Anda di halaman 1dari 29

3

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1

Identitas Pasien
Pada tanggal 16 Oktober 2014 seorang pasien datang ke Instalasi
Radiologi RSUD Mardi Waluyo Blitar. Data pasien tersebut adalah sebagai
berikut :
Nama

Tn. R

Umur

36 tahun

Jenis kelamin

laki laki

Alamat

Blitar

Klinis

CRS

Permintaan Foto :

2.2

Cervical Ap/Lateral/Oblique

Riwayat Pasien
Pasien tersebut mengeluh nyeri pada leher belakang yang dirasakan
semakin lama semakin berat.

Nyeri dirasakan kadang menjalar seperti

kesemutan kemudian menjalar ke lengan sampai pergelangan tangan kanan


bawah. Nyeri sudah dirasakan sejak 10 tahun yang lalu., tetapi untuk menoleh
atau miring, leher tidak terasa sakit. sampai ke lengan dan jari-jari tangan kiri.
Nyeri dan kesemutan terutama dirasakan pada saat beraktivitas dan kecapaian.
Nyeri berkurang pada saat penderita beristirahat. Pasien mengatakan tidak ada
kelemahan pada tangannya dan dapat melakukan aktivitasnya sehari. Tidak
ada keluhan rasa tebal pada leher dan tangan. Sakit kepala, pusing, panas,
mual dan muntah tidak dialami pasien. Pasien juga mengatakan tidak ada
riwayat jatuh atau trauma sebelumnya. Riwayat mengangkat alat berat
disangkal oleh pasien, karena pekerjaan pasien adalah seorang pegawai negri
sipil. Pasien biasanya mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri jika terasa
nyeri. Oleh dokter pasien dilakukan pemeriksaan radiologi cervical AP-lateral
dan Oblique.

2.3

Pelaksanaan Pemeriksaan
Posisi pasien :
Cervical AP-Lateral dan Oblique:

2.4

Hasil Pemeriksaan Radiologis

Foto Cervical AP

Foto Cervical Lateral

Foto cervical oblique

Aligment baik
Kurva melurus
Trabekulasi tulang baik
Superior dan inferior endplate tampak baik
Tampak lipping pada corpus vertebra cervicalis 5,6 pedicle dan spatium
intervertebralis tampak baik
Tampak lipping pada prosesus uncocervicalis VC 5,6 kiri dan prosesus articularis
VC

4,5,6,7

kiri

yang

tidak

menyebabkan

penyempitan

foramen

intervertebralis
Tampak lipping pada prosesus uncocervicalis VC 7 kanan dan prosesus
articularis VC 4,5,6,7 kanan yang

menyebabkan penyempitan foramen

intervertebralis VC 6-7 kanan


Trakea di tengah, airway patent
Tak tampak paravertebral soft tissue mass

Kesimpulan :

Paracervical muscle spasme

Spondilosys Cervicalis

Spondilouncocervicalis VC 5,6 kiri dan Spondiloarticularis VC 4,5,6,7


kiri yang tidak menyebabkan penyempitan foramen intervertebralis

Spondilouncocervicalis VC 7 kanan dan Spondiloarticularis VC 4,5,6,7


kanan yang menyebabkan penyempitan foramen intervertebralis VC 6-7
kanan

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi dan Biomekanik Servikal


Leher merupakan bagian spina/tulang belakang yang paling bergerak
(mobile), mempunyai tiga fungsi utama, yaitu:
1. menopang dan memberi stabilitas pada kepala;
2. memungkinkan kepala bergerak di semua bidang gerak;
3. melindungi struktur yang melewati spina, terutama medula spinalis, akar
saraf, dan arteri vertebra.1
Spina servikal menopang kepala, memungkinkan gerakan dan posisi yang
tepat. Semua pusat saraf vital berada di kepala memungkinkan pengendalian
penglihatan (vision), keseimbangan vestibular, arahan pendengaran (auditory) dan
saraf penciuman; secara esensial mengendalikan semua fungsi neuromuskular
yang sadar. Untuk itu maka kepala harus ditopang oleh spina servikal pada posisi
yang tepat agar memungkinkan gerakan spesifik untuk menyelesaikan semua
fungsi tersebut.1
Kolumna servikal dibentuk oleh tujuh tulang vertebra. Spina servikal, C1-C7,
terlihat dari lateral membentuk lengkung lordosis dan kepala pada tingkat
oksipitoservikal membentuk sudut yang tajam agar kepala berada di bidang
horizontal. Apabila dilihat dari anteroposterior maka spina servikal sedikit
mengangkat (tilt) kepala ke satu sisi. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh faset pada
oksiput, atlas (C1) dan aksis (C2) yang sedikit asimetrik.1
Spina servikal merupakan persatuan unit fungsional yang saling tumpangtindih (superimposed), masing-masing terdiri atas 2 badan, yang dipisahkan oleh
diskus intervertebra mulai di bawah aksis (C2). Unit fungsional spina servikal
dibagi atas dua kolumna, yaitu kolumna anterior yang terdiri atas vertebra,
ligamen longitudinal dan diskus di antaranya, serta kolumna posterior yang
meliputi kanal oseus neural, ligamen posterior, sendi zygapophyseal, dan otot
erektor spina. Secara anatomis, foramen intervertebralis terletak di antara kedua

kolumna tersebut. Sebenarnya, otot servikal bagian anterior yaitu fleksor


merupakan bagian dari kolumna anterior. Untuk mengevaluasi secara fungsional
maka spina servikal dibagi menjadi segmen servikal atas (diatas C3) dan segmen
servikal bawah (C3-C7). Setiap segmen itu berfungsi berbeda.1
Vertebra C1 dan C2 berbeda dari vertebra yang lain. Atlas (C1) adalah
struktur seperti cincin tanpa badan dengan dua massa lateral yang berartikulasi
dengan kondilus oksipitalis di atas dan aksis (C2) di bawah. Aksis (C2)
mempunyai badan, prosesus spinosus yang bifida, dan prosesus odontoid yang
menonjol ke atas yang secara kongenital adalah badan atlas yang menyatu (fused).
Odontoid berartikulasi dengan lengkung anterior atlas. Hubungan normal tersebut
memungkinkan pemisahan <3 mm antara lengkung anterior dan atlas. Sendi
tersebut dapat menjadi lemah oleh karena trauma atau penyakit seperti artritis
rheumatoid (RA). Pemisahan 3 mm atau lebih dalam fleksi dan ekstensi dianggap
tidak stabil dan merupakan bukti instabilitas. Atlas dan aksis dalam kombinasi
dengan kranial-oksiput (CO) membantu fleksi, ekstensi dan rotasi. Artikulasi
atlantooksipital (CO-C1) memungkinkan fleksi 10 dan ekstensi 25.1
Rotasi terbanyak di spina servikal terjadi di persendian C1-C2, dengan rotasi
45 ke arah kiri atau kanan. Sedikit derajat fleksi-ekstensi terlihat juga di
persendian C1-C2. Sendi sinovial asli (true synovial joint) terletak di antara
lengkung anterior atlas dan prosesus odontoid.
Vertebra regio servikal bawah masing-masing serupa dalam bentuk dan fungsi
dan dapat dikatakan merupakan unit fungsional yang khas (typical). Vertebra C3C7 mempunyai badan kecil dan dimensi terpanjang pada bidang koronal. Prosesus
spinosus bifida dari C3 sampai C6, dan C7 mempunyai prosesus spinosus
terpanjang yang mudah teraba pada palpasi. Sendi zygapophyseal di servikal lebih
konkaf dibandingkan di torakal dan lumbal. Orientasi faset di servikal adalah 45
(dibandingkan 60 di torakal dan 90 di lumbal). Prosesus spinosus, prosesus
transversa dan lamina menjadi daerah perlekatan otot.1
Di perbatasan C2 dan C3 terdapat perubahan bentuk persendian yang
menyebabkan perbedaan bermakna dalam fungsi serta merupakan daerah transisi

yang mengubah gerakan dari rotasi ke fleksi dan ekstensi. Terjadi sekitar 10 fleksi
pada masing-masing segmen dengan fleksi terbesar pada C4-C5 dan C5-C6. Fleksi
lateral terjadi terutama di C3-C4 dan C4-C5. Pemindahan horizontal (horizontal
displacement) vertebra >3,5 mm saat fleksi dan ekstensi atau deformitas angular
>11 menandakan instabilitas spina.
Semua gerakan servikal berpasangan sehingga rotasi dikaitkan dengan fleksi
lateral dan sebaliknya. Pembatasan lingkup gerak (ROM) dalam satu bidang
memungkinkan klinisi mendeteksi segmen yang terlibat terutama letaknya apakah
di regio servikal atas atau bawah.1

Gambar 3.1 Vertebra Cervical


Foramen terletak di setiap prosesus transversum di setiap sisi badan vertebra.
Arteri vertebral melalui foramen itu. Di antara dua vertebra, mulai di bawah C2,
terdapat diskus intervertebralis, yang lebih lebar anterior dibandingkan posterior.
Setiap diskus terdiri atas annulus dan nukleus, serta mempunyai struktur dalam
yang lunak disebut nukleus pulposus. Diskus intervertebralis mempunyai suplai
vaskuler sejak lahir sampai sekitar dekade kedua dalam kehidupan saat pembuluh
darah mulai terobliterasi dan mulai terjadi kalsifikasi lempeng ujung (endplates)

vertebra. Pada dekade ketiga diskus menjadi avaskuler, dan nutrisi diskus melalui
difusi dialisat melalui endplate serta imbibisi tekanan osmotik (osmotic gradient)
ion yang larut di dalam substansi diskus. Terdapat juga faktor mekanik untuk
imbibisi. Pada saat diskus mengalami penekanan ia mengeluarkan cairan dan saat
relaks menyerap cairan, penekanan-relaksasi bergantian tersebut memungkinkan
diskus menyerap (imbibition) seperti busa. Elastisitas serabut annular dan
kompresibilitas nukleus memungkinkan aksi menyerap secara mekanik.1
Nukleus berupa gel proteoglikan sangat terhidrasi (80% air) dan mengandung
serabut kolagen yang tersebar (<5%). Gel proteoglikan mengandung banyak
kelompok sulfat bermuatan negatif yang menarik dan mengikat air serta mencegah
difusi ke luar. Nukleus secara utuh terkandung di dalam tabung annular yang
mempertahankan tekanan intrinsik.
Serabut kolagen dikelilingi secara esensial terkandung di dalam, lapisan gel
proteoglikan yang terhidrasi, yang memberi lubrikasi dan nutrisi pada fibril
kolagen. Caranya serabut annular melekat di endplate dan interface dengan setiap
lapisan memungkinkan gerakan vertebra berseberangan di unit fungsional
memberi gerakan fleksi, ekstensi dan sedikit rotasi.
Mobilitas unit fungsional vertebra servikal dibatasi oleh elastisitas terbatas
serabut annular setiap annulus intervertebral serta ligamen longitudinal anterior
dan posterior (yang terikat pada setiap vertebra dari kranium sampai sakrum).
Fleksi dibatasi oleh ligamen longitudinal posterior, ligamen intervertebra posterior,
elastisitas terbatas fascia otot ekstensor (erektor spina). Fleksi berlebihan melewati
batas fisiologis juga dibatasi oleh ligamen spinosum posterior dan interspinosum
serta elastisitas fascia otot erektor spina. Ekstensi berlebihan dibatasi oleh kontak
langsung lamina, faset dan prosesus spinosus posterosuperior. Gerakan unit
fungsional ke arah manapun menyebabkan sedikit distorsi pada diskus
intervertebralis. Pada fleksi ke depan, ruang anterior diskus mengalami penekanan
dengan pemisahan simultan elemen posterior. Juga terjadi gerakan meluncur
(gliding) vertebra superior di atas vertebra berikut yang di bawahnya. Diskus
intervertebralis tertekan di anterior serta melebar di posterior, dan fleksi ini disertai

10

sedikit gesekan (shear) anterior. Pemanjangan berlebihan serabut annular posterior


diskus dalam fleksi juga dibatasi oleh ligamen longitudinal posterior. Ligamen
pada spina servikal adalah:
1. ligamen transversum; menahan prosesus odontoid ke dalam notch yang
terletak posterior di pusat lengkung anterior, memungkinkan kepala dan atlas
rotasi ke kiri dan kanan. Selain itu mempertahankan prosesus odontoid di
daerah anterior kanal spina serta memberi ruangan cukup bagi medulla
spinalis. Apabila terjadi kerusakan pada ligamen, prosesus odontoid dapat
bergerak ke posterior dan menekan medulla spinalis. Pemeriksaan radiografik
dapat memperlihatkan aspek lateral spina servikal pada fleksi ke depan, atau
dengan pencitraan MRI. Derajat penekanan dapat dilihat secara klinis dengan
pemeriksaan neurologik yang menunjukkan tanda upper motor neuron,
2. ligamen alar; membatasi rotasi dan membatasi gerakan lateral prosesus
odontoid, Apabila salah satu ligamen alar rusak, dapat menyebabkan kepala
dan atlas subluksasi ke lateral
3. ligamen accessory atlantoaksial; membatasi derajat rotasi kepala terhadap
atlas dan atlas terhadap aksis, Kerusakan salah satu ligamen tersebut dapat
menyebabkan gerakan berlebihan ke sisi berlawanan. Dapat dilihat melalui
pencitraan mulut terbuka (open mouth) dengan rotasi kepala ke dua arah.
Ligamen alar dan accessory adalah ligamen pendek yang terikat pada dua
struktur tulang berdekatan sehingga mudah cedera, misalnya karena rotasi
berlebihan, tiba-tiba atau paksa (forceful).
Otot leher secara fungsional dapat dibagi atas dua kelompok besar:
1. Otot yang membuat fleksi dan ekstensi kepala terhadap spina, disebut capital
movers, yaitu capital flexor terdiri atas rektus pendek dan kapitis longus, serta
capital extensor. Otot tersebut terdiri atas 4 otot pendek yang berjalan dari
basis kranium ke atlas (C1) dan aksis (C2): posterior rectus capitis minor &
major, obliquus capitis superior & inferior;
2. Otot yang membuat fleksi dan ekstensi seluruh sisa spina servikal, disebut
cervical movers;

11

3. Otot yang lebih panjang seperti splenius capitis dan splenius cervicis terutama
untuk rotasi kepala, akan tetapi dapat juga menjadi ekstensor apabila
berkontraksi bersamaan/bilateral.
4. Otot panjang dari spina torasik dan skapula yang membuat ekstensi, rotasi dan
fleksi lateral spina servikal, yaitu trapesius, levator scapulae, dll.
Massa terbesar otot leher terletak di bagian ekstensor segmen servikal atas:
daerah atlantoaksial, yang menandakan kebutuhan akan otot kuat di regio tersebut
untuk menjaga terhadap trauma. Massa terbesar otot fleksor terletak di region
servikal tengah (C4-C5) adalah regio segmen servikal bawah yang mempunyai
derajat gerak terbesar. Oleh karena itu merupakan daerah yang mengalami pakaiaus mekanik (mechanical wear & tear) serta paparan trauma dan stress besar.
Saraf servikal dengan formasi pleksus servikobrakhial dan saraf ke kepala
berperan penting pada fungsi ekstremitas atas dan juga terlibat dalam produksi
nyeri serta kecacatan. Semua saraf servikal mengandung serabut sensoris dan
motorik kecuali saraf C1 yang hanya mempunyai serabut motorik. Karena itu
penekanan pada saraf servikal akan memunculkan gejala sesuai dengan dermatom
yang terkena.1

Gambar 3.2 Distribusi Dermatom

12

3.2 Definisi Cervical Root Syndrome


Cervical root syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh iritasi
atau kompresi dari akar saraf cervikal yang akan menimbulkan nyeri, ngilu,
kesemutan, kram-kram serta rasa tidak enak pada leher bagian belakang dan bisa
menjalar ke bahu, lengan atas dan lengan bawah tergantung dari akar mana yang
terkena.1 Salah satu contoh penyakit cervical root syndrome adalah sindrom
radikulopati. Radikulopati berarti radiks posterior dan anterior yang terkena proses
patologik. Gangguan itu dapat setempat atau menyeluruh.

3.3 Epidemiologi Cervical Root Syndrome


Insidens dari penderita cervical root syndrome bermacam-macam tergantung
penyebabnya. Seperti jumlah penderita spondilosis cervikal digabung dengan
penderita nyeri leher lainnya termasuk sindrom levator scapula, cervikobrakialgia
dan servikooksipital menduduki urutan ke empat sesudah stroke.1
Sejumlah 45% laki-laki yang masih aktif bekerja sedikitnya pernah satu kali
menderita kaku leher (stiff neck) dan 23% sedikitnya pernah mendapat sekali
serangan brakialgia dan 51% pernah mendapat kedua serangan tadi. Kekerapan
nyeri leher hampir dua kali lipat pada umur 25-45 tahun.2

3.4 Faktor Resiko Cervical Root Syndrome


Faktor yang menimbulkan radikulopati cervikalis antara lain:3

Tekanan

Stres

Postur

Bekerja dengan posisi leher yang menetap dalam waktu lama

Tidur dengan bantal yang tinggi

Berbaring dengan leher yang fleksi sambil membaca/nonton TV.

3.5 Etiologi dan Patogenesis Cervical Root Syndrome

13

Pada usia muda, radikulopati cervikalis merupakan akibat dari herniasi diskus
intervertebralis atau cedera akut yang menyebabkan tubrukan foramen dari saraf
yang keluar. Herniasi diskus intervertebralis

sekitar 20-25% dari kasus

radikulopati cervikalis. Pada pasien yang lebih tua, radikulopati cervikalis sering
merupakan akibat penyempitan foramen dari pembentukan osteofit, penurunan
ketinggian diskus, perubahan degeneratif prosesus uncinatus vertebra dari anterior
dan facet dari posterior.2
Penyebab paling sering radikulopati cervikalis (pada 70 sampai 75 persen dari
kasus) adalah gangguan foramen saraf spinal karena kombinasi faktor-faktor di
antaranya penurunan puncak diskus dan perubahan degeneratif dari sendi
uncovertebral anterior dan zygapophyseal sendi posterior (yaitu, spondylosis
cervical). Berbeda dengan gangguan lumbal, herniasi nukleus pulposus hanya
sekitar untuk 20 sampai 25 persen dari kasus. Penyebab lainnya yang jarang yaitu
tumor tulang belakang serta infeksi tulang belakang. 3
Radikulopati cervikalis merupakan disfungsi dari akar saraf vertebralis. Akar
saraf vertebralis yang paling sering terkena adalah C7 sekitar 60% dan C6 sekitar
25%. Radikulopati cervikalis adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan
disfungsi dari saraf cervikalis, akar saraf, atau keduanya. Radikulopati cervikalis
adalah kerusakan atau gangguan fungsi saraf akibat kompresi salah satu akar saraf
dekat vertebra cervikalis . Kerusakan akar saraf di daerah cervikalis dapat
menyebabkan rasa sakit dan gangguan sensibilitas pada ekstremitas atas,
tergantung di mana akar yang rusak berada.3,4
Ciri khas radikulopati cervikalis adalah rasa nyeri radikuler pada leher dan
bahu yang menyebar ke lengan, yang akan bertambah pada perubahan posisi leher
dan dapat diikuti terbatasnya gerakan leher dan rasa sakit pada penekanan tulang
dan kadang-kadang disertai parastesia pada lengan. Namun seringkali gejala nyeri
radikuler tersebut tidak terlokalisasi baik sesuai dermatom. Hal ini dikarenakan
adanya tumpang tindih daerah persarafan.4
3.6 Penegakan Diagnosis Cervical Root Syndrome
a) Anamnesis

14

Dalam menanggapi keluhan tentang nyeri leher perlu ditanyakan lebih lanjut
mengenai ada tidaknya penjalaran nyeri serta daerah-daerah kulit yang
parestetik/hipestetik.

Biasanya pertanyaan yang harus diajukan untuk

melakukan anamnesa pada penderita dengan keluhan nyeri pada leher ialah:4

Apakah keluhan itu didahului dengan trauma atau tidak

Apakah datangnya mendadak atau perlahan-lahan

Mengenai waktu dan lamanya: sudah berapa lama sakitnya

Apakah sakitnya konstan atau intermiten

Apakah sakitnya menjadi lebih berat atau sama seperti waktu pertama kali
terjadi

Karakteristik sakitnya : apakah rasa terbakar, nyut-nyutan atau rasa seperti


ditusuk-tusuk

Lokasi sakitnya : apakah menjadi hebat jika berdiri, duduk atau berbaring

Apakah sakitnya lebih berat kalau bergerak atau tidak bergerak

Apakah ada gangguan sensibilitas

Apakah ada gangguan fungsi BAB dan BAK

Apakah penderita mempunyai problem sebelumnya

Apakah ada keluarga penderita yang mempunyai keluhan yang sama

Apakah sakitnya bertambah jika berada dirumah, ditempat kerja atau


dimobil

Apakah akhir-akhir ini penderita mengalami stress fisik atau emosional

Disamping pertanyaan-pertanyaan diatas, harus ditanyakan juga riwayat


kebiasaan penderita seperti : cara tidur, bekerja pada posisi yang menetap
cukup lama dan lain-lain.4

b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umumnya diperlukan untuk mengetahui penyakit penyerta
sedangkan pemeriksaan neurologis untuk mengetahui hal-hal yang lebih
khusus.4Pemeriksaan lainnya berupa : fungsi motorik, lingkup gerak sendi,
sensorik, dan refleks.

15

Gambar 3.3 ROM Servikal


Pemeriksaan khusus untuk nyeri servikal yaitu :4

Tes Kompresi-Spurling

Gambar 3.4 Compression-Spurling Test


Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan dengan cara posisi
leher diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian
berikan tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat
nyeri radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala.
Pemeriksaan ini sangat spesifik namun tidak sensitif guna mendeteksi
adanya radikulopati servikal.

Tes Distraksi
Pada pasien yang datang ketika dalam keadaan nyeri, dapat dilakukan
distraksi servikal secara manual dengan cara pasien dalam posisi supinasi
kemudian dilakukan distraksi leher secara perlahan. Distraksi kepala akan
menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi terhadap radiks
syaraf. Hasil dinyatakan positif apabila nyeri servikal berkurang.

16

Gambar 3.5 Tes Distraksi

Tes Valsava
Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses desak
ruang di kanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan di naikkannya
tekanan intratekal akan membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf ini
sesuai dengan tingkat proses patologis dikanalis vertebralis bagian
cervical. Cara meningkatkan tekanan intratekal menurut valsava ini
adalah pasien disuruh mengejan sewaktu ia menahan nafasnya. Hasil
positif bila timbul nyeri radikuler yang berpangkal di leher menjalar ke
lengan.

Gambar 3.6 Tes Valsava

c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain:4

Foto rontgen yang perlu dibuat harus mencakup foto dengan proyeksi
anteroposterior, lateral, oblique kanan dan kiri.

CT Scan dan MRI

17

3.6 Teknik Pemeriksaan Radiografi Vertebra Cervical


Pemeriksaan radiografi vertebra cervical sendiri adalah pemeriksaan
radiografi untuk melihat anatomi ataupun kelainan-kelainan pada vertebra cervical
(tulang leher). Teknik-teknik dasar yang biasa digunakan untuk pemeriksaan ini
meliputi proyeksi Anterior Posterior (AP) open mouth, Anterior Posterior (AP)
axial, Oblique, Lateral, dan Lateral Swimmers. Akan tetapi proyeksi-proyeksi
tersebut digunakan sesuai klinis.

3.6.1 Proyeksi AP (Atlas (C1) dan Axis (C2))


Open Mouth (Albers Schonbergl dan George)
Kaset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8 x 10
inci (18 X 24 cm).
Posisi pasien : Tempatkan pasien dalam posisi terlentang diatas meja pemeriksaan,
kemudian pusatkan bidang midsagittal tubuh pada garis tengah grid. Atur lengan
pasien di sepanjang sisi tubuh, dan atur bahu sampai terletak pada bidang horizontal
yang sama. Jika perlu tempatkan penopang di bawah lutut pasien untuk kenyamanan.

Gambar 3.7 posisi AP Open mouth

Posisi objek : Tempatkan lR (kaset radiograf) ke dalam Bucky, dan pusat IR pada
level aksis (V. Cervical 2).Sesuaikan kepala pasien sehingga bidang midsagittal tegak
lurus terhadap bidang meja.Pilih faktor eksposur, dan atur posisi tube x-ray sehingga
setiap sedikit perubahan dapat dilakukan dengan cepat setelah pengaturan akhir

18

kepala pasien. Meskipun posisi ini tidak mudah untuk dinahan, pasien biasanya dapat
bekerja

sama

sepenuhnya

kecuali

ia

tetap

dalam

posisi,

akhir

tegang

terlalu lama.Atur agar pasien membuka mulut lebar sebanyak mungkin, dan
kemudian sesuaikan kepala sehingga garis dari tepi bawah gigi seri atas ke ujung
prosesus mastoid (bidang oklusal) tegak lurus terhadap IR. Sebuah pengganjal kecil
di bawah bagian belakang kepala mungkin diperlukan untuk mempermudah
membuka mulut ketika keselarasan yang tepat dari gigi seri atas dan mastoid tips
dipertahankan.
Proteksi Radiasi : Gunakan Perisai gonad.
Respirasi : Anjurkan pasien untuk menjaga mulut terbuka lebar dan perlahan
mengucapkan Hah selama eksposur. Serta letakkan lidah di dasar mulut sehingga
tidak diproyeksikan pada atlas dan axis dan akan mencegah gerakan mandibula.
Central ray : Arah sinar tegak lurus ke pusat IR dan masuk ke titik tengah mulut
yang terbuka
Struktur ditunjukkan : Gambar yang dihasilkan menunjukkan proyeksi AP dari
atlas dan axis melalui mulut yang terbuka. Jika pasien memiliki kepala yang dalam
atau rahang panjang. Keseluruhan atlas tidak dapat ditunjukkan. Ketika bayangan
persis superposisi dengan permukaan oklusal dari gigi seri tengah atas dan dasar
tengkorak yang sesuai dengan orang-orang dari ujung proses mastoid, posisi tidak
dapat diperbaiki. Jika pasien tidak dapat membuka mulut, tomografi mungkin
diperlukan untuk melihat axis dan atlas.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:

Tampak dens, atlas, sumbu, dan artikulasi antara Cervical 1 dan cervical 2.

Permukaan artikular seluruh atlas dan axis (untuk memeriksa perpindahan lateral)

Superposisi bidang oklusal dari gigi seri tengah atas dan dasar tengkorak

Lebar mulut yang terbuka

Bayangan lidah tidak diproyeksikan di atas atlas dan axis

Ramus mandibula sama jaraknya dari dens

19

Gambar 3.8 Hasil foto AP Open mouth

3.6.2 Proyeksi AP Aksial


Kaset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 8 x 10
inchi (18 X24 cm) memanjang.
Posisi pasien : Tempatkan pasien dalam posisi terlentang atau tegak dengan
punggung melawan dudukan IR.Sesuaikan bahu pasien untuk berbaring dalam bidang
horizontal yang sama untuk mencegah rotasi.

Gambar 3.9 posisi AP Aksial

Posisi objek : Pusatkan bidang midsagittal dari tubuh pasien ke garis tengah meja
atau perangkat grid vertikal. Extendsikan dagu sehingga bidang oklusal tegak lurus
terhadap ujung meja. Hal ini mencegah superimposisi tulang mandibula dan
pertengahan cervical. Kemudian pusatkan IR pada level C4. Atur kepala sehingga

20

bidang midsagittal selaras lurus dan tegak lurus terhadap IR. Berikan pengganjal
untuk kepala pasien yang memiliki lengkungan lordotic. Pengganjal ini akan
membantu mengimbangi lengkungan dan mengurangi distorsi gambar.
Proteksi radiasi : Gunakan perisai gonad.
Respirasi : Tahan nafas.
Central ray : Diarahkan melalui C4 pada sudut 15 sampai 20 derajat cephalad. Sinar
sentral masuk pada atau sedikit lebih rendah ke titik yang paling menonjol dari tulang
rawan tiroid.
Struktur ditunjukkan : Gambar yang dihasilkan menunjukkan lima bagian bawah
corpus servical dan dua atau tiga bagian atas corpus toraks, ruang interpediculate,
superimposed transversus dan prosesus artikular, dan dalam ruang disk tervertebral.
Proyeksi ini juga digunakan untuk menunjukkan ada atau tidak adanya tulang rusuk
cervical.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:

Tampak area dari bagian superior dari C3 ke T2 dan sekitarnya jaringan lunak

Tampak bayangan dari tengkuk mandibula dan superimposed di atas atlas dan
sebagian besar aksis

Terbuka ruang diskus intervertebralis

Spinosus prosesus berjarak sama pada pedikel

Sudut mandibula berjarak sama pada vertebra.

Gambar 3.10 Hasil Foto Posisi AP Aksial

21

3.6.3 Proyeksi Lateral (Grandy Metode)


R atau posisi L
Keset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 810
inchi (18x24cm) memanjang
SID : SID 60 sampai 72 inchi (152-183 cm) dianjurkan karena OID meningkat. Jarak
yang lebih jauh membantu menunjukkan C7.
Posisi pasien : Tempatkan pasien dalam posisi lateral yang benar, baik duduk atau
berdiri, di depan perangkat grid vertikal. Sumbu panjang veltebrae cervical harus
sejajar dengan bidang IR.Mintalah pasien duduk atau berdiri lurus, dan menyesuaikan
ketinggian IR sehingga itu berpusat pada level C4. Bagian atas IR akan menjadi
sekitar 1 inchi (2,5 cm) di atas EAM.

Gambar 3.11 Posisi Lateral

Posisi objek : Pusatkan bidang koronal yang melewati mastoid tips ke garis tengah
IR.Pindahkan pasien agar dekat dengan perangkat grid vertikal untuk memungkinkan
bahu yang dekat bersandar terhadap perangkat sebagai dukungan. (Proyeksi ini dapat
dilakukan tanpa menggunakan grid.)Putar bahu anterior atau posterior sesuai dengan
kyphosis alami vertebra: jika pasien itu bulat bahu, putar bahu anterior, jika tidak,
putar ke posterior.Sesuaikan bahu agar terletak dalam bidang horizontal yang sama,
tekan sebisa mungkin, dan imobilize dengan memasang satu karung pasir kecil ke
pergelangan tangan masing-masing. Karung pasir harus dari bobot yang sama.Hatihati dan pastikan bahwa pasien tidak mengangkat bahu.Tinggikan dagu sedikit, atau
pasien menjulur mandibula untuk mencegah superimposisi ramus mandibula dan

22

tulang belakang. Pada waktu yang sama dan dengan bidang midsagittal kepala
vertikal, mintalah pasien untuk melihat terus di satu tempat di dinding. Bantuan ini
mempertahankan posisi kepala.
Proteksi radiasi : Gunakan perisai gonad.
Respirasi : Tahan respirasi pada akhir ekspirasi penuh untuk mendapatkan depresi
yang maksimum bagian bahu.
Central ray : Horisontal dan tegak lurus terhadap C4. Dengan pemusatan seperti,
garis yang diperbesar dari bahu terjauh dari IR yang akan diproyeksikan di bawah
tulang leher bawah.
Struktur ditunjukkan : Gambar yang dihasilkan menunjukkan proyeksi lateral
corpus servical dan interspaces mereka, pilar artikular, lima bawah sendi
zygapophyseal, dan prosesus spinosus. Tergantung pada seberapa baik bahu dapat
ditekan, sebuah proyeksi lateral yang baik harus mencakup C7, kadang-kadang T1
dan T2 juga dapat dilihat.

Gambar 3.12 hasil foto posisi lateral

Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:

Tampak ketujuh cervical dan setidaknya sepertiga dari T1. (Kalau radiograf
terpisah dari wilayah cervicothoracic direkomendasikan.)

Leher diekstensikan sehingga mandibula tidak tumpang tindih atlas atau axis.

Tampak superposisi atau hampir superimposed dari mandibula.

23

Tidak ada rotasi atau kemiringan cervical spine yang ditunjukkan oleh sendi
zygapophyeal yang terbuka.

C4 di tengah radiograf.

Tampak detil tulang dan jaringan lunak.

3.6.4 Proyeksi AP Aksial Oblique


Posisi RPO dan LPO
Proyeksi oblique digunakan untuk menunjukkan foramina intervertebralis cervical.
Pertama kali dijelaskan oleh Barsony dan Koppenstein. Kedua sisinya diperiksa
untuk perbandingan.
Kaset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 810
inchi (18x24cm) memanjang
SID: Gunakan SID sekitar 60-72 inchi (152-183 cm). Hal ini ditujukan untuk
mengurangi magnifikasi karena OID meningkat.
Posisi pasien : Tempatkan pasien dalam posisi terlentang atau tegak menghadap
tabung x-ray. Posisi tegak (berdiri atau duduk) lebih baik untuk kenyamanan pasien
dan memudahkan untuk memposisikan pasien.

Gambar 3.13 posisi AP Aksial Oblique

Posisi objek : Posisikan tubuh pasien dengan sudut45 derajat, dan pusatkan cervical
di tengah IR.Aturpusat IR pada cervical tiga (1 inch [2,5 cm] superior ke titik yang

24

paling menonjol dari kartilago tiroid) untuk mengimbangi angulasi cephalic dari
pusat sinar.
Posisi Berdiri : Mintalah pasie dukuk atau berdiri lurus dan rileks. Kemudian
sandarkan bahu yang berdekatan dengan grid vertikal bertujuan untuk dukungan.
Pastikan bahwa rotasi tubuh adalah 45 derajat. Pasien diminta melihat lurus ke depan,
dan jika diperlukan angkat dan julurkan dagu sehingga mandibula tidak tumpang
tindih tulang belakang. Hindari rotasi dagu untuk mencegah superposisi dengan
cervical.
Posisi Semisupine : Putar kepala pasien dan tubuh sekitar 45 derajat. Kemudian
pusatkan cervical spine pada garis tengah grid. Berikan pengganjal di bawah dada dan
pinggul ditinggikan. Selain itu beri pengganjal di bawah kepala pasien, dan sesuaikan
sehingga kolumna servical mendatar. Periksa kembali dan sesuaikan rotasi tubuh 45
derajat. Tinggikan dagu pasien dan julurkan rahang seperti untuk posisi berdiri.
Hindari rotasi dagu untuk mencegah superposisi dengan cervical.
Proteksi Radiasi : Gunakan Perisai gonad.
Respirasi : Tahan nafas
Central ray : Sinar diarahkan ke C4 pada sudut 15-20 derajat cephalad sehingga
sinar pusat bertepatan dengan sudut foramina
Struktur

ditunjukkan

: Gambar

yang

dihasilkan

menunjukkan

foramina

intervertebralis dan pedikel terjauh dari IR dan proyeksi miring dari badan dan bagian
lain dari vertebra cervical.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:

Foramina intervertebralis membuka pada gambaran, dari C2-C3 ke C7-T1

Terbuka diskus intervertebralis space

Ukuran dan kontur foramina sama

Dengan mengangkat dagu sehingga tidak menyababkan overlaping pada atlas dan
axis

Tulang oksipital tidak tumpang tindih aksis

Tampak keselutuhan vertebra C1 sampai C7 dan T1

25

Gambar 3.14 Hasil Foto posisi AP Aksial Oblique

3.6.5 Proyeksi PA Aksial Oblique


Posisi RAO dan LAO
Kaset : Kaset yang digunakan dalam proyeksi ini yaitu kaset dengan ukuran 810
inchi (18x24cm) memanjang
SID : SID 60 sampai 72 inchi (152-183 cm) dianjurkan karena jarak OID meningkat
Posisi pasien : Tempatkan pasien tiduran atau berdiri tegak dengan membelakangi
tabung x-ray. Untuk kenyamanan pasien dan pengaturan objek yang akurat, posisi
berdiri atau berdiri tegak lebih disukai.

Gambar 3.13 posisi PA Aksial Oblique

26

Posisi objek :
Posisi Upright : Mintalah pasien untuk duduk atau berdiri tegak dengan lengan di
samping dan bahu menempel pada grid. Putar tubuh pasien dengan sudut 45 derajat
untuk menempatkan lubang foramina sejajar dengan IR. Pusatkan cervical spine ke
garis tengah grid.
Semiprone Posisi : Atur tubuh pasien pada sudut 45 derajat dan cervical spine
berpusat pada garis tengah grid. Mintalah pasien menggunakan lengan dan menekuk
lutut untuk mengangkat tubuh dan mempertahankan posisi. Tempatkan pengganjal
yang sesuai di bawah kepala pasien untuk menempatkan kolumn cervical sejajar
dengan IR. Untuk memungkinkan penyudutan caudal dari sinar pusat, maka pusat IR
di tingkat dari C5 (1 inch [2,5 cm] caudal ke titik yang paling menonjol dari tiroid
kartilago). Sesuaikan posisi kepala pasien sehingga midsagittal plane sejajar dengan
bidang tulang belakang. Tinggikan dan julurkan dagu pasien secukupnya untuk
mencegah superimposisi mandibula dengan vertebra servikal bagian atas. Hindari
rotasi dagu untuk mencegah superposisi dengan cervical. (Dagu harus menoleh
sedikit untuk posisi semiprone.)
Proteksi Radiasi : Gunakan Perisai gonad.
Respirasi : Tahan nafas
Central ray : Diarahkan ke C4 pada sudut 15 sampai 20 derajat caudad sehingga
bertepatan dengan sudut foramina
Struktur

ditunjukkan

: Gambar

yang

dihasilkan

menunjukkan

foramina

intervertebralis dan pedikel pada IR dan proyeksi obliq dari tubuh serta bagian lain
dari kolumna cervical.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini seharusnya tak secara jelas menunjukkan:

Terbukanya foramina intervertebralis, dari vertebra servikal pertama dan kedua


sampai vertebra cervical ketujuh dan toracal pertama

Terbuka diskus space intervertebralis

Mengangkat dagu dan menjulurkan rahang menyababkan mandibula tidak overlap


dengan vertebra servikal pertama dan kedua

27

Tulang oksipital tidak tumpang tindih aksis

Tampak ketujuh cervical dan vertebra thoracic pertama

Gambar 3.13 Hasil Foto posisi PA Aksial Oblique

28

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada tanggal 26 Oktober 2014 Pasien Tn. R usia 36 tahun dating ke ruang
radiologi untuk melakukan pemeriksaan foto cervical AP lateral dan oblique atas
anjuran dokter. Pasien tersebut dikirim dengan tanda klinis CRS dengan diagnosis
berdasarkan anamnesis yaitu pasientersebut mengeluh nyeri pada leher belakang
yang dirasakan semakin lama semakin berat.

Nyeri dirasakan menjalar seperti

kesemutan kemudian menjalar ke lengan sampai pergelangan tangan kanan bawah.


Nyeri sudah dirasakan sejak 10 tahun yang lalu., tetapi untuk menoleh atau miring,
leher tidak terasa sakit. sampai ke lengan dan jari-jari tangan kiri. Nyeri dan
kesemutan terutama dirasakan pada saat beraktivitas dan kecapaian. Nyeri
berkurang pada saat penderita beristirahat. Pasien mengatakan tidak ada kelemahan
pada tangannya dan dapat melakukan aktivitasnya sehari. Tidak ada keluhan rasa
tebal pada leher dan tangan. Sakit kepala, pusing, panas, mual dan muntah tidak
dialami pasien. Pasien juga mengatakan tidak ada riwayat jatuh atau trauma
sebelumnya. Riwayat mengangkat alat berat disangkal oleh pasien, karena pekerjaan
pasien adalah seorang pegawai negri sipil. Pasien biasanya mengkonsumsi obat
penghilang rasa nyeri jika terasa nyeri. Oleh dokter direncanakan pemeriksaan
penunjang yaitu radiologi cervical AP-lateral dan Oblique untuk mengetahui
kelainan pada daerah cervical tersebut.
Dari hasil foto radiologi AP, Lateral dan Oblique di dapatkan hasil :
Aligment baik
Kurva melurus
Trabekulasi tulang baik
Superior dan inferior endplate tampak baik
Tampak lipping pada corpus vertebra cervicalis 5,6 pedicle dan spatium
intervertebralis tampak baik

29

Tampak lipping pada prosesus uncocervicalis VC 5,6 kiri dan prosesus


articularis VC 4,5,6,7 kiri yang tidak menyebabkan penyempitan foramen
intervertebralis
Tampak lipping pada prosesus uncocervicalis VC 7 kanan dan prosesus
articularis VC 4,5,6,7 kanan yang

menyebabkan penyempitan foramen

intervertebralis VC 6-7 kanan


Trakea di tengah, airway patent
Tak tampak paravertebral soft tissue mass

Sehingga dari hasil foto radiologi tersebut dapat disimpulkan terjadinya gejalagejala yang dialami oleh pasien disebabkan oleh :

Paracervical muscle spasme

Spondilosys Cervicalis

Spondilouncocervicalis VC 5,6 kiri dan Spondiloarticularis VC 4,5,6,7 kiri


yang tidak menyebabkan penyempitan foramen intervertebralis

Spondilouncocervicalis VC 7 kanan dan Spondiloarticularis VC 4,5,6,7 kanan


yang menyebabkan penyempitan foramen intervertebralis VC 6-7 kanan

30

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Cervical root syndrome (CRS) adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh
iritasi atau kompresi dari akar saraf cervikal yang akan menimbulkan nyeri, ngilu,
kesemutan, kram-kram serta rasa tidak enak pada leher bagian belakang dan bisa
menjalar ke bahu, lengan atas dan lengan bawah tergantung dari akar mana yang
terkena.
CRS dapat ditegakkan diagnosisnya dengan cara melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan melakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
radiologi. Pemeriksaan radiologi pada kasus ini menggunakan foto cervical AP,
Lateral dan Oblique dari hasil foto cervical tersebut didapatkan :

Paracervical muscle spasme

Spondilosys Cervicalis

Spondilouncocervicalis VC 5,6 kiri dan Spondiloarticularis VC 4,5,6,7 kiri


yang tidak menyebabkan penyempitan foramen intervertebralis

Spondilouncocervicalis VC 7 kanan dan Spondiloarticularis VC 4,5,6,7 kanan


yang menyebabkan penyempitan foramen intervertebralis VC 6-7 kanan
Sehingga keluhan pasien yang di diagnosis CRS berdasarkan foto Radiologi

cervical AP, Lateral dan Oblique disebabkan oleh Spondilouncocervicalis VC 7


kanan dan Spondiloarticularis VC 4,5,6,7 kanan yang menyebabkan penyempitan
foramen intervertebralis VC 6-7 kanan

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Emil R. 2004. Sindroma Servikal. Semarang: FK UNDIP


2. Malanga

G.

2009.

Cervical

Radiculopathy

Clinical

Presentation.

http://emedicine.medscape.com/article/94118-clinical#showall
3. Jackson R. 2010. The Classic: The Cervical Syndrome.
http://www.springerlink.com/content/1r7004736x033820/fulltext.html
4. Noerjanto M. 1996. Nyeri Tengkuk. Dalam: Hardinoto S, Setiawan, Soetedjo.
Nyeri Pengenalan dan Tatalaksana. Semarang: Badan Penerbit UNDIP
5. Mardjono M. dan Sidharta P. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Penerbit
Dian Rakyat
6. Tejo B. 2009. Cervical Root Syndrome.
http://bimaariotejo.wordpress.com/2009/05/31/cervical-root-syndrome/
7. Turana Y. 1995. Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Pada Radikulopati
Servikal. Jakarta: FK UI
8. Turana Y, Rasyid A, Wibowo BS. Gambaran klinis, radiologis dan EMG pada
nyeri servikal. Departemen Neurologi FKUI / RSCM
9. Bocah radiografi, 2014 www.google.com/Teknik Pemeriksaan Radiografi
Vertebra Cervical diakses tanggal 28 oktober 2014 (Ballinger 2003 volume
1)

Anda mungkin juga menyukai