Anda di halaman 1dari 5

TUGAS HUKUM INTERNASIONAL

DISUSUN OLEH:

Kevin Krisna Garda Aniswara


(3017210355)

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

HUKUM INTERNASIONAL
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA 2021
1. Richard Baxter, Hakim International Court of Justice pada tahun 1979-1980, memandang
tidak perlu adanya pengakuan karena menurutnya pengakuan tersebut telah menghasilkan lebih
banyak masalah daripada memecahkan persoalan, dan bahwa penghapusan sebagian besar
daripadanya akan mempermudah terpeliharanya hubungan dengan negara-negara dalam hal
timbul perubahan-perubahan pemerintah yang ekstra konstitusional.

2. Doktrin Estrada adalah nama dari Meksiko 's inti kebijakan luar negeri yang ideal dari 1930 ke
awal tahun 2000, dan lagi sejak 2018. Nama tersebut diperoleh dari diperoleh dari Genaro
Estrada , Sekretaris Luar Negeri selama presiden Pascual Ortiz Rubio. Doktrin tersebut
mengklaim bahwa pemerintah asing tidak boleh menilai, secara positif atau negatif, pemerintah
atau perubahan dalam pemerintahan negara lain, karena tindakan tersebut akan menyiratkan
pelanggaran terhadap kedaulatan mereka. Suatu negara tidak boleh menilai baik secara positif
atau negatif suatu pemerintahan atau pergantian pemerintahan lain, krn ini dapat dianggap
pelanggaran kedaulatan negara ybs serta menghendaki penghapusan “pengakuan”.

3. Pegakuan secara tegas ( express recognition ) dilakukan dengan cara pernyataan pengakuan
lewat public statement, nota diplomatic atau juga perjanjian bilateral yang isinya secara tegas
menyatakan pengakuan oleh satu pihak terhadap pihak lain

Pengakuan secara tidak tegas ( implied recognition ) dilakukakn dengan membuka diplomatic
dengan negara baru dengan pemberian execuatur pada konsuler negara baru. Pengakuan tersebut
memberikan kehariran pimpinan suatu negara pada upacara kemerdekaan negara baru.

4. Pengakuan secara de facto merupakan pengakuan atas fakta adanya sebuah negara. Unsur-
unsur dalam pengakuan de facto suatu negara meliputi wilayah, rakyat, dan pemerintahan yang
berdaulat. Sedangkan, pengakuan secara de jure adalah pengakuan sebuah negara diakui secara
sah menurut hukum internasional. Dengan demikian, pengakuan secara de facto merupakan
bentuk fisik yang meliputi wilayah, rakyat, dan pemerintahan.

 Pengakuan secara de jure adalah pengakuan sebuah negara diakui secara sah menurut hukum
internasional. Sebuah negara penting sekali diakui secara de jure untuk mendapatkan pengakuan
dari negara lain mengenai keberadaanya dan tidak adanya campur tangan dari negara lain
terhadap negara tersebut. Pengakuan secara de jure merupakan pelengkap dari pengakuan de
facto dengan adanya pengakuan secara hukum internasional.

5. Pengakuan negara ialah pengakuan terhadap suatu entitas baru yang telah mempunyai semua
unsur konstitutif negara dan yang telah emnunjukan kemauannya untuk melaksanakan hak-hak
dan kewajiban sebagai anggota masyarakat internasional.

Pengakuan negara ini mengakibatkan pula pegakuan terhadap pemerintah negara yang diakui
dan berisikan kesedian negara-negara yang mengakui untuk mengadakan hubungan dengan
pemerintah yang baru itu.

Pengakuan terhadap negara sekali diberikan tidak dapat ditarik kembali sedangkan pengakuan
terhadap suatu pemerintah dapat dicabut sewaktu-waktu. Bila suatu pengakuan ditolak atau
dicabut setelah terbentuknya suatu pemerintah baru, negara yang menolak atau mencabut
pengakuan tersebt tidak lagi mempunyai hubungan resmi dengan negara tersebut. Bila suatu
pengakuan ditolak atau dicabut maka personalitas internasional negara tersebut tidak berubah
karena perubahan suatu pemerintah tidak mempengaruhi peronalitas internasional suatu negara.

6. Pengakuan merupakan perbuatan hukum, dikarenakan Pengakuan menimbulkan akibat yang


diatur oleh hukum internasional (menimbulkan hak, kewajiban, privilage yang diatur HI maupun
HN negara yang mengakui). Akibat hukum dari adanya pengakuan adalah bahwa pengakuan
merupakan atribut kedaulatan negara, dan dengan adanya pengakuan terhadap suatu negara juga
berarti pengakuan terhadap pemerintahan negara tersebut, karena pemerintah itu merupakan
satu-satunya organ yang mempunyai wewenang untuk bertindak atas nama negara
Tanpa mendapatkan pengakuan ini, negara tersebut akan mengalami kesulitan dalam
mengadakan hubungan dengan negara lainnya. Negara yang belum mendapatkan
pengakuan dapat memberi kesan pada negara lain bahwa negara tersebut tidak mampu
menjalankan kewajiban-kewajiban internasional

7. Pengakuan Kolektif merupakan pengakuan yang diwujudkan dalam suatu perjanjian


internasional atau koferensi multilateral. Contoh melalui Hesinky Treaty tahun 1975 yang
dimana negara – negara NATO mengakui republic jerman timur serta mengakui republic pederal
Jerman. Walaupun bukan merupakan pengakuan negara tetapi terhadap suatu situasi, negara-
negara anggota conference on security and co-operation in europe (csce) melalui piagam paris
21 nopember 1990 mengaku unifikasi jerman. Juga pengakuan negra-negara masyarakat eropa
secara kolektif pada tahun 1992 terhadap ketiga Negara yang berasal dari pecahan Yugoslavia
yaitu bosnia and Herzegovina, kroasia dan slovenia.

8. Pemerintahan dalam pengasingan adalah grup politik yang mengklaim sebagai pemerintah


resmi suatu negara, tetapi karena beberapa alasan tidak mampu menggunakan kekuatan legalnya
dan tinggal di negara lain. Pemerintahan dalam pengasingan biasanya beroperasi dengan asumsi
bahwa mereka suatu hari hendak kembali ke negara asal mereka dan mengambil kembali
kekuasaan. Pemerintahan dalam pengasingan muncul selama pendudukan perang. Contohnya,
selama ekspansi Jerman dalam Perang Alam II, beberapa pemerintah dan monarki Eropa
terpaksa mengungsi ke Britania Raya. Indonesia juga pernah dalam pengasingan, ketika Seratus
tahun Penjajahan Belanda mencetuskan bahwa Indonesia sudah tidak mempunyai tetapi,
Soekarno kenal dan membuat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia PDRI di Bukit tinggi,
Sumatera Barat.

9. Pengakuan Pemberontakan memberikan kepada pihak yang memberontak hak-hak dan


kewajiban suatu negara merdeka selama berlangsungnya peperangan.

1. Di lain pihak, pemerintah yang memberontak tersebut tidak dapat merundingkan


perjanjian-perjanjian internasional, tidak dapat menerima dan mengirim wakil-wakil
diplomatik dan hubungannya dengan negara-negara lain hanya bersifat informal.
Pemerinta tersebut tidak dapat menuntut hak-hak dan kekebalan-kekebalan di bidang
internasional. la merupakan subyek hukum internasional dalam bentuk terbatas, tidak
penuh dan bersifat sementara.
2. Sebagai akibat pengakuan belligerency oleh Negara-negara ke-3, negara induk
dibebaskan tanggungjawab terhadap negara-negara ke-3 tersebut sehubungan dengan
perbuatan-perbuatan kelompok yang memberontak.
3. Bila negara induk memberikan pula pengakuan pemeberontak kepada pihak yang
memberontak, ini berarti kedua pihak harus melakukan perang sesuai denagn hukum
perang. Dalam hal ini, pihak ke-3 tidak boleh ragu-ragu lagi untuk memberikanb,
pengakuan yang sama.
4. Pengakuan belligerency ini bersifat terbatas dan sementara serta hanya selama
berlangsungnya perang tanpa memperhalikan apakah kelompok yang memberontak itu
akan menang atau kalah dalam peperangan.
5. Dengan pengakuan belligerency ini, Negara-negara, ke-3 akan mempunyai hak-hak dan
kewajiban-kewajiban sebagai Negara netral dan pengakuan belligerency ini terutama
diberikan karena alasan humaniter.

Anda mungkin juga menyukai