten
terhadap salah satu OAT golongan
flurokuinolon dan salah satu dari OAT lini
kedua jenis suntikan
e) TB RR: Resisten terhadap rifampisin

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
PENEGAKAN
DIAGNOSIS

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran


Tata Laksana Tuberkulosis (KEMENKES
RI, 2020).
ALUR
DIAGNOSIS
TB ANAK

Petunjuk Teknis Manajemen dan


Tatalaksana TB Anak (KEMENKES RI,
2016)
SKORING TB ANAK

Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB


Anak (KEMENKES RI, 2016)
Pasien terduga resisten
Pada pasien dengan terduga resistan obat pada kelompok pasien yang memenuhi kriteria sebagai
berikut, perlu diperiksa uji kepekaan obat dengan TCM dan ditangani sesuai alur:
1. Pasien TB gagal pengobatan kategori 2.
2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan pengobatan.
3. Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak standar serta menggunakan
kuinolon dan obat injeksi lini kedua paling sedikit selama 1 bulan.
4. Pasien TB gagal pengobatan kategori 1.
5. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi setelah 2 bulan pengobatan.
6. Pasien TB kasus kambuh (relaps), dengan pengobatan OAT kategori 1 dan kategori 2.
7. Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai berobat/default).
8. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB- RO, termasuk dalam hal
ini warga binaan yang ada di lapas/rutan, hunian padat seperti asrama, barak, buruh pabrik.
9. Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons secara bakteriologis maupun klinis terhadap
pemberian OAT, (bila pada penegakan diagnosis awal tidak menggunakan TCM TB).

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2019.
ALUR
DIAGNOSIS
TB RO

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran


Tata Laksana Tuberkulosis (KEMENKES
RI, 2020).
Infeksi Laten TB (ILTB)
Tuberkulosis laten adalah seseorang
yang terinfeksi kuman M.tb
tetapi tidak menimbulkan tanda dan
gejala klinik serta gambaran foto toraks
normal dengan hasil uji imunologik
seperti uji tuberkulin atau Interferon
Gamma Release Assay (IGRA)
positif.

Salah satu upaya pencegahan


dilakukan dengan TBC dengan
pemberian TPT pada kasus ILTB.

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
DOSIS OAT

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran


Tata Laksana Tuberkulosis (KEMENKES
RI, 2013).
KDT (Kombinasi Dosis Tetap)
sesuai BB

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis (KEMENKES RI, 2013).
TATALAKSANA TB PADA ANAK

Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak (KEMENKES RI, 2016)


Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak (KEMENKES RI, 2016)
PENGOBATAN PROFILAKSIS
Pada anak usia <= 5 tahun atau dengan imunokompromais, tanpa gejala dan tanda
klinis TB, dapat diberikan pengobatan profilaksis

Pada anak kontak erat dengan Pada anak kontak erat dengan pasien
pasien dewasa TB dengan BTA dewasa TB-RO:
positif: Ethambutol 15 - 25 mg/kgBB/hari &
INH dosis 10mg/kgBB/hari Levofloksasin 15 – 20 mg/KgBB/hari
selama 6 bulan selama 6 bulan

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
TPT (Terapi Pencegahan Tuberkulosis
Sebagai upaya pencegahan TB, pada kasus ILTB dapat diberikan TPT/ Terapi Pencegahan
Tuberkulosis.

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
EFEK SAMPING OAT

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Tuberkulosis (KEMENKES RI, 2013).


Evaluasi Pengobatan
Menurut rekomendasi WHO, pada akhir Pasien harus dipantau secara reguler
fase intensif dilakukan evaluasi untuk menilai respon terapinya.
pengobatan dengan menggunakan Beberapa hal yang harus dipantau
pemeriksaan sputum BTA, jika hasil meliputi:
tetap positif maka disarankan untuk uji • Kepatuhan minum obat
kepekaan obat, fase lanjutan tetap • Gejala TB (menetap atau muncul
diteruskan. kembali)
Evaluasi kembali dilakukan di akhir • Efek samping OAT
bulan ke-5 atau ke-6 untuk menilai hasil • Berat badan pasien
pengobatan.

Jika diakhir pengobatan pemeriksaan BTA masih belum konversi, maka menandakan pengobatan
gagal dan perlu dilakukan diagnosis cepat TB MDR sesuai alur diagnosis TB MDR.
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
EVALUASI HASIL PENGOBATAN

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana


Tuberkulosis (KEMENKES RI, 2013)
KOMPLIKASI
TB paru dapat menyebabkan berbagai macam
komplikasi;
• Pendarahan dari bronkus, pulmo, dan arteri • TB paru yang parah dan tidak ditangani
interkostal dapat menyebabkan hemoptisis. dapat menyebabkan kerusakan paru
Pendarahan biasanya minimal dan jarang yang ekstensif, nekrosis, dan
menjadi pendarahan masif. gangren.
• Rupturnya fokus subpleura atau kavitas paru • TB juga dilaporkan dapat
dapat menyebabkan pneumothoraks meningkatkan resiko kanker paru.
spontan. Inflamasi nodus limfatikus dapat • Beberapa komplikasi lain yang jarang
menyebabkan kompresi dari cabang bronkus terjadi termasuk aspergilsosis paru
dan dapat menyebabkan bronkiektasis. kronis dan syok septik.

Alzayer Z, Al Nasser Y. Primary Lung Tuberculosis. [Updated 2022 Jan 5]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.  Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK567737/
PROGNOSIS
Prognosis dari TB sangat beragam, karena merupakan penyakit yang dapat melibatkan lebih
dari satu sistem tubuh dan dapat dipengaruhi banyak faktor.
Karakteristik pasien seperti usia, status imun, komorbid, waktu memulai pengobatan, dan
kepatuhan juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil.

Pada umumnya, pengobatan WHO memperkirakan


dapat berhasil dalam sekitar mortalitas sekitar
85% kasus. 15%.

Alzayer Z, Al Nasser Y. Primary Lung Tuberculosis. [Updated 2022 Jan 5]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.  Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK567737/
DAFTAR PUSTAKA
Adigun R, Singh R. Tuberculosis. [Updated 2022 Jan 5]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441916/
Alzayer Z, Al Nasser Y. Primary Lung Tuberculosis. [Updated 2022 Jan 5]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK567737/
Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2016.
Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Penanganan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
2020.
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI; 2013.
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI; 2020.
Terima kasih
EPIDEMIOLOGI
Insidens TB secara global dilaporkan menurun dengan laju 2,2% pada tahun 2010-2011.
Walaupun dengan kemajuan yang cukup berarti ini, beban global akibat TB masih tetap
besar. Diperkirakan pada tahun 2011 insidens kasus TB mencapai 8,7 juta (termasuk 1,1 juta
dengan koinfeksi HIV) dan 990 ribu orang meninggal karena TB. Secara global
diperkirakan insidens TB resisten obat adalah 3,7% kasus baru dan 20% kasus dengan
riwayat pengobatan. Sekitar 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB di dunia terjadi di
negara berkembang

Pada tahun 2011 Indonesia (dengan 0,38-0,54 juta kasus) menempati urutan keempat setelah
India, Cina, Afrika Selatan.

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Tuberkulosis (KEMENKES RI, 2013)


TATALAKSANA
TB PADA ANAK

Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak (KEMENKES RI, 2016)


Pengobatan jangka panjang
TATALAKSANA TB RO

Pengobatan jangka pendek


TPT
6H:
- Isoniazid
- Usia <10 th: INH dosis 10mg/kg/hari (max
300mg)
- Usia >= 10 th: 5mg/kg/hari (max
300mg)
- Pasien gizi buruk ditambahkan vit B6
3HR:
- Isoniazid & Rifampisin
- Dosis isoniazid sama seperti dosis pd
6H
- Rifampisin usia >=10th: 10mg/kg/hari
3HP:
- Isoniazid dan
- Tidak direkomendasikan pada wanita
hamil
- Dosis maksimal isoniazid dan
rifampetin 900mg/hari

Anda mungkin juga menyukai