Anda di halaman 1dari 13

Nama : Annisa Rizqi Ramadhani Sitio

NIM: 213308010009

Belajar Mandiri Topik 13


Penyakit Testis

Torsio, Varikokel, Hidrokel – Patologi

Torsio
Torsio testis adalah kondisi ketika testis atau buah zakar terpelintir sehingga
menimbulkan nyeri hebat pada testis secara tiba-tiba. Torsio testis merupakan salah satu
penyakit kegawatdaruratan urologi yang memerlukan penanganan segera karena dapat
menyebabkan iskemia testis. Torsio testis terjadi akibat berputarnya funikulus spermatikus
(spermatic cord) dan merupakan salah satu penyebab nyeri skrotum akut yang paling sering
terjadi.
Kondisi ini paling sering terjadi di antara usia 12 dan 16 tahun. Akan tetapi tak menutup
kemungkinan terjadi pada usia berapa pun, termasuk sebelum kelahiran. Torsio testis
umumnya membutuhkan pembedahan segera. Bila mendapatkan penanganan yang tepat
waktu, testikel umumnya dapat diselamatkan. Akan tetapi, bila aliran darah terhenti untuk
waktu yang lama, testikel dapat mengalami kerusakan permanen yang membutuhkan
pengangkatan.

Epidemiologi torsio
Epidemiologi torsio testis lebih banyak pada laki-laki usia remaja dan neonatus.
Sebanyak 65% kasus torsio testis terjadi pada kelompok usia 12-18 tahun, namun torsio testis
tetap dapat terjadi pada seluruh kelompok usia. Torsio testis juga merupakan penyebab nyeri
skrotum akut yang paling sering terjadi. Epidemiologi torsio testis di Indonesia belum tercatat
secara pasti.
Torsio testis pada umumnya tidak menyebabkan kematian, namun dapat menyebabkan
kematian jaringan testis. Kematian testis pada umumnya terjadi sebanyak 39% - 71%,
sehingga membutuhkan tindakan orkiektomi. Kematian testis juga dapat terjadi hingga 100%
apabila torsio testis tidak terdiagnosis dengan baik sehingga menyebabkan morbiditas berupa
infertilitas pria.

Komplikasi
Komplikasi torsio testis yang paling sering terjadi adalah infertilitas, deformitas testis,
dan rekurensi torsio. Deformitas testis umumnya terjadi karena prosedur orkidektomi pada
testis yang mengalami nekrosis ataupun atrofi testis. Deformitas testis dapat menyebabkan
trauma psikis, karena gangguan dismorfik tubuh, estetika, ataupun fungsi testis yang
menurun. Pasien-pasien yang menjalani orkidektomi juga dapat mengalami gangguan
pubertas akibat gangguan produksi hormon, terutama bila torsio testis terjadi pada usia anak-
anak.

Patofisiologi torsio
Patofisiologi torsio testis adalah terpuntirnya funikulus spermatikus dan rotasi testis
yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke testis, sehingga terjadi iskemia testis dan
reperfusi saat dilakukan detorsio. Besarnya kerusakan testis akibat proses iskemia-reperfusi
(ischemia-reperfusion injury) yang terjadi sangat ditentukan oleh durasi terjadinya torsio dan
derajat terpuntirnya funikulus spermatikus. Faktor-faktor yang terlibat pada mekanisme ini
adalah spesies reaktif oksigen, faktor-faktor proinflamasi, apoptosis, dan gangguan
mikrovaskular. Deformitas bell clapper juga merupakan salah satu faktor predisposisi torsio
testis.

Etiologi torsio testis dapat dibedakan menjadi torsio ekstravaginal dan intravaginal. Torsio
testis juga dapat terjadi pada testis undesensus.
Torsio ekstravaginal terjadi pada fetus atau neonatus karena testis belum terfiksasi
via tunika vaginalis pada skrotum. Torsio intravaginal umumnya terjadi pada orang dengan
deformitas bell clapper atau trauma. Kedua kondisi tersebut menyebabkan testis menjadi
tidak terfiksasi sehingga berisiko mengalami torio.

Penyebab Torsio Testis


Torsio testis terjadi apabila terdapat rotasi testis pada korda spermatik, yang
mengalirkan darah dari abdomen ke testis. Bila testis mengalami rotasi beberapa kali, aliran
darah dapat berhenti sepenuhnya, yang mengakibatkan kerusakan menjadi lebih cepat.
Torsio testis sering kali terjadi beberapa jam setelah aktivitas berat, cedera ringan pada testis,
atau saat tertidur. Suhu dingin dan perkembangan testis yang lebih cepat pada saat pubertas
juga dapat berperan.
Beberapa faktor risiko yang dikaitkan dengan torsio testis adalah:
 Kelainan struktural: deformitas bell clapper, jaringan mesorkium panjang
 Usia. Torsio testis paling sering diamati pada laki-laki berusia 12 hingga 16 tahun.
 Riwayat torsio testis sebelumnya. Individu yang pernah mengalami nyeri testis
sebelumnya, yang hilang dengan sendirinya, memiliki kemungkinan yang lebih tinggi
untuk mengalami torsio testis. Semakin sering nyeri dialami, semakin tinggi risiko
terjadinya kerusakan testis.
 Riwayat torsio testis pada anggota keluarga. Orang yang memiliki anggota keluarga
dengan riwayat torsio testis sebelumnya memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk
mengalami torsio testis.
Gejala Torsio Testis
Pasien-pasien dengan torsio testis pada umumnya mengeluhkan nyeri skrotum akut.
Tanda dan gejala dari torsio testis yang umumnya dikeluhkan dapat mencakup beberapa hal
seperti : Nyeri yang tiba-tiba dan berat pada skrotum, kantung kulit di bawah penis yang
berisi testikel, Pembengkakan pada skrotum, Nyeri pada abdomen, Mual dan muntah, Posisi
testikel yang lebih tinggi dari normal, atau pada sudut yang tidak biasa, Nyeri saat berkemih
dan Demam
Anak laki-laki yang mengalami torsio testis sering kali terbangun akibat rasa nyeri
yang hebat pada skrotum saat tengah malam atau pagi hari.

Diagnosis Torsio Testis


Diagnosis dari torsio testis umumnya ditentukan berdasarkan hasil wawancara medis,
pemeriksaan fisik secara langsung, dan pemeriksaan penunjang tertentu yang dibutuhkan,
dokter akan melakukan pemeriksaan fisis pada skrotum, testikel, abdomen, dan
selangkangan.
 Pemeriksaan urine. Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk melihat adanya infeksi
pada saluran kemih.
 Ultrasonografi (USG) skrotum. Pemeriksaan USG dilakukan untuk memeriksa aliran
darah. Penurunan aliran darah ke testikel dapat menjadi salah satu tanda dari torsio
testis.
Penatalaksanaan torsio testis harus dilakukan dengan cepat. Tujuan utama
penatalaksanaan torsio testis untuk mengembalikan aliran darah ke testis yang mengalami
iskemia. Kecepatan pasien mendapatkan tata laksana akan sangat menentukan prognosis
pasien.

Pengobatan Torsio Testis


Untuk mengatasi torsio testis, dokter urologi akan melakukan tindakan operasi
orchiopexy. Operasi dilakukan setelah pasien dibius total dan tidak sadar. Selama operasi,
dokter akan membuat irisan pada kantong buah zakar dan mengembalikan posisi testis yang
terpelintir.
Bila tidak ditangani dengan cepat, jaringan testis akan mengalami kematian dalam
waktu 6 jam. Dokter akan melakukan tindakan pengangkatan testis.
Pasca operasi, pasien dapat diberikan obat-obatan untuk membantu masa pemulihan.
Obat-obatan itu meliputi obat pereda nyeri dan obat untuk mengatasi mual dan muntah.
Pencegahan Torsio Testis
Bila seseorang pernah menderita torsio testis, disarankan untuk menjalani operasi. Operasi ini
dilakukan dengan cara mengikat testis pada dinding bagian dalam kantong buah zakar, untuk
mempertahankan posisi testis sehingga tidak terpelintir lagi

Varikokel
Varikokel adalah pembengkakan pada pembuluh darah vena dalam kantong zakar
(skrotum). Varikokel terjadi di skrotum yang berfungsi menahan testis serta mengandung
arteri dan vena di saluran sperma (spermatic cord) pada setiap testis di atas skrotum.
Pembuluh darah yang membawa darah dari testis ke penis tersebut seharusnya tidak teraba
atau terasa, tetapi saat terjadi varikokel pembuluh darah vena tersebut tampak seperti banyak
cacing dalam skrotum. Kondisi ini serupa dengan varises pada tungkai.
Untuk keseragaman klinis, besar varikokel dibagi 4 derajat sesuai anjuran Glezerman :
1. Derajat 1 : varikokel teraba saat pasien berdiri dan lakukan maneuver valsava berulang
kali
2. Derajat 2 : varikokel terlihat saat pasien berdiri dan maneuver valsava sekali, saat baring
varikokel tidak nampak
3. Derajat 3 : varikokel teraba dan terlihat jelas saat pasien berdiri tanpa maneuver valsava.
Saat berbaring varikokel tidak terlihat jelas
4. Derajat 4 : varikokel terlihat jelas baik pasien berdiri maupun duduk, seringkali disertai
nyeri.

Epidemiologi
Kelainan ini terdapat pada 15% pria dan insiden varikokel meningkat setelah usia
pubertas. Kurang lebih 40% varikokel ditemukan pada pria yang mengalami gangguan
kesuburan atau infertilitas.
Motilitas spermatozoa yang kurang hampir selalu terdapat pada pria dengan varikokel.
Menurut MacLeod, motilitas spermatozoa yang kurang itu dapat ditemukan pada 90% pria
dengan varikokel, sekalipun hormone gonad dan gonadotrofiknya normal. Akan tetapi tidak
semua pasien varikokel mengalami gangguan fertilitas, diperkirakan sekitar 20-50%
didapatkan gangguan kualitas semen dan perubahan histologi jaringan testis.
Biasanya varikokel sebelah kiri lebih sering daripada yang kanan oleh karena perbedaan
letak muaranya. Dan varikokel tidak berhubungan dengan ras, suku ataupun letak geografis

Patogenesis
Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui beberapa
cara, antara lain :
1. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami
hipoksia karena kekurangan oksigen
2. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal ( katekolamin dan prostaglandin )
melalui vena spermatika interna ke testis.
3. Peningkatan suhu testis.
4. Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan,
memungkinkan zat-zat hasil metabolit dialirkan dari testis kiri ke testis kanan
sehingga menyebabkan gangguan spermatogenesis testis kanan, pada akhirnya terjadi
infertilitas.

Gejala Varikokel
Varikokel biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi beberapa pengidap ada yang
merasakan ketidaknyamanan atau bahkan rasa sakit pada bagian kantung zakarnya.
Gejala sakit ini biasanya meningkat saat pengidap berdiri atau melakukan aktivitas
fisik terlalu lama, dan mereda saat pengidap berbaring.
Selain rasa sakit, pembesaran pembuluh vena juga bisa meningkat seiring berjalannya
waktu. Pembengkakan ini kebanyakan terjadi pada sisi kiri kantung zakar dan jarang
terjadi pada sisi kanan kantong tersebut. Hal ini dikarenakan rute pembuluh vena di
sisi kiri berbeda dengan yang di kanan.

Penyebab Varikokel
Di dalam pembuluh vena terdapat katup-katup pembuluh yang berfungsi
sebagai pintu satu arah. Saat darah akan mengalir menuju jantung, katup akan terbuka
agar darah dapat mengalir secara lancar ke organ tersebut. Begitu pun sebaliknya,
katup akan menutup jika aliran darah berjalan lambat guna mencegah terjadinya aliran
balik akibat gravitasi. Jika katup tidak berfungsi dengan baik, darah akan mengalir
balik dan mengendap di dalam pembuluh vena yang lama-kelamaan dapat
menyebabkan pembengkakan.

Diagnosis
Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berdiri, dengan memperhatikan keadaan skrotum
kemudian dilakukan palpasi. Jika diperlukan, pasien diminta untuk melakukan maneuver
valsava atau mengedan. Jika terdapat varikokel, pada inspeksi dan palpasi terdapat bentukan
seperti kumpulan cacing dalam kantung sebelah cranial testis.
Kadangkala sulit untuk menemukan adanya bentukan varikokel secara klinis meskipun
terdapat tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya varikokel. Untuk itu diperlukan
pemeriksaan penunjang lainnya :
a. Stetoskop Doppler
Pemeriksaan dengan auskultasi, alat ini untuk mendeteksi adanya peningkatan
aliran darah pada pleksus pampiniformis.
b. Orkidometer
Supaya lebih objektif menetukan besar/volume testis dilakukan pengapuran
dengan alat ini.
c. Pemeriksaan analisis semen
Untuk menentukan seberapa jauh varikokel telah menyebabkan kerusakan
pada tubuli seminiferi.
d. USG atau CT scan
USG dan CT scan bukanlah standard evaluasi kecuali pemeriksaan fisis tidak
menemukan kesimpulan yang memuaskan.

Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari
pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada
sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 70–93 %). Hal ini disebabkan karena vena spermatika
interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan
bermuara pada vena kava dengan arah miring. Di samping itu vena spermatika interna kiri
lebih panjang daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan inkompeten.
Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai
adanya: kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor), muara
vena spermatika kanan pada vena renails kanan, atau adanya situs inversus.
Pasien varikokel umumnya asimtomatik sehingga sering kali varikokel terdiagnosis
saat pasien datang dengan keluhan infertilitas. Penegakan diagnosis varikokel dilakukan
dengan mengandalkan pemeriksaan fisik berupa inspeksi dan palpasi skrotum. Hasil
pemeriksaan fisik yang meragukan dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang seperti
USG Doppler.
Anamnesis
Pada anamnesis, penderita varikokel tidak mengeluhkan gejala apapun karena
sebagian besar varikokel bersifat asimtomatik. Pada beberapa kasus, pasien mengeluhkan
adanya pembesaran pada skrotum, terutama di bagian atas testis dan berada di sisi kiri.
Benjolan pada skrotum berbentuk seperti gumpalan cacing sehingga banyak orang
menamakan penyakit varikokel sebagai bag of worms. Gambaran kantong cacing ini
terkadang baru muncul saat pasien mengedan, batuk, atau menahan napas. Meskipun jarang,
pasien juga terkadang mengeluhkan adanya rasa nyeri atau rasa berat yang berasal dari
skrotum.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan ujung tombak penegakan diagnosis varikokel, berupa
pemeriksaan fisik skrotum. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu hangat untuk
mencegah kulit skrotum mengerut yang akan menyulitkan identifikasi varikokel.
Pemeriksaan perlu dilakukan dalam dua posisi, berdiri dan berbaring. Pada kedua posisi
perlu dilakukan pemeriksaan dengan atau tanpa manuver Valsalva. Posisi berbaring
dilakukan untuk menilai dekompresi vena yang mengalami dilatasi. Jika tidak terjadi
pengurangan dilatasi vena pada posisi berbaring, penyebab kompresi oleh tumor atau
malformasi anatomi perlu dipertimbangkan.
Lakukan pemeriksaan fisik skrotum meliputi ukuran dan konsistensi testis, serta ada tidaknya
dilatasi pleksus pampiniformis. Pengukuran ukuran testis dilakukan dengan menggunakan
orchidometer. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang didapatkan dari pemeriksaan fisik, derajat
varikokel dapat dibagi menjadi 3 menurut Dubin dan Amelar:
1. Derajat 1 = teraba hanya pada saat pasien berdiri dan melakukan manuver Valsalva
2. Derajat 2 = teraba saat pasien berdiri, tanpa manuver valsalva
3. Derajat 3 = terlihat melalui kulit skrotum dan teraba saat pasien berdiri
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk memperkuat penemuan pada pemeriksaan
fisik serta menilai derajat disfungsi testis yang dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam
pemilihan modalitas terapi.

Diagnosis Banding
Penyakit varikokel perlu dibedakan dengan beberapa diagnosis banding yang memiliki
gambaran klinis menyerupai penyakit tersebut.
 Tumor Testis
Pada kasus tumor testis, terdapat benjolan unilateral pada testis yang tidak
nyeri dan ditemukan adanya gambaran ginekomastia. Pada pemeriksaan
penunjang terdapat peningkatan alfa fetoprotein (AFP), β-hCG, atau LDH,
tergantung jenis sel yang berada pada tumor testis.
 Hidrokel
Hidrokel adalah suatu kondisi akumulasi cairan di antara lapisan viseral dan
parietal tunika vaginalis di sekeliling testis yang terjadi akibat adanya lubang
patologis, prosesus vaginalis yang paten. Pada pemeriksaan fisik, hidrokel
memiliki transluminasi positif atau berpendar saat diberikan cahaya.
 Kista Epididimis
Kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala menyerupai varikokel adalah
kista epididimis, yang ditandai dengan adanya benjolan halus di daerah kepala
epididimis. Pada beberapa kasus, kista epididimis juga dapat menyebabkan
nyeri pada skrotum atau membesar.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mendeteksi dan memeriksa varikokel
secara lebih lanjut. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, berupa pemeriksaan
pencitraan, di antaranya yang paling umum digunakan adalah USG Doppler. Pemeriksaan
penunjang untuk varikokel tidak rutin dilakukan dan hanya disarankan jika hasil pemeriksaan
fisik meragukan.
 Ultrasonografi Doppler
USG Doppler merupakan modalitas pemeriksaan yang paling banyak digunakan
dan merupakan standard pemeriksaan dalam kasus varikokel. Ultrasonografi yang
baik digunakan adalah yang beresolusi tinggi dengan menggunakan probe 7-10MHz.
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan dilatasi vena dan melihat ada
tidaknya pembesaran diameter vena saat manuver Valsalva. Pemeriksaan ini
dilakukan saat pasien dalam posisi berbaring.
Definisi pasti varikokel dari gambaran USG masih kontroversial, namun definisi
yang umum digunakan adalah vena dengan diameter 3 mm atau lebih saat berbaring.
Terdapat juga definisi lain berupa ditemukannya 3 vena atau lebih dengan minimal 1
vena memiliki diameter 3 mm atau lebih saat berbaring, atau terdapat pembesaran
diameter vena saat manuver Valsalva.
Selain membantu penegakan diagnosis, USG Doppler dapat digunakan untuk
menilai derajat keparahan dari varikokel berdasarkan derajat refluks vena selama
Valsalva. Hal ini dapat dinilai melalui sinyal warna yang menandakan aliran darah
dan arah pembuluh darah dalam varikokel.
 Venografi
Pemeriksaan venografi dilakukan melalui akses perkutaneus dari vena jugularis
interna atau femoralis kanan, diikuti dengan masuknya kateter ke vena spermatika dan
kontras secara retrograde. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan dengan tingkat
sensitivitas paling tinggi untuk menilai inkompetensi katup pada vena.
 Termografi dan Skintigrafi
Pemeriksaan termografi mendeteksi perubahan suhu pada skrotum pada
varikokel. Deteksi varikokel didasarkan pada hipertermia yang didefinisikan dengan
suhu ≥34 derajat Celsius atau perbedaan suhu ≥5 derajat Celsius antara pleksus
pampiniformis kanan dan kiri.
Pemeriksaan skintigrafi yang menggunakan tracer idak hanya dapat mendeteksi
refluks vena spermatika, tetapi juga bermanfaat untuk evaluasi derajat keparahan
varikokel.
 CT Scan
Pemeriksaan CT scan dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan tumor renal
dan retroperitoneal pada kasus varikokel pada sisi kanan atau varikokel unilateral
yang bersifat akut pada pasien yang berusia lanjut. Namun penggunaan CT scan pada
kasus varikokel dianggap kurang praktis karena adanya paparan radiasi.
 MRI
Meskipun jarang digunakan dalam kasus varikokel, penggunaan MRI dapat
dilakukan untuk memastikan dan mengidentifikasi penyebab dari varikokel.
Pemeriksaan penunjang ini tidak bersifat operator dependent dan memiliki gambaran
retroperitoneal yang detil. Selain itu, MRI dapat digunakan untuk mendeteksi sekuela
dari varikokel, prognosis, serta mendeteksi adanya fibrosis pada parenkim testis.
Pencegahan
Terdapat beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
ini, antara lain: Jangan gunakan celana yang terlalu ketat, karena dapat menekan
skrotum, Kelola stres, Istirahat yang cukup, Gunakan celana berbahan katup.

Hidrokel
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang
menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan
dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat
turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui
saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum
membengkak.
Kelainan ini ditemukan pada 80–90% bayi laki-laki. Dari jumlah tersebut, 90–95% di
antaranya akan menghilang spontan sebelum usia 2 tahun. Hidrokel juga ditemukan pada
satu dari seratus laki-laki dewasa, biasanya terjadi setelah usia diatas 20 tahun.

Epidemiologi
Epidemiologi hidrokel/hydrocele lebih sering terjadi pada laki-laki. Hidrokel pada
perempuan sangat jarang terjadi karena hidrokel terjadi pada kanalis Nuck yang umumnya
akan terobliterasi saat lahir. Jenis hidrokel yang paling sering ditemukan adalah hidrokel
nonkomunikans. Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup
dan lebih sering terjadi pada bayi prematur. Lokasi tersering adalah di sebelah kanan, dan
hanya 10% yang terjadi secara bilateral.
Jenis Hidrokel dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
•Hidrokel nonkomunikan
Hidrokel ini terjadi ketika celah di antara rongga perut dan skrotum (kanal
inguinal) menutup, tetapi cairan di dalam skrotum tidak terserap oleh tubuh.
•Hidrokel komunikan
Hidrokel ini terjadi ketika kanal inguinal tidak menutup sehingga cairan
dari rongga perut terus mengalir ke dalam skrotum dan dapat naik kembali ke
perut. Hidrokel komunikan dapat disertai hernia inguinalis.
Patofisiologi terjadinya hidrokel (hydrocele) berhubungan dengan perkembangan embriologi
kanalis inguinalis dan prosesus vaginalis. Hidrokel terjadi akibat adanya cairan berlebih di
dalam ruang potensial antara lapisan viseral dan parietal tunika vaginalis (bilayer) yang tidak
dapat tersalur sehingga mengakibatkan terjadinya akumulasi cairan.

Faktor risiko hidrokel


Hidrokel pada bayi lebih berisiko terjadi pada bayi yang terlahir prematur. Sedangkan
pada pria dewasa, risiko terjadinya hidrokel akan meningkat jika memiliki kondisi berikut
Menderita penyakit menular seksual dan Mengalami cedera atau peradangan pada skrotum.

Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis hidrokel, pertama-tama harus dilakukan anamnesis dan
menggali riwayat perkembangan dari pembengkakan skrotum. Setelah itu dilakukan
pemeriksaan fisik. Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi
berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat resolusi pada
tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel komunikans.
Pada pasien anak atau bayi, bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver
untuk meningkatkan tekanan intraabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan
dengan menyuruh pasien meniup balon atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan
memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua tangan bayi
diatas kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan menimbulkan tonjolan.
Pemeriksaan transiluminasi pada skrotum menunjukkan cairan dalam tunika vaginalis
mengarah pada hidrokel. Untuk pemeriksaan penunjang lebih lanjut, dilakukan pemeriksaan
USG testis. Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan
membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel atau spermatokel), vena
abnormal (varikokel), dan kemungkinan adanya tumor.

Gejala dan Tanda Hidrokel


Pada bayi, hidrokel ditandai dengan pembengkakan pada salah satu atau kedua sisi
skrotum. Jika diraba, skrotum akan terasa lunak seperti balon yang berisi air.
Pembengkakan ini biasanya tidak disertai nyeri dan akan mengempis dengan
sendirinya.
Pada pria dewasa, selain pembengkakan pada skrotum, hidrokel yang
membengkak akan terasa tidak nyaman atau berat. Terkadang pembengkakan skrotum
lebih terlihat di pagi hari.

Penatalaksanaan Hidrokel
Penatalaksanaan berdasarkan tipe hidrokel, yaitu:
1. Hidrokel kongenital biasanya terabsorbsi sendiri. Bila dalam satu tahun tidak hilang
atau semakin membesar, maka merupakan indikasi dilakukan operasi.
2. Hidrokel idiopatik harus dilakukan operasi, kecuali pada orangtua dengan keadaan
umum yang jelek. Pada kondisi itu, dilakukan aspirasi untuk mengurangi ketegangan
dan dilakukan berulang-ulang sampai keadaan memungkinkan untuk dioperasi.
3. Penatalaksanaan untuk hidrokel simptomatik yaitu ditujukan terutama pada penyakit
utamanya yang menyebabkan hidrokel.

Pengobatan Hidrokel
Hidrokel pada bayi biasanya akan menghilang dengan sendirinya setelah bayi berusia satu
tahun. Sedangkan hidrokel pada pria dewasa umumnya hilang setelah 6 bulan. Jika hidrokel
tidak juga menghilang setelah jangka waktu tersebut atau malah membesar dan menimbulkan
nyeri, dokter akan melakukan tindakan berikut:
 Hidrokolektomi
Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan pada skrotum untuk mengeluarkan
cairan di dalamnya. Hidrokolektomi tergolong operasi kecil, sehingga pasien bisa
pulang pada hari yang sama setelah operasi.
Usai menjalani hidrokelektomi, dokter akan menyarankan pasien untuk memakai
penyangga skrotum dan mengompres skrotum dengan es batu guna meredakan rasa
tidak nyaman setelah operasi.
 Aspirasi
Selain hidrokolektomi, dokter juga dapat mengeluarkan cairan di dalam skrotum
melalui jarum khusus (aspirasi). Namun, aspirasi hanya dilakukan pada pasien
hidrokel yang menderita gangguan jantung, sedang mengonsumsi obat pengencer
darah, atau berisiko mengalami komplikasi hidrokolektomi.

Komplikasi Hidrokel
Hidrokel biasanya tidak membahayakan dan tidak memengaruhi kesuburan
penderitanya. Namun, pada beberapa kasus, hidrokel bisa menandakan kondisi yang serius,
seperti Infeksi atau tumor yang memengaruhi produksi atau fungsi sperma dan Hernia
inguinal, yaitu terperangkapnya sebagian usus di dalam dinding perut

Pencegahan Hidrokel
Hidrokel pada bayi akibat kelainan perkembangan janin tidak dapat dicegah. Namun,
pada pria dewasa, langkah yang bisa dilakukan meliputi:
 Mencegah penyakit kaki gajah (filariasis) dengan menghindari bepergian ke tempat
yang mengalami wabah filariasis serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan
 Menghindari aktivitas yang menyebabkan skrotum cedera
 Memakai pelindung khusus di area selangkangan saat melakukan olahraga yang
melibatkan benturan
Referensi

Sharp V, Kieran K, Arlen A. Testicular Torsion: Diagnosis, Evaluation, and Management.


Am Fam Physician. 2013;88:835–40.
Srinath H. Acute Scrotal Pain. Aust Fam Physician. 2013;42:790–2.
Royal Australian College of Surgeons. Acute Scrotal Pain and Suspected Testicular Torsion
Guidelines. RACS Guidel. 2018.
https://www.alomedika.com/penyakit/urologi/torsio-testis
http://eprints.undip.ac.id/46688/3/Bagus_Indra_Cahya_22010111120032_lap.kti_bab2.pdf
https://www.alodokter.com/torsio-testis
https://www.klikdokter.com/penyakit/torsio-testis
https://id.scribd.com/document/375262391/Varicocele
https://www.alomedika.com/penyakit/urologi/varikokel
https://www.halodoc.com/kesehatan/varikokel
Purnomo B Basuki, in : dasar-dasar urologi FK univ.Brawijaya, 2 nd ed. CV. Sagung seto,
Jakarta, 2003; hal. 142-145
https://lifepack.id/varikokel-gejala-penyebab-dan-cara-mengobati/
Erochenko, Victor P, Ph.D. Sistem Reproduksi Pria. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi
Fungsional. Edisi 9. Jakarta; EGC:
Keihani, S., Hojjat, A., & Kajbafzadeh, A. (2015). Abdominoscrotal Hydrocele: Role of
Physical Exam and Transillumination in Diagnosis. The Journal of Pediatrics, 167(6), pp.
1448.
https://www.klikdokter.com/penyakit/hidrokel
Otabil, K., & Tenkorang, S. (2015). Filarial Hydrocele: A Neglected Condition of a
Neglected Tropical Disease. The Journal of Infection in Developing Countries, 9(5), pp. 456-
62.
https://www.alomedika.com/penyakit/urologi/hidrokel/penatalaksanaan
https://www.alodokter.com/hidrokel

Anda mungkin juga menyukai