LAPORAN KASUS
JUNI 2014
HEPATOMA
Oleh:
ASRIANI ASRUN
K1A1 09036
PEMBIMBING
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Karsinoma hepatoseluler (KHS) merupakan tumor ganas hati primer yang
berasal dari hepatosit, demikian juga dengan karsinoma fibrolamelar dan
hepatoblastoma. Tumor ganas lainnya, kolangiosarkoma (Kolangiosarkoma) dan
sisteadenokarsinoma berasal dari sel epitel bilier, sedangkan angiosarcoma dan
leiomiosarkoma berasal dari sel mesenkim. Dari seluruh tumor ganas hati, KHS
merupakan tumor yang paling banyak (85%), 10% kolangiosarkoma, dan sisanya
adalah tumor jenis lainnya.
Di Amerika Serikat sekitar 80%-90% dari tumor ganas hati primer adalah
hepatoma. Angka kejadian tumor ini di Amerika Serikat hanya sekitar 2% dari
seluruh karsinoma yang ada. Sebaliknya di Afrika dan Asia hepatoma adalah
karsinoma yang paling sering ditemukan dengan angka kejadian 100/100.000
populasi. Setiap tahun muncul 350.000 kasus baru di Asia, 1/3nya terjadi di
Republik Rakyat China. Di Eropa kasus baru berjumlah sekitar 30.000 per tahun,
di Jepang 23.000 per tahun, di Amerika Serikat 7000 per tahun dan kasus baru di
Afrika 6x lipat dari kasus di Amerika Serikat.
Pria lebih banyak daripada wanita. Lebih dari 80% pasien hepatoma
menderita sirosis hati Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan
sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus
kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus
hepatitis B dan C. Bayi dan anak kecil yang terinfeksi virus ini lebih mempunyai
kecenderungan menderita hepatitis virus kronik daripada dewasa yang terinfeksi
virus ini untuk pertama kalinya.
Pasien hepatoma 88% terinfeksi virus hepatitis B atau C. Virus ini
mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya hepatoma. Hepatoma
seringkali tidak terdiagnosis karena gejala karsinoma tertutup oleh penyakit yang
Laporan Kasus Besar
Asriani Asrun
mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik. Jika gejala tampak, biasanya
sudah stadium lanjut dan harapan hidup sekitar beberapa minggu sampai bulan.
Keluhan yang paling sering adalah berkurangnya selera makan, penurunan berat
badan, nyeri di perut kanan atas dan mata tampak kuning.
Pemeriksaan Alfa Feto Protein (AFP) sangat berguna untuk menegakkan
diagnosis penyakit hepatoma ini. Penggunaan ultrasonografi ( USG ), Computed
Tomographic Scanning (CT Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI) penting
untuk menegakkan diagnosis dan mengetahui ukuran tumor. Komplikasi yang
sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas,
ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal.
Beberapa sistem klasifikasi telah diciptakan untuk menentukan prognosis
daripada penderita karsinoma hepatoseluler. Sistem klasifikasi tersebut tidak
hanya berguna dalam menentukan prognosis penderita namun juga derajat
kerusakan hepatoseluler, yang diketahui menjadi salah satu faktor yang
berhubungan dengan harapan hidup penderita.
Pada
penderita
KHS
pengobatan
yang
paling
penting
adalah
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
-
Nama lengkap
: Ny. M
Umur
: 67 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl. Patimura
Pekerjaan
:IRT
Suku bangsa
: Tolaki
No. RM
: 39 36 86
Ruangan
Tgl Masuk RS
: 20 Mei 2014
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Anamnesis Terpimpin :
Pasien baru masuk dengan keluhan nyeri perut kanan atas yang dirasakan
sejak 2 bulan yang lalu, nyeri menjalar sampai keulu hati dan dirasakan pasien
tembus belakang, mual (+), muntah 1 kali sebelum masuk rumah sakit. Buang air
kecil lancar, berak-berak encer sejak 2 minggu yang lalu sebelum masuk rumah
sakit, dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari, bercampur lendir (+), tidak
berampas, darah segar (+), pasien sempat mengonsumsi obat berak-berak encer
yang didapatkan pasien dari puskesmas namun tidak ada perubahan. Pasien juga
mengeluh sejak sakit nafsu makan menurun.
Riwayat berobat dirumah sakit korem sekitar 1 minggu yang lalu, dengan
keluhan yang sama. Pasien dirawat sekitar 3 hari lalu diperbolahkan pulang
karena kondisi pasien telah membaik.
Riwayat penyakit dahulu : pasien baru pertama kali merasakan keluhan
seperti ini. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang
mengalami keluhan yang sama oleh pasien saat ini.
C. STATUS PRESENT
Laporan Kasus Besar
Asriani Asrun
KU
: lemah,pucat
TB
: 155 cm
BB
: 58 kg
IMT
: 24.16 Kg/m2
Kesadaran
: Compos mentis
D. TANDA VITAL
-
Nadi
: 88x/menit
Pernapasan
Suhu
: 36,7 0C/axillar
E. PEMERIKSAAN FISIS
1. Kepala :
- Ekspresi
: (-)
- Rambut
2. Mata :
- Eksoptalmus/ Enoptalmus
: (-)
- Kelopak mata
- Konjungtiva
: Anemis (+/+)
- Sklera
: Ikterus (-)
- Kornea
- Pupil
3. Hidung :
- Perdarahan
: (-)
- Sekret
: (-)
4. Telinga :
- Tophi
: (-)
- Pendengaran
: normal
: (-)
- Gigi geligi
: Caries (+)
- Gusi
: Perdarahan (-)
- Tonsil
- Pharynx
: Hiperemis (-)
- Bibir
6. Leher :
- Kelenjar getah bening : Tidak terdapat pembesaran kelenjar
- Kelenjar gondok
: Tanpa pembesaran
- JVP
: Normal
- Pembuluh darah
- Kaku kuduk
: Tidak ada
- Tumor
: Tidak ditemukan
7. Thoraks :
-
Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
8. Jantung:
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
- Bunyi tambahan
: Bising (-)
9. Abdomen:
Laporan Kasus Besar
Asriani Asrun
- Inspeksi
- Palpasi
: pekak
Punggung :
Inspeksi
Nyeri ketok
: Tidak ada
Auskultasi
: Normal
Gerakan
: Normal
11.
Ekstremitas:
Interpretasi
Hasil
Nilai rujukan
WBC
15,43
4,00-10,0
RBC
3,09
4.5-5.1
HGB
8,4
12.3-15.3 g/dL
HCT
25.3
36-45 %
MCV
68,6
80-96 fL
MCH
22,8
28-33 pg
MCHC
33,5
31,5-35,0
PLT
695
150-400
NEUT
12,66
52,0-75,0
LYMPH
1,17
7.6%
MONO
1,43
2,00-8,00
EO
0,13
1,00-3,00
BASO
0,04
0,00-0,10
G. RESUME
Perempuan usia 67 tahun masuk rumah nyeri dengan keluhan nyeri perut
kanan atas dialami sejak 2 minggu yang lalu, nyeri dirasakan menjalar keulu
hati dan tembus belakang,
Pemeriksaan darah rutin : Hb= 8,4 g/dl () ; WBC = 15,43 () ; PLT = 695
(), MCV = 68,65 fL (); MCH=22,8 pg ().
H. DIAGNOSA
I.
Hepatoma
Hematoskezia
RENCANA PEMERIKSAAN
-
CT- Scan
J.
TERAPI
1. Terapi non-farmakologis
-
Tirah baring
2. Terapi farmakologis
R/
-
Paracetamol 3x500 mg
K. PROGNOSIS
-
Ad Vitam
: Dubia et malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker yang timbul
dari hati. Ia juga dikenal sebagai
pembuluh
pembuluh
darah,
dan
sel-sel
penyimpan
lemak).
setelah dua tiga dasawarsa. Pada semua populasi, kasus HCC pada laki-laki jauh
lebih banyak dibandingkan kasus HCC pada wanita.
3. FAKTOR RISIKO
Telah dibicarakan berbagai faktor yang berkaitan dengan karsinoma
hepatoseluler antara lain infeksi HBV atau HCV, penyakit hati alkoholik dan yang
cukup seringperlemakan hati nonalkohol. Penyebab lain yang cukup jarang seperti
hemokromatosis herediter, defisiensi alpha1-antitrypsin, autoimun hepatitis dan
penyakit Wilson. Distribusi dari faktor resiko ini sangat bervariasi diantara pasien
dengan karsinoma hepatoseluler, tergantung wilayah geografi, ras atau etnik.
Umumnya faktor resiko ini mengarah ke terbentuknya sirosis, yang terjadi pada
80-90% pasien dengan hepatoseluler karsinoma.
-
10
nekroinflamasi sel hati, atau akibat dipicu oleh ekspresi suatu berlebihan beberapa
gen yang berubah akibat HBV. Koinsidensi infeksi HBV dengan pajanan agen
onkogenik lain seperti aflatoksin dapat menyebabkan terjadinya KHS tanpa
melalui terjadinya sirosis hati (KHS pada hati non sirotik). Transaktivasi beberapa
promoter seluler atau viral tertentu oleh gen x HBV (HBx) dapat mengakibatkan
terjadinya KHS.
-
menunjukkan
bahwa
infeksi
HCV
berperan
penting
dalam
pathogenesis KHS pada pasien yang bukan pengidap HBV. Pada kelompok pasien
yang buka penyakit hati yang mendapat tranfusi darah dengan anti HVC positif ,
interval pada saat tranfusi hingga terjadinya KHS dapat mencapai 29 tahun.
Hepatokarsinogenesis akibat infeksi HCV diduga melalui aktivitas nekroinflamasi
kronik dan sirosis hati.
-
Sirosis Hepatis
11
Aflatoksin
Aflatoksin
B1
(AFB1)
merupakan
mikotoksin
yang
diproduksi
Obesitas
Diabetes Melitus
Alkohol
12
13
Kanker disebabkan proliferasi sel yang tidak terkontrol. Kanker akan muncul
bila DNA sel normal mengalami kerusakan sehingga menyebabkan mutasi
genetik. Fungsi hati sebagai penyaring racun dan sampah lainnya dalam darah
menjadikannya sangat penting. Akan tetapi, bila kanker menyerang hati, hati
tidak mempunyai kemampuan tersebut.
Proses carsinogenis
kanker mulai
dari tahapan inisiasi sampai pada progresivitas pertumbuhan sel kanker. Tahap
Laporan Kasus Besar
Asriani Asrun
14
Metastasis
Sel normal dapat berubah menjadi sel kanker disebabkan karena ekspresi
onkogen. Onkogen berasal dari proto onkogen yang berperan dalam aktivitas
pertumbuhan sel eukariotik normal yang bermutasi. Jika onkogen aktif maka
sel akan mengalami perubahan pertumbuhan yang tidak terkendali.
-
Mekanisme
karsinogenis
HCC
(hepatocellular
carcinoma)
belum
15
dan sirosis). Dilaporkan bahwa HBV dan mungkin juga HCV dalam keadaan
tertentu juga berperan langsung pada patogenesis molekular HCC. Aflatoksin
dapat menginduksi mutasi pada gen supresor tumor p53 dan ini menunjukkan
bahwa faktor lingkungan juga berperan pada tingkat molekular untuk
berlangsungnya proses hepato karsinogenesis.
Hilangnya
heterozigositas
juga
dihubungkan dengan inaktivasi gen supresor tumor. LOH atau delesi alelik
adalah hilangnya satu salinan (kopi) dari bagian tertentu suatu genom. Pada
manusia, LOH dapat terjadi di banyak bagian kromosom. Infeksi HBV
dihubungkan dengan kelainan di kromosom 17 atau pada lokasi di dekat gen
p53. Pada kasus HCC, lokasi insersional non-selektif. Integrasi acap kali
menyebabkan terjadinya beberapa perubahan dan selanjutnya mengakibatkan
proses translokasi, duplikasi terbalik, penghapusan (delesi) dan rekombinasi.
Semua perubahan ini dapat berakibat hilangnya gen-gen supresi tumor maupun
gen-gen selular penting lainnya. Dengan analisis southern blot, potongan
(sekuen) HBV yang telah terintegrasi ditemukan di dalam jaringan tumor/HCC,
tidak ditemukan di luar jaringan tumor. Produk gen X dari HBV, lazim disebut
HBx dapat berfungsi sebagai transaktivator trannskripsional dari berbagai gen
seluler yang berhubungan dengan kontrol pertumbuhan. Ini menimbulkan
hipotesis bahwa HBx mungkin terlibat pada hepatokarsinogenesis oleh HBV.
Di wilayah endemik HBV ditemukan hubungan yang bersifat dosedependent antara pejanan AFB1 dalam diet dengan mutasi pada kodon 249 dari
p53. Mutasi ini spesifik untuk HCC dan tidak memerlukan integrasi HBV ke
dalam DNA tumor. Mutasi gen p53 terjadi pada sekitar 30% kasus HCC di
dunia, dengan frekuensi dan tipe mutasi yang berbeda menurut wilayah
geografik dan etiologi tumornya.
Infeksi kronik HCV dapat berujung pada HCC setelah berlangsung
puluhan tahun dan umumnya didahului oleh terjadinya sirosis. Ini
16
menunjukkan peranan penting dari proses cedera hati kronik diikuti oleh
regenerasi dan sirosis pada proses hepatokarsinogenesis oleh HCV.
Selain yang disebutkan di atas, mekanisme karsinogenesis HCC juga
dikaitkan dengan peran dari telomerase, insulin-like growth endothelial (IGFs)
dan insulin receptor substrate (IRS1). Untuk proliferasi HCC yang diduga
berperan penting adalah vascular endothelial growth factor (VEGF) dan basic
fibroblast growth factor (bEFG), berkat peran keduanya pada proses
angiogenesis.
5. GAMBARAN KLINIS
Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, dan banyak tanpa
keluhan. Lebih dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita
yang sudah ada kanker yang besar sampai 10 cm pun tidak merasakan apa-apa,
berikut gejala yang ditemukan pada fase klinis yaitu :
Perut kembung timbul karena massa tumor sangat besar dan gangguan
fungsi hati.
Anoreksia : timbul karena fungsi hati terganggu, tumor mendesak saluran
gastrointestinal.
Letih, berat badan menurun : dapat disebabkan metabolit dari tumor ganas
dan berkurangnya masukan makanan.
Laporan Kasus Besar
Asriani Asrun
17
Demam : timbul karena nekrosis tumor, disertai infeksi dan metabolit tumor,
umumnya tidak disertai menggigil.
Icterus : tampil sebagai kuningnya sklera dan kulit, biasanya sudah stadium
lanjut, juga karena sumbat kanker di saluran empedu atau tumor mendesak
saluran hingga timbul icterus.
Ascites juga merupakan stadium lanjut, secara klinis ditemukan perut
membuncit sering disertai odeme di kedua tungkai.
Lainnya : selain itu terdapat kecenderungan perdarahan, diare, nyeri bahu
belakang, kulit gatal dan lainnya, manifestasi sirosis hati seperti
splenomegali, venodilatasi dinding abdomen. Pada stadium akhir sering
timbul metastase paru, tulang, dan organ lain.
6. STADIUM PENYAKIT
-
Stadium I :
18
atau vena cava inferior atau adanya metastase keluar dari hati
(extra hepatic metastase).
7. DIAGNOSIS
Penegakkan diagnosa penderita karsinoma hepatoseluler dilakukan secara
sistemik yang dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Adapun kriteria diagnosa HCC menurut PPHI Perhimpunan Peneliti
Hati Indonesia), yaitu:
1) Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.
2) AFP (Alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.
3)
19
perut ada pula keluhan seperti benjolan di perut kanan atas tanpa atau
dengan nyeri, perut membuncit karena adanya asites. Keluhan yang paling
umum yaitu merasa badan semakin lemah, anoreksia,dll.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang paling sering dijumpai antara lain
hepatomegali dengan atau tanpa bruit hepatik, splenomegali, asites atau
ikterus.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Alphafetoprotein
Sensitivitas Alphafetoprotein (AFP) untuk mendiagnosa karsinoma
hepatoseluler 60% 70%, artinya hanya pada 60% 70% saja dari penderita
kanker hati ini
bila ada pasien yang diperiksa darahnya dijumpai AFP yang tinggi, belum bisa
dipastikan hanya mempunyai kanker
pada keadaan bukan kanker hati seperti pada sirrhosis hati dan hepatitis kronik,
kanker testis, dan terratoma.
-
terutama ditujukan untuk menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada
pemeriksaan radiologi
hepatoma. Tindakan biopsi aspirasi yang dilakukan oleh ahli patologi anatomi
ini hendaknya dipandu oleh seorang
ahli
radiologi
dengan
sehingga
menggunakan
hasil
yang
diperoleh akurat.
Cara melakukan biopsi dengan
dapat terlihat jelas pada layar televisi berikut dengan jarum biopsi yang berjalan
Laporan Kasus Besar
Asriani Asrun
20
persis menuju tumor, sehingga jelaslah hasil yang diperoleh mempunyai nilai
diagnostik dan akurasi yang tinggi karena benar jaringan tumor ini yang diambil
oleh jarum biopsi itu dan bukanlah jaringan sehat di sekitar tumor.
-
Gambaran Radiologi
Pesatnya kemajuan teknologi dan komputer membawa serta juga kemajuan
kanker hati
ini
dan
(CT Scann),
(MRI),
Angiography,
menggunakan
radio isotop. Pemilihan alat mana saja yang akan digunakan apakah dengan satu
alat sudah cukup atau memang perlu digunakan beberapa alat yang dipilih dari
sederetan alat-alat ini dapat disesuaikan dengan kondisi penderita.
9. SISTEM STAGING
Dalam staging klinis Karsinoma hepatoseluler terdapat pemilahan pasien
atas kelompok-kelompok yang prognosisnya berbeda, berdasarkan parameter
klinis, biokimiawi dan radiologis pilihan yang tersedia. Sistem staging yang ideal
seharusnya juga mencamtumkan penilaian ekstensi tumor,derajat gangguan fungsi
hati,keadaan umum pasien serta keefektifan terapi.
Sebagian besar pasien karsinoma hepatoseluler adalah penderita sirosis
yang juga mengurangi harapan hidup. Sistem yang banyak digunakan untuk
menilai status fungsional hati dan prediksi prognosis pasien sirosis hati adalah
system klasifikasi Child Turcotte Pugh. Beberapa system yang diapakai untuk
staging karsinoma hepatoseluler adalah :
Laporan Kasus Besar
Asriani Asrun
21
22
23
10. PENATALAKSANAAN
Karena
sirosis
hati
yang
melatarbelakanginya
serta
seringnya
multinodularitas, resektabilitas KHS sangat rendah. Di samping itu kanker ini juga
sering kambuh meskipun sudah menjalani reseksi bedah kuratif. Pilihan terapi
ditetapkan berdasarkan atas ada tidaknya sirosis, jumlah dan ukuran tumor, serta
derajat pemburukan hepatik.Pada KHS stadium dini, sebelum timbul vaskular
yang dominan, bedah merupakan terapi pilihan. Tetapi, jika sudah timbul
vaskularisasi yang dominan, terapi kombinasi di antara bedah, ablasi, dan kemo
dapat merupakan pilihan. Sedangkan pada tahap menengah lanjut, digunakan
terapi transarterial chemoembolisation (TACE).TACE adalah teknik pemberian
kemo dan embolan yang dicampur secara homogen, kemudian dihantarkan ke
tumor melalui katerisasi arteria yang memberikan darahnya langsung pada massa
tumornya. Dengan demikian, terapi lebih efektif serta efisien, dan dengan efek
samping sistemik yang relatif minimal.
-
Reseksi Hepatik
24
Transplantasi Hati
Destruksi sel neoplastik dapat dicapai dengan bahan kimia (alkohol, asam
asetat) atau dengan memodifikasi suhunya (radiofrucuency mikrowave, laser, dan
cryoablation). Injeksi etanol perkutan (PEI) merupakan teknik terpilih untuk
tumor kecil efikasinya tinggi, efek sampingnya rendah serta relatif murah. Dasar
kerjanya adalah menimbulkan dehidrasi, nekrosis, okulsi vaskular dan fibrosis.
Untuk tumor kecil (diameter < 5 cm) pada pasien sirosis hepatis, kesintasan 5
Laporan Kasus Besar
Asriani Asrun
25
tahun dapat mencapao 50 %. PEI bermanfaat untuk pasien dengan tumor kecil
namun resektabilitasnya terbatas karena adanya sirosis hepatis non-child-A.
Radiofrequency ablastion (RFA) menunjukkan angka keberhasilan yang
tinggi daripada PEI dan efikasinya tertinggi untuk tumor yang kebih besar dari 3
cm, namun tetap tidak berpengaruh terhadap harapan hidup pasien, selain itu RFA
lebih mahal dan efek sampingnya lebih banyak dibanding dengan PEI.
Guna mencegah terjadinya rekurensi tumor asam poliprenoik (polyprenoic
acid) selama 12 bulan dilaporkan dapat menurunkan angka rekurensi pada bulan
ke-38 secara bermakna dibandingkan dengan kelompok plasebo (kelompk plasebo
49%, kelompok terapi PEI atau reseksi kuratif 22%)
-
Terapi Paliatif
26
Karsinoma hepatoseluler adalah suatu tumor ganas primer pada hati yang
paling sering ditemukan. Faktor risiko karsinoma hepatoseluler adalah infeksi
hepatitis B, infeksi hepatitis C, alkohol, aflatoxin B1, dan sirosis. Gejala klinis
karsinoma hepatoseluler adalah sakit perut, rasa penuh, bengkak di perut kanan,
nafsu makan berkurang dan rasa lemas.
Sebagian besar HCC terjadi pada sirosis hepatis yang disebabkan oleh
faktor risiko yang sudah dikenal dan dapat dicegah (HBV,HCV,alkohol,dan
NASH). Infeksi HBV dan HCV adalah penyebab terpenting HCC. Sebagian besar
kasus HCC berprognosis buruk karena tumor yang besar/ganda dan penyakit hati
yang lanjut serta ketiadaan atau ketidak mampuan penerapan terapi yang
berpotensi kuratif.
Diagnosis karsinoma hepatoseluler ditegakkan bila ditemui dua atau lebih
dari lima kriteria atau hanya satu yaitu kriteria empat atau lima dari PPHI.
Pemeriksaan karsinoma hepatoseluler terdiri dari laboratorium, biopsi, radiologi
imaging berupa USG, CT Scan, dan MRI. Pengobatan karsinoma hepatoseluler
meliputi tindakan bedah hati, transplantasi hati, tindakan non bedah hati seperti
injeksi lokal dan kemoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
27
2009,
Hepatocellular
Carcinoma,
diambil
dari
Richard
et
al.,
1989,
Liver
Cancer,
diambil
dari
28