Anda di halaman 1dari 44

Hasil observasi

mingguan
Periode 4 di YPAC MAKASSAR
oleh kelompok 1
NAMA KELOMPOK 1 :
1. A.LILIS FITRIANI A.RAHMAT (PO713241201001)
2. ALFIYAH ANUGRAH (PO713241201006)
3. ANAFTALIA (PO713241201008)
4. AULIA RESKI NUR (PO713241201013)
5. DUTA FARHAN (PO713241201017)
6. HIKMAH SYAFIRA (PO713241201020)
7. MARWAH (PO713241201023)
8. MIFTAHUL JANNAH TAWAKKAL (PO713241201024)
9. MUHAMMAD AFFAN NAIM SAPUTRA (PO713241201025)
10.NURUL INAYAH FADHIL (PO713241201034)
11.REZKI HAERUNNISA (PO713241201039)
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS GANGGUAN
TUMBUH KEMBANG USIA 2 TAHUN AKIBAT HIDROSEFALUS DAN
TORTIKOLIS
Definisi hidrosefalus & tortikolis
Hidrosefalus dapat didefinisikan secara luas sebagai
gangguan pembentukan, aliran, atau penyerapan cairan
serebrospinal (CSF) yang mengarah ke peningkatan volume
yang ditempati oleh cairan ini dalam SPP. Kondisi ini juga
disebut sebagai gangguan hidrodinamik dari CSF.
Hidrosefalus juga merupakan gangguan yang terjadi akibat
kelebihan cairan serebrospinal pada sistem saraf
pusat.sedangkan Tortikolis adalah gangguan pada leher otot
yang menyebabkan kepala menjadi miring. Tortikolis terjadi
Ketika otot sternocleidomastoid di salah satu sisi leher lebih
pendek dari otot SCM disisi lainnya
Berikut beberapa definisi hidrosefalus menurut para ahli:
 Menurut Suriadi, (2016) Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal
dalam ventrikel cerebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural,
 Darto Suharso, (2009) Hidrosepalus adalah kelainan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah
dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran
ventrikel.
 Menurut Dwita (2017) Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air
dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan
CSS yang secara aktif dan berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau
ruang subarachnoid yang dapat menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak.
Sedangkan menurut ilmu TCM tortikolis adalah suatu
penyakit yang mempunyai ciri ciri kekakuan pada leher,rasa
sakit dan nyeri pada leher dengan kesulitan untuk memutar
atau terbatasnya pergerakan pada satu sisi pada leher
Anatomi dan fisiologi hidrosefalus
Ruangan cairan serebrospinal (CSS) mulai terbentuk pada minggu kelima masa
embrio. Ruangan ini terdiri dari sistem ventrikel, sisterna magna pada dasar
otak dan ruangan subarakhnoid yang meliputi seluruh susunan saraf. CSS yang
dibentuk di dalam sistem ventrikel oleh pleksus koroidalis, berjalan kembali ke
peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi
seluruh sususan saraf pusat. Hubungan antara sistem ventrikel dan ruang
subarakhnoid adalah melalui foramen Magendie di sebelah medial dan foramen
Luschka di sebelah lateral ventrikel IV.
Sebagian besar CSS yang dihasilkan oleh pleksus koroidalis akan mengalir ke
foramen monro dan ventrikel III, kemudian melalui akuaduktus sylvius ke
ventrikel IV. Setelah itu, CSS mengalir melalui foramen magendi dan foramen
luschka menuju sisterna magna dan rongga subarakhnoid di bagian kranial
maupun spinal. Setelah mencapai ruang subarakhnoid, CSS keluar melalui
sistem vaskular karena sistem saraf pusat tak mengandung sistem getah bening.
Sebagian besar cairan serebrospinal di reabsorpsi ke dalam darah melalui
struktur khusus yang dinamakan vili araknoidalis atau granulasio araknoidalis,
yang menonjol dari ruang subarakhnoid ke sinus sagitalis superior otak.
Klasifikasi hidrosefalus cukup beragam, bergantung pada faktor yang berkaitan
dengannya
C. Anatomi dan fisiologi tortikolis
1. Anatomi vertebra
Tulang vertebra adalah sekumpulan tulang yang tersusun dalam columna
vertebralis yang berfungsi untuk menjaga tubuh pada posisi berdiri di atas dua
kaki. Garis berat tubuh manusia di kepala berawal dari vertex, diteruskan
melalui columna vertebralis ke tulang panggul yang selanjutnya akan
meneruskan lagi ke tungkai melalui acetabulum. Dalam menjalankan fungsinya
menahan berat badan, tulang-tulang vertebrae diperkuat oleh ligamen dan otot-
otot yang sekaligus mengatur keseimbangan gerakannya. Columna vertebralis
dibentuk oleh serangkaian tulang vertebra yang teridiri dari 7 buah vertebrae
cervicales, 12 buah vertebrae thoracicae, 5 buah vertebrae lumbal, os sacrum
dan coccyx. Os sacrum merupakan penyatuan dari 5 buah vertebrae sacrales,
dan coccyx terdiri dari 4 buah vertebrae coccyeae. Dengan demikian dikatakan
bahwa columna vertebralis dibentuk oleh 33 buah tulang vertebra
2. Anatomi cervical
Tulang vertebra cervical memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus
spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke-2
dan 7 yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari C1-
C7 (C dari cervical), namun beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2
atau aksis. Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun panjang
lehernya (Wibowo, 2009). Tulang belakang cervical terdiri dari 7 vertebra. Pertama 2, C1
dan C2, sangat khusus dan diberi nama yang unik: atlas dan sumbu, masingmasing. C3-C7
adalah tulang lebih klasik, memiliki tubuh, pedikel, lamina, proses spinosus, dan sendi
facet. C1 dan C2 membentuk seperangkat unik artikulasi yang memberikan mobilitas yang
besar untuk tulang tengkorak. C1 berfungsi sebagai cincin dimana tengkorak bersandar
pada dan berartikulasi pada sendi poros dengan dens atau odontoid prosesus dari C2.
Sekitar 50% dari ekstensi fleksi cervical terjadi antara oksiput dan C1; 50% dari rotasi
leher terjadi antara C1 dan C2.
Tulang belakang cervical jauh lebih mobile daripada tulang belakang
pada daerah toraks atau lumbal . Berbeda dengan bagian lain dari tulang
belakang, tulang belakang cervical memiliki foramen melintang di
setiap tulang belakang untuk arteri vertebralis yang memasok darah ke
otak. Tulang belakang cervical terdiri dari 7 vertebra pertama , disebut
sebagai C1-7 (lihat gambar di bawah). Ini berfungsi untuk memberikan
mobilitas dan stabilitas pada kepala yang berhubungan ke tulang
belakang dada yang relatif tidak bergerak. Tulang belakang cervical
dapat dibagi menjadi 2 bagian: atas dan bawah
Tulang vertebra
Tulang cervical
3. Tulang belakang cervical
bagian atas terdiri dari atlas (C1) dan axis (C2). 2 vertebra ini sangat berbeda dari
tulang belakang cervical lainnya (lihat gambar di bawah).

a. Atlas (C1)
Atlas adalah vertebra berbentuk cincin dan tidak memiliki body, tidak seperti tulang
belakang lainnya. bagian seperti body pada atlas merupakan bagian dari C2, di mana
disebut prosesus odontoid, atau dens. Prosesus odontoid berikatan kuat dengan bagian
posterior dari lengkung anterior atlas oleh ligamentum transversus, yang menstabilkan
sendi atlantoaxial. Ligamen Apikal, alar, dan transverssus memungkinkan rotasi tulang
belakang, 1.3 Cervical Vertebra 1.4 Tulang belakang cervical. Catatan atlas berbentuk unik
dan axis (C1 dan C2). memberikan stabilisasi lebih lanjut dan mencegah perpindahan
posterior dari dens dalam kaitannya dengan atlas (Kurniasih, 2011). Atlas ini terdiri dari
lengkungan tebal di bagian anterior, lengkungan yang tipis di bagian posterior, 2 lateral
mass yang menonjol, dan 2 prosesus transversus. Foramen transversus, di mana arteri
vertebralis lewat dan ditutupi oleh prosesus transversus
b.Axis (C2)
Axis ini memiliki tubuh vertebral yang besar, yang berisi prosesus
odontoid (dens). Prosesus odontoid berartikulasi dengan lengkungan
anterior atlas melalui bagian anterior facet artikulasi dan ditahan pada
tempatnya oleh ligamentum transversus. axis ini terdiri dari vertebral
body, pedikel yang berat, lamina, dan proses transversus, yang berfungsi
sebagai titik perlekatan untuk otot. axis berartikulasi dengan atlas melalui
faset artikular superior, yang cembung dan menghadap ke atas dan ke
luar (Kurniasih, 2011).
c.Embryologi
Menurut Sudaryanto (2004), C2 memiliki perkembangan embryologic
yang kompleks. Ini berasal dari 4 pusat osifikasi: 1 untuk tubuh, 1 untuk
prosesus odontoid, dan 2 untuk lengkungan saraf. Prosesus odontoid
berfusi pada bulan kehamilan ketujuh. Saat lahir, ruang diskus tulang
rawan vestigial yang disebut synchondrosis neurocentral memisahkan
prosesus odontoid dari bodi C2. Synchondrosis ini terlihat hampir pada
semua anak usia 3 tahun dan tidak ada pada mereka yang berusia 6
tahun. Bagian apikal dens 12 mengeras pada usia 3- 5 tahun dan berfusi
dengan seluruh struktur sekitar usia 12 tahun.
d. Vaskularisasi
Ada jaringan anastomotic arteri yang luas di sekitar dens,
diberi makan oleh bagian anterior dan posterior ascending
arteri yang berpasangan yang timbul dari arteri vertebralis
sekitar level C3 dan arcade arteri karotid dari dasar
tengkorak. Anterior dan posterior arteri ascending mencapai
dasar dens melalui ligamen aksesori dan berjalan ke arah
cephalad di pinggiran untuk mencapai ujung dari prosesus.
e. Ligament
Ligamen internal memiliki 5 komponen, sebagai berikut :
1). Ligamentum transversus memegang prosesus odontoid di tempat
terhadap atlas posterior, yang mencegah subluksasi anterior pada C1
pada C2.
2). Ligamen aksesori muncul dari bagian posterior dan dalam
hubungannya dengan ligamentum transversus dan menyelip ke dalam
aspek lateral dari atlantoaxial sendi ligamentum apikal terletak bagian
anterior dari bibir foramen magnum dan berinsersi ke puncak prosesus
odontoid.
3). Ligamen alar yang berpasangan mengamankan puncak dari odontoid ke
foramen magnum bagian anterior.
4). Membran tectorial merupakan kelanjutan dari ligamentum longitudinal
posterior ke batas bagian anterior dari foramen magnum.
5). 3 cm x 5 mm dari atlantoaxial aksesori ligamen tidak hanya menghubungkan
atlas dengan aksis tetapi juga terus ke arah cephalad ke tulang oksipital; secara
fungsional, menjadi lebih maksimal menegang dengan 5-8 ° rotasi kepala, lemah
dengan ekstensi cervical, dan maksimal menegang dengan 5-10 ° untuk fleksi
cervical. Hal ini terlihat berpartisipasi dalam stabilitas craniocervical, perbaikan
di masa depan pada magnetic resonance imaging (MRI) dapat menyebabkan
apresiasi yang lebih baik dari struktur dan integritas ligamen ini.
4. Tulang Belakang cervical bagian Bawah
vertebra cervikal yang membentuk tulang belakang cervical bagian bawah , C3-
C7, mirip satu sama lain, tetapi sangat berbeda dari C1 dan C2. Masing-masing
memiliki vertebral body yang cekung pada permukaannya superiornya dan
cembung di permukaan inferiornya (lihat gambar di bawah). Pada permukaan
superior dari body terdapat prosesus yang menonjol ke atas seperti kait yang
disebut prosesus uncinate, yang masing-masing berartikulasi dengan daerah yang
tertekan pada aspek lateral inferior body pada vertebral superior, yang disebut
echancrure atau anvil (Kurniasih, 2011). Sendi ini dapat berkembang menjadi
Proses spinosus dari C3-C6 biasanya bifida, sedangkan proses spinosus C7
biasanya nonbifid dan agak bulat di ujungnya. osteophytic Spurs, yang dapat
mempersempit foramen intervertebralis (Kurniasih, 2011).
Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan
serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan
CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS
diatasnya). Allan H. Ropper, (2011) Teoritis pembentukan CSS yang
terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan
menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat
jarang terjadi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat
pada bayi dan anak ialah:
1. Kelainan Bawaan
(Kongenital)
a) Stenosis akuaduktus Sylvii
Merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60-
90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali
atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala
hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan cepat pada bulan-
bulan pertama setelah kelahiran.
b) Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan
sindrom Arnould-Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan
medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih rendah dan menutupi
foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
c) Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang
menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran
system ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat
sedemikian besarnya sehingga merupakan suatu kista yang
besar di daerah fosa pascaerior.d. Kista araknoid dan anomali
pembuluh darah Dapat terjadi congenital tapi dapat juga
timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi
obliterasi ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut
meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi
mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis.
Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran
kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah
sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan
piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada
meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat
di daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis,
sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar.
3. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di
setiap tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini di
tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak
diangkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan
mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada
anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii
biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum,
penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan
kraniofaringioma.
4. Perdarahan
Menurut Allan H. Ropper, Perdarahan
sebelum dan sesudah lahir dalam otak,
dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen terutama pada daerah
basal otak, selain penyumbatan yang
terjadi akibat organisasi dari darah itu
sendiri.
Patofisiologi
Pembentukan cairan serebrospinal terutama dibentuk di dalam
sistem ventrikel. Kebanyakan cairan tersebut dibentuk oleh
pleksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu kurang lebih sebanyak
80% dari total cairan serebrospinalis. Kecepatan pembentukan
cairan serebrospinalis lebih kurang 0,35- 0,40 ml/menit atau 500
ml/hari, kecepatan pembentukan cairan tersebut sama pada orang
dewasa maupun anak-anak. Dengan jalur aliran yang dimulai dari
ventrikel lateral menuju ke foramen monro kemudian ke ventrikel
3, selanjutnya mengalir ke akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4
dan menuju ke foramen luska dan magendi, hingga akhirnya ke
ruang subarakhnoid dan kanalis spinalis.
Tanda dan gejala
a) Hidrosefalus
 Tengkorak kepala mengalami pembesaran
 Muntah dan nyeri kepala
 Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
 Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada waktunya, teraba tegang dan menonjol
 Dahi lebar, kulit kepal tipis, tegang dan mengkilat Pelebaran vena kulit kepala Saluran tengkorak
belum menutup dan teraba lebar
 Terdapat cracked pot sign bunyi pot kembang retak saat dilakukan perkusi kepala
 Adanya sunset sign dimana sklera berada di atas iris sehingga iris seakan-akan menyerupai
matahari terbenam
 Pergerakan bola mata tidak teratur
 Kerusakan saraf yang dapat memberikan gejala kelainan neurologis berupa:
1) Gangguan Kesadaran
2) Kejang
3) Terkadang terjadi gangguan pusat vital
b) Tortikolis
Gejala dan tanda awalnya biasanya diketahui pada usia 2 bulan pertama, berupa:
turn dan tilt kepala ke arah sisi sakit (75% mengenai sisi kanan); pembesaran
otot-otot leher yang kemungkinan telah ada sejak lahir; spasme otot-otot leher
dan punggung atas; keterbatasan lingkup gerak sendi leher dan bisa ditemukan
adanya benjolan/tumor di leher yang disebut fibromatosis colli.
Tortikolis muskular kongenital bisa ditemukan ringan sampai berat. Umumnya
tortikolis ini berkembang secara progresif lambat dalam 1-5 tahun, kemudian
menetap seumur hidup sehingga menyebabkan gerakan kepala dan leher terbatas
yang dapat memengaruhi postur.
Profil pasien & hasil pengamatan
A. Identitas pasien
Nama : An. MAA
Umur : 2 tahun 8 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Baruga
Agama : Islam
B. History taking
Bayi lahir normal
• Keluhan utama : control kepala yang kurang baik dan Gerakan kepala
yang condong kekiri
• Penyebab : Pada usia 3 bulan pasien diimunisasi kemudian demam
selama 1 pekan dan mengalami step yang berulang, setelah demam tidak
turun selama 1 pekan pasien kemudian dibawah ke rumah sakit dan langsung
masuk ke ruangan ICU karena mengalami koma. Setelah sadar dari koma
pasien langsung di diagnosa mengalami hidrosefalus dan tortikolis.
• Lokasi keluhan : pada ekstremitas atas ( kneck dan kepala )
• Riwayat penyakit pasien : bayi lahir normal dengan berat badan 3,1kg
dengan Panjang 47 cm, mengalami step berulang dan dibawa kerumah
sakit,serta dirawat ke ICU karena peningkatan cairan otak
C. inspeksi/observasi
1. Statis :

- Terdapat bekas infifi kepala sebelah kanan.

- Pepala cenderung lateral kiri dan sedikit fleksi.

2. Dinamis :

- Kesulitan menopang kepala saat tengkurap.

- Pasien belum dapat merangkak


3. Pemeriksaan atau pengukuran

- General infreksien koknitif : sedikit focus saat namanya di panggil

- Komunikasi : belum terlalu baik

- Antropometri : lingkar kepala 49cm, lingkar dada 50cm, TB 79cm, BB 10,3kg,


lingkar lengan 15cm, panjang lengan 17cm, dan panjang kakinya
35cm.

- Reflex primitive : reflex (+), babinski (+), dan reflexmoro (+).

- Motorik dasar : sudah dapat berguling tapi belum dapat merangkak.

- Motorik halus : belum bisa meraih benda.

-
Modalitas di YPAC

Kursi roda :3
TENS :1
Walker :2
Pararel bar :1
Bola gym :1
Intervensi
1. Stretching
Stretching ini dilakukan pada m. sternocleidomastoideus
kearah dextra yang bertujuan untuk mengontrol kepala
akibat kondisi tortikolis yang condong kearah sinistra.
Stretching ini dilakukan pada saat anak serileks mungkin
(usahakan tidak dalam keadaan menangis untuk mengurangi
terjadinya spastik), posisikan anak dalam keadaan supine
lying sementara tangan fisio berada dipipi anak dan tangan
yang satu berada pada clavicula anak bagian sinistra
kemudian lakukan peregangan secara perlahan, ulangi hal
tersebut sesuai dengan batas toleransi anak.
2. Head control
Hampir sama dengan tujuan streaching, intervensi ini dilakukan untuk
menstimulasi dan memfasilitasi agar anak bisa mengankat kepala dengan baik.
Posisikan anak dalam keadaan prone lying, lakukan rotasi internal pada
shoulder agar kepala bisa terangkat. Sementara untuk kontrol kepala kearah
kanan dan kiri, lakukan rotasi trunk. Ulangi hal tersebut secara perlahan dan
sesuai batas toleransi anak.
3. Neuro Development Treatment (NDT)
Teknik ini bertujuan untuk memfasilitasi membentuk pola gerak normal yang
diperlukan dalam aktivitas fungsional pada anak. Posisikan anak dalam keadaan
prone lying, kemudian lakukan fleksi hip secara perlahan dan bergantian. Ulangi
hal tersebut sesuai batas toleransi anak.
https://drive.google.com/drive/folders/1-MMqPt
KZL4Eu_KLLVvY9uTRchq5D9mqh

Link vidio Azzam


Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai