1102013290
SKENARIO 2 - GIT
LI 1 Memahami dan Menjelaskan tentang Hepar
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Hepar
Organ / kelenjar terbesar, intraperitoneum
Berbentuk sebagai suatu pyramida tiga sisi dengan dasar menunjuk kekanan dan puncak
menunjuk kekiri.
Normal hepar tidak melewati arcus costarum. Pada inspirasi dalam kadang-kadang dapat
teraba. Menyilang arcus costarum dextra pada sela iga 8 dan 9, margo inferior menyilang
di tengah.
Proyeksi antara iga 4 9.
Hepar dibagi dalam 2 lobus yaitu lobus dexter dan sinister.
Batas antara lobus dexter dan sinister ialah pada tempat perlekatan lig. falciforme.
Pada facies visceralis batas antara kedua lobi ialah fossa sagitalis sinistra, dan lobus
dexter dibagi oleh fossa sagitalis dextra menjadi kanan dan kiri.
Bagian kiri dibagi oleh porta hepatis dalam lobus caudatus terletak dorsocranial dan
lobus quadratus ventrocaudal.
Lobus caudatus pada tepi caudoventral mempunyai dua processus yaitu processus
caudatus dan processus papilaris.
Ligamentum teres hepatis, adalah v. umbilicalis dextra yang telah mengalami obliterasi,
berjalan dari umbilicus ke ramus sinister venae portae.
Ligamentum venosum, adalah ductus venosum yang telah mengalami obliterasi,
berjalan di bagian cranial fossa sagitalis sinistra dari ramus sinister v. portae, pad tempat
lig. teres hepatis mencapai vena ini, ke vena hepatica sinistra.
V. portae : dibentuk oleh V. mesenterica superior dan V. Lienalis
Sumber : http://medicapharm.com/hepatitis.html
2
Persarafan Hepar
Persyarafan ini termasuk serabut-serabut simpatis yang berasal dari plexus
coeliacus dan serabut-serabut parasimpatis dari nervus vagus dextra dan sinistra.
Nervus Vagus Sinistra
- Menembus diafragma di depan esofagus
- Mengikuti a.gastrica khusus menginervasi hepar
Nervus Vagus Dekstra
- Menembus diafragma di belakang esofagus
- Menuju langsung ke pangkal truncus coeliacus dan plexus
coeliacus dan menginervasi
Intestinum crassum dan tenue
Gaster
2/3 colon transversum
Lien dan pancreas
Hepar
Aliran limfe hati
Limf dibentuk didalam ruang perisinusoid Disse
Terdapat pembuluh limf pada trigonum portal, dikumpulkan pada saluran limf
yang lebih besar dan meninggalkan hepar pada porta hepatis sebagai saluran
limg pengumpul
Limf hepatik mengandung protein plasma yang lebih tinggi daripada limf
ditempat lain
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Hepar
Sumber : http://histologyatlas.wisc.edu/slides/163
Secara mikroskopik terdiri dari Capsula Glisson dan lobulus hepar. Lobulus hepar dibagibagi menjadi:
Lobulus klasik
Lobulus portal
Asinus hepar
6
Lobulus-lobulus itu terdiri dari Sel hepatosit dan sinusoid. Sinusoid memiliki sel endotelial
yang terdiri dari sel endotelial, sel kupffer, dan sel fat storing.
Lobulus hepar:
a. Lobulus klasik:
Berbentuk prisma dengan 6 sudut.
Dibentuk oleh sel hepar yang tersusun radier disertai sinusoid.
Pusat lobulus ini adalah v.Sentralis
Sudut lobulus ini adalah portal area (segitiga kiernann), yang pada
segitiga/trigonum kiernan ini ditemukan:
o Cabang a. hepatica
o Cabang v. porta
o Cabang duktus biliaris
o Kapiler lymphe
b. Lobulus portal:
Diusulkan oleh Mall cs (lobulus ini disebut juga lobulus Mall cs)
Berbentuk segitiga
Pusat lobulus ini adalah trigonum Kiernann
Sudut lobulus ini adalah v. sentralis
c. Asinus hepar:
Diusulkan oleh Rappaport cs (lobulus ini disebut juga lobulus rappaport cs)
Berbentuk rhomboid
Terbagi menjadi 3 area
Pusat lobulus ini adalah sepanjang portal area
Sudut lobulus ini adalah v. sentralis
Mikroskopi sel hepatosit:
Berbentuk kuboid
Tersusun radier
Inti sel bulat dan letaknya sentral
Sitoplasma:
o Mengandung eosinofil
o Mitokondria banyak
o Retikulum Endoplasma kasar dan banyak
o Apparatus Golgi bertumpuk-tumpuk
Batas sel hepatosit :
o Berbatasan dengan kanalikuli bilaris
o Berbatasan dengan ruang sinusoid
o Berbatasan antara sel hepatosit lainnya
Mikroskopi sinusoid:
Ruangan yang berbentuk irregular
Ukurannya lebih besar dari kapiler
Mempunyai dinding seluler yaitu kapiler yang diskontinu
Dinding sinusoid dibentuk oleh sel hepatosit dan sel endotelial
7
Ruang Disse (perivascular space) merupakan ruangan antara dinding sinusoid dengan
sel parenkim hati, yang fungsinya sebagai tempat aliran lymphe
1. Enzim dan komponen struktural sel (DNA/RNA inti, basa purin dan pirimidin,
ribosom, kolagen, protein kontraktil otot).
2. Selain itu, sintesis protein digunakan dalam pembentukan protein serum (albumin,
globulin, globulin kecuali globulin)
3. Factor pembekuan darah I, II, V, VII, VIII, IX, dan X; vitamin K digunakan sebagai
kofaktor pada sintesi ini kecuali factor V)
4. Hormon (tiroksin, epinefrin, insulin)
5. Neurotransmiter, kreatin fosfat, heme pada hemoglobin dan sitokrom, pigmen kulit
melanin.
Penguraian protein terjadi ketika asam amino plasma turun dibawah ambang batas. Ketika
tidak ada lagi asam amino yang disimpan sebagai protein, maka hati melakukan deaminasi
asam amino dan menggunakannya sebagai sumber energi atau mengubahnya menjadi
glukosa, glikogen atau asam lemak. Selama deaminasi asam amino, terjadi pelepasan amonia
yang hampir seluruhnya diubah di hati menjadi urea yang kemudian diekskresikan lewat
ginjal. Selain hati, ginjal dan mukosa usus ikut berperan sebagai tempat penyimpanan
protein.
3. Biotransformasi Amonia
Amonia adalah suatu produk sampingan penguraian protein. Sebelum rangka karbon pada
asam amino dioksidasi, nitrogen terlebih dahulu harus dikeluarkan. Nitrogen asam amino
membentuk ammonia. Amonia ditransformasikan menjadi urea (sifatnya yang larut dalam
urin) di hati dan diekskresikan dalam urin. Tanpa fungsi hati ini, terjadi penimbunan amonia
(bersifat toksik) yang bisa menyebabkan disfungi saraf, koma, dan kematian. Walaupun urea
adalah produk ekskresi nitrogen yang utama, nitrogen juga dibentuk menjadi senyawa lain,
asam urat (produk penguraian basa purin), keratin (dari kreatin fosfat), ammonia (dari
glutamine). Semua senyawa ini, selain lewat urin, juga dikeluarkan melalui feses dan kulit.
4. Metabolisme asam lemak
Hampir semua pencernaan lemak melewati saluran limfe sebagai kilomikron (gabungan dari
trigliserida (TG), kolesterol, fosfolipid (FL) dan lipoprotein (LP)). Kilomikron masuk ke
pembuluh darah melalui duktus torasikus. TG kemudian diubah menjadi asam lemak dan
gliserol oleh enzim-enzim di dinding kapiler, terutama kapiler hati dan jaringan adiposa. Dari
kapiler, asam lemak dan gliserol dapat masuk ke sebagian besar sel. Setelah itu memasuki
hati dan sel lain menjadi TG kembali. TG disimpan sampai stadium pasca-absortif. Pada saat
ini, TG diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Hormon glukagon, kortisol, hormon
pertumbuhan dan katekolamin berfungsi sebagai sinyal untuk menguraikan TG. Gliserol dan
asam lemak bebas masuk ke siklus kreb untuk menghasilkan ATP. Sebagian tidak masuk
siklus kreb tapi digunakan hati membentuk glukosa. Hal inilah yang dapat menyebabkan
timbunan keton apabila penguraian TG secara berlebih. Otak tidak dapat memanfaatkan TG
sebagai sumber energi secara langsung kecuali melalui glukoneogenesis.
Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan
katabolisis asam lemak
Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :
1 Senyawa 4 karbon KETON BODIES
2 Senyawa 2 karbon ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol)
3 Pembentukan cholesterol
4 Pembentukan dan pemecahan fosfolipid
Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol
Serum Cholesterol standar pemeriksaan metabolisme lipid
10
Metabolisme Kolesterol
Hati memetabolisme sebagian kolesterol yang terdapat didalam misel menjadi garam-garam
empedu. Sisa kolesterol lainnya disalurkan ke darah, berikatan dengan FL sebagai LP. LP
mengangkut kolesterol ke semua sel untuk membentuk membran sel, struktur intrasel, dan
hormon steroid. Tingginya kadar LDL (Low Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low
Density Lipoprotein) menandakan hati menangani kolesterol dalam jumlah besar. LDL dan
VLDL bisa merusak sel, terutama pada epitel pembuluh darah dengan membebaskan radikal
bebas dan elektron berenergi tinggi selama metabolismenya. HDL (High Density
Lipoprotein) mengangkut kolesterol dari sel ke hati dan bersifat protektif terhadap penyakit
arteri. Peranan utama pada sintesis kolesterol oleh hati, sebagian besar diekskresi dalam
empedu sebagai kolesterol dan asam kolat.
a
Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan
hormonal
Aliran darah berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari, shock
Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah
Komposisi Empedu
Komponen
Air
Dari Hati
97,5 gm %
Garam Empedu
Bilirubin
Kolesterol
Asam Lemak
Lecithin
Elektrolit
1,1
0,04
0,1
0,12
0,04
-
gm %
gm %
gm %
gm %
gm %
6
0,3
0,3 0,9
0,3 1,2
0,3
-
gm %
gm %
gm %
gm %
gm %
Garam Empedu
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada dua macam yaitu : Asam
Deoxycholat dan Asam Cholat. Fungsi garam empedu adalah:
Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang terdapat dalam makanan,
sehingga partikel lemak yang besar dapat dipecah menjadi partikel-partikel kecil untuk
dapat dicerna lebih lanjut.
Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol dan vitamin yang larut dalam
lemak.
Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-kuman usus
dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar (90 %) garam empedu dalam
lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa usus sedangkan sisanya akan dikeluarkan
bersama feses dalam bentuk lithocholat. Absorbsi garam empedu tersebut terjadi disegmen
distal dari ilium. Sehingga bila ada gangguan pada daerah tersebut misalnya oleh karena
radang atau reseksi maka absorbsi garam empedu akan terganggu.
EMPEDU SECARA TERUS-MENERUS DISEKRESIKAN OLEH HATI DAN
DIALIHKAN KE KANDUNG EMPEDU DI ANTARA WAKTU MAKAN
Lubang duktus biliaris ke dalam duodenum dijaga oleh sfingter Oddi, yang mencegah
empedu masuk ke duodenum kecuali sewaktu pencernaan makanan. Ketika sfingter ini
tertutup, sebagian besar empedu yang disekresikan oleh hati dialihkan balik ke dalam
kandung empedu. Empedu kemudian disimpan dan dipekatkan di kandung empedu di antara
waktu makan. Setelah makan, empedu masuk ke duodenum akibat efek kombinasi
pengosongan kandung empedu dan peningkatan sekresi empedu hati. Jumlah empedu yang
disekresikan per hari berkisar dari 250 ml sampai 1 liter, bergantung pada derajat
perangsangan.
GARAM EMPEDU DIDAUR ULANG MELALUI SIRKULASI ENTEROHEPATIK
Empedu mengandung beberapa konstituen organic, yaitu garam empedu, kolesterol,
lesitin dan bilirubin (semua berasal dari aktivitas hepatosit) dalam suatu cairan encer alkalis
(ditambahkan oleh sel duktus) serupa dengan sekresi NaHCO3 pankreas. Meskipun empedu
tidak mengandung enzim pencernaan apapun namun bahan ini penting dalam pencernaan dan
penyerapan lemak, terutama melalui aktivitas garam empedu.
Garam empedu adalah turunan kolestreol. Garam-garam ini secara aktif disekresikan ke
dalam empedu dan akhirnya masuk ke duodenum bersama dengan konstituen empedu
lainnya. Setelah itu ikut serta dalam pencernaan dan penyerapan lemak, sebagian besar garam
empedu diserap kembali ke dalam darah oleh mekanisme transport aktif khusus yang terletak
di ileum terminal. Dari sini garam empedu dikembalikan ke system porta hati, yang
mensekresikannya ke dalam empedu. Daur ulang garam empedu ini (dan sebagian dari
konstituen empedu lainnya) antara usus halus dan hati disebut sirkulasi enterohepatik.
Jumlah total garam empedu di tubuh adalah sekitar 3 sampai 4 gr, namun dalam satu kali
makan mungkin dikeluarkan 3-15 gr garam empedu ke dalam duodenum. Garam empedu
haru di daur ulang beberapa hari sekali. Biasanya hanya sekitar 5% dari empedu yang
disekresikan keluar dari tubuh melalui tinja setiap hari. Kehilangan garam empedu ini diganti
13
oleh pembentukan garam empedu baru oleh hati, dengan demikian jumlah total garam
empedu dijaga konstan.
GARAM EMPEDU MEMBANTU PENCERNAAN DAN PENYERAPAN LEMAK
Garam empedu membantu pencernaan lemak melalui efek deterjennya (emulsifikasi) dan
mempermudah penyerapan lemak dengan ikut serta dalam pembentukan micelle. Kedua
fungsi berkaitan dengan struktur garam empedu.
Efek Deterjen Garam Empedu
Efek deterjen adalah kemampuan gaam empedu untuk mengubah globules (gumpalan)
lemak besar menjadi emulsi lemak yang terdiri dari banyak tetesan/butiran lemak dengan
garis tengah masing-masing 1mm yang membentuk suspense di dalam kimus cair sehingga
luas permukaan yang tersedia untuk tempat lipase pancreas bekerja bertambah. Gumpalan
lemak, berapapun ukurannya, terutama terdiri dari molekul trigliserida yang belum tercerna.
Untuk mencerna lemak, lipase harus berkontak langsung dengan molekul trigliserida. Karena
tidak larut dalam air maka trigliserida cenderung menggumpal menjadi butir-butir besar
dalam lingkungan usus halus yang banyak mengandung air. Jika garam empedu tidak
mengemulsifikasi gumpalan besar lemak ini, maka lipase dapat bekerja hanya pada
permukaan gumpalan besar tersebut dan pencernaan lemak akan sangat lama.
Molekul garam empedu mengandung bagian yang larut lemak (suatu steroid yang berasal
dai kolestrol) plus bagian larut air yang bermuatan nogatif. Garam empedu terserap di
permukaan butiran lemak : yaitu, bagian larut lemak garam empedu larut dalam butiran
lemak, meninggalkan bagian larut air yang bermuatan menonjol dari permukaan lemak
tersebut. Gerakan mencampur oleh usus memecah-mecah butiran lemak besar menjadi
butiran-butiran yang lebihh kecil. Butiran-butiran kecil ini akan cepat bergabung kembali jika
tidak ada garam empedu yang terserap di permukaannya dan meciptakan selubung muatan
negative larut air di permukaan setiap butiran kecil. Karena muatan yang sama saling tolakmenolak, maka gugus-gugus bermuatan negative di permukaan butiran lemak menyebabkan
butiran tersebut saling menjaduh. Daya tolak listrik ini mencegah butir-butir kembali
bergabung membentuk gumpalan lemak besar sehingga menghasilkan emulsi lemak yang
meningkatkan permukaan yang tersedia untuk kerja lipase.
Meskipun garam empedu meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk diproses
oleh enzim lipase pancreas namun lipase saja tidak dapat menembus lapisan garam-garam
empedu yang terserap di permukaan butiran halus emulsi lemak. Untuk memecahkan
dilemma ini, pancreas mengeluarkan polipeptida kolipase bersama dengan lipase. Kolipase
berikatan dengan lipase dan garam empedu dipermukaan butiran lemak sehingga lipase
melekat ke tempat kerjanya.
Pembentukan Micelle
Garam empedu bersama dengan kolesterol dan lesitin, yang juga merupakan konstituen
empedu berperan penting dalam mempermudah penyerapan lemak melalui pembentukan
micelle. Seperti garam empedu, lesitin memiliki bagian yang larut lemak dan bagian yang
larut air, sementara kolesterol hanpir sama sekali tak larut dalam air. Dalam suatu micelle,
garam empedu dan lesitin bergumpal dalam kelompok-kelompok kecil dengan bagian larut
lemak menyatu di bagian tengah membentuk inti hidrofobik, sementara bagian larut air
membentuk selubung hidrofilik di sebelah luar. Micelle karena larut dalam air berkat
selubung hidrofiliknya, dapat melarutkan bahan tak larut air (dan karenanya larut lemak) di
bagian tengahnya. Karena itu micelle mrupakan wadah yang dapat digunakan untuk
mengangkut bahan-bahan tak larut air melalui isi lumen yang cair. Bahan larut lemak
terpenting yang diangkut di dalam micelle adalah produk-produk pencernaan lemak
14
(monogliserida dan asam lemak bebas) serta vitamin larut lemak, yang semuanya diangkut ke
tempat penyerapan dengan cara ini. Jika tidak menumpang di dalam micelle yang larut air ini,
berbagai nutrient ini akan mengapung di permukaan kimus dan tidak pernah mencapai
permukaan absorbtif usus halus.
Selain itu, kolesterol, suatu bahan yang sangat tidak larut air, larut dalam inti hidrofobik
micelle. Mekanisme ini penting dalam homeostatis kolestrol. Jumlah kolesterol yang dapat
diangkut dalam bentuk micelle bergantung pada jumlah relative garam empedu dan lesitin
dibandingkan dengan kolesterol.
tempat bahan ini disimpan dan dipekatkan , dengan air mengikuti secara osmotis,
menyebabkan konsentrasi konstituen-konstituen organic meningkatkan 5-10x lipat.
LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Metabolisme Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang merupakan bentuk akhir dari
pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi. Bilirubin berasal dari
katabolisme protein heme, dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari
penghancuran eritrosit yang imatur dan protein heme lainnya seperti mioglobin, sitokrom, katalase
dan peroksidase. Metabolisme bilirubin meliputi pembentukan bilirubin, transportasi bilirubin,
asupan bilirubin, konjugasi bilirubin, dan ekskresi bilirubin. Langkah oksidase pertama adalah
biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang
sebagian besar terdapat dalam sel hati, dan organ lain. Biliverdin yang larut dalam air kemudian akan
direduksi menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase. Bilirubin bersifat lipofilik dan terikat
dengan hidrogen serta pada pH normal bersifat tidak larut. Pembentukan bilirubin yang terjadi di
sistem retikuloendotelial, selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin.
Bilirubin yang terikat dengan albumin serum ini tidak larut dalam air dan kemudian akan
ditransportasikan ke sel hepar. Bilirubin yang terikat pada albumin bersifat nontoksik.
Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit, albumin akan
terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin, ditransfer melalui sel membran yang berikatan
dengan ligandin (protein Y), mungkin juga dengan protein ikatan sitotoksik lainnya. Berkurangnya
kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak terkonjugasi akan berpengaruh terhadap
pembentukan ikterus fisiologis.
Bilirubin yang tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang larut dalam
air di retikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine diphosphate glucoronosyl transferase
(UDPG-T). Bilirubin ini kemudian diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu. Sedangkan satu
molekul bilirubin yang tak terkonjugasi akan kembali ke retikulum endoplasmik untuk rekonjugasi
berikutnya. Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan diekskresikan ke dalam kandung
empedu, kemudian memasuki saluran cerna bilirubin di reduksi oleh flora normal (beta
glukoronidase) usus menjadi sekelompok senyawa tetraporol tak berwarna yang disebut urobilinogen
dan diekskresikan melalui feces. Setelah berada dalam usus halus, bilirubin yang terkonjugasi tidak
langsung dapat diresorbsi, kecuali dikonversikan kembali menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh
enzim beta-glukoronidase yang terdapat dalam usus. Resorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan
kembali ke hati untuk dikonjugasi disebut sirkulasi enterohepatik.
16
Sumber : https://www.ole.bris.ac.uk/bbcswebdav/institution/Faculty%20of
%20Medicine%20and%20Dentistry/MB%20ChB/Hippocrates%20Year
%203%20Medicine%20and%20Surgery/Abdomen%20-%20Jaundice%20core
%20topic/part_1__bilirubin_metabolism.html
dengan kurangnya air bersih, sanitasi yang tidak memadai dan kebersihan pribadi yang buruk.
(WHO 2012)
LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi
Terdapat enam virus hepatotropik yang utama :
Hepatitis A virus (HAV)
Hepatitis B virus (HBV)
Hepatitis C virus (HCV)
Hepatitis D virus (HDV)
Hepatitis E virus (HEV)
Hepatitis G virus (HGV)
Virus-virus tersebut berbeda pada karakteristik virologik, transmisi, keparahan, kemungkinan
terjadinya persistensi dan kemungkinan terjadinya karsinoma hepato-selular. HDV, juga
dikenal sebagai delta agent, merupakan virus cacat yang memerlukan HBV untuk menyebar
dan menimbulkan konfeksi dengan HBV atau superinfeksi pada karier HBsAg kronik
(hepatitis B surface antigen). Infeksi HBV, HCV dan HDV dapat menyebabkan hepatitis
kronik atau status karier hepatitis kronik yang dapat membantu penyebaran penyakit.
Penyebab dari 10-15% kasus hepatitis akut tidak diketahui.
(Marcdante, Karen J. et. al. 2011. NELSON Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Jakarta : Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI))
PENULARAN
Orang yang terinfeksi dapat menularkan virus ini kepada orang lain dari dua minggu
sebelum timbulnya gejala sampai seminggu setelah timbulnya penyakit kuning (kira-kira tiga
minggu secara keseluruhan). Jumlah virus yang besar ditemui dalam tinja orang yang
terinfeksi selama waktu penularan. Virus ini dapat hidup di lingkungan selama beberapa
minggu dengan keadaan yang benar (misalnya, dalam saliran).
Hepatitis A biasanya ditularkan sewaktu virus dari orang yang terinfeksi tertelan oleh orang
lain melalui:
o makan makanan tercemar
o minum air tercemar
o menyentuh lampin, seprai dan handuk yang dikotori tinja dari orang yang dapat
menularkan penyakit
o hubungan langsung (termasuk seksual) dengan orang yang terinfeksi.
Wabah hepatitis A yang dilaporkan telah dilacak ke:
o penularan dari seorang ke orang lain, termasuk di kalangan pria yang berhubungan
kelamin dengan pria
o air minum yang tercemar dengan saliran
o makan makanan yang telah dicemari saliran seperti kerang-kerangan
o makan makanan yang tercemar oleh pekerja makanan yang dapat menularkan
penyakit.
FAKTOR RISIKO
a. Kontak secara langsung
b. Institusi / Lembaga
18
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Hepatitis E
(http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinhepatitis.pdf Di Akese : 14 Mei 2015)
www.medcape.org
PATOFISIOLOGI
20
d. Masa konvalesen : dimana resolusi penyakit lambat, tetapi kesembuhan pasien dapat
tercapai. Hepatitis relaps terjadi 3-20% pada pasien 4-15minggu setelah gejala awal
terjadi.
e.
LO 3.8 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding
A. ANAMNESIS
B. PEMERIKSAAN FISIK
Ikterik
Hepatomegali , deskripsi pemeriksaannya : nyeri tekan, ukuran (berapa cm dari px
dan ac), tepi tajam --> hepatitis akut, tepi tak rata --> sirosis, hepatoma, tepi tumpul
--> hepatitis kronis, permukaan licin --> hepatitis, permukaan berbenjol --> hepatoma,
konsistensi lunak/kenyal --> akut, konsistensi keras --> ganas) .
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Untuk mengetahui fungsi hati dilakukan pemeriksaan tes fungsi hati dan untuk mengetahui
penyebab dan ada tidaknya virus hepatitis dalam tubuh dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan darah diantaranya:
1.
Hepatitis A : Anti-HAV danIgM Anti-HAV
2.
Hepatitis B : Hbs Ag, Anti-Hbs, Anti-Hbc, Hbe Ag, Anti-Hbe, dan
HBV-DNA kuantitatif
3.
Hepatitis C : Anti-HCV, IgM Anti-HCV, HCV-RNA kuantitatif,
HCV-RNA kualitatif, dan HCV-RNA typing
PEMERIKSAAN PENUNJANG
22
Beberapa pemeriksaan faal hati dan petanda virus yang sering dipergunakan untuk
mendiagnosa penyakit adalah :
1. SGOT / AST
2. SGPT / ALT
3. Urobilinogen
4. Bilirubin Urine
5. Bilirubin direk/indirek
6. Alkali fosfatase
7. Gamma GT
8. HBsAg&AntiHCV / IgM anti HAV
9. Serum Albumin
10. Prothrombine time
23
1.
2.
3.
1.
2.
3.
5. Hyperbilirubinemia.
Peningkatan bilirubin dapat disebabkan karena :
Peningkatan produksi.
Berkurangnya excresi bilirubin karena obstruksi saluran empedu
Berkurangnya metabolisme
Peningkatan produksi sebagai akibat obstructive liver disease
diikuti oleh
peningkatan Liver enzyme lainnya (alkaline phosphatase dan GGT ) .
Pada mechanical obstructive liver disease 50% darinya adalah conjugated bilirubin.
Normal serum bilirubin adalah 3 to 17 micromol/l.Jaundice dapat terdeteksi jika hasil diatas
40 micromol/l.
Dibutuhkan cahaya matahari untuk mendeteksi jaundice minimal. Hyperbilirubinemia
bisa menandakan penyakit hepatobilier atau hemolysis
Dapat dipakai sebagai petunjuk hepatobiliary diseases atau hemolysis.
Peningkatan ringan indirect hyperbilirubin ditemukan pada 10 % penderita Gilbertsyndrome.
Pada sekitar usia 30 th, 75 % penyebab hyperbilirubinemia adalah Hepatitis
Pada penderita diatas 60 th, 50% penyebabnya adalah extrahepatic obstruction ( gallstone,
pancreatic ca )
6. Serum Albumin
Hasil serum albumin yang rendah ,mencerminkan :
1. sintesis yang berkurang (poor nutrition atau hepatic dysfunction )
2. kehilangan protein / increased loss ( from kidney/ intestine )
Kadar serum albumin berhubungan dengan prognosa buruk pada penyakit liver akut.
Pada decompensated liver disease kadar albumin ini rendah.
7. Prothrombine Time
Pemeriksaan ini harus dikerjakan pada pasien dengan acute or chronic liver disease or
coagulopathy.
Menunjukkan fungsi sintesa vit K-dependent clotting factors. (II, VII, IX danX )
24
Alanin
Transaminase
(ALT)/SGPT
Aspartat
Transaminase
(AST)/SGOT
Bilirubin
Komponen
dari
cairan Obstruksi aliran empedu,
empedu yang dihasilkan oleh kerusakan
hati,
hati.
pemecahan sel darah
merah yang berlebihan.
Kerusakan
organ,
keracunan
obat,
penyalahgunaan alkohol,
penyakit pankreas.
Laktat
Dehidrogenase
(LDH)
Nukleotidase
Albumin
Fetoprotein
Antibodi
mitokondria
Protombin Time
Kadar Ammonia
C. HEPATITIS ALKOHOLIK
Meminum jumlah alcohol yang berlebihan selama bertahun-tahun dalam merusak
hepar, menjadikannya hepatitis. Kondisi ini biasanya tidak menyebabkan gejala dan
sering dideteksi dengan tes darah. Jika penderita hepatitis alkoholik tetap melanjutkan
meminum alcohol, ada risiko mereka akan terkana sirosis hepar dan kemungkinan gagal
ginjal.
D. HEPATITIS D
Disebabkan oleh virus hepatitis D, hanya terdapat pada penderita yang sudah
terinfeksi hepatitis B (butuh virus hepatitis B untuk dapat bertahan hidup di dalam tubuh).
Dapat meningkatkan timbulnya risiko sirosis. Sirosis sering terjadi pada seseorang
dengan hepatitis B kronik menjadi terinfeksi hepatitis D (superinfeksi). Jarang terkena
kedua virus bersamaan (koinfeksi).
E. HEPATITIS E
Disebabkan oleh virus hepatitis E, biasanya infeksi bersifat ringan dan jangka pendek.
Didapat dari memasukkan sesuatu ke dalam mulut yang telah terkontaminasi dengan
feses penderita hepatitis E. transmisi orang ke orang sangat jarang
F. HEPATITIS AUTOIMUN
Sangat jarang dan disebabkan karena hepatitis kronik (jangka panjang). Leukosit
menyerang hepar, dan menyebabkan inflamasi kronik dan kerusakan. Dapat
menyebabkan gagal hepar. Antara usia 15 dan 25, wanita berisiko terkana 3-4x daripada
pria. Tetapi, pada kelompok usia lanjut, risiko pria dan wanita sama besar. Gejala : lelah,
nyeri abdomen, sendi ngilu, jaundice, dan sirosis.treatmennya adalah yang dapat menekan
system imun dan menurunkan inflamasi (imunosupresan). Steroid (prednisolon) dapat
menurunkan pembengkakan dalam beberapa minggu, dan dapat digunakan untuk
mengontrol gejala.
Hasil Lab yang dapat ditemukan :
Peningkatan kadar serum aminotransferase (1.5-50 times reference values)
Peningkatan kadar serum immunoglobulin, primarily immunoglobulin G (IgG)
Peningkatan (rendah-sedang) serum bilirubin and alkaline phosphatase
Hasil Seropositive untuk antinuclear antibodies (ANAs), smooth-muscle antibodies
(SMAs), atau liver-kidney microsomal type 1 (LKM-1) atau antiliver cytosol 1 (antiLC1) antibodies
Hypoalbuminemia dan pemanjangan prothrombin time
http://pathmicro.med.sc.edu/virol/hepatitis-virus.htm
29
o Indikasi : sebagai analgesic dan antipiretik dengan aktivitas antiinflamasi yang lemah.
o Efek Samping : Angioedema, Disorientation, Dizziness, Pruritic maculopapular rash,
Rash, Stevens-Johnson syndrome, Toxic epidermal necrolysis, Urticaria,
Gastrointestinal hemorrhage, Laryngeal edema, Agranulocytosis, Leukopenia,
Neutropenia, Pancytopenia, Thrombocytopenia, Thrombocytopenic purpura,
Hepatotoxicity, Liver failure, Nephrotoxicity, Pneumonitis, Anaphylactoid
o Kontraindikasi : hipersensitivitas, hepatitis atau disfungsi hepar/renal, alkoholisme,
anemia, penyakit ginjal, jantung, pulmo
2. ANTIEMETIK
Metoclopramide
o Adalah antagonis dopamine yang menstimulasi pelepasan asetilkolin pada plexus
myenteric. Bekerja secara sentral pada pemicu kemoreseptor pada bagian bawah
keempat ventrikel dan aktivitas ini menghasilkan antiemetic.
o Efek Samping : lemas, sedasi, sakit kepala, pusing, somnolence, diare, nausea, dll.
o Kontraindikasi : hipersensitif terhadap metoclopramide atau procainamide,
Hemorrhage pada gastrointestinal, obstruksi mekanis, perforasi, riwayat kejang,
pheochromocytoma, Obat lain yang menyebabkan gejala extrapiramid
(phenothiazide, butyrophenones)
o Cara kerja : menghambat reseptor dopamine (pada dosis tinggi) dan reseptor
serotonin pada zona pemicu kemoreseptor dan mensensitasi jaringan dengan
asetilkolin, meningkatkan motilitas GI tetapi sekresinya tidak, meningkatkan ritme
sfingter esophagus bawah.
o Onset : 1-3menit (IV), 10-15menit(IM), 30-60menit(Peroral), Durasi: 1-2jam
o Ikatan protein : 30-40&, metabolism: hepar, metabolit : Metoclopramide
glucuronides, metoclopramide sulfates, aminoacetic acid (inactive)
o T1/2 : 5-6jam (orang dewasa), 4jam (anak-anak), eksresi : urin primer (85%)
LO 3.9 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi
Hepatitis fulminan dengan nekrosis hati besar dan gagal hati akibat infeksi HAV jarang
terjadi. Hepatitis kolestasis terjadi pada sebagian kecil pasien. Hal ini diidentifikasi oleh
hiperbilirubinemia, pruritus, dan gejala konstitusional yang berlangsung selama 12-16
minggu dengan tidak adanya obstruksi bilier pada sonogram.
LO 3.10 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan
4.
Vaksinasi
Vaksinasi direkomendasikan untuk kelompok-kelompok berikut yang menghadapi risiko
lebih tinggi:
orang yang berkunjung ke negara di mana hepatitis A umum terjadi (kebanyakan
negara sedang membangun)
orang yang sering berkunjung ke masyarakat pribumi di luar kota dan daerah
terpencil
pria yang berhubungan kelamin dengan pria
petugas penitipan anak siang hari dan prasekolah
penyandang cacat intelektual dan penjaganya
beberapa petugas kesehatan yang bekerja dalam atau dengan masyarakat pribumi
petugas saliran
tukang leding
31
c.
Indikasi vaksinasi
IDVU
Anak dewasa muda yang pernah mengalami kejadian luar biasa luas
Anak pada daerah dimana angka kejadian HAV labih tinggi dari angka
nasional
Pramusaji
Dosis 0,02 ml/kgBB, suntikan pada daerah deltoid sesegera mungkin setelah
paparan
Indikasi: kontak erat dan kontak rumah tangga dengan pasien HAV akut
(sudoyo,2009)
2.
Cuci Tangan
Semua orang harus selalu mencuci tangan dengan baik dengan sabun dan air mengalir selama
sekurang-kurangnya 10 detik dan dikeringkan dengan handuk bersih:
setelah menggunakan kakus
sebelum makan
sebelum menykan makanan atau minuman
setelah menyentuh benda seperti lampin dan kondom.
32
3.
33