Anda di halaman 1dari 36

BAGIAN BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN|UNIVERSITAS HASANUDDIN


MAKASSAR
2017
 Nama : Tn. AN
 RM : 786357
 Tanggal Lahir : 31-12-1950
 Usia : 66 tahun
 MRS : 14 Januari 2017
 Perawatan : Lontara 1 Atas Depan
 Keluhan utama: nyeri perut kiri atas
 Anamnesis Terpimpin:
± 8 bulan yll,
 memberat  ± 3 bulan terakhir,
 terus menerus
 mual dan muntah (+)
 penurunan selera makan (+)
 Riwayat demam (+).
 BAB dan BAK dbn
 DM (+), berobat teratur, HT (-)
 Riwayat pengobatan sebelumnya: (-)
 Riwayat penyakit sebelumnya: (-)
 Riwayat penyakit dalam keluarga: tidak ada
 Riwayat kebiasaan / gaya hidup: merokok dan
alkoholisme (-)
 Status
Generalisata : keadaan umum lemah/ gizi
cukup/ sadar
 Status Vitalis :
 TD : 130/80 mmHg
 HR : 85 x/menit
 RR : 20 x/menit
 tAx : 36,5o C
 Kepala : normocephal
 Mata : anemis, tidak ikterik
 Leher : pembesaran KGB (-)
 Thoraks:
 Paru : BP  bronchovesiculer, rhonchi +/+,
wheezing -/-
 Jantung: S1S2 tunggal, tidak ada bising jantung
 Abdomen :
 Inspeksi
: datar, tampak darm contour, tak tampak
darm steifung
 Auskultasi : peristaltik ada kesan normal
 Palpasi : supel, teraba splenomegali scuffner , tk
teraba hepatomegli, ada nyeri tekan
 Perkusi : timpani
 Ekstremitas :hangat, edema (-), CRT < 2 detik
• Corakan bronchovesikuler kedua
paru dalam batas normal
• Tidak tampak proses spesifik kedua
paru
• Cor kesan normal, aorta normal
• Kedua sinus tumpul, kedua difragma
baik
• Tulang-tulang intak

KESAN :
• Efusi pleura bilateral
MSCT Thoraks tanpa Kontras
• Densitas cairan bebas pada cavum pleura sinistra
disertai kolaps paru
• Tampak lesi hipodens, batas relatif tegas, tepi irregular
kesan berasal dari pleura kiri
• Corakan bronchovesikular kedua paaru dalam batas
norml
• Tidak tampak lesi-lesi nodul metastasis pada kedua paru
• Airway yang terscan dalam batas normal
• Cor kesan normal, aorta kalsifikasi
• Tidak tampak pembesaran KGB paratracheal, subcarina
dan peribronchial
• Kedua lobus thyrid yang terscan dalam batas normal
• Lien membesar degan lesi hipodens (15HU) batas tegas,
dindig tebal, tepi regular, tanpa kalsifikasi
• Tulang-tulang yang terscan kesan intak
KESAN :
• Efusi pleura sinistra dengan kolaps paru
• Massa berkapsul mungkin encapsulated pleural effusion
sinistra
MSCT Abdomen dengan Kontras

• Tampak massa heterogen (24-45 HU), berbatas tegas, tepi


regular tanapa kalsifikasi dan menyangat post kontras pada
dindignya serta mendesak ginjal kanan kesan berasal pada lien
• Lesi hipodens (5 HU), batas relatif tegas, tanpa kalsifikasi yang
tidak meyangat post kontras kesan berasal pada caput sampai
collum pancreas
• Hepar : ukuran dan densitas parenkim dalam batas normal.
Tidak tampak dilatasi vaskular maupun bile duct intra/ekstra
hepatik. Tidak tampak mass/ cyst/ nodul metastasis
• GB : dinding tidak menebal, mukosa regular, tidak tampak
densitas batu/ SOL
• Kedua Ginjal : ukuran dan differensiasi kortikomedular dalam
batas normal. Tidak tampak dilatasi PCS. Tidak tampak densitas
batu/ mass/ cyst
• VU : dinding tidak menebal, mukosa regular, tidak tampak
densitas batu/ mass
• Tampak densitas cairan bebas pada cavum pleura kiri
• Tulang-tulang yang terscan kesan intak
KESAN :
Sugestif abses lien dan pancreas
Efusi pleura sinistra
Tn.AN, usia 66 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada kuadran kiri atas
abdomen sejak 8 bulan yang lalu, namun memberat 3 bulan terakhir. Keluhan tersebut disertai
nausea, vomiting, dan penurunan nafsu makan. Riwayat febris ada sebelumnya. Riwayat DM
dan HT disangkal.
Pemeriksaan fisik
 Status Generalisata : keadaan umum lemah/ gizi cukup/ sadar
 Status Vitalis : dalam batas normal
 Regio kepala: tidak ada kelainan
 Regio leher: tidak ada kelainan
 Regio thorax: tidak ada kelainan, kecuali auskultasi paru ronchi +/+
 Regio abdomen: tidak ada kelainan, kecuali pada inspeksi ditemukan darm countour (+),
pada palpasi ditemukan splenomegali dan nyeri tekan
 Ekstremitas: tidak ada kelainan
Pemeriksaan laboratorium: leukositosis dengan shift to the left
Pemeriksaan radiologi
 Foto thoraks: efusi pleura bilateral
 MSCT abdomen dengan kontras: sugestif abses lien dan
pancreas
Abses limpa
Efusi pleura sinistra
IVFD Ringer laktat 20 tpm
Ketorolac amp 30 mg/7 jam/intravena
Splenektomi
Kasus: laki-laki usia 66 tahun terdiagnosis
mengalami abses lien
Literatur epidemiologi:
abses lien merupakan kondisi yang jarang,
predileksi usia dan jenis kelamin (-)
 Kasus: GK nyeri pada kuadran kiri atas abdomen,
disertai mual, muntah, dan penurunan nafsu makan,
riwayat demam sebelumnya.

 Literatur:
Trias klasik berupa abses lien: demam, nyeri
perut kuadran kiri atas, dan splenomegali, namun
hanya tampak pada sekitar sepertiga dari pasien.
 Kasus: pemeriksaan fisik nyeri tekan abdomen (+), splenomegali
(+)

 Literatur:
 Nyeriperut (> 50% kasus) atau mungkin tidak disertai dengan
defans otot dan nyeri tekan di kuadran kiri atas. Mungkin
terdapat edema pada jaringan lunak di atas limpa. Nyeri
kostovertebral mungkin juga ditemukan.
 Splenomegali (<50%) jarang diamati, mungkin dikarenakan
meluasnya diagnosis dini dari penggunaan metode pencitraan
Kasus: laboratorium leukositosis,
dengan shift to the left
Literatur
 Hitung darah lengkap (CBC) menunjukkan leukositosis (sel
darah putih > 20.000/uL) dengan shift to the left pada
kebanyakan pasien. Pasien dengan imunokompromise
mungkin menyimpang dari aturan ini. Kultur darah dapat lebih
mengarahkan diagnosis.
Kasus: foto thorax  efusi pleura
bilateral
Literatur :
 merupakan langkah pertama dalam evaluasi pra operasi,
 Temuan:
 Hasil rontgen dada yang abnormal (sebagian besar pasien)
 Elevasi pada hemidiafragma kiri (> 30%)
 Efusi pleura (> 20%)
• Kasus: CT scan abdomen
Tampak massa heterogen (24-45 HU), berbatas tegas, tepi regular tanapa
kalsifikasi dan menyangat post kontras pada dindignya serta mendesak ginjal
kanan kesan berasal pada lien

Literatur :
 Gambar karakteristik abses limpa diperlihatkan pada lesi dengan
densitas rendah yang gagal untuk ditingkatkan dengan kontras
intravena.
 CT paling baik untuk menggambarkan ukuran, topografi, dan
rute akses ke limpa dan struktur di sekitarnya.
• Kasus:tata laksana definitif:
splenektomi
Literatur :
 Splenektomi standar pengobatan abses limpa.
 menghilangkan sumber sepsis dan organ yang sakit.
 Laparoskopi splenektomi lebih aman dan efektif pada beberapa
pasien.
 jarang terjadi, frekuensi 0,05-0,7%.
 Angka kematian cukup tinggi hingga 47%
 angka kematian <10%.
 Penggunaan metode pencitraan yang tepat (seperti CT
scan, USG) untuk diagnosis dini dan panduan
penatalaksanaan meningkatkan prognosis.
 beragam
 palingumum penyebaran secara hematogen yang
berasal dari fokus infeksi (paling sering melibatkan
bakteri jenis aerob)
 Sumber infeksi lain meliputi tifoid, paratifoid, malaria,
infeksi saluran kemih, pneumonia, osteomielitis, otitis,
mastoiditis, dan infeksi panggul.
Organisme yang terkait dengan abses limpa termasuk sebagai berikut :
 Bakteri aerob
 Bakteri gram-positif coccus (Streptococcus, Staphylococcus, dan Enterococcus; bakteri gram-negatif
basil (Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Proteus, Pseudomonas, dan Salmonella.
 Bakteri anaerob
 Peptostreptococcus, Bacteroides, Fusobacterium, Clostridium, dan Propionibacterium acnes.
 Polymicrobial (hingga 50% dari keseluruhan kasus)
 Jamur
 Candida
 Flora yang jarang muncul.
 Burkholderia pseudomallei (terkadang dilaporkan dalam kasus melioidosis); actinomycetes dan mycobacteria
(biasanya paling terlihat pada pasien imunosupresi).
 Embolisasi hematogen ke limpa yang sebelumnya masih
normal.
 Penyebaransecara hematogen dengan riwayat
perubahan anatomi limpa.
 Penyebaran per kontinuitatum.
Pasien ini menderita abses limpa yang diakibatkan Limpa yang telah direseksi disertai dengan
oleh bakteremia pneumokokus. Perhatikan bahwa abses yang disebabkan oleh bakteremia
pembesaran limpa yang terjadi secara besar- pneumokokus. Perhatikan adanya abses
besaran dapat terlihat dengan mudah dengan dengan gambaran berbeda yang
retraksi minimal di kuadran kiri atas. berdekatan dengan parenkim normal.
 Anamnesis
 Demam
 Nyeri perut
 Keterlibatan dari diafragma pleura dapat menyebabkan nyeri bahu; nama lain dari Kehr sign,
 Nyeri dada pleuritik
 Malaise

 Pemeriksaan fisik
 defans otot di kuadran kiri atas
 Splenomegali
 tidak spesifik dan dilaporkan termasuk pekak pada perkusi di dasar paru-paru sebelah kiri (> 30%),
rhonchi basal kiri (> 21%), atau elevasi hemidiafragma kiri (> 15%).
 Laboratorium
 leukositosis (sel darah putih > 20.000/uL) dengan shift to the left

 Radiologi
 Foto dada:
 Hasil rontgen dada yang abnormal (sebagian besar pasien)
 Elevasi pada hemidiafragma kiri (> 30%)
 Efusi pleura (>20%)
 CT scan abdomen: lesi dengan densitas rendah yang gagal untuk ditingkatkan dengan kontras
intravena
TERAPI EMPIRIS: antibiotik spektrum luas
Pilihan pembedahan
Drainase perkutaneus
Laparotomi terbuka atau laparoskopi
splenektomi
Drainase terbuka
 Perdarahan pada parekim limpa atau pembuluh darah hilus yang dapat
mengancam jiwa
 Pneumotoraks
 Efusi pleura kiri
 Efusi subfrenikus
 Perforasi abses pada kolon, lambung, atau usus halus
 Pseudokista atau fistula pankreas
 Thrombositosis pasca splenektomi
 Sepsis pasca splenektomi
 Atelektasis atau pneumonia
 diagnosis
dini, tatalaksana individual, dan
peningkatan pengalaman dengan penggunaan
metode minimal invasif dapat membawa potensi
morbiditas dan mortalitas yang lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai