Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan
pada pria yang menapak usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia
sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma
dan sel-sel epitel kelenjar prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh
sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria
berusia di atas 80 tahun. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan
yang menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari
pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang
menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai
bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran
kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO). Obstruksi ini lama
kelamaan dapat menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga
menye-babkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.
Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower
urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun
iritasi (storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia,
pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas
sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine.
Hubungan antara BPH dengan LUTS sangat kompleks. Tidak semua pasien
BPH mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi
disebabkan oleh BPH. Banyak sekali faktor yang diduga berperan dalam
proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya BPH tumbuh pada
pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis yang masih berfungsi normal
menghasilkan testosteron. Di samping itu pengaruh hormon lain (estrogen, prolaktin),
diet tertentu, mikrotrauma, dan faktor-faktor lingkungan diduga berperan dalam
proliferasi selsel kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktor-faktor tersebut mampu
mempengaruhi sel-sel prostat untuk mensintesis protein growth factor, yang selanjutnya
protein inilah yang berperan dalam memacu terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar
2

prostat. Fakor-faktor yang mampu meningkatkan sintesis protein growth factor dikenal
sebagai faktor ekstrinsik sedangkan protein growth factor dikenal sebagai factor
intrinsik yang menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat.

1.2 BATASAN MASALAH
Laporan Kasus ini berisi tentang Anamnesa, pemeriksaan fisik, gejala
pasien, serta penatalaksanaan BPH atau benign prostatic hyperplasia. Laporan
ini juga membahas sedikit mengenai BPH secara umum.

1.3 TUJUAN PENULISAN
Penulisan Laporan Kasus ini bertujuan untuk:
- Melaporkan pasien dengan diagnose BPH.
- Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
- Memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang RSUD Kanjuruhan Kepanjen
Malang.







3

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kromengan Malang
Pekerjaan : Petani (pekerja sawah)
Pendidikan : Tamat SD
Agama : Islam
St.Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Tgl. Berobat : 18 Mei 2011
No. Register : 254291

2.2 ANAMNESA
Keluhan Utama:
Susah BAK sejak 1 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:
Sejak 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah untuk memulai BAK,
dan terkadang harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran
semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba
berhenti dan lancar kembali. Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-
anyangen tapi sekarang menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering
berkali-kali ke kamar kecil dikarenakan adanya keinginan buang air kecil akan
tetapi saat di kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang
puas, selain itu pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar
mandi untuk buang air kecil, keluhan yang lain juga kadang terasa menetes
padahal pasien telah buang air kecil 15 menit yang lalu. Pasien tidak merasakan
pusing, mual, muntah, BAB (+) normal, tidah dirasa nyeri pada daerah tertentu,
4

kencing darah (-) , panas (-), pinggang terasa sakit.

Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejadian serupa seperti
sekarang. tidak ada riwayat kencing keluar batu.
- Diabetes Melitus : disangkal
- Hipertensi : disangkal
- Alergi : disangkal
- Batuk lama : disangkal

Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat sakit dengan gejala serupa : Tidak diketahui
- Diabetes Melitus : Tidak diketahui
- Hipertensi : Tidak diketahui
- Alergi : Tidak diketahui

Riwayat Kebiasaan
- Makan : 3 x sehari.
- Minum air putih : Jarang.
- Rokok : (+)
- Alkohol : (+)
- Obat tanpa resep dokter : (-)
- Jamu : (-)
- Olahraga : (-)

2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Kesadaran compos mentis (GCS E
4
V
5
M
6
)
Tanda Vital
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, isi cukup
Pernafasan : 20x/menit, regular
5

Suhu : 36,7
o
C
Kepala
Bentuk : normocephali
Rambut : warna putih beruban, distribusi merata
Mata
Sklera Ikterik : -/-
Conjuctiva Anemis : -/-
Telinga
Bentuk : normotia
Secret : -/-
Hidung
Tidak ada deviasi septum
Sekret : -/-
Mulut dan tenggorokan
Bibir : tidak kering dan tidak cyanosis
Tonsil : T1/T1
Pharing : tidak hiperemi
Leher
Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB
Paru
Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : abdomen datar, tidak tampak adanya massa
Palpasi : teraba masa kistik pada supra simpisis, defence muscular
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising usus (+) normal

Status lokalisata (tidak dilakukan)
Pemeriksaan dalam (digital rectal examina-tion) : sfingter ani
6

mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat
kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak
teraba, tidak berbenjol-benjol.

2.3 RESUME
Pasien Tn.S umur 65 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan
Kepanjen dengan keluhan susah BAK sejak 1 bulan yang. Pasien juga merasa
susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan
untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang
pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali. Sebelumnya
pasien juga merasakan anyang-anyangen tapi sekarang menghilang, pasien
menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil dikarenakan
hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar
beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien mengaku sering
tergangguan tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air kecil,
keluhan yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang air
kecil 15 menit yang lalu.
Dari pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat,
mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri
tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-
benjol.

2.4 DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
Pembesaran prostat jinak (BPH) kategori berat + LUTS
Diagnosis Banding
Karsinoma prostat, Neurogenic bladder, Acute prostatitis.
Dasar Diagnosis
- Anamnesa : sejak 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air
kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan mengedan.
- Pada pasien didapatkan hesitansi, pancaran lemah, intermitensi, miksi tidak
puas, terminal dribbling, disuria.
7

- IPSS (I nternational Prostate Symptom Score)
Dalam 1 bulan
terakhir
Tidak
pernah
Kurang
dari
sekali
dalam
lima
hari
Kurang
dari
setengah
Kadang-
kadang
(sekitar
50%)
Lebih
dari
setengah
Hampir
selalu
Skor
1. Seberapa sering anda
merasa masih ada sisa
selesai kencing?
0 1 2 3 4 5

5

2. Seberapa sering Anda
harus kembali
kencing dalam waktu
kurang dari 2 jam
setelah selesai
kencing?
0 1 2 3 4 5


3


3. Seberapa sering Anda
mendapatkan bahwa
Anda kencing
terputus-putus?
0 1 2 3 4 5


4

4. Seberapa sering tidak
bisa menahan
keinginan untuk
kencing?
0 1 2 3 4 5


4

5. Seberapa sering
pancaran kencing
Anda lemah?
0 1 2 3 4 5

4

6. Seberapa sering Anda
harusmengejan untuk
mulai kencing?
0 1 2 3 4 5


4

7. Seberapa sering Anda 0 1 2 3 4 5
8

harus bangun untuk
kencing, sejak mulai
tidur pada malam hari
hingga bangun di pagi
hari?


3



Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 27

Senang
sekali
Senang
Pada
umumnya
Puas
Biasa
saja
Pada
umumnya
tidak
puas
Tidak
bahagia
Buruk
sekali
Seandainya Anda harus
menghabiskan sisa hidup
dengan fungsi kencing
seperti saat ini, agaimana
perasaan Anda?



- Pemeriksaan dalam :
Sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak
kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri tekan (-),
sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol.

2.4.1 DISKUSI
Berdasarkan data tersebut di atas pasien ini di diagnose Pembesaran
prostat jinak (BPH) kategori berat. Hal-hal yang mendukung diagnosis tersebut
berdasarkan anamnesa adalah sejak 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah
buang air kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan
mengedan dan juga pada pasien didapatkan Hesitansi (susah memulai miksi),
Pancaran lemah, Intermitensi (kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali),
Miksi tidak puas, Terminal dribbling (menetes setelah miksi), disuria (rasa tidak
enak saat kencing). Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram
kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan
kiri tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-
9

benjol. Dan di kategorikan berat karena skor IPSS = 27
Diagnosis banding dari kasus ini adalah Karsinoma prostat, Neurogenic
bladder, Acute prostatitis.
Karsinoma prostat dijadikan diagnosis banding didasarkan pada
anamnesa dari pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa susah
untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan untuk
buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien
mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali, dan disingkirkan
dikarenakan pada rectal touser karsinoma prostatharusnya didapatkan
konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara lobus prostat
tidak simetri.
Neurogenic bladder dijadikan diagnosis banding didasarkan pada
anamnesa dari pasien merasakan, pancaran semakin lama dirasa melemah dan
kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali. keluha
lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang air kecil 15 menit
yang lalu. akan tetapi disingkirkan dikarenakan pada Neurogenic bladder bisa
terjadi akibat Penyakit, Cedera, Cacat bawaan pada otak, medula spinalis atau
saraf yang menuju ke kandung kemih, saraf yang keluar dari kandung kemih
maupun keduanya, dan itu tidak di dapatkan pada pasien tersebut.
Acute prostatitis dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa
dari pasien yang menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil
dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya
keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien mengaku
sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air kecil,
akan tetapi Acute prostatitis disingkirkan dikarenakan pada acute prostatitis
sering sering menggigil, demam, sakit di punggung bawah dan daerah kelamin,
nyeri tubuh, dan dibuktikan dengan adanya infeksi saluran kemih (sebagaimana
dibuktikan oleh keberadaan sel-sel darah putih dan bakteri dalam urin).

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG Prostat
Hepar : dbn
10

Lien : dbn
Ren Dx : besar normal, PCS melebar, batu (-)
Ren Sin : besar normal, PCS tak melebar, batu (-)
V U : dinding irregular, endapan (+), batu (-)
Prostat : membesar, permukaan rata, klasifikasi (-), uk 4,73x3,63x4,72 cm
Kesan : Pembesaran kelenjar prostat, Cystitis

2.6 PENATALAKSANAAN
Non operatif
Non medikamentosa
KIE :
Pengaturan gaya hidup yang meliputi:
Jangan mengkonsumsi kopi atau alcohol
Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli
(kopi, coklat),
Kurangi makanan pedas atau asin,
Jangan menahan kencing terlalu lama.

Medikamentosa
Per oral:
Penghambat 5-reduktase (finasterid) mengurangi volume prostat
dengan menurunkan kadar hormon testosterone.

Operatif
Pro operasi (prostatektomi)



11

BAB III
PEMBAHASAN BPH

3.1 PENDAHULUAN
Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang terletak di sebelah inferior
bulibuli dan membungkus uretra posterior. Paling sering mengalami pembesaran,
baik jinak maupun ganas. Bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu
uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin keluar dari buli-buli. Benign
Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) yang
menghambat aliran urin dari buli-buli. Pembesaran ukuran prostat ini akibat
adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona periurethra.



Gambar 1.
(Perbedaan aliran urin dari buli-buli pada prostat normal dan prostat yang mengalami
pembesaran Bentuk kelenjar prostat sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang
dewasa 20 gram. Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain:
zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periurethra.
Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan pertumbuhan
karsinoma prostat berasal dari zona perifer)





12

3.2 ETIOLOGI & PATOFISIOLOGI
Hingga sekarang, penyebab BPH masih belum dapat diketahui secara
pasti,tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa
hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat:

1. Teori dihidrotestosteron
Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone
testosteron. Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi
metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 reduktase.
DHT inilah yang secara langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar
prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan
kelenjar prostat.

NADPH NADP

Gambar 2.
(Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh enzim 5 reduktase)

Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 reduktase dan jumlah
reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat
menjadi lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi
dibandingkan dengan prostat normal.1
13



Gambar 3.
(Teori Dihidrotestosteron dalam Hiperplasia Prostat)

2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan
kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relatif
meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-
sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat
terhadap rangsangan hormon androgen,meningkatkan jumlah reseptor androgen
dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan
testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel
prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa
prostat menjadi lebih besar.


14


3. Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan selsel
epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu
mediator (growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT
dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya
mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi
sel-sel epitel maupun stroma.

4. Berkurangnya kematian sel prostat
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis
kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju
proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang
apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin
meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon
androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah
dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.

5. Teori sel stem
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk
sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang
mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini
bergantung pada hormon androgen, dimana jika kadarnya menurun (misalnya
pada kastrasi), menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya
proliferasi sel-sel pada BPH diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem
sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.

Patofisiologi Hiperplasia Prostat
Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra
pars prostatika dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan tingginya
tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus
berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan terjadinya
perubahan anatomik buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi,
15

terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada
buli-buli tersebut dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah
atau Lower Urinary Tract Symptoms(LUTS).1
Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks
vesikoureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.1

3.3 Manifestasi Klinis
Anamnesa
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada
akhirnya dapat menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap. Meskipun
manifestasi dan beratnya penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang
menyebabkan penderita datang berobat, yakni adanya LUTS.
Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif. Gejala
obstruksi antara lain: hesitansi, pancaran miksi melemah, intermitensi, miksi
tidak puas, menetes setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif terdiri dari:
frekuensi, nokturia, urgensi dan disuri. Untuk menilai tingkat keparahan dari
LUTS, bebeapa ahli/organisasi urologi membuat skoring yang secara subjektif
dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien.
Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah international
Prostatic Symptom Score (IPSS). Sistem skoring IPSS terdiri atas 7 pertanyaan
yang berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan yang berhubungan
dengan kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala
LUTS dalam 3 derajat, yaitu:
Ringan : skor 0-7
Sedang : skor 8-19
Berat : skor 20-35


16

IPSS (I nternational Prostate Symptom Score)
Dalam 1 bulan
terakhir
Tidak
pernah
Kurang
dari
sekali
dalam
lima
hari
Kurang
dari
setengah
Kadang-
kadang
(sekitar
50%)
Lebih
dari
setengah
Hampir
selalu
Skor
1. Seberapa sering anda
merasa masih ada sisa
selesai kencing?
0 1 2 3 4 5

5

2. Seberapa sering Anda
harus kembali
kencing dalam waktu
kurang dari 2 jam
setelah selesai
kencing?
0 1 2 3 4 5


3


3. Seberapa sering Anda
mendapatkan bahwa
Anda kencing
terputus-putus?
0 1 2 3 4 5


4

4. Seberapa sering tidak
bisa menahan
keinginan untuk
kencing?
0 1 2 3 4 5


4

5. Seberapa sering
pancaran kencing
Anda lemah?
0 1 2 3 4 5

4

6. Seberapa sering Anda
harusmengejan untuk
mulai kencing?
0 1 2 3 4 5


4

7. Seberapa sering Anda 0 1 2 3 4 5
17

harus bangun untuk
kencing, sejak mulai
tidur pada malam hari
hingga bangun di pagi
hari?


3



Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 27

Senang
sekali
Senang
Pada
umumnya
Puas
Biasa
saja
Pada
umumnya
tidak
puas
Tidak
bahagia
Buruk
sekali
Seandainya Anda harus
enghabiskan sisa hidup
dengan fungsi kencing
seperti saat ini, agaimana
perasaan Anda?



2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan dapat berupa gejala obstruksi antara lain, nyeri pinggang,
benjolan di pinggang (hidronefrosis) dan demam (infeksi, urosepsis).1
3. Gejala diluar saluran kemih
Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia
inguinalis atau hemoroid, yang timbul karena sering mengejan pada saat miksi
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan
teraba massa kistik si daerah supra simpisis akibat retensi urin.1 Pemeriksaan
colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE) merupakan pemeriksaan
fisik yang penting pada BPH, karena dapat menilai tonus sfingter ani,
pembesaran atau ukuran prostat dan kecurigaan adanya keganasan seperti nodul
atau perabaan yang keras. Pada pemeriksaan ini dinilai besarnya prostat,
konsistensi, cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi dan ada tidaknya nodul.
18

Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti
meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul.
Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul,
dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri.


Gambar 4.
(Pemeriksaan Colok Dubur)

Pemeriksaan Laboratorium
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses
infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Obstruksi uretra menyebabkan
bendungan saluran kemih sehingga menganggu faal ginjal karena adanya
penyulit seperti hidronefrosis menyebabkan infeksi dan urolithiasis. Pemeriksaan
kultur urin berguna untuk mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan
sekaligus menentukan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan.
Pemeriksaan sitologi urin digunakan untuk pemeriksaan sitopatologi sel-
sel uroteliumyang terlepas dan terikut urin. Pemeriksaan gula darah untuk
mendeteksi adanya diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan
persarafan pada buli-buli. Jika dicurigai adanya keganasan prostat perlu
diperiksa penanda tumor prostat (PSA).

Pencitraan
19

Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran
kemih, batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh
terisi urin, yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat
menerangkan adanya :
Kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis).
Memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan
dengan indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar
prostat) atau ureter bagian distal yang berbentuk seperti mata kail
(hooked fish).
penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel,
atau sakulasi buli-buli.

Pemeriksaan IVP tidak lagi direkomendasikan pada BPH.1 Pemeriksaan
USG secara Trans Rectal Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk mengetahui
besar dan volume prostat , adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna
sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah
residual urin dan mencari kelainan lain pada buli-buli. Pemeriksaan Trans
Abdominal Ultra Sound (TAUS) dapat mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun
kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.(purnomo, de jong)


20

Gambar 5.
TransRectal Ultra Sound (TRUS)

Pemeriksaan lain
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan
mengukur:
Pesidual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau
dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi
Pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi
dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan
uroflowmetri.

3.4 PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi:
- Memperbaiki keluhan miksi
- Meningkatkan kualitas hidup
- Mengurangi obstruksi infravesika
- Mengembalikan fungsi ginjal
- Mengurangi volume residu urin setelah miksi
- Mencegah progressivitas penyakit

1. Watchful waiting
Pilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor IPSS<7, yaitu
keluhan ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien hanya
diberikan edukasi mengenai hal-hal yang dapat memperburuk keluhan :1
Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol
Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi,
coklat)
Kurangi makanan pedas atau asin
Jangan menahan kencing terlalu lama

2. Medikamentosa
Tujuan:
21

Mengurangi resistensi otot polos prostat dengan adrenergik
blocker.
Mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon
testosterone melalui penghambat 5-reduktase.
Selain itu, masih ada terapi fitofarmaka yang masih belum jelas
mekanisme kerjanya.

3. Operasi
Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan:
- Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa
- Mengalami retensi urin
- Infeksi Saluran Kemih berulang
- Hematuri
- Gagal ginjal
- Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi
saluran
- kemih bagian bawah

Jenis pembedahan yang dapat dilakukan:

Transurethral reseksi prostat (TURP)
TURP telah menjadi prosedur umum untuk pembesaran prostat selama
bertahun-tahun, dan merupakan operasi yang dibandingkan perlakuan lainnya.
Dengan TURP, dokter bedah tempat lingkup yang menyala khusus
(resectoscope) ke dalam uretra dan menggunakan alat pemotong kecil untuk
menghapus semua kecuali bagian luar prostat (reseksi prostat. TURP umumnya
mengurangi gejala cepat; kebanyakan pria memiliki aliran urin kuat dalam
beberapa hari. Setelah TURP, ada risiko pendarahan, infeksi, dan mungkin
memerlukan kateter untuk menguras kandung kemih selama tiga sampai lima
hari setelah prosedur. Prosedur ini umumnya digunakan untuk mengobati prostat
lebih kecil. Namun, lebih baru dan kurang perawatan invasif (terapi minimal
invasif) menjadi lebih umum. Operasi minimal invasif pada umumnya memiliki
risiko yang lebih rendah dari efek samping atau komplikasi, dan memerlukan
22

waktu pemulihan kurang dari tidak TURP atau jenis operasi invasive. Meskipun
demikian, TURP masih merupakan pilihan pengobatan terbaik untuk beberapa
orang.



Transurethral sayatan dari prostat (TUIP atau TIP)
Operasi ini adalah pilihan jika kelenjar prostat agak membesar atau kecil,
terutama jika terdapat masalah kesehatan yang membuat operasi lain terlalu
berisiko. Seperti TURP, TUIP melibatkan instrumen khusus yang dimasukkan
melalui uretra. Tapi bukannya menghilangkan jaringan prostat, ahli bedah
membuat satu atau dua luka kecil di kelenjar prostat untuk membuka saluran di
uretra - sehingga lebih mudah untuk urin melewatinya.

23


Buka prostatektomi
Jenis operasi ini umumnya dilakukan jika prostat sangat besar, kandung
kemih kerusakan atau faktor komplikasi lain, seperti batu kandung kemih. Ini
disebut terbuka karena ahli bedah membuat sayatan di perut bagian bawah untuk
mencapai prostat. Buka prostatektomi adalah pengobatan yang paling efektif
untuk pria dengan pembesaran prostat yang parah, tetapi memiliki resiko tinggi
efek samping dan komplikasi. Pada umumnya memerlukan kunjungan singkat di
rumah sakit dan berhubungan dengan risiko tinggi memerlukan transfusi darah.


Pembedahan laser operasi.
Laser (juga disebut terapi laser) menggunakan energi laser tinggi untuk
menghancurkan atau menghapus jaringan prostat lebat. Laser bedah umumnya
segera meredakan gejala dan memiliki risiko efek samping yang lebih rendah
daripada TURP. Beberapa operasi laser dapat digunakan pada pria yang tidak
harus memiliki prosedur prostat lain karena mereka mengambil obat pengencer
darah.
Pembedahan laser dapat dilakukan dengan berbagai jenis laser dan
dengan cara yang berbeda.
24

Ablatif Prosedur: (termasuk penguapan) menghapus jaringan prostat
menekan uretra dengan membakar begitu saja, sambil aliran urin.
prosedur ablatif dapat menyebabkan iritasi gejala urin setelah operasi dan
mungkin perlu diulang di beberapa titik.
Prosedur Enucleative: serupa untuk membuka prostatektomi, tapi
dengan risiko yang lebih sedikit. Prosedur ini biasanya menghapus
semua prostat jaringan memblokir aliran urin, dan mencegah
pertumbuhan kembali jaringan. Salah satu manfaat dari prosedur
enucleative adalah bahwa jaringan prostat dihapus dapat diperiksa untuk
kanker prostat dan kondisi lainnya.
Jenis pembedahan laser meliputi:
Ablasi laser Holmium dari prostat (HoLAP)
Visual laser ablasi dari prostat (VLAP)
Laser Holmium enucleation dari prostat (HoLEP)
Fotosensitif penguapan dari prostat (PVT)








25


26

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Pasien Tn.S umur 65 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan
Kepanjen dengan keluhan susah buang air kecil sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan
mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan
kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali.
Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen tapi sekarang
menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar
kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil
hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien
mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air
kecil, keluha yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang
air kecil 15 menit yang lalu.
Dari pemeriksaan dalam: sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin,
ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris,
nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol.

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto. 2007.
69-85
2. Birowo & Rahardjo. Pembesaran Prostat Jinak. 2000.
http://fkui.co.id/urologi/ppj.mht [diakses Mei 2011]
3. Leveillee. Prostate Hyperplasia, Benign. 2006. http://www.emedicine.com.
[diakses Mei 2011]
4. Fadlol & Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita Pembesaran Prostat
Jinak. Indonesian J of Surgery 2005; XXXIII-4; 139-145
5. Anonim. Normal Prostate and Benign Prostate Hyperplasia.
2008.http://www_med_nyu_edu/healthwise/media/medical/nci/cdr0000462221
/jpg.mht
6. Kim & Belldegrun (eds). Urology Dalam Schwartzs Manual Of Surgery,
8thEdition, Brunicardi et al (eds). USA: Mc Graw-Hill Medical Publishing
Division. 2006. 1036-1060
7. Suryawisesa, Malawat, Bustan. Hubungan Faktor Geografis Terhadap Skor
Gejala Prostat Internasional (IPSS) Pada Komunitas Suku Makassar Usia
Lanjut Tahun 1998. Ropanasuri 1998; XXVI 4; 1-10
8. Anonim. The Development of Benign Prostate Hiperplasia. 1998.
http://www_lef_org/magazine/graphics/pros1mar98_jpg.mht. [diakses Mei
2011]
9. Sjamjuhidayat & De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005. 782
10. Pheonix 5. Transurethral Prostatectomy. 2002.
http://www_phoenix5_org/glossary/graphics-turp/NIDDK/gif.mht [diakses
Mei 2011]

Anda mungkin juga menyukai