DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Keadaan ini diderita oleh 1 diantara 4000 pria yang berumur kurang dari 25
tahun, dan paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Di
samping itu tidak jarang janin yang masih berada di dalam uterus atau bayi baru lahir
menderita torsio testis yang tidak terdiagnosis sehingga mengakibatkan kehilangan
testis baik unilateral ataupun bilateral. 1
· Anomali kongenital
· Undesensus Testis
· Aktivitas seksual dan aktivitas yang berlebihan
· Trauma tumpul yang mengenai skrotum
· Perubahan suhu yang mendadak
· Ketakutan, batuk
· Celana yang terlalu ketat
Musim dengan suhu lebih rendah dan lembap seperti musim semi dan dingin
diasosiasikan dengan tingginnya insidensi torsio. Kehamilan dengan komplikasi
seperti persalinan memanjang, pre eklamsia, diabetes gestasional, kehamilan kembar,
berat badan lahir besar, dan kelahiran per vaginam menjadi faktor predisposisi torsio
testis pada neonatus. Studi juga menunjukkan adanya hubungan riwayat dalam
keluarga. Kriptorkismus atau tidak turunnya testis juga dikatakan meningkatkan 10
kali risiko torsio testis. 1,2
KLASIFIKASI
- Tipe 1 – Fase akut ; torsio testis ditandai dengan pembesaran ukuran testis
dan heterogen pada ekogenisitas, cairan subtunika dan aliran Doppler
tidak terdeteksi.
- Tipe 2 – Fase awal ; atrofi parenkim progresif ditandai dengan ukuran
testis normal dan simetris dengan testis yang sehat, hipoekogenik dan
hidrokel kecil.
- Tipe 3 – Fase terlambat ; atrofi parenkim progresif ditandai dengan
penurunan ukuran testis, peningkatan ekogenisitas testis dan tanpa
hidrokel.2
PATOFISIOLOGI
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Christopher K. Diagnosis dan Tatalaksana Torsio Testis. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya; 2018. 45(10).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan, posisi testis abnormal, serta
hilangnya refleks kremaster.Posisi abnormal testis terjadi karena korda spermatika
memendek; puntiran akan menarik testis menjadi lebih tinggi. 2
Pemeriksaan Radiologis
Christopher K. Diagnosis dan Tatalaksana Torsio Testis. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya; 2018. 45(10).
Pemeriksaan penunjang yang paling penting adalah USG Doppler (DUS) dan
Radionuclide Scrotal Imaging (RNSI) untuk menilai perfusi testis dan apakah testis
masih viabel. Colour DUS menunjukkan “spiraling”(whirlpool) atau puntiran
pembuluh pada topografi korda spermatika.18 DUS torsio testis ditandai dengan
pembesaran sferis, dan hipoekogenik testis yang menandakan adanya gangguan aliran
darah arteri dan vena testikular yang ditandai dengan berkurang atau hilangnya warna
Doppler.Adanya aliran tidak dapat menyingkirkan torsio testis, durasi torsi, jumlah
torsi pada korda spermatika dan kekuatan belitan akan mempengaruhi pemeriksaan
DUS. Kekurangan pemeriksaan ini selain tergantung operator, adanya aliran darah
perifer pada torsio awal dan torsio-detorsio sering membingungkan.2
TATALAKSANA
Detorsi Manual
Operasi
PROGNOSIS
KOMPLIKASI
Referansi