STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama
Umur
Alamat
Pekerjaan
: Tn. RA
: 38 tahun
: Duren, Tengaran
: Swasta
B. SOAP
S (Subjektif)
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan atas.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan atas sejak 7
bulan yang lalu. Selama 7 bulan tersebut, nyeri dirasakan biasa saja,
namun 1 bulan terakhir nyeri dirasakan makin bertambah dan seperti
ditusuk-tusuk. Keluhan tidak membaik walaupun sudah diberi obat
warung. Nyeri tidak tembus belakang. Mual (+), muntah (-), muntah darah
(-). BAB tidak ada keluhan, warna tidak hitam atau pucat. BAK bewarna
seperti teh.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal.
Riwayat diabetes disangkal. Riwayat sakit kuning disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam riwayat keluarga tidak didapatkan keluhan yang serupa.
Dalam riwayat keluarga juga disangkal adanya keluarga yang menderita
penyakit jantung, diabetes, hipertensi, maupun penyakit kuning.
Riwayat Sosial
Pasien memiliki riwayat minum alkohol 20 tahun yang lalu selama
5 tahun. Pasien juga seorang perokok selama 20 tahun hingga sekarang.
1
maupun penurunan.
Tidak ada nyeri tekan pada lapang paru.
Perkusi : sonor
Suara dasar vesikuler : +/+ (positif di lapang paru kanan dan kiri)
Suara rokhi : -/- (tidak terdengar di lapang paru kanan dan kiri)
Suara amforik: -/- (tidak terdengar di kedua lapang paru)
Suara wheezing : -/- (tidak terdengar di kedua lapang paru)
Abdomen
Bentuk supel (+)
kanan hepar adalah 12 cm dan pada lobus kiri hepar sebsar 6 cm.
Extremitas
Akral hangat : (+) baik di ekstremitas atas maupun bawah
CRT : <2 detik
Udem pitting: Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Hematologi
Lekosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Kimia
GDS
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
Biliubin Total
Bilirubin Indirect
Bilirubin Direct
Imunoserologi
HbsAg
Anti HCV
USG Abdomen
Hasil
Nilai Rujukan
15.54 ()
11.6 ()
36.2 ()
304 (N)
4.5-11
14-18
38-47
150-450
82 (N)
27 (N)
0,6 (N)
132 ()
215 (()
20.8 ()
5.80 ()
15.0 ()
80-100
10-50
0,6-11
<31
<32
<1
<0.75
<0.25
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Kesan :
Hepatomegali dengan peningkatan echostruktur yang inhomogen
mengarah gambaran hepatitis dengan gambaran cholesistitis dan
cholestasis intrahepatal dan ekstrahepatal disertai gambaran difus
parenchimal renal inflammatory bilateral
CT Scan Abdomen
Hasil:
Ukuran membesar (diameter >223,5cm) dengan densitas inhomongen,
sudut kiri hepar tumpul, sistema vaskuler tak melebar, sistema biliaris
intrahepatal tampak melebar sampai di duktus choleducus, tampak lesi
hipodens dengan batas tak tegas di lobus kanan hepar (19HU). Post
pemberian bahan kontras, pada fase arteri, tak tampak engancement
heterogen intralesi (43 dan 80, 30 dan 55 HU) dengan batas lesi yang
relatif tegas, ukuran lesi 91,5x51,7x95,6 mm.
Kesan:
Hepatomegali dengan gambaran massa solid inhomogen di lobus
kanan hepar, mengarah gambaran hepatoma, disertai gambaran
P (Planning)
Infus Asering 20 tpm
Injeksi Ceftriaxone 2x1 gr
Injeksi Ondansentron 1x4 mg
Injeksi Omeprazole 3x40 mg
Injeksi Ketorolac 2x1 kp
Po. Antacid 3xCI ac
Po. Curcuma 3x1 tav
Po. Lesichol 2x300 mg
Po. Urdafalk 3x1 tab
Po. MST continus 2x1 caps 15 mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan
nutrisi seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air dan
mineral.
b. Arteri hepatica cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.
Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri hepatica
mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hepatosit menyerap nutrien, oksigen dan zat
racun dari darah sinusoid. Di dalam hepatosit zat racun akan di netralkan
sedangkan nutrien akan ditimbun atau di bentuk zat baru, dimana zat tersebut akan
disekresikan ke peradaran darah tubuh.
Tabel 1. Fungsi Hati
jumlah
sel
dalam
hati
yang
memiliki
kemampuan
10
11
3.
Sirosis Hati
Lebih dari 80% penderita karsinoma hepatoselular menderita sirosis
hati. Peningkatan pergantian sel pada nodul regeneratif sirosis di hubungkan
dengan kelainan sitologi yang dinilai sebagai perubahan displasia praganas.
Semua tipe sirosis dapat menimbulkan komplikasi karsinoma, tetapi hubungan
ini paling besar pada hemokromatosis, sirosis terinduksi virus dan sirosis
alkoholik.
4. Aflaktosin
Aflaktosin B1 (AFB1) merupakan mitoksin yang di produksi oleh
jamur Aspergillus. Dari percobaan binatang diketahui bahwa AFB1 bersifat
karsinogen. Metabolit AFB1 yaitu AFB 1-2-3-epoksid merupakan karsinogen
utama dari kelompok aflatoksin yang mampu membentuk ikatan dengan DNA
maupun RNA
5. Alkohol
Meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum
berat alkohol ( >50-70g/hari dan berlangsung lama) berisiko untuk menderita
HCC melalui sirosis hati alkoholik. Hanya sedikit bukti adanya efek
karsinogenik langsung dari alkohol. Alkoholisme juga meningkatkan risiko
terjadinya sirosis hati dan HCC pada pengidap infeksi HBV atau HCV.
PATOGENESIS DAN GAMBARAN KLINIS
Beberapa faktor patogenesis karsinoma hepatoseluler telah didefinisikan
baru-baru ini. Hampir semua tumor di hati berada dalam konteks kejadian cedera
kronik (chronic injury) dari sel hati, peradangan dan meningkatnya kecepatan
perubahan hepatosit. Respons regeneratif yang terjadi dan adanya fibrosis
12
menyebabkan timbulnya sirosis, yang kemudian diikuti oleh mutasi pada hepatosit
dan berkembang menjadi karsinoma hepatoseluler. HBV atau HCV mungkin ikut
terlibat di dalam berbagai tahapan proses onkogenik ini. Misalnya, infeksi
persisten dengan virus menimbulkan inflamasi, meningkatkan perubahan sel, dan
menyebabkan sirosis. Sirosis selalu didahului oleh beberapa perubahan patologis
yang reversibel, termasuk steatosis dan inflamasi; baru kemudian timbul suatu
fibrosis yang ireversibel dan regenerasi nodul. Lesi noduler diklasifikasikan
sebagai regeneratif dan displastik atau neoplastik. Nodul regeneratif merupakan
parenkim hepatik yang membesar sebagai respons terhadap nekrosis dan
dikelilingi oleh septa fibrosis.
Selain proses di atas, pada waktu periode panjang yang tipikal dari infeksi
(10-40 tahun), genom virus hepatitis dapat berintegrasi ke dalam kromosom
hepatosit. Peristiwa ini menyebabkan ketidakseimbangan (instability) genomik
sebagai akibat dari mutasi, delisi, translokasi, dan penyusunan kembali
(rearrangements) pada berbagai tempat di mana genom virus secara acak masuk
ke dalam DNA hepatosit. Salah satu produk gen, protein x HBV (Hbx),
mengaktifkan transkripsi, dan pada periode infeksi kronik, produk ini
meningkatkan ekspresi gen pengatur pertumbuhan (growthregulating genes) yang
ikut terlibat di dalam transformasi malignan dari hepatosit.
Gambaran klinis berupa rasa nyeri tumpul umumnya dirasakan oleh
penderita dan mengenai perut bagian kanan atas, di epigastrium atau pada kedua
tempat epigastrium dan hipokondrium kanan. Rasa nyeri tersebut tidak berkurang
dengan pengobatan apapun juga. Nyeri yang terjadi terus menerus sering menjadi
lebih hebat bila bergerak. Nyeri terjadi sebagai akibat pembesaran hati,
13
14
bermetastasis dini melalui pembuluh limfe ke kelenjar getah bening regional dan
melalui darah menimbulkan metastasis pada paru. Metastasis ke tempat lain
terjadi pada tahap akhir
Tingkat penyakit (stadium) hepatoma primer terdiri dari :
Ia : Tumor tunggal diameter 3 cm tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjar
limfe peritoneal ataupun jauh
Ib : Tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter 5 cm di separuh hati, tanpa
emboli tumor, tanpa metastasis kelenjar limfe peritoneal ataupun jauh
IIa : Tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter gabungan 10 cm di separuh
hati, atau dua tumor dengan gabungan 5 cm di kedua belahan hati kiri dan
kanan tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjar limfe peritoneal ataupun
jauh
IIb : Tumor tunggal atau multiple dengan diameter gabungan 10 cm di separuh
hati, atau tumor multiple dengan gabungan 5 cm di kedua belahan hati kiri
dan kanan tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjar limfe peritoneal
ataupun jauh
IIIa : Tidak peduli kondisi tumor, terdapat emboli tumor di pembuluh utama vena
porta atau vena kava inferior, metastasis kelenjar limfe peritoneal jauh
IIIb : Tidak peduli kondisi tumor, tidak peduli emboli tumor, metastasis
15
seperti
misalnya
pemeriksaan
radiologi,
ultrasonografi,
computerized
tomography
(CT)
scan,
peritoneoskopi
dan
pemeriksaan
laboratorium.
1. USG
Dengan ultrasonografi, gambaran khas dari KHS adalah pola mosaik,
sonolusensi perifer, bayangan lateral yang disebabkan pseudokapsul fibrotik,
dan peningkatan akustik posterior. KHS yang masih berupa nodul kecil
cenderung bersifat homogen dan hipoekoik, sedangkan nodul yang besar
biasanya heterogen. Penggunaan ultrasonografi sebagai sarana screening untuk
mendeteksi tumor hati pada penderita dengan sirosis yang lanjut memberikan
hasil bahwa 34 dari 80 penderita yang diperiksa menunjukkan tanda-tanda
tumor ganas dan 28 di antaranya adalah KHS. Ultrasonografi memberikan
sensitivitas sebesar 45% dan spesifisitas 98%.(5) Oleh karena sensitivitas tes
ini maka setiap massa yang terdeteksi oleh ultrasonografi harus dianggap
sebagai keganasan. Karsinoma hati sekunder memberikan gambaran berupa
nodul yang diameternya kecil mempunyai densitas tinggi dan dikelilingi oleh
gema berdensitas rendah. Gambaran ini berbentuk seperti mata sapi.
2. CT-scan dan angiografi
KHS dapat bermanifestasi sebagai massa yang soliter, massa yang
dominan dengan lesi satelit di sekelilingnya, massa multifokal, atau suatu
infltrasi neoplasma yang sifatnya difus. CT-scan telah banyak digunakan untuk
melakukan karakterisasi lebih lanjut dari tumor hati yang dideteksi melalui
ultrasonografi. CT-scan dan angiografi dapat mendeteksi tumor hati yang
berdiameter 2 cm. Walaupun ultrasonografi lebih sensitif dari angiografi dalam
mendeteksi karsinoma hati, tetapi angiografi dapat lebih memberikan kepastian
diagnostik oleh karena adanya hipervaskularisasi tumor yang tampak pada
16
17
suatu glikoprotein dengan berat molekul sebesar 70,000. AFP disintesis oleh
hati, usus dan yolk sac janin. Pada manusia, AFP mulai terdeteksi pada fetus
umur 6-7 minggu kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke-13.
Pada bayi yang baru lahir, kadarnya adalah sebesar 10,000 - 100,000 ng/ml,
kemudian menurun dan pada usia 250-300 hari kelahiran kadarnya sama
dengan kadar pada orang dewasa. Adanya peningkatan kadar AFP diduga
karena sel-sel hati mengalami diferensiasi menyerupai sel hati pada janin. AFP
merupakan petanda karsinoma hati.
PENATALAKSANAAN
Banyak faktor memegang peranan dalam penanganan KHS. Pertama,
adanya sirosis hati dalam berbagai tingkatan yang mengikuti KHS sedikit banyak
mempengaruhi pilihanpilihan pengobatan.(Fungsi hati pada penderita-penderita
KHS dapat sangat bervariasi dari normal sampai dekompensasi. Sirosis dapat
dijumpai pada sekitar 90% dari semua kasus KHS. Kedua, KHS menunjukkan
perangai biologis yang sangat bervariasi dari satu daerah dan daerah yang lain.
Misalnya, di daerah pedesaan Afrika Selatan, KHS mengenai penderita-penderita
dalam usia yang lebih muda dan sering baru terdiagnosis setelah tahap lanjut dan
mempunyai durasi gejala-gejala yang lebih singkat dibanding kasus-kasus di
Amerika Utara. Manifestasi klinis pada penderitapenderita ini didominasi oleh
gejala-gejala yang disebabkan oleh tumornya sedangkan di Amerika Utara gejalagejala sirosis tampil secara dominan dalam waktu yang lama. Oleh karena itu,
protokol pengobatan yang dikembangkan di suatu daerah atau negara mungkin
tidak sesuai dan tidak optimal untuk daerah lainnya.
18
Pengobatan non-bedah
Meskipun pendekatan multidispliner terhadap KHS dapat meningkatkan
hasil reseksi dan orthotopic liver transplantation, tetapi kebanyakan penderita
tidak memenuhi persyaratan untuk terapi operasi karena stadium tumor yang telah
lanjut, derajat sirosis yang berat, atau keduanya. Oleh karena itu, terapi non-bedah
merupakan pilihan untuk pengobatan penyakit ini. Beberapa alternatif pengobatan
non-bedah karsinoma hati meliputi:
A. Percutaneous ethanol injection (PEI)
19
PEI pertama kali diperkenalkan pada tahun 1986. Teknik terapi PEI
dilaporkan memberikan hasil sebaik reseksi untuk KHS yang kecil. Kerugian
dari cara ini adalah tingkat rekurensi lokal yang tinggi dan kebutuhan akan
sesi terapi berulang kali (multipel) agar didapatkan ablasi lengkap dari lesi.
PEI dilakukan dengan cara menyuntikkan per kutan etanol murni (95%) ke
dalam tumor dengan panduan radiologis untuk mendapatkan efek nekrosis
dari tumor. Tindakan ini efektif untuk tumor berukuran kecil (<3 cm). Untuk
penderita-penderita dengan asites, koagulopati sedang atau berat dan lesi
permukaan, PEI tidak dianjurkan. Efek PEI adalah demam, sakit di daerah
suntikan, perdarahan intrahepatik dan perdarahan peritoneal.
B. Chemoembolism
Transcatheter arterial chemoembolism dapat digunakan sebagai
terapi lokal (targeted chemoembolism) atau regional (segmental, lobar
chemoembolism) tergantung dari ukuran, jumlah dan distribusi lesi.
Kemoembolisme dianggap terapi baku untuk KHS yang tidak dapat dilakukan
reseksi. Lipoidol diberikan dengan obat kemoterapi yang kemudian akan
terkonsentrasi di dalam sel tumor tetapi secara aktif dibersihkan dari sel-sel
yang non-maligna. Pada cara ini, terjadi devaskularisasi terhadap tumor
sehingga menghentikan suplai nutrisi dan oksigen ke jaringan tumor dan
mengakibatkan terjadinya nekrosis tumor akibat vasokonstriksi arteri hepatika.
Dengan teknik ini didapatkan respon yang lebih baik dibandingkan kemoterapi
arterial atau sistemik. Selain lipoidol dapat juga digunakan gelfoam dan
kolagen. Efek samping yang sering terjadi antara lain adalah demam, nausea,
vomitus, sakit di daerah abdominal. Kemoembolisasi pada penderita-penderita
dengan karsinoma hepatoseluler yang tidak dapat direseksi dilaporkan
20
21
22
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis karsinoma hati adalah jelek. Tanpa
pengobatan, kematian rata-rata terjadi sesudah 6-7 bulan setelah timbul keluhan
pertama. Dengan pengobatan, hidup penderita dapat diperpanjang sekitar 11- 12
bulan. Bila karsinoma hati dapat dideteksi secara dini, usaha-usaha pengobatan
seperti pembedahan dapat segera dilakukan misalnya dengan cara subsegmenektomi, maka masa hidup penderita dapat menjadi lebih panjang lagi.
Sebaliknya, penderita karsinoma hati fase lanjut mempunyai masa hidup yang
lebih singkat. Kematian umumnya disebabkan oleh karena koma hepatik,
hematemesis dan melena, syok yang sebelumnya didahului dengan rasa sakit
hebat karena pecahnya karsinoma hati. Oleh karena itu langkah-langkah terhadap
pencegahan karsinoma hati haruslah dilakukan. Pencegahan yang paling utama
adalah menghindarkan infeksi terhadap HBV dan HCV serta menghindari
konsumsi alkohol untuk mencegah terjadinya sirosis.
BAB II
PEMBAHASAN
Tn. RA datang dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan atas sejak 7
bulan yang lalu. Selama 7 bulan tersebut, nyeri dirasakan biasa saja, namun 1
23
24
25
jumlah
sel
dalam
hati
yang
memiliki
kemampuan
26
27
28
BAB V
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
30
31