Anda di halaman 1dari 15

TORSIO TESTIS

Silka Newa Krista


Estu
DEFINISI
 Suatu keadaan gawat darurat berupa rotasi
sumbu longitudinal korda spermatika yang
mengakibatkan penyumbatan aliran darah testis
 Merupakan kondisi penyebab akut skrotum
tersering. Dengan insiden 1:4000 laki-laki
sebelum usia 25 tahun.
 Dapat mengenai usia berapapun, namun
tersering pada usia 12-16 tahun, median usia 15
tahun.
 Sisi testis sebelah kiri lebih sering
KLASIFIKASI
Berdasarkan Penyebabnya :
 Ekstravaginal
 Intravaginal

Berdasarkan Durasi sejak onset :


 Tipe 1- Fase Akut : pembesaran ukuran testis dan heterogen pada ekogenisitas, cairan subtunika dan
aliran Doppler tidak terdeteksi.
 Tipe 2 – Fase Awal : ukuran testis normal dan simetris dengan testis yg sehat, hipoekogenik dan
hidrokel kecil (atrofi parenkim progresif).
 Tipe 3 – Fase Terlambat : penurunan ukuran testis, peningkatan ekogenisitas testis tanpa hidrokel.
FAKTOR RISIKO
 Musim dengan suhu lebih rendah dan lembab (Musim semi dan dingin).
 Kehamilan dengan komplikasi : persalinan memanjang, pre eclampsia, diabetes gestasional,
kehamilan kembar, BBLB, kelahiran per vaginam.
 Hubungan Riwayat dengan keluarga
 Kriptokismus (tidak turunnya testis) meningkatkan 10x risiko torsio testis
PATOFISIOLOGI
 Torsio intravaginal maupun ekstravaginal akan mengakibatkan cedera iskemik testis yang
disebabkan terputarnya testis dalam pedikulus korda spermatika. Infark perdarahan testis
dimulai 2 jam setelah onset torsio testis, kerusakan ireversibel terjadi setelah 6 jam, dan infark
komplit timbul pada 24 jam.
 Intravaginal
 kelainan anatomis tunika vaginalis yang menutupi seluruh testis dan epididimis sehingga penempelan
ke skrotum terganggu. Deformitas ini lebih dikenal dengan istilah “bell clapper” ditandai
meningkatnya mobilitas testikular. Torsio testis intravaginal paling sering terjadi saat tidur, dan akibat
trauma.
 Ekstravaginal
 Paling sering pada kasus torsio fetus dan neonatus. Puntiran korda spermatika terjadi di luar kantung
tunika vaginalis pada skrotum. Fasia spermatika eksterna tidak menempel pada otot dartos, dan baru
terbentuk perlekatan korda spermatika ke skrotum pada 7-10 hari kehidupan.
DIAGNOSIS
 Anamnesis
 Nyeri unilateral hebat mendadak saat istirahat, setelah aktivitas, setelah trauma.
 Sering disertai mual muntah (refleks stimulai celiac ganglion)

 Pemeriksaan Fisik
 Nyeri tekan
 Posisi testis abnormal (posisi korda spermatika memendek, puntiran akan menarik testis lebih tinggi)
 Hilangnya refleks kremaster
 Edema
 Indurasi
 Eritema skrotum
 Pemeriksaan tanda Phren
 Simpul korda terpalpasi dengan mengidentifikasi bagian atas testis dan kepala epididymis.
 Pemeriksaan Radiologis
 USG Doppler(DUS) dan Radionuclide Scrotal Imaging (RNSI) : menilai perfusi testis
 Colour DUS : spiraling (whirlpool)
 Pembesaran sferis dan hipoekogenik (adanya gangguan aliran darah arteri dan vena testicular yang
ditandai dengan berkurang atau hilangnya warna doppler.
 Kekurangan DUS ; terganyung operator , adanya aliran darah perifer pada torsio awal dan torsio-
detorsion sering membingungkan
DIAGNOSIS BANDING
 Epididimitis

 Orkitis

 Hernia Strangulasi

 Torsio apendiks Testis

 Hematokel

 Hidrokel

 Neoplasma Testis

 Abses Skrotum
GAMBARAN RADIOLOGI
 USG Doppler

 Radionuclide Scrotal Imaging (RNSI)


TERAPI
 DETORSI MANUAL

 EKSPLORASI SURGICAL-ORKIDOPEKSI-ORKIDEKTOMI
 Referensi :

 http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/582/360 (diakses pada 5


Desember 2021)

Anda mungkin juga menyukai