Anda di halaman 1dari 36

LI.1.

Anatomi Sistem Reproduksi Wanita


Makro
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat reproduksi wanita
bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang
terletak di perineum.
Alat genitalia wanita bagian luar

a. Mons veneris / Mons pubis


Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol dibagian depan simfisis
terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang
bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi
sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
b. Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8
cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah
bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak).

c. Bibir kecil (labia minora)


Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir besar (labia
mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette,
semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial
labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan letaknya dekat
ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah
menstimulasi dan
meningkatkan ketegangan seksual.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau lonjong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra,
kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.
f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
Perinium membentuk dasar badan perinium.
g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah robek. Pada
saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
h. Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek,
himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lender yang di keluarkan uterus dan darah
saat menstruasi.
Bentuk hymen :
- Hymen anularis (cincin)
- Hymen seminularis (bulan sabit)
- Hymen cribriformis (berlubang-lubang seperti saringan)
- Hymen fimbriatus (dengan tepi seperti jari-jari)
- Hymen imperforatus (tidak berlubang)

i. Fourchette

Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan
ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah berada di bawah orifisium vagina.
Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
Alat genitalia wanita bagian dalam

a. Vagina

Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya
sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan
dibelakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulomembraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan. Pada dinding
vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada
puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke
dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik
anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5.
Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai
saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan
lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung dan
tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di antara kandung
kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba
padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di
atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum
uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding
depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih.
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan
peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3
cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu
peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti Kapmelengkung dari fundus uteri menuju ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan
tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah
arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat
terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat
terhenti.
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya bertambah.
Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum yang merupakan
batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana
terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut
istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.

4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri,
tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum yang
menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri)
ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii) ligamentum kardinale
machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum.
a) Ligamentum latum
(1) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke
dinding panggul
(2) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan
mengandung pembuluh darah limfe dan ureter
(3) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
(4) Ligamentum rotundum (teres uteri)
(5) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan
mencapai labia mayus
(6) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
(7) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
b) Ligamentum infundibulo pelvikum
(1) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul
(2) Menggantung uterus ke dinding panggul
(3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium
c) Ligamentum kardinale machenrod
(1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
(2) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
(3) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
d) Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod menuju os sacrum
e) Ligamentum vesika uterinum
(1) Dari uterus menuju ke kandung kemih
(2) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
5) Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral dan
memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar endometrium membentuk
arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi dan
ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
6) Susunan saraf uterus
Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan
parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada pertemuan
ligamentum sakro uterinum.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu
tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas
ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.
Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa,
muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.

Tuba fallopi terdiri atas :


1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum
internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan bagian yang
paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk s.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang disebut fimbriae
tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4) Tempat terjadinya konsepsi.
5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi,
sintesis, dan sekresi hormon hormon steroid. Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada
ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium.
Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1) Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat serat saraf
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar ligamentum
latum.
Batasan parametrium
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii
(Bobak, Jansen, dan Zalar, 2001)

DIAPHRAGMA PELVIS
1. Pelvis mayor : berisi saluran cerna, VU, ureter, sistem genitalis
2. Pelvis minor
- PAP (aditus pelvis)
Dibentuk oleh : promontorium, linea terminalis, ala osis sacralis, dan supra pubis.
a. Conjugate vera : ukuran antero posterior

Jarak antara pinggir atas pubis sampai promontorium, penting untuk menentukan
dapat todaknya bayi melewati sehingga dapat menentukan tindak lanjut persalinan
pervaginam atau section secaria.
Dengan bantuan conjugate diagonalis (diukur dengan vaginal touch) sampai
promontorium. Conjugate diagonalis(12,5 cm) 1,5 = 11-13cm
b. Conjugate transversa : diukur dari titik terjauh linea terminalis kiri dan kanan tegak
lurus dengan conjugate vera. 13-14,5 cm.
c. Conjugate obstetrica : jarak antara promontorium ke pinggir tengah simpisis pubis.
Bagian aditus pelvis yang paling sempit, 10,6 cm.
-

Mid pelvis
Dibentuk oleh : apex arcus pubis, spina ischiadica, ujung os.sacrum.
Paling sempit, bentuk oval, sering terjadi kemacetan pada persalinan.
Ukuran yang penting :
a. Anteroposterior : tepi bawah simp.pubis sampai pertengahan os.sacrum 4. 11,5-12
cm.
b. Transversa : spina ischiadica kanan kiri. 10-10,5 cm
c. Sagittal : anteroposterior dengan potongan transversa

PBP (exitus pelvis)


a. Anteroposterior : 9,5-11,5 cm
b. Transversa : tuber ischiadicum kanan kiri. 10,5-11 cm
c. Sagitalis posterior : ujung os sacrum dengan perpotongan antara anteroposterior
dengantransversa.10,5-11cm.

Bidang Hodge: untuk menentukan petunjuk turunnya bagian bawah fetus.


- Hodge I : bidang yang sama dengan PAP
- Hodge II : sejajar H I setinggi pinggir bawah sim.pubis

Hodge III : sejajar H I melalui spina ischiadica


Hodge IV : sejajar H I setinggi ujung os sacrum
Gambar 5. Diaphragma pelvis

Gambar 6. Diaphragma Pelvis


Perdarahan :
Arteri iliaca interna -> arteri uterina -> arteri vaginalis. Arteri vaginalis ke arah fundus kemudian
bercabang menjadi :
a. R.ovaricus melalui ligamentum ovarii proprium menuju ovarium
b. A. Ligamenti teretis uteri, mengikuti lig. Teres uteri
c. R. Tubarius mengikuti tuba uterina.
Persarafan :
N.pudendus untuk persarafan genitalia eksterna , n.pudendus masuk ke foramen ischiadicum
sebagai n. Clitoridis. Cabang yang lain: n.hemorrhoidalis inferior utnuk m.spinchter ani externus
dan ke kulit regio analis. N. Perianalis berkahir sebagai n.labialis untuk labium majus. Plexus
hypogastricus superior dan inferior untuk persarafan genitalia interna.
Pembuluh lympe:
Bagaian proximal mengikuti kembali r.vaginalis a. Uternae ke lnn. Illiaci interni.
Bagian medial mengikuti kembali r.Vaginali a.Vesicalis inferior ke Inn sepanjang a.Vesicalis
inferior ke Inn. Illiaca interni.
Bagian dari vagina distal, dinding vestibulum vaginae, labia minora, labia major.

Mikro
Ovarium :
Epitel sel kuboid rendah atau gepeng yaitu epitel germinal
Dibawah epitel germinal adalah jaringan ikat padat yang disebut tunika albuginea.
Ovarium memiliki :
- Korteks di tepi : folikel-folikel, fibrosit dengan serat kolagen dan retikular.
- Medulla di tengah : pembuluh darah,saraf dan pembuluh limfe.
Folikel primordial : folikel terdiri dari oosit primer yang diliputi sel folikel gepeng.
Folikel primer : sel folikel mulai bentuk kuboid, tidak ada ruang berisi liqour foliculi dan zona
pelusida terbentuk pada akhir fase folikel primer
Folikel sekunder : epitel berlapis kuboid, stroma membentuk teka folikel yaitu teka interna dan
teka eksterna, terbentuk zona pelusida
Folikel tersier : ruang-ruang follicle bersatu membentuk antrum folliculi yang berisi cairan, sel
telur terdeak ke tepi terletak di atas gundukan sel follicular disebut cumulus oophorus.
Folikel yang mengalami atresia pada semua tahap perkembangan folikel menajdi folikel atretik.
Ovum : ovum dikelilingi sel granulosa yang membentuk bukit kecil yaitu kumulus ooforus. Satu
lapisan sel granulosa yang berdekatan dengan oosit primer membentuk korona radiata. Di antara
korona radiata dan sitoplasma oosit primer adalah glikoprotein terpulas asidofilik disebut zona
pellusida.

Corpus luteum : sel granulosa hipertropi, bentuknya berubah menjadi pilyhedral, inti membesar
dengan sitoplasma dipenuhi oleh lipd. Terdapat sel lutein granulosa yang berpigmen kuning dan
sel lutein theca.
Corpus albicans : corpus luteum yang berdegenerasi karena tidak terjadi kehamilan. Corpus
albicans bersifat aselular dan dipenuhi serat hialin.

Gambar 7. Ovarium

Gambar 8. Corpus Luteum

Tuba Uterina :
Epitel selapis silindris bersilia (epitheliocytus ciliatus) dan tidak bersilia (sel sekretorik)
Sel bersilia menciptakan arus ke arah uterus dan menjadi predominan dalam fase proliperatif.
Sel sekretorik menghasilkan nutrisi
Mukosa terdiri dari banyak plica dan membentuk lumen yang tidak rata.

Gambar 9. Tuba Uterina

Gambar 10. Epitel Tuba Uterina

Uterus
Dinding luar yaitu perimetrium, tengah miometrium dan sebelah dalam endometrium.
Endometrium dilapisi oleh epitel selapis silindris.Dibagi dalam dua lapisan yaitu stratum basale
dan stratum functionale
Terdapat kelenjar uterus di lamina propia.
Terdapat arteri spiralis di endometrium.
Miometrium terdiri dari otot polos, dipisahkan oleh jaringan ikat interstisial dengan banyak
pembuluh darah .

Gambar

11.

Uterus
Gambar 12. Uterus

pot.

melintang

Serviks, Kanalis dan Forniks Vagina


Kanalis servikalis dilapisi oleh epitel kolumner tinggi penghasil mukus.
Epitel serviks dilapisi oleh kelenjar serviks ke dalam lamina propia.
Kelenajar serviks yang tersumbat dan berkembang menjadi kista glandular.
Jaringan ikat di lamina propria serviks lebih fibrosa daripada di uterus.
Porsio vagina dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa tanduk.

Vagina
Dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk.
Lamina propria tidak memiliki kelenjar
tetapi mengandung banyak pembuluh
darah dan lomfosit.

Gambar 13. Vagina

LI.2 Memahami dan Menjelaskan Leukorea


Definisi
Beberapa pengertian leukorea atau keputihan adalah sebagai berikut:
1.
Leukorea (fluor albus) atau keputihan adalah pengeluaran cairandari jalan lahir yang
bukan darah.
2.
Leukorea atau keputihan adalah nama gejala yang diberikan pada cairan yang keluar dari
saluran genetalia wanita, yang tidak berubah.

3.

Leukorea atau keputihan adalah sekret putih yang kental keluar dari vagina maupun
rongga uterus (Kamus Kedokteran).
Leukorea atau keputihan yang terjadi pada wanita tidak menyebabkan kematian tetapi kesakitan ,
karenacairan yang keluar selalu membasahi bagian dalam dan terkadang menimbulkan iritasi,
rasa gatal sehingga membuat ketidaknyamanan. Leukorea merupakan gejala awal dari infeksi,
keganasan atau tumor jinakreproduksi.
Secara alamiah wanita mengeluarkan cairan dari alat kelaminnya yang berasal dari :

1.
2.
3.

1.
2.
3.
4.
5.

Transudat dinding vagina.


Lendir servik.
Lendir kelenjar bartholini dan skene.
Asal Leukorea
Leukorea atau keputihan berasal dari:
Vulva.
Vagina.
Servik uteri.
Korpus uteri.
Tuba.
Vulva
Sekret dalam vulva dihasilkan oleh kelenjar- kelenjar bartholini dan skene. Sekret ini bertambah
pada perangsangan, misalnya sewaktu koitus. Jika kelenjar- kelenjar tersebut meradang, oleh
karena infeksimaka sekret berubah jadi flour.
Vagina
Vagina tidak mempunyai kelenjar dan dibasahi oleh cairan transudat dan lendir dari servik. PH
dalamvagina disebabkan oleh kegiatan hasil diderlein yang mengubah glukogen (epitel vagina)
menjadi acidum lacticium.
Servik uteri
Sekret servik yang normal bersifat jernih, liat dan alkalis. Sekret ini
dipengaruhi hormon- hormon ovariumbaik kuantitas atau kualitasnya. Sekret bertambah
pada infeksi (cervicitis) yang dipermudah kejadiannya oleh robekan servik dan tumor servik.
Korpus uteri
Korpus uteri hanya menghasilkan sekret pada fase post ovulator. Sekret bertambah
pada endometritisakut, jika ada sisa plasenta polip mioma submucosa dan carcinoma.
Tuba
Tuba jarang mengeluarkan flour albus, kadang-kadang terjadi pada hydrosalpinx profluens.
(http://www.lusa.web.id/leukorea-fluor-albus-white-discharge-keputihan/)
Etiologi

Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio vagina.
Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari
plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
Menjelang atau setelah haid.
Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk
menerima penetrasi pada senggama.
Ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
Kehamilan
Stres, kelelahan
Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit
menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
Sedangkan fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:
Infeksi
a. Bakteri :

Gonococcus

Penyebab Gonococcus adalah coccus gram negative Neisseria gonorrhoeae ditemukan oleh
Neisser in 1879. N. gonorrhoeae adalah diplokok berbentuk biji kopi, bakteri yang tidak dapat
bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 1,6 mikro,
bersifat tahan asam. Bakteri gonokokkus tidak tahan terhadap kelembaban, yang cenderung
mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya
memerlukan 2-10% CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi
untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini
tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37C dan
pH 7.2-8.5 untuk pertumbuhan yang optimal.
Pada sediaan langsung dengan gram bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan
pewarnaan gram bersifat gram negative, terlihat diluar dan dalam leukosit, kuman ini tidak tahan
lama diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, dan tidak tahan zat desinfektan
Secara morfologik gonokok terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili dan
bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan
melekat pada mukosa epitel dan akan menyebabkan reaksi radang. Organisme ini menyerang
membran mukosa, khususnya epitel kolumnar yang terdapat pada uretra, servik uteri, rectum,
dan konjungtiva.Gambaran tersebut dapat terlihat pada pemeriksaan Pap Smear, tetapi biasanya
bakteri ini diketahui pada pemeriksaan sedian apus dengan pewarnaan Gram. Cara penularan
penyakit ini adalah dengan senggama.

Chlamidia trachomatis

Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal dengan penyakit traukoma. Bakteri
ini juga dapat ditemukan pada cairan vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing
dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.
Dan terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai dengan pewarnaan Giemsa. Bakteri ini
membentuk suatu badan inklusi yang berada dalam sitoplasma sel-sel vagina.
Pada pemeriksaan Pap Smear sukar ditemukan adanya perubahan sel akibat infeksi clamidia ini
karena siklus hidupnya tidak mudah dilacak.

Gardanerrella vaginalis

Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang dianggap sebagai
bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri ini
biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk bentukan khas dan disebut clue
cell. Pertumbuhan yang optimal pada pH 5.0-6.5.
Gardanerrella menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang menimbulkan
bau amis seperti ikan.

Treponema Pallidum (Spirochaeta pallida)

Bakteri ini merupakan penyebab penyakit sifilis. Pada perkembangan penyakit dapat terlihat
sebagai kutil-kutil kecil di vulva dan vagina yang disebut kondiloma lata. Bakteri berbentuk
spiral P: 6 15 , L: 0,25 , lilitan: 9 24 dan tampak bergerak aktif (gerak maju & mundur,
Berotasi undulasi sisi ke sisi) pada pemeriksaan mikroskopis lapangan gelap.
Mati pada kekeringan, panas, antiseptik ringan, hidup beberapa lama di luar tubuh. Penularan
dapat secara kontak langsung yaitu melalui coital STD dan dapat juga melalui non-coital
(jarum suntik) sulit terjadi.

b. Jamur

Candida albicans

Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna


putih susu seperti susu pecah atau seperti keju, dan
sering disertai gatal, vagina tampak kemerahan
akibat proses peradangan. Dengan KOH 10%
tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu
(pseudohifa).
Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat
yang subur bagi pertumbuhan jamur ini adalah
kehamilan, diabetes mellitus, pemakai pil
kontrasepsi. Pasangan penderita juga biasanya akan
menderita penyakit jamur ini. Keadaan yang saling
menularkan antara pasangan suami-istri disebut
sebagai phenomena ping-pong.

Gambar 14. Candida Albicans

sumber : http://www.ppdictionary.com/mycology/albicans.htm
c. Parasit

Trichomonas vaginalis

Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat bergerak berputar-putar dengan
cepat. Gerakan ini dapat dipantau dengan mikroskop.
Cara penularan penyakit ini dengan senggama. Walaupun jarang dapat juga ditularkan melalui
perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset.

d. Virus

Virus Herpes simpleks

Virus herpes yang paling sering > 95% adalah virus herpes simpleks tipe 2 yang merupakan
penyakit yang ditularakan melalui senggama. Namun 15-35% dapat juga disebabkan virus herpes
simpleks tipe 1.Pada awal infeksi tampak kelainan kulit seperti melepuh seperti terkena air panas
yang kemudian pecah dan meimbulkan luka seperti borok. Pasien merasa kesakitan.

Gambar 15. Herpes Virus


sumber : http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v4/v4c019.html

Human Papilloma Virus

Papovavirus merupakan virus kecil ( diameter 45-55 nm ) yang mempunyai genom beruntai
ganda yang sirkuler diliputi oleh kapsid (kapsid ini berperan pada tempat infeksi pada sel) yang
tidak berpembungkus menunjukkan bentuk simetri ikosahedral. Berkembang biak pada inti sel.
Human Papilloma Virus merupakan penyebab dari kondiloma akuminata. Kondiloma ditandai
dengan tumbuhnya kutil-kutil yang kadang sangat banyak dan dapat bersatu membentuk jengger
ayam berukuran besar.

Cairan di vagina sering berbau tanpa rasa gatal. Penyakit ini


ditularkan melalui senggama dengan gambaran klinis menjadi
lebih buruk bila disertai gangguan sistem imun tubuh seperti
pada kehamilan, pemakain steroid yang lama seperti pada
pasien dengan gagal ginjal atau setelah transplantasi ginjal,
serta penderita HIV AIDS.
Gambar 16. HPV
Iritasi
1
2
3

Sperma, pelicin, kondom


Sabun cuci dan pelembut pakaian
Deodorant dan sabun
Deodorant vagina sebenarnya tidak perlu karena dapat mengiritasi membran mukosa dan
mungkin menimbulkan keputihan. Deodorant tidak dapat bekerja semestinya karena
deodorant tidak mempengaruhi kumankuman di dalam vagina. Deodorant membuat
vagina menjadi lebih kering dan gatal serta dapat menyebabkan reaksi alergi. Mandi
dengan busa sabun dan antiseptik sebaiknya dihindari karena alasan yang sama.
Keduanya dapat mematikan bakteri alamiah dalam vagina dengan cara yang mirip
dengan antibiotika.
4 Cairan antiseptic untuk mandi.
5 Pembersih vagina.
6 Penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat
Jamur tumbuh subur pada keadaan yang hangat dan lembab. Celana dalam yang terbuat
dari nilon tidak dapat menyerap keringat sehingga menyebabkan kelembaban. Campuran
keringat dan sekresi alamiah vagina sendiri mulai bertimbun, sehingga membuat
selangkangan terasa panas dan lembab. Keadaan ini menjadi tempat yang cocok untuk
pertumbuhan jamur candida dan bakteri lain yang merugikan.
7 Penggunaan celana panjang yang ketat
Celana panjang yang ketat juga dapat menyebabkan keputihan yang merupakan
penghalang terhadap udara yang berada disekitar daerah genetalia dan merupakan
perangkap keringat pada daerah selangkangan. Bila pemakaian jeans digabungkan
dengan celana nilon di bawahnya, efeknya sangat membahayakan.
8 Kertas tisu toilet yang berwarna
Tumor dan Jaringan Abnormal
Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis akibat gangguan pertumbuhan sel
normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan
mudah rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah
yang bertambah untuk memberikan makanan dan O2 pada sel tumor atau kanker tersebut.
Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak dan berbau busuk akibat
terjadinya proses pembusukan tersebut dan sering kali disertai adanya darah yang tidak segar.
Benda Asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai sewaktu
senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita dengan prolapsus uteri dapat

merangsang pengeluaran caian vagina secara berlebihan. Jika rangsangan ini menimbulkan luka
akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal yang berada dalam vagina
sehingga timbul fluor albus.
Penyebab Lain
1

Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik

Tidak diketahui : Desquamative inflammatory vaginitis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputihan


Keputihan bukanlah suatu penyakit. Pada dasarnya merupakan kejadian yang fisiologis
(normal). Akan tetapi keputihan juga merupakan suatu manifestasi bahwa vagina terindikasi
penyakit (patologis). Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya keputihan baik yang
bersifat internal (berasal dari tubuh) ataupun eksternal (faktor lingkungan).
Faktor yang berasal dari organisme itu sendiri (faktor resiko intrinsik) dibedakan menjadi
faktor jenis kelamin dan usia, faktor-faktor anatomi dan konstitusi tertentu, serta faktor nutrisi.
Sedangkan faktor resiko yang berasal dari lingkungan (faktor resiko ekstrinsik) yang
memudahkan seseorang terjangkit suatu penyakit tertentu. Berdasarkan jenisnya, faktor estrinsik
ini dapat berupa: keadaan fisik, kimiawi, biologis, psikologis, sosial budaya, dan perilaku
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut Sianturi (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keputihan bermacammacam. Keputihan dapat disebabkan oleh adanya infeksi (kuman, jamur, parasit, virus), adanya
benda asing dalam liang senggama misalnya tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang
digunakan saat senggama, gangguan hormonal akibat mati haid, adanya kanker atau keganasan
pada alat kelamin, dan kurangnya perilaku dalam menjaga kebersihan organ genital.
Sabardi (2009) menyatakan bahwa ada dua hal yang menjadi faktor pendorong keputihan
yaitu faktor endogen dan faktor eksogen yang keduanya saling mempengaruhi:
a. Faktor endogen (berasal dari dalam tubuh) yaitu:
(1) Kelainan pada lubang vagina.
Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari liang senggama yang bercampur
dengan air seni atau kotoran dari usus (feses). Hal ini dapat terjadi karena akibat
adanya lubang kecil (fistul) dari kandung kemih atau usus keliang senggama akibat
adanya cacat bawaan dan cidera persalinan (Clayton, 2005). Kelainan congenital atau
bawaan yang tidak adanya sama sekali vagina atau sebagian (agenesis vagina) tentu
akan menimbulkan masalah bagi penderita terutama adalah tidak dapat melakukan
hubungan seksual dan jalan keluar darah haid. Penderita yang mengalami agenesis
vagina frekuensinya tidak begitu banyak hanya 1:4000 kelahiran (Pribakti, 2010).
(2) Imunitas
Ketika daya tahan tubuh seseorang menurun, organ reproduksi cenderung mudah
terinfeksi kuman, akibatnya dapat menimbulkan keputihan (Sabardi, 2009).
b. Faktor eksogen (berasal dari luar tubuh):
(1) Infeksi yang meliputi infeksi jamur, bakteri, parasit dan virus seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya.
(2) Non-infeksi yang meliputi masuknya benda asing ke vagina baik sengaja
maupun tidak, perilaku cebok kurang tepat dan tidak bersih, daerah sekitar kemaluan
lembab, stres dan kelainan endokrin atau hormon.
(a) Benda Asing

Vagina bagaikan lorong terbuka yang memungkinkan masuknya benda


asing ke dalam tubuh. Sisa pembalut, kapas atau mungkin kondom adalah
benda-benda asing yang bisa tertinggal di dalam vagina dan menyebabkan
terjadinya keputihan. Pada anak perempuan mungkin bisa kemasukkan biji
kacang, kancing, peniti yang setelah lama tertanam di dalam vagina akan
membusuk dan menyebabkan keputihan (Kinasih, 2012). Benda-benda
yang dimasukkan secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam vagina
seperti tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan, benang yang
berasal dari selimut, celana dan lainnya dapat menyebabkan keputihan
(Suryana, 2009). Masuknya benda asing ke vagina baik sengaja maupun
tidak yang dapat melukai epitel vagina misal tampon kondom dan benang
AKDR (Sabardi, 2009).
(b) Cebok/cara membersihkan vagina kurang tepat.
Alat reproduksi dapat terkena sejenis jamur atau kutu yang dapat
menyebabkan rasa gatal atau tidak nyaman apabila tidak dirawat
kebersihannya. Gerakan cara membersihkan adalah dari daerah vagina ke
arah anus untuk mencegah kotoran dari anus masuk ke vagina (Kusmiran,
2012). Membersihkan vagina perlu menggunakan trik yang khusus agar
kuman yang ada di bagian belakang dekat anus tidak pindah ke bagian
depan. Akan lebih baik jika membersihkan vagina dari bagian depan ke
bagian belakang. Jangan melakukan berulangulang, karena tetap saja
kuman dapat berpindah (Soebachman & Kissantie, 2012).
Untuk membersihkan vagina dengan air, sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan shower toilet. Cara membersihkan vagina dengan shower
toilet adalah dengan menyemprot permukaan luar vagina pelan-pelan dan
menggosoknya dengan tangan. Membilas vagina dengan cairan khusus
boleh saja, tapi tidak dianjurkan, asal jangan terlalu sering dan pilih yang
tanpa parfum dengan pH-nya netral agar tidak mempengaruhi pH vagina
(Suryana, 2009)
(c) Area vagina yang lembab
Kondisi vagina yang lembab dapat terjadi ketika setelah buang air kecil,
daerah kemaluan tidak dikeringkan sehingga celana dalamnya basah dan
menimbulkan kelembaban di sekitarnya (Sabardi, 2009). Lingkungan
sekitar vagina yang lembab bisa menyebabkan bakteri dan jamur yang ada
tumbuh dengan pesat, karena kondisi ini merupakan lingkungan yang ideal
bagi jamur dan bakteri untuk berkembang biak. jika hal ini terus menerus
dibiarkan, bisa menyebabkan infeksi (Ilahi, 2012). Tinggal di daerah tropis
yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh
kita lembab, terutama organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan
berlipat. Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan ekosistem di
vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap serta infeksi
(keputihan) (Kinasih, 2012). Celana dalam ikut menentukan kesehatan
organ intim. Bahan yang paling baik dari katun, karena dapat menyerap
keringat dengan sempurna. Celana dari bahan satin ataupun bahan sintetik

lainnya, justru menyebabkan organ intim menjadi panas dan lembab.


Bahan pakaian luar pun perlu diperhatikan seorang wanita. Bahan dari
jeans memiliki pori-pori yang sangat rapat, sehingga tidak memungkinkan
udara untuk mengalir secara leluasa. Kondisi yang lembab dan basah bisa
menjadi tempat pertumbuhan jamur dan kuman yang dapat menimbulkan
keputihan (Pribakti, 2010). Jamur tumbuh subur pada keadaan yang
hangat dan lembab. Celana dalam yang terbuat dari nilon tidak dapat
menyerap keringat sehingga menyebabkan kelembaban. Campuran
keringat dan sekresi alamiah vagina sendiri mulai bertimbun, sehingga
membuat selangkangan terasa panas dan lembab. Keadaan ini menjadi
tempat yang cocok untuk pertumbuhan jamur candida dan bakteri lain
yang merugikan (Clayton, 2005).
(d) Kondisi Stres
Kondisi tubuh yang selalu tegang, cemas, kelelahan dan kurang istirahat
dapat menimbulkan keputihan (Sabardi, 2009). Semua organ tubuh
kinerjanya dipengaruhi dan dikontrol oleh otak, maka ketika reseptor otak
mengalami kondisi stres, hal ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan
dan keseimbangan hormon-hormon dalam tubuh dan hal ini dapat
menimbulkan terjadinya keputihan (Suparyanto, 2010). Stres merupakan
respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang
terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan seharihari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi
dampak secara total pada individu yang meliputi fisik, psikologis,
intelektual, social dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan
fisiologis. Stres dapat berpengaruh terhadap dinamika regulasi hormonal
yang berdampak terhadap perubahan fungsi fisiologis sistem tubuh. Salah
satunya adalah sistem reproduksi. Tanda-tanda dan gejala stres diantaranya
adalah adanya peningkatan denyut jantung atau berdebar-debar, kekakuan
otot terutama dibagian leher dan bahu, sulit tidur (insomnia), menurunnya
konsentrasi atau suka lupa, makan terlalu banyak atau sedikit, mudah
tersinggung dan marah, bertindak agresif dan defensive, otot-otot tegang,
selalu merasa lelah, sakit kepala, perut, dan diare (Selye, 1956; Davis, et
all, 1989; Kozier, et all, 1989 dalam Rasmun, 2009).
(e) Gangguan hormonal
Keputihan terjadi akibat perubahan hormon estrogen. Biasanya terjadi
pada masa peralihan antara masa pubertas dan menjelang menopause
(setelah masa subur/reproduktif) (Susmeiati, 2009). Keputihan yang
fisiologis dapat timbul saat terjadi perubahan siklus hormonal, seperti
sebelum pubertas, stress psikologis, sebelum dan setelah datang bulan,
kehamilan, saat menggunakan kontrasepsi hormonal, atau saat menopause
(Moechtar, 1986).
Klasifikasi

Keputihan dapat dibedakan antara keputihan yang fisiologis dan patologis. Keputihan fisiologis
terdiri atas cairan yang terkadang berupa mucus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit
yang jarang. Sedangkan pada keputihan yang patologis terdapat banyak leukosit. Keputihan
fisiologis ditemukan pada:
a. Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; di sini sebabnya ialah pengaruh estrogen
dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukore di sini hilang
sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar servik uteri menjadi lebih encer.
e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelanjar servik uteri juga bertambah pada wanita dengan
penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Di sini cairan mengandung
banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan
berbau. Radang vulva, vagina, serviks, dan cavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik;
pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Selanjutnya leukorea ditemukan pada
neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau
seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital (Wiknjosastro, 2005).
Mansjoer, et al (2001) mengklasifikasikan keputihan sebagai berikut:
a. Jernih berlendir banyak dan tidak berbau. Keputihan jenis ini disebabkan oleh adanya ovulasi,
hiperesterogen, dan stress.
b. Berwarna seperti susu, kental, lengket, jumlanya sangat banyak dan tidak berbau. Keputihan
ini dapat disebabkan oleh karena adanya vaginitis (corynebacterium vaginale).
c. Berwarna coklat, encer seperti air, sangat banyak jumlahnya, dan lembab.
Keputihan ini terjadi akibat vaginitis, servisitis, stenosis serviks, endometeritis, dan
neoplasma pasca radiasi.
d. Berwarna abu-abu dengan garis darah, encer, jumlahnya sangat banyak dan berbau
busuk. Keputihan ini terjadi akibat adanya ulkus vagina, vaginitis, servisitis piogenik
(trauma pesarium), neoplasma ganas/jinak.
e. Jika hasil pemeriksaan fisik dan sediaan apus 2 kali berturut-turut negatif,
kemungkinan penyebabnya adalah vulvovaginitis psikosomatik.
f. Keputihan akibat adanya benda asing dengan infeksi sekunder missal tampon
penyebabnya adalah toxic shock syndrome.

g. Berwarna merah muda, terdapat serosa, banyak, dan tidak berbau. Keputihan ini
terjadi akibat infeksi bakteri non-spesifik, hiperesterogen hal ini dapat menyebabkan
vaginitis atrofi, dispareunia, gatal, vagina kering.
h. Putih, encer berbintik banyak, berbau apek disertai penyakit sistemik, saat buang
air kecil terasa panas, pruritus vulva, pseudohifa yang disebabkan oleh candida
albicans.
i. Kuning kehijauan, berbusa, sangat banyak, gatal, berbau busuk, nyeri tekan di vulva
dan sekitar eritema vagina yang ptekie. Keputihan ini dapat terjadi disebabkan oleh
infeksi trichomonas vaginalis.
j. Kuning, kental, sangat banyak, terasa panas, gatal, nyeri tekan, sakit saat miksi
dapat abses atau menjalar endometrium/salping. Keputihan ini dapat terjadi
disebabkan oleh infeksi neisseria gonorrheae.
Patofisiologi
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita
sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun
mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang
keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus
serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan
pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara
Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina
dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida
yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina,
produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang
menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp.
terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel
ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal
yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang
berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan,
diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan
frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan
produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan
progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada
sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans
berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis
atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan
juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.

Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone


menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi
pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh
bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri
patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres
dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan
bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat
menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus
acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella
vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat.
Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH
vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab
timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis,
anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan
keadaan umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering
menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.
Manifestasi Klinik
Indikasi keputihan dapat dilihat dari jumlah cairan, warna, bau dan konsistensi. Pada
keputihan normal, jumlah cairannya sedikit, warnanya putih jernih, bau yang
ditimbulkan tidak menyengat dan khas dan dengan konsistensi agak lengket.
Sedangkan keputihan yang abnormal jumlahnya lebih banyak, warnanya dapat
kuning, coklat, kehijauan, bahkan bahkan kemerahan, baunya dapat berbau asam,
amis, bahkan busuk. Konsistensinya bisa cair atau putih kental seperti kepala susu
(Indarti, 2004). Keluarnya cairan berwarna putih, kekuningan atau putih kelabu dari
saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang-kadang berbusa.
Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada wanita
tertentu. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya. Biasanya
keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dapat dialami
oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar
cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang
terinfeksi, atau alat kelamin luar (Joseph & Nugroho, 2010). Burke (2006), keputihan
yang abnormal dapat dilihat dari warna, bau, atau konsistensi dan peningkatan atau
penurunan jumlahnya. Hal tersebut bervariasi, konsistensinya dapat kental, seperti
bubur atau encer. Warnanya dapat jernih atau keabu-abuan, dan baunya dapat berbau
normal (khas), amis, atau berbau busuk.
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis
1. Anamnesis
Usia, jumlah, masa inkubasi/lama terjadinya, paparan PHS, pemakaian antibiotic
(kortikostreroid), hubungan dengan menstruasi ovulasi dan kehamilan, antibiotic vaginal touche,

warna, iritatisi : infeksi, benda asing, neoplasma. Pruritus : T.vaginalis/ C.albikans. penyakit
sistemik, pil KB.
2. Pemeriksaan fisik :
Inspeksi kulit perut bawah terutama perineum dan anus, inspeksi rambut pubis, inspeksi dan
palpasi genitalia eksterna, pemeriksaan speculum untuk vagina dan serviks, pemeriksaan
bimanual pelvis, palpasi pembesaran KGB inguinal dan femoral.
3. Pemeriksaan penunjang
Nilai sekresi dinding vagina (warna, konsistensi, bau), kertas indicator PH (n=4-4,5), swab untuk
pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10%, kultur (pila perlu), pewarnaan
gram, serologi sifilis, tes PAP.

Diagnosis penyebab infeksi:


1. Trikomoniasis
-

Anamnesis:
sering tidak menunjukkan keluhan , kalau ada biasanya berupa duh tubuh vagina yang
banyakmdan baerbau maupun dispareunia, perdarahan pasca coitus dan perdarahan
intermestrual. Jumlah lekore banyak, berbau, menimbulkan iritasi dan gatal.Warna sekret
putih, kuning atau purulen.Konsistensi homogen, basah, frothy atau berbusa
(foamy).Terdapat eritem dan edema pada vulva disertai dengan ekskoriasi.Sekitar 2-5%
tampak strawberry servix yang sangat khas pada trichomonas.

Laboratorium: pH>4,5 dan Sniff test (+)

Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis terlihat pergerakan
trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari PMN dan mempunyai flagel, leukosit
(+) dan clue cell dapat (+)

2. Kandidosis vulvovaginal
-

Anamnesis:
keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yang tidak berbau. Rasa gatal/iritasi
disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan bisa banyak, putih keju atau
seperti kepala susu/krim, tetapi kebanyakan seperti susu pecah. Pada dnding vagina biasanya
dijumpai gumpalan keju (cottage cheeses). Pada vulva/dan vagina terdapat tanda-tanda
radang, disertai maserasi, psuedomembran, fissura dan lesi satelit papulopustular

Laboratorium: pH vagina <4,5 dan Whiff test (-)

Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram
ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang kadang hifa asli
bersepta

3. Vaginosis bacterial
-

Anamnesis:
Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama waktu berhubungan seksual,
namun sebagian besar dapat asimtomatik. Keputihan dengan bau amis seperti ikan. Sekret
berlebihan, banyaknya sedang sampai banyak, homogen, warna putih atau keabu-abuan,
melekat pada dinding vagina.Tidak ada tanda-tanda inflamasi.

Laboratorium: pH >4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+)

Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosit

4. Servisitis Gonore
-

Anamnesis:
Gejala subjektif jarang ditemukan .Pada umumnya wanita datang berobat kalau sudah ada
komplikasi.Sebagian besar penderita ditemukan pada pemeriksaan antenatal atau
pemeriksaan keluarga berencana.Duh tubuh serviks yang mukopurulen.Serviks tampak
eritem, edema, ektopi dan mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan.

Laboratorium: kultur

Mikroskopik: Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram ditemukan diplokokus


gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler

5. Klamidiasis
-

Anamnesis
gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan. Eksudat seviks mukopurulen, erosi
seviks, atau folikel-folikel kecil (microfollicles)

Laboratorium: pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA

Mikroskopik: dengann pengecatan giemsa akan ditemukan badan elementer dan badan
retikulat

Diagnosis Banding
Kanker serviks (keputihan warna putih purulent yang berbau dan tidak gatal)

Normal

Gejala
primer
Sekret
vagina

pH
Bau
Mikroskopis

Pengobatan

Vaginosis
Bakteri

Vaginitis
Trichomonas
vaginalis
Tidak ada
Sekret,
bau Sekret, bau busuk,
busuk, mungkin mungkin gatal
gatal
Sedikit,
putih, Meningkat,
Meningkat, kuning,
flokulan
tipis, homogen, hijau,
berbusa,
putih, abu-abu, adheren;
petekia
adheren
servikal sering ada
< 4,5
> 4,5
> 4,5
Tidak ada
Sering, seperti Dapat ada, seperti
bau ikan
bau ikan
Sel epitel dengan Clue
cells Trikomonas motil;
lactobacillus
dengan
basil banyak PMN
adheren; tidak
ada PMN
Tidak ada
Metronidazole
Metronidazole

Vulvovaginitis
Candida albicans
Sekret, gatal dan
seperti
terbakar
pada kulit vulva
Meningkat, putih,
keju lembut seperti
dadih
4,5
Tidak ada
Preparat
KOH
memperlihatkan
tangkai ragi dan
pseudohifa
Antifungi
azol
topikal

Tatalaksana
a. Terapi farmakologi
Antiseptik :

Povidone Iodin

Sediaan ini berbentuk larutan 10% povidon iodin dan ada yang diperlengkapi dengan alat
douche-nya sebagai aplikator larutan ini. Selain sebagai antiinfeksi yang disebabkan jamur
Kandida, Trikomonas, bakteri atau infeksi campuran, juga sebagai pembersih.
Tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan menyusui. Bila terjadi iritasi atau sensitif pemakaian
harus dihentikan.
Antibiotik

Clotrimazole

Memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri. Untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis yang
disebabkan oleh Candida albicans.
Efek samping : pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar,eritema, edema ,gatal dan
urtikaria
Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1% dioleskan 2 kali
sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg digunakan sekali sehari pada malam hari
selama 7 hari atau tablet vagina; 500 mg, dosis tunggal.

Tinidazole

Tinidazole adalah obat antiparasit yang digunakan untuk membrantas infeksi Protozoa, Amuba.
Efek samping : obat ini sama seperti Metronidazole tetapi dengan kelebihan tidak perlu minum
dengan waktu yang panjang sehingga mengurangi efek sampingnya.
Tinidazole sebagai preparat vaginal digunakan untuk infeksi Trichomonas. Biasa dikombinasi
dengan Nystatin sebagai anti jamurnya. Bentuk sediaan yang ada adalah vaginal tablet.

Metronidazole

Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau 250 mg 3xsehari
selama 5-7 hari) untuk infeksi Trichomonas vaginalis.
Diberikan 500 mg 2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara mitraseksual. Untuk infeksi
Gardnerella vaginalis
Efek samping : mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam dan intoleransi terhadap alkohol.
Kontra indikasi : pada trimester pertama kehamilan

Nimorazole

Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru. Selain dalam sediaan tunggal
dalam bentuk tablet oral (diminum) juga ada kombinasinya (Chloramphenicol dan Nystatin)
dalam bentuk vaginal tablet.

Penisilin

Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam
saluran cerna

Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak terhambat makanan
dalam absorbsinya.

Efek samping : Reaksi alergi , nefropati, syok anafilaksis, efek toksik penisilin terhadap susunan
saraf menimbulkan gejala epilepsi karena pemberian IV dosis besar
Sediaan dan posologi :
Ampisilin :
- Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul 125mg, 250mg, 500mg
- Dalam suntikan 0,1 ; 0,25 ; 0,5 dan 1 gram pervial
Amoksisilin :

Dalam bentuk kapsul atau tablet ukuran 125, 250, 500 gram dan sirup125mg/5mL dosis
diberikan 3 kali 250-500 mg sehari
Anti jamur :

Nystatin

Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan ragi yang sensitif terhadap obat ini
termasuk Candida sp. Di dalam darah sangat berbahaya bagi tubuh, tetapi dengan sifatnya yang
tidak bisa melewati membran kulit sangat baik untuk digunakan sebagai obat pemakaian luar
saja. Tetapi dalam penggunaannya harus hati-hati jangan digunakan pada luka terbuka.
Anti Virus :

Asiklovir

Bekerja menghambat enzim DNA polimerase virus. Sediaan dalam bentuk oral, injeksi dan krim
untuk mengobati herpes dilabia.
Efek samping :
Oral : pusing, mual, diare,sakit kepala
Topikal : Kulit kering dan rasa terbakar dikulit.
Kontraindikasi : tidak boleh digunakan pada ibu hamil.
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
1

Candida albicans

Topikal
Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 14 hari
Sistemik
Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
Nimorazol 2 gram dosis tunggal
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

Chlamidia trachomatis

Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)

Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral


Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari

Gardnerella vaginalis

Metronidazole 2 x 500 mg
Metronidazole 2 gram dosis tunggal
Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

Neisseria gonorhoeae

Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau


Amoksisiklin 3 gr im
Ampisiillin 3,5 gram im atau
Ditambah :
Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Tiamfenikol 3,5 gram oral
Kanamisin 2 gram im
Ofloksasin 400 mg/oral

Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase

Seftriaxon 250 mg im atau


Spektinomisin 2 mg im atau
Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah

Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau


Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

Virus herpeks simpleks

Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas


Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder

b. Terapi Nonfarmakologi
1. Perubahan Tingkah Laku
Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di lingkungan yang
hangat dan basah maka untuk membantu penyembuhan menjaga kebersihan alat kelamin dan
sebaiknya menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun serta tidak menggunakan
pakaian dalam yang ketat (Jones,2005). Keputihan bisa ditularkan melalui hubungan seksual dari
pasangan yang terinfeksi oleh karena itu sebaiknya pasangan harus mendapat pengobatan juga.
2. Personal Hygiene
Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat membantu
penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti penggunaan tisu basah atau produk
panty liner harus betul-betul steril.Bahkan, kemasannya pun harus diperhatikan. Jangan sampai
menyimpan sembarangan, misalnya tanpa kemasan ditaruh dalam tas bercampur dengan barang
lainnya. Karena bila dalam keadaan terbuka, bisa saja panty liner atau tisu basah tersebut sudah
terkontaminasi.Memperhatikan kebersihan setelah buang air besar atau kecil.Setelah bersih,
mengeringkan dengan tisu kering atau handuk khusus.Alat kelamin jangan dibiarkan dalam
keadaan lembab.
3. Pengobatan Psikologis
Pendekatan psikologik penting dalam pengobatan keputihan.Tidak jarang keputihan yang
mengganggu, pada wanita kadang kala pemeriksaan di laboratorium gagal menunjukkan infeksi,
semua pemgujian telah dilakukan tetapi hasilnya negatif namun masalah atau keluhan tetap ada.
Keputihan tersebut tidak disebabakan oleh infeksi melainkan karena gangguan fsikologi seperti
kecemasan, depresi, hubungan yangburuk, atau beberapa masalah psikologi yang lain yang
menyebabkan emosional. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan konsultasi dengan ahli
psikologi.Selain itu perlu dukungan keluarga agar tidak terjadi depresi.

Pencegahan
Menjaga kesehatan reproduksi untuk pencegahan keputihan pada wanita diawali dengan menjaga
kebersihan organ kewanitaan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan
organ kewanitaan, yaitu :
1. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin dan anus dengan seksama.
Membersihkan dilakukan dari depan kebelakang (dari daerah kemaluan ke arah anus)
secara satu arah. Hal ini dilakukan untuk mencegah kotoran dari anus masuk kedalam
vagina.
2. Membasuh secara teratur bagian bibir vagina secara hati-hati menggunakan air bersih dan
sabun yang lembut setiap habis BAK , BAB, dan ketika mandi. Yang terpenting adalah
membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar bibir vagina.
3. Gunakan sabun lembut tanpa pewangi saat mandi untuk menjaga keasaman vagina.
Normalnya vagina berbau asam dan kecut dengan pH keasaman sekitar 4-4,5. Terlalu
sering membasuh vagina dengan cairan kimia dan menggunakan deodoran disekitar
vagina akan merusak keseimbangan organisme dan cairan vagina sehingga
memungkinkan terjadinya infeksi pada vagina (vaginitis).
4. Mengeringkan alat kelamin dengan tisu atau handuk agar tidak lembab setiap kali setelah
mandi atau buang air. Usahakan agar daerah kemaluan dan selangkangan selalu kering,
lebih lebih bila tergolong gemuk karena suasana lembab sangat disukai oleh jamur. Selalu
keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.
5. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina kering
sepanjang hari. Bedak memiliki partikel partikel halus yang mudah terselip disana sini
yang akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang.
6. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari setelah mandi, terutama bagi wanita
aktif dan mudah berkeringat. Gunakan celana dalam yang kering dan bila celana dalam
keadaan basah segera mengganti celana dalam yang bersih dan belum dipakai.
7. Tidak memakai celana dalam yang terlalu ketat , karena celana dalam yang terlalu ketat
menyebabkan permukaan vagina menjadi lebih mudah berkeringat. Gunakan celana
dalam yang bahannya menyerap keringat seperti katun. Celana dalam dari satin atau
bahan sintetik lain membuat suasana disekitar vagina panas dan lembab.
8. Pakaian luar juga harus diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena pori porinya
sangat rapat, pilihlah seperti rok atau celana bahan non jeans agar sirkulasi udara
disekitar organ intim bergerak leluasa.
9. Ketika sedang haid dianjurkan sering mengganti pembalut terutama pada hari hari
pertama haid. Pembalut perlu diganti 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari
pertumbuhan bakteri pada pembalut yang digunakan dan mencegah masuknya bakteri
kedalam vagina. Pembalut yang baik yaitu pembalut yang berdaya serap baik dan tidak
berparfum.

10. Gunakan panty liner disaat perlu dan jangan terlalu lama. Misalnya saat berpergian keluar
rumah dan lepaskan sekembalinya dirumah.
11. Dianjurkan untuk mencukur rambut kemaluan karena rambut kemaluan dapat ditumbuhi
sejenis jamur atau kutu.
12. Hindari pemakaian barang barang yang dapat memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi. Dianjurkan tidak duduk diatas kloset di wc umum atau biasakan
mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
13. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat yang cukup , hindari
rokok, dan alkohol serta hindari stress yang berkepanjangan.

Komplikasi
Infertilitas/masalah kesuburan atau gangguan haid dan penyakit radang panggul,
pelvic inflamatori disease, eczema dan condylomata acuminata sekitar vulva,
vulvovaginitis, uretritis, pada wanita hamil dapat menyebabkan bayi prematur,
gangguan perkembangan dan berat badan lahir rendah (BBLR) terutama akibat
bacterial vaginosis dan infeksi Trichomonas, serta dapat memfasilitasi terjadinya
HIV.

Prognosis
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap
pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan
kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif
Vaginosis bakterial mengalami kesembuhan rata rata 70 80% dengan regimen
pengobatan
Kandidiasis mengalami kesembuhan rata rata 80 -95 %
Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata rata 95 %

Epedimiologi
Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang wanita mulai
dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat
pendidikan, ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak dijumpai
pada wanita dengan tingkat pendidikan dan social ekonomi yang rendah. Fluor albus
patologis sering disebabkan oleh infeksi, salah satunya bakteri vaginosis (BV) adalah
penyebab tersering (40-50% kasus terinfeksi vagina), vulvovaginal candidiasis (VC)
disebabkan oleh jamur candida species, 80-90% oleh candida albicans,
trichomoniasis (TM) disebabkan oleh trichomoniasis vaginalis, angka kejadiannya
sekitar 5-20% dari kasus infeksi vagina (Haryadi, 2011).

LI.3 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan PAP Smear


3.1 Definisi Pap Smear
Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adany
perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal
keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2008). Pap Smear merupakan
suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di
bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahuntahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim
(Diananda, 2009).
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa dilakukan setiap saat,
kecuali pada saat haid (Dalimartha, 2004).
Pap Smear pertama kali diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr. George Papanicolou dan Dr. Aurel
Babel, namun mulai populer sejak tahun 1943 (Purwoto & Nuranna, 2002).
3.2 Manfaat Pap Smear
Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan pelacak adanya
perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta
pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah (Dalimartha, 2004).
Pap Smear mampu mendeteksi lesi prekursor pada stadium awal sehingga lesi dapat ditemukan
saat terapi masih mungkin bersifat kuratif (Crum, Lester, & Cotran, 2007).
Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2005):
a. Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus endometrium,
keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapat
kemoterapi dan radiasai.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa
ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkunan keguguran pada hamil
muda.
d. Menentukan proses peradangan
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri
dan jamur.
3.3 Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear
American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita sebaiknya memulai skrining
3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual. Pap Smear dilakukan setiap tahun. Wanita yang
berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes
kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko tinggi harus melakukan tes setiap tahun.

Selain itu wanita yang telah mendapat histerektomi total tidak dianjurkan melakukan tes Pap
Smear lagi. Namun pada wanita yang telah menjalani histerektomi tanpa pengangkatan serviks
tetap perlu melakukan tes Pap atau skrining lainnya sesuai rekomendasi di atas.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (1989) dalam Feig (2001),
merekomendasikan setiap wanita menjalani Pap Smear setelah usia 18 yahun atau setelah aktif
secara seksual. Bila tiga hasil Pap Smear dan satu pemeriksaan fisik pelvik normal, interval
skrining dapat diperpanjang, kecuali pada wanita yang memiliki partner seksual lebih dari satu.
Pap Smear tidak dilakukan pada saat menstruasi. Waktu yang paling tepat melakukan Pap
Smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir. Pada pasien yang menderita
peradangan berat pemeriksaan ditunda sampai pengobatan tuntas. Dua hari sebelum dilakukan
tes, pasien dilarang mencuci atau menggunakan pengobatan melalui vagina. Hal ini dikarenakan
obat tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Wanita tersebut juga dilarang melakukan
hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear (Bhambhani, 1996).
3.4 Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
Menurut Soepardiman (2002), Manuaba (2005), dan Rasjidi (2008), prosedur pemeriksaan Pap
Smear adalah:
1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve (cocor bebek), spatula
Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%.
2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus,
dan kanalis servikalis.
4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
5. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan
diputar 360 searah jarum jam.
6. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda
dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan.
7. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
8. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli patologi anatomi.
3.5 Interpretasi Hasil Pap Smear
Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap Smear, sistem
Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN), dan sistem Bethesda.
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano, 1993), yaitu:
a. Kelas I : tidak ada sel abnormal.
b. Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya keganasan.
c. Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai sedang.

d. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.


e. Kelas V : keganasan.
Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di Amerika Serikat
(Tierner & Whooley, 2002). Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap Semar terdiri dari
(Feig, 2001):
a. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang dari sepertiga
lapisan epitelium.
b. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium.
c. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah melibatkan
sampai ke basement membrane dari epitelium.
Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988. Setelah melalui beberapa kali
pembaharuan, maka saat ini digunakan klasifikasi Bethesda 2001. Klasifikasi Bethesda 2001
adalah sebagai berikut (Marquardt, 2002):
1. Sel skuamosa
a. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US)
b. Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)
c. High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
d. Squamous Cells Carcinoma
2. Sel glandular
a. Atypical Endocervical Cells
b. Atypical Endometrial Cells
c. Atypical Glandular Cells
d. Adenokarsinoma Endoservikal In situ
e. Adenokarsinoma Endoserviks
f. Adenokarsinoma Endometrium
g. Adenokarsinoma Ekstrauterin
h. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)

LI.4 Memahami dan Menjelaskan Thaharah pada Keputihan


Keputihan ini umum dialami oleh wanita. Dalam kitab shahih Bukhari disebutkan, suatu ketika
ada beberapa sahabat perempuan datang bertanya kepada Aisyah radhiallahu anha tentang
batasan berakhirnya haidh. Beliau menjawab :

Jangan kalian tergesa-gesa (menetapkan akhir haidh) hingga kalian melihat cairan putih
Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya fathul bari menjelaskan bahwa cairan putih sebagaimana
di sebut hadits di atas menjadi salah satu tanda akhir masa haidh.
Selain jenis keputihan di atas, ada pula keputihan yang terjadi dalam keadaan tidak normal, yang
umumnya dipicu kuman penyakit dan menyebabkan infeksi. Akibatnya, timbul gejala-gejala
yang sangat mengganggu, seperti berubahnya warna cairan menjadi kekuningan hingga
kehijauan, jumlah berlebih, kental, lengket, berbau tidak sedap, terasa sangat gatal atau panas.
Dalam khazanah Islam, keputihan jenis ini biasa disebut dengan cairan putih kekuningan (sufrah
)atau cairan putih kekeruhan (kudrah ). Terkait dengan kedua hal ini, di kitab shahih
Bukhari disebutkan bahwa Sahabat bernama Ummu Athiyyah radhiallahuanha berkata:


Kami tidak menganggap al-kudrah (cairan keruh) dan as-sufrah (cairan kekuningan) sama
dengan haidh
Berdasarkan kedua hadis tersebut dapat disimpulkan :
1. Hukum orang yang mengalami keputihan tidak sama dengan hukum orang yang mengalami
menstruasi. Orang yang sedang keputihan tetap mempunyai kewajiban melaksanakan shalat dan
puasa, serta tidak wajib mandi.
2. Cairan keputihan tersebut hukumnya najis, sama dengan hukumnya air kencing. Oleh
karenanya, apabila ingin melaksanakan shalat, sebelum mengambil wudhu, harus istinjak
(cebok), dan membersihkan badan atau pakaian yang terkena cairan keputihan terlebih dahulu.
Sedangkan apabila cairan keputihan keluar terus-menerus, maka orang yang mengalaminya
dihukumi dharurah/terpaksa, artinya orang tersebut tetap wajib melaksanakan shalat walaupun
salah satu syarat sahnya shalat tidak terpenuhi, yakni sucinya badan dan pakaian dari najis.
Menurut ulama Syafiiyah, ketentuan tersebut bisa dilaksanakan dengan syarat diawali dengan
proses membersihkan, istinjak, wudhu dan kemudian shalat dilakukan secara simultan setelah
waktu shalat masuk.

Anda mungkin juga menyukai