Anda di halaman 1dari 46

Benign Prostat Hyperplasia

(BPH)
Mei Putra Daya
Definisi

• IstilahBPH sebenarnya merupakan istilah histopatologis,yaitu adanya


hiperplasia sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat.
• Sementara ada juga istilah Benign Prostatic enlargement (BPE) merupakan
istilah klinis yang menggambarkan bertambahnya volume prostat akibat
adanya perubahan histopatologis yang jinak pada prostat.
• Pada kondisi lanjut, BPE ini menimbulkan obstruksi pada saluran kemih,
disebut dengan istilah benign prostatic obstruction (BPO)
• Dimana BPO ini dapat mengakibatkan obstruksi pada leher kandung kemih
dan uretra, dinamakan Bladder Outlet obstruction (BOO).
Epdiemiologi

• BPH terjadi sektar 70% pria diatas 60 tahun.


• Terus meningkat hingga 90% pada pria diatass 80 tahun.
• Prevalensi BPH yang bergejala pada pria berusia 40-49 tahun mencapai hampir
15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia, sehingga pada usia 50-59
tahun prevalensinya mencapai hampir 25%, dan pada usia 60 tahun mencapai
angka sekitar 43%.
• Untuk di Indonesa sendiri belum pernah diteliti, tetapi gambaran hospital
prevalence di RSCM sejak 1994-2013 ditemukan 3.804 kasus dengan rataa-rata
umur penderita berusia 66,61 tahun.
Etiologi

• Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya


BPH, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya
dengan peningkatan kadar dihydrotestosterone (DHT) dan proses penuaan.
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hyperplasia
prostat.
Teori dihydrotestosterone (DHT)

• Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung


pada hormon testosteron. Dimana pada kelenjar
prostat, hormon ini akan diubah menjadi metabolit
aktif dihydrotestosterone (DHT) dengan bantuan
enzim 5α – reduktase. DHT inilah yang secara
langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar
prostat untuk mensintesis protein growth factor
yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat
• Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5α –
reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih
banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel
prostat menjadi lebih sensitif terhadap DHT
sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi
dibandingkan dengan prostat normal
Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron

• Pada pria dengan usia yang semakin tua, kadar tetosteron makin menurun,
sedangkan kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen
dan testosterone relative meningkat
• Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel
kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat
terhadap rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor
androgen dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis)
• Akibatnya, dengan testosteron yang menurun merangsang terbentuknya
sel-sel baru, tetapi sel-sel prostat yang telah ada memiliki usia yang lebih
panjang sehingga massa prostat menjadi lebih besar
Interaksi stroma-epitel

• Suatu membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat


secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator
(growth factor)
• Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel
stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel
stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel
maupun stroma
Berkurangnya kematian sel prostat
• Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologi homeostatis
kelenjar prostat
• Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel
dengan kematian sel.
• Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis menyebabkan jumlah
sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat sehingga
mengakibatkan pertambahan massa prostat
• Diduga hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian
sel karena setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian
sel kelenjar prostat.
Teori sel stem
• Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk
sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang
mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif
• Kehidupan sel ini bergantung pada hormon androgen, dimana jika kadarnya
menurun (misalnya pada kastrasi), menyebabkan terjadinya apoptosis.
Sehingga terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH diduga sebagai
ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan
sel stroma maupun sel epitel9
Faktor Risiko
• Usia Laki-laki yang memiliki usia ≥ 50 tahun memiliki risiko sebesar 6,24 (95% CI : 1,71-22,99) kali
lebih besar dibanding dengan laki-laki yang berusia < 50 tahun
• Riwayat keluarga : Risiko BPH pada laki-laki dengan riwayat keluarga yang pernah menderita BPH
sebesar 5,28 (95% CI : 1,78-15,69) kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mempunyai
riwayat keluarga yang pernah menderita BPH
• Kurangnya aktifitas fisik
• Diet rendah serat
• Merokok
• Konsumsi vitamin E
• Konsumsi daging merah
• Obsitas
• Sindrom metabolic
• Inflamasi kronik pada prostat dana penyakit jantung
Perjalan Penyakit

• BPH jarang mengancam jiwa, tetapi keluhannya dapat mengganggu


aktivitas sehari-hari.
• Hal ini karena obstruksi pada leher kandung kemih dan uretra oleh BPH
• Jika dibiarkan akan menimbulkan komplikasi
• Keluhan yang sering disampaikan oleh pasien berupa Lower Uribary Tract
Symptoms (LUTS)
• Yang terdiri dari :
• Gejala Obstuksi (voding symptoms)
• Pancaran kemih lemah dan terputus putus (intermitensi)
• Merasa tidak puas sehabis berkemih
• Gejala iritasi (storage symptoms)
• Frekuensi berkemih meningkat
• Urgensi
• nokturia
• Dan gejala pasca berkemih
• Urin menetes (dribbling)
• Gejala berat retensi urin
Patofisiologi
Testosteron di DHT berikatan dengan Modulasi atau Proses pertumbuhan
metabolisasi menjadi reseptor androgen inisiasi transkripsi sel (proliferasi stromal
DHT oleh 5alpha- yang berasosiasi gen dan epithelial)
reduktase dengan genome

Peningkatan Estrogen

• DHT merupakan sebuah metabolit testosterone yang menajdi mediator


pertumbuhan jaringan kelenjar prostat. Yang disintesis oleh 5 alfa-reductase
tipe 2
• 5alfa reductase berlokasi pada membrane nucleus sel prostatic
DIAGNOSIS
ANAMESIS
• Riwayat Penyakit
Pemeriksaan awal terhadap pasien BPH adalah melakukan anamnesis atau
wawancara yang cermat guna mendapatkan data tentang riwayat penyakit
yang dideritanya. Anamnesis itu meliputi
 Keluhan yang dirasakan dan berapa lama keluhan itu telah mengganggu;
 Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah mengalami cedera, infeksi, kencing
berdarah (hematuria), kencing batu, atau pembedahan pada saluran kemih);
 Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual;
 Riwayat konsumsi obat yang dapat menimbulkan keluhan berkemih.
Skor Keluhan

• Kuesioner Skor Gejala Prostat


Internasional (IPSS) untuk
mengevaluasi tingkat
keparahan gejala. Dirancang
oleh American urological
Association (AUA), IPSS adalah
alat penting untuk menentukan
masalah prostat pada tahap
awal, untuk mengikuti
perkembangan BPH dan untuk
melacak efek pengobatan.
• IPSS terdiri dari 7 pertanyaan, Gejalanya dinilai sebagai :
• Sedang skor 0 sampai 7
dengan nilai 0-5
• Sedang skor 8 sampai 19
• parah: skor 20 sampai 35
Di dalam daftar pertanyaan IPSS terdapat satu
pertanyaan tunggal Mengenai kualitas Hidup (quality Of life )
yang terdiri atas 7 kemungkinan jawaban

Pada kasus tutorial:


Skor IPSS : 20
Skor Quality Of life : 3
Catatan harian berkemih (voiding diaries)

• Dipakai secara luas untuk menilai fungsi traktus urinarius bagian bawah dengan
reliabilitas dan validitas yang cukup baik
• Berguna bagi pasien yang nocturia sebagai keluhan yang menonjol
• Kapan dan berapa jumlah asupan cairan yang dikonsumsi
• Serta kapan dan berapa jumlah urine yang dikemihkan
• Dpt diketahui seorang pasien menderita nocturia idiopatik, instabilitas
destrusor akibat obstruksi infra-vesika atau karena polyuria akibat asupan air
yang berlebihan.
• Sebaiknya dilakukan 3 hari berturt-turut untuk mendapatkan hasil yang baik.
Pemeriksaan fisik
Colok dubur/ digital rectal
Status urologis examination (DRE)
• Ginjal  untuk mengevaluasi adanya • Dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat,
obstruksi atau tanda infeksi konsistensi prostat, adanya nodul yang merupakan
salah satu dari tanda keganasaan prostat.
• Kandung kemih  dilakukan dengan palpasi
dan perkusi untuk menilai isi kandung kemih, • Mengukur volue prostate dengan DRE cenderung
ada tidaknya tanda infeksi lebih kecil dari pada ukuran yang sebenarnya
• Dinilai juga tonus sfingter ani dan reflek
bulbocavernosus dapat menunjukkan adanya
kelainan pada lengkung reflex di daerah sakral
Pemerikasaan Penunjang

Urinalisis Pemeriksaan fungsi ginjal


• Dapat menentukan adanya leukosituria dan • Obstruksi infravesika akibat BPH dapat
hematuria menyebabkan gangguan pada saluran kemih
bagian atas.
• Jika dicurigai adanya infeksi saluran kemih
dilakukan pemeriksaan kultur urine • Tujuan px ini untuk petunjuk perlu tidaknya
melakukan pencitraan pada saluran kamih
bagian atas.
Px PSA (Prostate Specific Antigen)

disintesis oleh sel epitel prostat dan •


Seurm PSA dapat dipakai untuk menentukan
• PSA perjalanan penyakit dari BPH, jika kadar PSA
bersifat organ specific tetapi bukan cancer tinggi berarti :
specific Kadar Normal PSA berdasarkan
Usia: • Pertumbuhan volume prostat lebih cepat
• Kadar PSA di dala serum dapat
• 40-49 tahunmengalami
: 0-2,5 ng/ml • Keluhan akibat BPH/laju pancaram urine
peningkatan pada • peradangan setelah
50-59 tahun : 0-3,5 ng/ml jelek
• 60-69
manipulasi pada prostat tahun : 0-4,5
(biopsy ng/ml/
prostat
• 70-79 tahun 0-6,5 ng/ml
TURP), pada retensi urine akut, kateterisasi, • Lebih mudah terjadi retensi urine akut. Dan
menurun terutama setelah 72 jam
keganasan prostat, dan usia semakin tua. dilakukan kateterisasi
Uroflowmetry (Pancaran urine)

• Uroflowmetry tidak spesifik menunjukan


penyebab terjadinya kelainan pancaran urine.
•Adalah pencatatan tentang pancaran urine selama proses miksi secara elektronik.
•Merupakan pemeriksaan pancaran urin selama proses bermih  tujuan nya untuk mendeteksi gejala obstruksi
saluran kemih bagian bawah.
• Terdapat hubungan antara Qmax dengan
•Dpt diperoleh juga informasi mengenai volume berkemih, laju pancaran maksimum (Qmax), laju pancaran rata-
rata (Qave), waktu yang dibutuhkan untuk mencapai laju pancaran maksimum, dan lama pancaran
kemungkinan obstruksi saluran kemih bawah
•Px ini digunakaan untuk mengevaluasi gejala obstruksi infravesika, baik sebelum maupun setelah terapai. pada batas Qmax sebesar 10 ml/detik memiliki
spesifikasi sebesar 70% positive predictive value
(PPV) sebesar 70% dan sensitivitas sebesar 47%
untuk mendiagnosis BOO.

• Tetapi Px BOO jangan hanya di nilai • Sementara dngn batas nilai Qmax sebesar 15

pada Qmax saja tetapi harus di ml/detik memiliki spesifisitas sebesar 38%, PPV
kombinasi dengan Skor IPSS, volume sebesar 67% dan sensitifivitas sebesar 82% untuk
prostat, mendiagnosis BOO
• Uroflowmetry bermakna jika volume
urine > 150 mL
Residu urine
• Residu urine atau post voiding residual urine (PVR)  sisa urine di kandung kemih setelah
berkemih.
• Jumlah residual urine ini pada orang normal adalah 0,09-2,24 mL dengan rata-rata 0,53
mL.
• Jumlah residu urine pada pria normal rata-rata 12 mL
• Pemeriksaan residual urine dapat dilakukan secara invasif, yaitu dengan melakukan
pengukuran langsung sisa urine melalui kateterisasi uretra setelah pasien berkemih,
maupun non invasif, yaitu dengan mengukur sisa urine melalui USG atau bladder scan.
• Pengukuran dengan kateter lebih akurat dibandingkan USG, tetapi tidak nyaman bagi
pasiendapat menimbulkan cedera uretra, ISK, hingga bacteremia.
Pencitraan

Saluran kemih bagian atas Saluran kemih bagian bawah


• Dikerjakan jika terdapat hematuria, ISK, • Px uretrosistografi retrograde dilakukan jika di
insufisiensi renal, residu urin yang banyak, curigai adanya striktur uretra
riwayat urolitiasis dan riwayat pernah
menjalani pembedahan pada saluran
urogrnitalia.
Pencitraan

Prostat
• Merupakan px rutin yang bertujuan untuk
menilai bentuk dan besar prostat, dengan
menggunakan ultrasonografi transabdominal
(TAUS) atau Ultrasonografi transrectal (TRUS)
Uretrosistokopi

• Dilakukan pada pasien dengan riwayat hematuria, striktur uretra, urethritis,


trauma uretra, instrumentasi uretra, riwayat operasi uretra atau kecurigaan
kanker kandung kemih.
Urodinamik
• Merupakan Px opsional pada evaluasi pasien BPH
• Indikasi px ini adalah
• Pasien berusia kurang dari 50 tahun atau lebih 80 tahun
• Volume residu urine>300 mL, Qmax > 10 ml/detik, Setelah menjalani pembedahan
radikal pada daerah pelvis, Setelah gagal dengan terapi invasive atau kecurigaan
adanya kelainan buli-buli neurogenic
• Px ini paling baik dalam menentukan derajat obstruksi saluran kemih bawah dan
mampu memperdiksi hasil tindakan invasive.
• Px ini mempunyai sensitivitas 87%, spesifikasi (93% dan nilai prediksi positif sebesar
95%
Tatalaksana

• Tujuan terapi pada BPH adalah memperbaiki kualitias hidup pasien.


• Pilihan terapinya adalah :
1. Konservatif (watchful waiting)
2. Medikamentosa
3. Pembedahan
4. Lain-lain (kondisi khusus)
 Jangan banyak minum dan
Konservatif mengonsumsi kopi atau alcohol
setelah makan malam
 Kurangi konsumsi atau
minuman yang menyebabkan
• Terapi ini berupa watchful waiting,  pasien tidak mendaptkan
iritasi terapikemih (k0pi
pada kandung
apapun tetapi perkembangan penyakitnya tetapdan diawasi oleh dokter.
coklat)
• Pilihan terapi ini untuk pasien BHP dengan SKOR
 Batasi
IPSS dibawah 7, yaitu
penggunaan obat-obatan
keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitasinfluenza
sehari hari.yang mengandung
• fenilpropanolamin
Pada watchful waiting pasien diberi penjelasan mengenai segala sesuatu hal
 Jangan menahan kencing terlalu
yang mungkin dapat memperburuk keluhan misalnya
lama
 Penanganan konstipasi
Medikamentosa
• Diberikan pada pasien dengan skor IPSS > 7 jenis obat yang digunakan
adalah

• Alfa1-Blocker
•• 5 Alfa – reductase
Bertujuan menghambat inhibitor
kontraksi otot polos prostat sehingga menggurangi resistensi tonus leher kandung kemih dan
• Obat-obat
uretra,. ini mengecilkan
Contoh obat (terazosin,prostat denganalfuzosin
doksazosin, menghalangi produksi hormon
dan tamsulosin yang disebut
cukup diberikan sekalidihydrotestosterone
sehar) (DHT) yang
• menyebabkan
Dapat mengurangi prostat membesar.
keluhan storageObat melakukan
symptoms ini dengan
dan voiding cara memblokir
symptoms dan mampuenzim yang disebut
memperbaiki 5-alpha-reductase.
skor gejala berkemih
••• Menginduksi
hingga 30-45%
Phospodiesterase
Antagonis proses apoptosis
atau5 penurunan
reseptor inhibitor
muskarinik sel
4-6epitel prostat
skor IPSS danyang
Qmaxkemudian mengecilkan volume prostat hingga 20-30 %
hingga 15-30%
••• Juga
Tetapi
PDE 5dapat
obat menurunkan
ini tidak
Inhibitor
Bertujuan kadar
mengurangi
meningkatkan
menghambat PSA sampai
volume
konsentrasi
atau mengurangi 50%
prostat
danmaupun
stimulasi risiko
memperpanjang
reseptor retensi urine
aktivitas
muskarinik dalam jangka
dari cyclic
sehingga akan Panjang. monophosphate
guanosie
mengurangi (cGMP)
kontraksi sel otot polos
•• Obat-obatan
Mempunyai
intraseluler
kandung kemih ini membantu
tolerabilitas
sehingga dapat mengurangi
danmengurangi
efek terhdap keparahan
system
tonus BPH dan kebutuhan
ototkardiovaskular
polos destrusor,yang pembedahan.
berbeda
prostat dan (uretra. Mungkin diperlukan 3 sampai 6 bulan
hipotensi postural, dizziness, dan asthenia)
•• agar
yang
Di efektif.
seringobatnya
Indonesia
Beberapa kali
adamenyebabkan
3 jenis pasein
PDE5 inhibitor
( fesoterodine menghentikan
sildenafil,
fumarate, pengobatan.
vardenafil,
propiveride HCL,dan tadalafil succinate, dan tolterodine I-tartrate)
solifenacin
••• Ada
Samapidua obat
saat ini
Penggunaan yang digunakan
hanya tadalafil
muskarinik yaitu
dengan
terutama The
untuk finasteride
dosis anti-androgen
5 mg per hari
memperbaiki yang
gejala adalah
LUTS inhibitor
direkomendasikan
storage 5-alfa-reduktase
untuk pengobatan LUTSyang biasa digunakan
•• untuk mengobati
Tadalafil 5 mgkering
ESO : mulut BPH
per hari dan
dapat
16%, dutasteride
menurunkan
konstipasi (dimana efeknya
nilai IPSS
4% kesulitan dapat
sebesar
berkemih 22-37
2% dilihat setelah3%
%. Penurunan
nasopharygitis 6 ini
bulan pengobatan)
bermakna
pusing 5% dirasakan setelah penggunaan
• Finasteride
1 minggu digunakan jika volume prostat >40 mL dan duktasteride digunakan jika volume prostat >30ml
• Efek samping masing masing obat minimal. (disfungsi ereksi, penurunan libido, ginekomastia atau timbul bercak-bercak
kemerahan di kulit)
Terapi kombinasi
• Alfa1-blocker+5a-reductase inhibitor
•• Bertujuan
Alfa1-blocker+antagonis reseptor muskarinik
untuk mendapatkan efek sinergis dengan menggabungkan manfaat yang
• berbeda
Bertujuan
dariuntuk
kedua memblock a1-adrenoreseptor
golongan obat dan cholinoreceptors
tersebut, sehingga meningkatkan efektivitas dalam
memperbaiki gejaladan
muskarinik (M2 danM3)
mencegah pekembangan
pada saluran kemihpanyakit.
bawah
•• Terapi
Dapatkombinasi diberikan
mengurangi kepadaberkemih,
frekuensi orang dengan kelulahan
nocturia, LTS sedang-berat
urgensi, episode dan
mempunyai risiko progresi (volume prostat besar, PSA yang tinggi >1,3 ng/dl dan usia
inkontinensia, skor IPSS dan memperbaiki kualitas hidup pasien
lanjud)
•• Kombinasi
Karena efek samping
ii hanya kedua obat apabila
direkomendasikan ini tinggi maka harus
direncanakan dilakukan
pengobatan jangka
pengecekan
Panjang urine
(>1 tahun ) salama terapi
Fitrofarmaka

• Ekstrak tumbuh – tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk memperbaiki gejala


• Tetapi data farmakologik tetang kandung zat aktif di dalam nya belum di
ketahui pasti.
• Pygeum , africanum, Serenoa repens, Hypoxis rooperi, Radix urtica, dan masih
banyak lainnya
Pembedahan
• Indikasi tindakan pembedahan yaitu pada BPH yang sudah menimbulkan
komplikasi
• Retensi urine akut
• Gagal trial without catheter (TwoC)
• Infeksi saluran kemih berulang
• Hematuria makroskopik berulang
• Batu kandung kemih
• Penurunan fungsi ginjak yg disebabkan oleh obstruksi akibat PBH
• Dan penurunan patologis pada kandung kemih dan saluran kemih bagian atas
• Indikasi lain : keluhan sedang – berat tidak menunjukan perbaikan setelah terapi
• Dan pasien menolak pemberian terapi medikamentosa
Invasf minimal

Transurethral Resection Of The Prostate (TURP)


• TURP merupakan tindakan baku emas pembedahan pada pasien BPH dengan volume prostat 30-80 ml.
• TURP dapat memperbaiki gejala PBH hingga 90% dan meningkatkan laju pancaran Urin hingga 100%
• Adapun penyulit yg terjadi dapat berupa : perdarahan, sindorm TUR, AUR, retensi beukan darah, ISK
• Adapun komplikasi jangka Panjang yaitu : inkontinensia Urin stenosis leher kandung kemih, striktur uretra,
ejakulasi retrograde, disfungsi eresksi dan rentensi urin dan UTI
Invasf minimal

Laser Prostatektomi
• Terdapat 5 jenis energi yang dipakai untuk terapi invasive BHP yaitu
• Nd : YAG, Holmium: YAG, KTP: YAG, greed light laser, Thulium:YAG (Tm:YAG) dan diode.
• Kelenjar prostat akan mengalami koagulasi pada suhu 60-65’C dan mengalami vaporisasi pada suhu yang lebih
dari 100’C
• Penggunaan laser pada terapi pembesaran prostat jinak dianjurkan khususnya pada pasien yang terapi
antikoagulannya tidak dapat dihentikan
Invasf minimal
Lain-lain
• Transurethral Incision Of the Prostate (TUIP) atau insisi leher kandung kemih (Bladder neck insicion) direkomendasikan
pada prostat yang ukurannya kecil (kurang dari 30 ml) dan tidak terdapat pembesaran lobus medius prostat.
• TUIP mampu memperbaiki keluhan akibat BHP dan meningkatkan Qmax
• Thermoterapi kelenjar prostat adalah pemanasan >45oC sehingga menimbulkan nekrosis koagulasi jaringan prostat.
Gelombang panas dihasilkan dari berbagai cara, antara lain adalah Transurethral Microwave Thermotherapy (TUMT),
Transurethral Needle Ablation (TUNA), dan High Intensity Focused Ultrasound (HIFU). Semakin tinggi suhu di dalam
jaringan prostat, semakin baik hasil klinik yang didapatkan, tetapi semakin banyak juga efek samping yang ditimbulkan.
Teknik thermoterapi ini seringkali tidak memerlukan perawatan di rumah sakit, tetapi masih harus memakai kateter
dalam jangka waktu lama. Angka terapi ulang TUMT (84,4% dalam 5 tahun) dan TUNA (20--50% dalam 20 bulan).
• Stent dipasang intraluminal di antara leher kandung kemih dan di proksimal verumontanum, sehingga urine dapat
melewati lumen uretra prostatika. Stent dapat dipasang secara temporer atau permanen. Stent yang telah terpasang
bisa mengalami enkrustasi, obstruksi, menyebabkan nyeri perineal, dan disuria
Operasi Terbuka

• Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui transvesikal (Hryntschack atau Freyer) dan retropubic
• Pembedahan terbuka dianjurkan pada prostat yang volumenya lebih dari 80 ml.
• Prostatektomi terbuka adalah cara operasi yang paling invasif dengan morbiditas yang lebih besar

Lain-Lain
Trial Without Catheterization Clean Intermittent
(TwoC) Catheterization (CIC)
• TwoC adalah cara untuk mengevaluasi apakah pasien • CIC adalah cara untuk mengosongkan kandung
dapat berkemih secara spontan setelah terjadi kemih secara intermiten baik mandiri maupun
retensi. Setelah kateter dilepaskan, pasien kemudian dengan bantuan. CIC dipilih sebelum kateter
diminta dilakukan pemeriksaan pancaran urin dan menetap dipasang pada pasien-- pasien yang
sisa urin.TwoC baru dapat dilakukan bersamaan mengalami retensi urine kronik dan mengalami
dengan pemberian α1--blocker selama minimal 3--7
gangguan fungsi ginjal ataupun hidronefrosis. CIC
hari. TwoC umumnya dilakukan pada pasien yang
mengalami retensi urine akut yang pertama kali dan
dikerjakan dalam lingkungan bersih ketika
belum ditegakkan diagnosis pasti kandung kemih pasien sudah terasa penuh atau
secara periodik
Lain-lain

Sistostomi Kateter menetap


• Pada keadaan retensi urine dan kateterisasi • Kateterisasi menetap merupakan cara yang
transuretra tidak dapat dilakukan, sistostomi paling mudah dan sering digunakan untuk
dapat menjadi pilihan. Sistostomi dilakukan menangani retensi urine kronik dengan
dengan cara pemasangan kateter khusus keadaan medis yang tidak dapat menjalani
melalui dinding abdomen (supravesika) untuk tidakan operasi
mengalirkan urine
Algoritma

Skema pengelolaan BPH untuk dokter umum dan


spesialis non--urologi
(IPSS: International Prostatic Symptom Score; QoL:
Quality of Life; PVR: Post Voiding Residual Urine)
Algoritma tata laksana pilihan terapi
medikamentosa/konservatif
Algoritma tata laksana
pilihan terapi intervensi
Pemantauan

• Semua pasien BPH memerlukan pemantauan aktif berkala (follow--


up) untuk mengetahui hasil terapi serta perjalanan penyakitnya. Evaluasi
rutin dilakukan dengan pemeriksaan IPSS, uroflowmetry, dan pengukuran
volume residu urine pasca berkemih
• Pemantauan secara berkala dilakukan antara 1--6 bulan disesuaikan dengan
kondisi pasien

Anda mungkin juga menyukai