PENDAHULUAN
Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis
akibat trauma. Insiden cedera medula spinalis di dunia diperkirakan 40 kasus per juta setiap
tahunnya (menurut Sekhon dan Fehlings, 2001; National SCI Statistical Center, 2004). Angka
insiden di Amerika Serikat kurang lebih 11.000 kasus baru setiap tahunnya dan 4000 kasus yang
tidak dapat bertahan sewaktu mencapai rumah sakit.
Cedera kolumna vertebralis, dengan atau tanpa defisit neurologis, harus selalu di-cari dan
disingkirkan pada penderita dengan cedera multipel. Daerah servikal merupakan segmen
vertebra yang sering terjadi cedera akibat kecelakaan kendaraan, khususnya mereka yang tidak
memakai alat pengaman bahu dan sabuk pengaman. Level cedera yang paling sering adalah C4,
C5 (tersering), dan C6, sedangkan level untuk paraplegi adalah thoracolumbar junction (T12).
Trauma dapat mencederai segala bagian dari kolumna spinalis, namun sehubungan
dengan sifat anatomis-fisiologis masing-masing segmen vertebra, maka ada bagian tertentu yang
mempunyai risiko lebih tinggi daripada yang lain terhadap salah satu tipe cedera spinal. Sebagai
contoh antara lain leher yang bersifat lebih mobil dan merupakan penggabung antar dua bagian
tubuh yang besar cenderung terlibat pada sebagian besar cedera spinal tertutup.
Penyakit medula spinalis dapat terjadi akibat berbagai macam proses patologi ter-masuk
trauma. Tanpa memandang patogenesisnya, yang dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan
pada fungsi motorik, sensorik atau otonom. Defisit neurologis pada cedera spinal dapat terjadi
karena memar (kontusio) atau kompresi (fraktur, dislokasi, luksasi, hematom) sehingga
menyebabkan gangguan yang permanen; atau dapat juga hanya karena edema temporer
(komosio) yang menimbulkan gangguan sementara dan kemudian pulih.
Angka mortalitas trauma medula spinalis diperkirakan 48% dalam 24 jam pertama, dan
lebih kurang 80% meninggal di tempat kejadian, ini disebabkan vertebra servikalis yang
memiliki resiko trauma yang paling besar, dengan level tersering C5, diikuti C4, C6 , dan
kemudian T12, L1 dan T10.
Cedera medula spinalis akut tulang belakang merupakan penyebab yang paling sering
dari kecacatan dan kelemahan setelah trauma, karena alasan ini, evaluasi dan pengobatan pada
cedera tulang belakang, spinal cord dan nerve roots memerlukan pendekatan yang terintegrasi.
Diagnosa dini, preservasi fungsi spinal cord dan pemeliharaan aligment dan stabilitas merupakan
kunci keberhasilan manajemen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi Medulla Spinalis & Vertebrae
a. Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis membentuk struktur dasar batang badan. Kolumna vertebralis
terdiri dari 33 vertebrae dan diskus intervertebralis. Vertebrae dibagi atas 7 vertebrae servikalis,
12 vertebrae torakalis, 5 vertebrae lumbalis, 5 vertebrae sakralis dan 4 vertebrae koksigeae.
Ketika tulang belakang disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum
tulang belakang atau medulla spinalis.
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas 2
bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai
artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan
bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan
spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian
posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).
Columna Vertebralis adalah pilar utama tubuh yang berfungsi melindungi medula
spinalis dan menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang diteruskannya ke lubang-lubang
paha dan tungkai bawah. Masing-masing tulang dipisahkan oleh disitus intervertebralis.
Fungsi dari kolumna vertebralis. Sebagai pendukung badan yang kokoh dan sekaligus
bekerja sebagai penyangga kedengan prantaraan tulang rawan cakram intervertebralis yang
lengkungnya memberikan fleksibilitas dan memungkinkan membonkok tanpa patah.
Cakramnya juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakkan berat
badan seperti waktu berlari dan meloncat, dan dengan demikian otak dan sumsum belkang
terlindung terhadap goncangan. Disamping itu juga untuk memikul berat badan, menyediakan
permukaan untuk kartan otot dan membentuk tapal batas pasterior yang kukuh untuk ronggarongga badan dan memberi kaitan pada iga.
1. Sistem saraf spinal (tulang belakang) berasal dari arah dorsal, sehingga sifatnya
sensorik. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang yang berjumlah
31 dibedakan menjadi:
a)
8 pasang saraf leher (saraf cervical) ( C1 sampai C8 )
Meliputi : Cerviks menunjukkan sekmen T,L,S,Co
(1) Pleksus servikal berasal dari ramus anterior saraf spinal C1
(2)
b)
c)
d)
e)
C4
Pleksus brakial C5 T1 / T2 mempersarafi anggota bagian
Otot otot representative dan segmen segmen spinal yang bersangkutan serta
persarafannya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kemudian diantara beberapa saraf, ada yang menjadi satu ikatan atau gabungan
(pleksus) membentuk jaringan urat saraf. Pleksus terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
1)
2)
3)
Korda jaringan saraf yang terbungkus dalam kolumna vertebra yang memanjang dari
medula batang otak sampai ke area vertebra lumbal pertama disebut medula spinalis
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan rawan. Bagian
anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh
diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum
longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini
paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna
vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak
cedera bila terjadi trauma.
Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate),
nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus pulposus,
memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang
diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis.
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan diganti oleh
fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan sukar dibedakan
dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat lemah, sehingga HNP
sering terjadi di bagian postero lateral.
b. Medulla Spinalis
Medulla spinalis (spinal cord) merupakan bagian susunan saraf pusat yang terletak
di dalam kanalis vertebralis dan menjulur dari foramen magnum ke bagian atas region
lumbalis. Trauma pada medulla spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi ringan
yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebabkan transeksi lengkap
dari medula spinalis dengan quadriplegia.
Medulla Spinalis terdiri dari 31 segmen jaringan saraf dan masing-masing memiliki
sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui voramina intervertebralis
(lubang pada tulang vertebra). Saraf-saraf spinal diberi nama sesuai dengan foramina
intervertebralis tempat keluarnya saraf- saraf tersebut, kecuali saraf servikal pertama yang
keluar diantara tulang oksipital dan vertebra servikal pertama. Dengan demikian, terdapat 8
pasang saraf servikal, 12 pasang torakalis, 5 pasang saraf lumbalis, 5 pasang saraf skralis, dan
1 pasang saraf koksigeal.
Saraf spinal melekat pada permukaan lateral medulla spinalis dengan perantaran
dua radiks, radik posteriol atau dorsal (sensorik) dan radik anterior atau ventral (motorik).
Radiks dorsal memperlihatkan pembesaran, yaitu ganglion radiks dorsal yang terdiri dari
badan-badan sel neuron aferen atau neuron sensorik. Badan sel seluruh neuron aferen medulla
spinalis terdapat dapat ganglia tersebut. Serabut-serabut radiks dorsal merupakan tonjolan
tonjolan neuron sensorik yang membawa impuls dari bagian perifer ke medulla spinalis.
Badan sel neuron motorik terdapat di dalam medulla spinalis dalam kolumna anterior dan
lateral substansia grisea. Aksonnya membentuk serabut-serabut radiks ventral yang berjalan
menuju ke otot dan kelenjar. Kedua radiks keluar dari foramen intervertebralis dan bersatu
membentuk saraf spinal. Semua saraf spinal merupakan saraf campuran, yaitu mengandung
serabut sensorik maupun serabut motorik.
Bagian dorsal saraf spinal mempersarafi otot intrinsic punggung dan segmensegmen tertentu dari kulit yang melapisinya yang disebut dermatoma. Bagian ventral
merupakan bagian yang besar dan dan membentuk bagian utama yang membentuk spinal.
Otot-otot dan kulit leher, dada, abdomen, dan ekstremitas dipersarafi oleh bagian ventral. Pada
semua saraf spinal kecuali bagian torakal, saraf-saraf spinal bagian ini saling terjalin sehingga
membentuk jalinan saraf yang disebut Fleksus. Fleksus yang terbentuk adalah fleksus
servikalis, brakialis, lumbalis, sakralis dan koksigealis. Keempat saraf servikal yang pertama
(C1-C4) membentuk fleksus servikalis yang mempersarafi leher dan bagian belakang
kepala. Salah satu cabang yang penting sekali adalah saraf frenikus yang mempersarafi
diagfragma.
Fleksus brakialis yang dibentuk dari C5-T1, fleksus ini mempersarafi
ekstremitras atas. Saraf torakal (T3-T11) mempersarafi otot-otot abdomen bagian atas
dan kulit dada serta abdomen. Pleksus lumbalis berasal dari segmen spinal T12-L4
mempersarafi otot-otot dan kulit tubuh bagian bawah dan ekstremitas bawah. Pleksus
sakralis dari L4-S4, dan pleksus koksigealis dari S4 sampai saraf koksigealis. Saraf utama
dari pleksus ini adalah saraf femoralis dan obturatorius. Saraf utama dari pleksus sakralis
adalah saraf iskiadikus, saraf terbesar dalam tubuh. Saraf ini menembus bokong dan turun
kebawah melalui bagian belakang paha. Kulit dipersarafi oleh radiks dorsal dari tiap saraf
spinal, jadi dari satu segmen medulla spinalis disebut dermatom. Otot-otot rangka juga
mendapat persarafan segmental dari radiks spinal ventral.
6. Fisura Median Anterior (ventral) dalam fisura posterior (dorsal) yang lebih dangkal
menjalar di sepanjang korda dan membaginya menjadi bagian kanan dan kiri
B. Struktur Internal Medula Spinalis terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang
diselubungi substansi putih
1. Kanal sentral berukuran kecil dikelilingi substansi abu-abu bentuknya seperti huruf
H
2. Batang atas dan bawah huruf H disebut tanduk, atau kolumna dan mengandung
badan sel, dendrit asosiasi, dan neuron eferen serta akson tidak termielinisasi
a. Tanduk abu-abu posterior (dorsal) adalah batang ventrikel atas substansi abuabu. Bagian ini mengandung badan sel yang menerima sinyal melaluisaraf spinal
dari neuron sensorik
b. Tanduk abu-abu anterior (ventral) adalah batang ventrikel bawah. Bagian ini
mengandung neuron motorik yang aksonnya mengirim impuls melalui saraf
spinal ke otot atau kelenjar
c. Tanduk lateral adalah protrusi diantara tanduk posterior dan anterior pada area
toraks dan lumbal sistem saraf perifer. Bagian ini mengandung badan sel neuron
sistem SSO
d. Komisura abu-abu menghubungkan substansi abu-abu disisi kiri dan kanan
melalui medula spinalis
C. Setiap saraf spinal memiliki satu radiks dorsal atau satu radiks ventral. Radiks dorsal
terdiri dari kelompok-kelompok serabut sensorik yang memasuki korda. Radiks ventral
adalah penghubung ventral dan membawa serabut motorik ke korda
1. Setiap radiks yang memasuki atau meninggalkan korda membentuk tujuh sampai
sepuluh cabang radiks
2. Radiks dorsal dan ventral pada setiap sisi segmen medula spinalis menyatu untuk
membentuk saraf spinal
3. Radiks dorsal ganglia adalah pembesaran radiks dorsal yang mengandung sel neuron
sensorik
D. Traktus spinal. Substansi putih korda yang terdiri dari akson termielinisasi dibagi
menjadi funikulus anterior, posterior, lateral. Dalam funikulus terdapat fasikulus atau
traktus. Traktus diberi nama sesuai dengan lokasi, asal dan tujuannya.
1. Traktus sensorik atau asenden membawa informasi dari tubuh ke otak. Bagian
penting traktus asenden meliputi:
A. Fasikulus grasilis dan fasikulus kuneatus
a. Origo dan tujuan. Impuls dari sentuhan reseptor peraba masuk ke medula
spinalis melalui radiks dorsal (neuron I). Akson memasuki korda, berasenden
untuk bersinaps dengan nuklei grasilis dan kuneatus di medula bagian bawah
(neuron II). Akson menyilang ke sisi yang berlawanan dan bersinaps dalam
talamus lateral (neuron III). Terminasinya berada pada area somestetik
korteks serebral
b. Fungsi. Traktus ini menyampaikan informasi mengenai sentuhan, tekanan,
vibrasi, dan tendon otot
B. Traktus spinoserebelar ventral (anterior) (berpasangan)
a. Origo dan tujuan. Impuls dari reseptor kinestetik (kesadaran akan posisi
tubuh) pada otot dan tendon memauki medula spinalis melalui radiks
dorsal (neuron I) dan bersinaps dalam tanduk posterior (neuron II).
Akson berasenden disisi yang sama atau berlawanan dan berterminasi
pada korteks serebral
b. Fungsi. Traktus kortikospinal ventral memiliki fungsi yang sama dengan traktus
kortokospinal lateral. Traktus tersebut menghantarkan impuls untuk koordinasi
dan ketepatan gerakan volunter.
C. Traktus ekstrapiramidal. Serabut dalam sistem ini berasal dari pusat lain, misalnya
nuklei motorik dalam korteks serebral dan area subkortikal di otak
a. Traktus retikulospinal berasal dari formasi retikular (neuron I) dan berujung
(neuron II) pada sisi yang sama dineuron motorik bagian bawah dalam tanduk
anterior medula spinalis. Impuls memberikan semacam pengaruh fasilitas pada
ekstensor tungkai dan fleksor lengan serta memberikan suatu pengaruh inhibisi
yang berkaitan dengan postur dan tonus otot
b. Traktus vestilospinal lateral berasal dari nukleus vestribular lateral dalam
medulla (neuron I) dan berdesenden pada sisi yang sama untuk untuk berujung
(neuron II) pada tanduk anterior medulla spinalis. Impuls mempertahankan
tonus otot dalam aktivitas refleks
c. Traktus vestibulospinal medial baerasal dari nukleus vestibular medial dalam
medula dan menyilang ke sisi yang berlawanan untuk berakhir pada tanduk
anterior. Traktus ini tidak berdesenden ke bawah area serviks. Traktus ini
berkaitan dengan pengendalian otot-otot kepala dan leher
d. Traktus rubrospinal, yang berasal dari nukleus merah otak tengah, traktus
olivospinal yang berasal dari olive inferior medula dan traktus tektospinal yang
berasal dari bagian tektum otak tengah, juga termasuk jenis traktus
ekstrapiramidal yang berhubungan dengan postur dan tonus otot.
Saraf Spinal. 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal
(posterior) dan ventral (anterior). Pada bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks
bergabung membentuk satu saraf spinal. Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan
(motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan
meninggalkan korda melalui neuron eferen.
1. Divisi. Setelah saraf spinal meninggalkan korda melalui foramen intervertebral, saraf
kemudian bercabang menjadi 4 divisi
a. Cabang meningeal kecil masuk kembali ke medulla spinalis melalui foramen sama
yang digunakan saraf untuk keluar dan mempersarafi meninges, pembuluh darah
medula spinalis dan ligamen vertebralis
b. Ramus dorsal (posterior) terdiri dari serabut yang menyebar kearah posterior untuk
mempersarafi otot dan kulit pada bagian belakang kepala, leher, dan pada trunkus di
regia saraf spinal
c. Cabang ventral (anterior) terdiri dari serabut yang mensuplai bagian anterior dan
lateral pada trunkus dan anggota gerak
d. Cabang viseral adalah bagian dari SSO. Cabang ini memiliki ramus komunikans
putih dan ramus komunikans abu-abu yang membentuk hubungan abtara medula
spinalis dan ganglia pada trunkus simpatis SSO
2. Pleksus adalah jaring-jaring serabut saraf yang terbentuk dari ramus ventral seluruh
saraf spinal, kecuali T1 dan T11 , yang merupakan awal saraf intercostae
a. Pleksus serviks terbentuk dari ramus ventral keempat saraf serviks pertama- C1, C2,
C3, C4- dan sebagian C5. Saraf ini menginversi otot leher, dan kulit kepala, leher
serta dada. Saraf terpenting yang berawal dari pleksus ini adalah saraf frenik yang
menginversi diagfragma
b. Pleksus brakhial terbentuk dari ramus ventral saraf serviks C5, C6, C7, C8, dan saraf
toraks pertama T1 dengan melibatkan C4 dan T2. Saraf dari pleksus brakhial
mensuplai lengan atas dan beberapa otot pada leher dan bahu
c. Pleksus lumbal terbentuk dari ramus saraf lumbal L1, L2, L3, L4 dengan bantuan
T12. Saraf dari pleksus ini menginversi kulit dan otot dinding abdomen, paha dan
genetalia eksternal. Saraf terbesar adalah saraf femoral, yang mensuplai otot fleksor
paha dan kulit pada paha anterior, regia panggul, dan tungkai bawah
d. Pleksus sakral terbentuk dari ramus ventral saraf sakral S1, S2, dan S3, serta
konstribusi dari L4, L5, dan S4. Saraf dari pleksus ini menginversi anggota gerak
bawah, bokong, dan regia perineal, saraf terbesar adalah saraf sklatik
e. Pleksus koksiks terbentuk dari ramus ventral S5 dan saraf spinal koksiks, dengan
konstribusi dari ramus S4. Pleksus ini merupakan awal saraf koksiks yang mensupali
regia koksiks.
Setiap saraf spinal keluar dari sumsum tulang belakang dengan dua buah akar, yaitu
akar depan (anterior) dan akar belakang (posterior). Setiap akar anterior dibentuk oleh
beberapa benang akar yang meninggalkan sumsum tulang belakang pada satu alur membujur
dan teratur dalam satu baris. Tempat alaur tersebut sesuai dengan tempat tanduk depan terletak
paling dekat di bawah permukaan sumsum tulang belakang. Benang-benang akar dari satu
segmen berhimpun untuk membentuk satu akar depan. Akar posterior pun terdiri atas benangbenang akar serupa, yang mencapai sumsum tulang belakang pada satu alur di permukaan
belakang sumsum tulang belakang. Setiap akar belakang mempunyai sebuah kumpulan sel
saraf yang dinamakan simpulsaraf spinal. Akar anterior dan posterior bertaut satu sama lain
membentuk saraf spinal yang meninggalkan terusan tulang belakang melalui sebuah lubang
antar ruas tulang belakang dan kemudian segera bercabang menjadi sebuah cabang belakang,
cabang depan, dan cabang penghubung.
Cabang-cabang belakang saraf spinal mempersarafi otot-otot punggung sejati dan
sebagian kecil kulit punggung. Cabang-cabang depan mempersarafi semua otot kerangka
batang badan dan anggota-anggota gerak serta kulit tubuh kecuali kulit punggung. Cabangcabang depan untuk persarafan lengan membentuk suatu anyaman (plexus), yaitu anyaman
lengan (plexus brachialis). Dari anyaman inilah dilepaskan beberapa cabang pendek ke arah
bahu dan ketiak, dan beberapa cabang panjang untuk lengan dan tangan. Demikian pula
dibentuk oleh cabang-cabang depan untuk anggota-anggota gerak bawah dan untuk panggul
sebuah anyaman yang disebut plexus lumbosakralis, yang juga mengirimkan beberapa cabang
pendek ke arah pangkal paha dan bokong, serta beberapa cabang panjang untuk tungkai atas
dan tungkai bawah. Yang terbesar adalah saraf tulang duduk. Saraf ini terletak di bidang
posterior tulang paha.
Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang bermula ada medula ablongata,
menjulur kearah kaudal melalu foramen magnum dan berakhir diantara vertebra-lumbalis
pertama dan kedua. Disini medula spinalis meruncing sebagai konus medularis, dna kemudian
sebuah sambungan tipis dasri pia meter yang disebut filum terminale, yang menembus kantong
durameter, bergerak menuju koksigis. Sumsum tulang belakang yang berukuran panjang
sekitar 45 cm ini, pada bagian depannya dibelah oleh figura anterior yang dalam, sementara
bagian belakang dibelah oleh sebuah figura sempit.
Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, servikal dan lumbal. Dari
penebalan ini, plexus-plexus saraf bergerak guna melayani anggota badan atas dan bawah dan
plexus dari daerah thorax membentuk saraf-saraf interkostalis.
Fungsi sumsum tulang belakang :
1) Organ sensorik : menerima impuls, misalnya kulit.
2) Serabut saraf sensorik ; mengantarkan impuls-impuls tersebut menuju sel-sel
dalam ganglion radix pasterior dan selanjutnya menuju substansi kelabu pada
karnu pasterior mendula spinalis.
3) Sumsum
tulang
belakang,
dimana
serabut-serabut
saraf
penghubung
suatu segmen tertentu pada kulit, yang disebut dermatom. Hal ini hanya untuk fungsi sensorik.
Dengan demikian gangguan sensorik pada dermatom tertentu dapat memberikan gambaran
letak kerusakan.
Adapun ke 31 nervus spinalis, yaitu:
1.
2.
3.
4.
dalam trungkusnya.
Nervus thoracicus : Nervus yang mempersarafi otot serratus anterior.
Nervus radialis: Nervus yang mempersyarafi otot lengan bawah bagian posterior,
mempersarafi otot triceps brachii, otot anconeus, otot brachioradialis dan otot
ekstensor lengan bawah dan mempersarafi kulit bagian posterior lengan atas dan
5.
6.
anterior.
Nervus thoracodorsalis: Nervus yang mempersarafi otot deltoideus dan otot
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
lengan atas.
Nervus cutaneus antebrachii medialis: Mempersarafi kulit sisi medial lengan
16.
bawah.
Nervus ulnaris: Mempersarafi satu setengah otot fleksor lengan bawah dan otot-
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
spinalis.
Nervus Iliongnalis: Nervus yang mempersyarafi system genetal, atau kelamin
25.
manusia.
NervusGenitofemularis: Nervus genitofemoralis berpusat pada medulla spinalis
L1-2, berjalan ke caudal, menembus m. Psoas major setinggi vertebra lumbalis
26.
.
Nervus Cutaneus Femoris Lateralis: Mempersyarafi tungkai atas, bagian lateral
27.
28.
29.
30.
31.
Medula
7 pasang
daerah
Servix
spinalis
Menuju
Kulit kepala, leher dan otot
tangan, membentuk daerah
Punggung/toraks
tengkuk.
Organ-organ dalam, membentuk
5 pasang
Lumbal/pinggang
5 pasang
Sakral/kelangkang
atau pinggang.
Otot betis, kaki dan jari kaki,
12 pasang
Koksigeal
kelangkang).
Sekitar tulang ekor, membentuk
Secara fungsi, sumsum tulang belakang bekerja secara sadar dan tak sadar (saraf
otonom). Sumsum tulang belakang yang bekerja secara sadar di atur oleh otak sedangkan
sistem saraf tidak sadar (saraf otonom) mengontrol aktivitas yang tidak diatur oleh kerja otak
seperti denyut jantung, sistem pencernaan, sekresi keringat, gerak peristaltic usus, dan lain-lain.
E. Arteri Spinalis Posterior : sepasang arteri ini jauh lebih kecil daripada arteri spinalis
anterior besar yang tunggal; arteri ini bercabang-cabang pada berbagai tingkat untuk
membentuk pleksus arterialis posterolateralis. Arteri spinalis posterior menyuplai
kolumna putih dorsalis dan bagian posterior dari kolumna kelabu dorsalis.
F. Arteri Sulkalis : pada setiap segmen, cabangcabang dari arteri radikular yang memasuki
foramen intervertebralis menyertai akar saraf
dorsalis dan ventralis. Cabang-cabang ini me
nyatu langsung dengan arteri spinalis posterior dan anterior untuk membentuk cincin arteri yang tidak beraturan (suatu korona arterialis) dengan hubungan-hubungan vertical.
Arteri sulkalis bercabang dari dari arteri
koronalis pada kebanyakan segmen. Arteri
sulkalis anterior muncul di berbagai tingkat
sepanjang sumsum tulang belakang servikal
dan torakal di dalam sulkus ventralis; arteri
ini menyuplai kolumna ventralis dan lateralis
di kedua sisi sumsum tulang belakang.
Gambar : Suplai darah med.
Pleksus
Vena
venosus
spinalis
eksternus
yang
tidak
disebabkan vertebra servicalis yang memiliki resiko trauma yang paling besar, dengan
level tersering C5, diikuti C4, c6 dan kemudian T12, L1 dan T10.
Cedera medulla spinalis sering pada pria usia sekitar 15-30 tahun, 25% cedera
medula spinalis terjadi pada anak-anak. Kausa cedera medulla spinalis biasanya
multiple dan bervariasi untuk tiap daerah, misalnya di daerah industry kecelakaan
motor sering sebagai penyebab cedera medulla spinalis. Cedera medulla spinalis akut
dapat terjadi karena kecelakaan lalulintas, terjatuh, olahraga (misalnya : diving,
berkuda, dll), kecelaka -an industri. Di negara maju angka CMS relative menurun
karena penggunaan alat pelindung diri misalnya seat-belts dan airbags. Faktor resiko
cedera spinalis 25% karena pengguna alkohol, dan insidens laki-laki berkisar 80-85%
dan wanita 15-20%.
c. Etiologi
Cedera Medula Spinalis disebapkan oleh trauma langsung yang mengenai tulang
belakang dimana trauma tersebut melampaui batas kemampuan tulang belakang dalam
melindungi saraf-saraf di dalamnya.
Cedera sumsum tulang belakang terjadi akibat patah tulang belakang dan terbanyak
mengenai daerah servikal dan lumbal.cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi,
kompressi, atau rotasi tulang belakang.didaerah torakal tidak banyak terjadi karena
terlindung dengan struktur toraks.
Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompressi, kominutif, dan
dislokasi, sedangkan kerusakan pada sumsum tulanmg belakang dapat beruypa
memar, contusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran
darah, atau perdarahan.Kelainan
sekunder
pada
sumsum
belakang
dapat
4.
5.
6.
7.
Efek trauma terhadap tulang belakang bisa bisa berupa fraktur-dislokasi, fraktur,
dan dislokasi. Frekuensi relatif ketiga jenis tersebut adalah 3:1:1
Fraktur tidak mempunyai tempat predileksi, tetapi dislokasi cenderung terjadi
pada tempat-tempat antara bagian yang sangat mobil dan bagian yang terfiksasi, seperti
vertebra C1-2, C5-6 dan T11-12.
lesi yang paling sering adalah medulla spinalis segmen servikal, terutama pada vertebra
C4-C6. Sebagian kasus tidak ditandai oleh adanya kerusakan tulang. Mekanisme
terjadinya cedera adalah akibat penjepitan medulla spinalis oleh ligamentum flavum di
posterior dan kompresi osteofit atau material diskus dari anterior. Bagian medulla spinalis
yang paling rentan adalah bagian dengan vaskularisasi yang paling banyak yaitu bagian
sentral. Pada Central Cord Syndrome, bagian yang paling menderita gaya trauma dapat
mengalami nekrosis traumatika yang permanen. Edema yang ditimbulkan dapat meluas
sampai 1-2 segmen di bawah dan di atas titik pusat cedera. Sebagian besar kasus Central
Cord Syndrome menunjukkan hipo/isointens pada T1 dan hiperintens pada T2, yang
mengindikasikan adanya edema
Gambaran khas Central Cord Syndrome adalah kelemahan yang lebih prominen
pada ekstremitas atas dibanding ektremitas bawah. Pemulihan fungsi ekstremitas bawah
biasanya lebih cepat, sementara pada ekstremitas atas (terutama tangan dan jari) sangat
sering dijumpai disabilitas neurologic permanen. Hal ini terutama disebabkan karena
pusat cedera paling sering adalah setinggi VC4-VC5 dengan kerusakan paling hebat di
medulla spinalis C6 dengan lesi LMN. Gambaran klinik dapat bervariasi, pada beberapa
kasus dilaporkan disabilitas permanen yang unilateral.
BAB III
DATA PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan
Tanggal masuk
No. RM
: Tn. T
: 37 Tahun
: Laki-laki
: Islam
: Manggisan, Tegalwaton
: Serabutan
: 30 April 2016
: 15-16-XXXXX
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD dengan keluhan lemah kedua tangan dan kaki
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan lemah kedua tangan dan kaki. Pasien post
jatuh dari pohon manggis ketinggian 4 meter, dengan posisi leher dahulu yang terkena
benturan. Lalu setelah beberapa saat pasie merasa kaki dan tangan nya lemas. Pusing
(-), mual (-), muntah (-).
Setelah di anamnesis lebih lanjut, pasien juga merasakan sakit kepala cekot-cekot
di kepala bagian sebelah kiri. Selain sakit kepala cekot-cekot sebelah kiri, mata kiri
pasien juga terasa perih dan pedas. Rasa sakit kepala dirasakan seperti baru saja
dipukuli orang. Skala sakit = 7. Keluhan tersebut dirasakan sudah sejak 3 bulan yang
lalu. Sebelumnya pasien belum pernah sakit sehebat ini. Awal mula sakit dirasakan saat
pasien naik motor setelah pulang dari Ambarawa sekitar 3 bulan yang lalu. Saat dalam
perjalanan tersebut, pasien merasa ada binatang kepik masuk dalam mata kirinya.
Beberapa minggu setelah itu pasien baru merasakan bahwa kepala kirinya sakit dan
mata kirinya terasa perih dan pedas.
Keluarga pasien mengatakan bahwa keluhan pada mata Tn. Nsudah diperiksakan
ke dokter mata tetapi tidak ada perbaikan. Keluhan dirasakan berlangsung sepanjang
hari, tidak membaik dengan istirahat maupun obat. Keluhan dirasakan memberat 2
minggu terakhir sebelum masuk RS, yaitu dirasakan sakit kepala yang semakin hebat,
pusing berputar, mual, muntah, dan pasien nampak bingung, mudah marah, dan menjadi
tidak paham apabila sedang mengobrol.
Sebagian besar pertanyaan yang ditanyakan dijawab oleh keluarga, disebabkan
Tn. N terlihat bingung dan tidak memahami pertanyaan dari pewawancara.
Status Generalisata
penurunan.
Tidak ada nyeri tekan pada lapang paru.
Perkusi : sonor
Suara dasar vesikuler : +/+ (positif di lapang paru kanan dan kiri)
Suara rokhi : -/- (tidak terdengar di lapang paru kanan dan kiri)
Suara wheezing : -/- (tidak terdengar di kedua lapang paru)
Abdomen
Bentuk supel (+)
Peristaltik usus (+) normal
Nyeri tekan (+)
Extremitas
Akral hangat : (+) baik di ekstremitas atas maupun bawah
CRT : <2 detik
Udem pitting: Status Neurologis
No
1
Pemeriksaan
Sistem Motorik
Superior
Inferior
5/5/5 | 5/5/5
5/5/5 | 5/5/5
Kekuatan Otot
Gerakan Involunter
Tremor
(-)
(-)
Chorea
(-)
(-)
Atetosis
(-)
(-)
Mioklonik
(-)
(-)
Tics
Refleks Fisiologis
(-)
(-)
Biceps
(++) / (++)
(++) / (++)
Triceps
(++) / (++)
(++) / (++)
Patella
(++) / (++)
(++) / (++)
Achiles
Refleks Patologis
(++) / (++)
(++) / (++)
Hoffman Tromer
(-)/(-)
(-)/(-)
Babinsky
(-)/(-)
(-)/(-)
Chaddock
(-)/(-)
(-)/(-)
Oppenheim
(-)/(-)
(-)/(-)
Gordon
(-)/(-)
(-)/(-)
Schaeffer
(-)/(-)
(-)/(-)
Bing
(-)/(-)
(-)/(-)
Gonda
(-)/(-)
(-)/(-)
Mendel
(-)/(-)
(-)/(-)
Rossolimo
Tonus
Trofi
Klonus
(-)/(-)
N/N
E/E
-/-
(-)/(-)
N/N
E/E
-/-
5
6
7
Nervus
Olfactorius
Opticus
Pemeriksaan
-Subjektif
-Dengan bahan
Normosmia
Normosmia
Normosmia
Normosmia
1/300
1/300
(lambaian
(lambaian
-Warna
tangan)
tangan)
-Medan Penglihatan
Agnosia
Agnosia
3 mm
3 mm
Bulat
Bulat
N
N
N
N
Pengecekan kasar :
-Daya penglihatan
Oculomotorius
Keterangan
Dextra
Sinistra
Ptosis
Ukuran Pupil
Bentuk Pupil
Refleks Cahaya
pada Pupil
Reflek
Akomodatif
Oculomotorius,
-Melirik ke medial
-Melirik ke medial
Throclearis,
Abducens
bawah
-Melirik ke lateral
-Diplopia
Trigeminus
Fungsi Sensorik
-Sensibilitas dahi
-Sensibilitas pipi
-Sensibilitas dagu
Fungsi Motorik
N
N
N
N
N
Salah
N
Salah persepsi
-Menggigit
-Membuka Mulut
Facialis
-Mengerutkan dahi
-Menggembungkan
pipi
-Menutup mata
persepsi
gesekan tangan
-Tes garpu tala
Salah
Salah persepsi
persepsi
Glosopharingeus
-Suara sengau
-Reflek muntah
Vagus
-Gangguan menelan
-Afonia atau Disfonia
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
-
Tidak dilakukan
-
10
Asesorius
-Kekuatan trapezius
-Kekuatan
sternomastoideus
11
Hipoglossus
-Menjulurkan lidah
-Artikulasi
-Tremor lidah
-Trofi lidah
N
-
Pemeriksaan tambahan :
Romberg Test (+) saat menutup mata, bila membuka mata (-).
Nistagmus (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
KIMIA
Gula Darah Sewaktu
HASIL
NILAI RUJUKAN
15,44
4.86
15,3
46,0
94,7
31,5
33,2
213
4.5 11
45
14 18
38.00 47.00
86 108
28 31
30 35
150 450
128
80-14
Kesan
vertebra cervicalis
Tak tampak gambaran hematosinus
3. ASSESTMENT
Diagnosis klinis : Vertigo, Cephalgia Kronis Progresif, Vomitus, Gangguan
Pendengaran, Gangguan Penglihatan
Diagnosis etiologi : SOL, suspect Low Grade Astrocytoma
Diagnosis topis : massa di lobus parietalis sinistra
4. TREATMENT
Infus Kaen 3B 20 tpm
Injeksi Ondansetron 2x1 A
Injeksi Ranitidin 2x1 A
Injeksi Citicolin 2x500 mg
Injeksi Dexamethasone 4x1 A
Injeksi Ketorolac 2x1A
Po. Mertigo 3x1
Rujuk Bedah Saraf