URETEROLITHIASIS DUPLEX
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah
Diajukan kepada:
Pembimbing Klinik : dr. Bondan P, Sp.B
Disusun oleh :
Sinta Tri Ciptarini (H2A011042)
LEMBAR PENGESAHAN
1
Laporan kasus ini telah dipresentasikan dan disetujui oleh dokter pembimbing dari:
Nama
NIM
: H2A011042
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
Judul Kasus
: Ureterolithiasis Duplex
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis kelamin
Alamat
Status
Pekerjaan
: Ny. S
: 48 th
: Perempuan
: Jetakan RT 02/ RW I, Kangkung, Kendal
: Menikah
: Ibu rumah tangga
2
Suku
Agama
Pendidikan
Nomor RM
Masuk rumah sakit
II.
: Jawa
: Islam
: SD
: 501134
: 01 April 2016
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis tanggal 2 April 2016, pukul 14.00, di
Bangsal Anggrek RSUD Tugurejo Semarang
Keluhan utama : Nyeri perut bawah
Riwayat penyakit sekarang :
Tiga bulan SMRS pasien mengeluh nyeri perut bawah, nyeri menjalar sampai
ke punggung bawah. Nyeri disertasi rasa panas. Nyeri dirasakan hilang timbul.
Dua minggu SMRS pasien merasakan keluhannya semakin berat. Nyeri
dirasakan terus menerus dan disertasi rasa panas. Tidak ada keluhan saat BAK. Warna
urin jernih, pasir (-), darah (-), nyeri saat berkemih (-), kencing mengejan (-). Demam
(-), mual (-), muntah (-). BAB dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit seperti ini sebelumnya : disangkal
Riwayat darah tinggi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 29 Maret 2016, pukul 14.30 WIB
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: compos mentis
GCS
: E4M6V5 = 15
Vital Sign
TD
: 120/70 mmHg
RR
: 22 x / menit
Nadi
: 82 x / menit
Suhu
: 36,5 0C
3
BB
TB
IMT
: 48 kg
: 155 cm
: 19,7 (normoweight)
Status interna
Kepala
: kesan mesocepal
Mata
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Hidung
: nafas cuping (-), deformitas (-), secret (-)
Telinga: serumen ( - ), nyeri tekan mastoid ( - ), nyeri tekan tragus ( - )
Mulut
: sianosis (-), bibir pecah pecah (-)
Leher
: (status lokalis)
Thorax
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Tampak Belakang
SD Vesikuler
SD Vesikuler
Paru
Depan
Inspeksi
Dextra
Sinistra
Palpasi
normal
normal
Pengembangan pernafasan paru Pengembangan pernafasan paru
normal
normal
Simetris, nyeri tekan (-), SIC Simetris, nyeri tekan (-), SIC
dalam
Perkusi
Auskultas
i
batas
normal,
taktil dalam
batas
normal,
(-)
Sonor seluruh lapang paru
Sonor seluruh lapang paru
Suara dasar vesicular, wheezing
Suara dasar vesicular, wheezing
(-), ronki (-)
(-), ronki (-)
Abdomen
Inspeksi
: datar, warna kulit sama dengan sekitar
Auskultasi
: bising usus normal
Perkusi
: timpani seluruh regio abdomen
Palpasi
: nyeri tekan (-)
Nyeri ketok costovertebra (-)
Ekstremitas
taktil
:
Superior
Inferior
5
IV.
Akral pucat
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Deformitas
-/-
-/-
Capillary Refill
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Pemeriksaan
Hematologi
darah rutin :
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
Elektrolit
Natrium
Chlorida
Kalium
Kimia Klinik
GDS
Ureum
Kreatinin
Albumin
Hasil
Nilai Rujukan
L 11,70
9,79
4,16
L 32,50
286
11,7-15,5 g/dl
3,6-11 ribu
3,8 5,2 juta
35 47 %
154 440 ribu
139
H 110
L 3,40
135-145 mmol/L
95,0-105 mmol/L
3,50-5,0
120
64,5
3,71
4,4
b. USG Abdomen
Kesan :
uk 1,61 cm
severe hydronefrosis dan hydroureter kiri ec ureterolithiasis uk 1,69 cm
c. X - Foto BNO
V.
RESUME
Wanita 48 tahun, tiga bulan SMRS pasien mengeluh nyeri perut bawah, nyeri
menjalar sampai ke punggung bawah. Nyeri disertasi rasa panas. Nyeri dirasakan hilang
timbul. Dua
dirasakan terus menerus dan disertasi rasa panas. Tidak ada keluhan saat BAK.
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan nyeri tekan pada abdomen, nyeri ketok
costovertebra (-).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan ureum kreatinin. Pada
X- foto BNO didapatkan kesan Ureterolitiasis kiri 1/3 proksimal dan kanan 1/3 distal.
VI.
Daftar Masalah
Masalah Aktif
1. Nyeri perut bawah
VII.
Masalah Pasif
-
DIAGNOSA
Ureterolitiasis duplex
Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang penyakit yang dialami pasien
8
IX.
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
URETEROLITIASIS
2.1 Definisi
Ureterolitiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter. Batu ureter pada umumnya
adalah batu yang terbentuk di dalam sistem kalik ginjal, yang turun ke ureter. Terdapat
tiga penyempitan sepanjang ureter yang biasanya menjadi tempat berhentinya batu yang
turun dari kalik yaitu ureteropelvic junction (UPJ), persilangan ureter dengan vasa iliaka,
dan muara ureter di dinding buli.
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar
bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih, kemudian berupa nidus
menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil
menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin
asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik.
Komposisi batu ureter sama dengan komposisi batu saluran kencing pada umumnya
yaitu sebagian besar terdiri dari garam kalsium, seperti kalsium oksalat monohidrat dan
9
kalsium oksalat dihidrat. Sedang sebagian kecil terdiri dari batu asam urat, batu struvit
dan batu sistin.
2.2 Anatomi
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan urin
dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm dengan
diameter maksimum sekitar 1,7 cm di dekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal
menuju kandung kemih. Terletak retroperitoneal, sebagian terletak pada Cav. Abdomini,
Pars Abdominis, seebaagian lagi pada cavum Pelvis (Pars Pelvica). Bermuara dalam
vesica urinaria dengan jarak 5 cm satu sama lain, bermuara pada vesica urin pada Ostium
Ureteris. Ureter menyempit pada tiga tempat ; Peralihan pelvis renalis jadi ureter, ketika
menyilang A.Iliaca communis, ketika bermuara ke dalam vesica urinaris.
Ureter di perdarahi oleh ; A. renalis, aorta abdominalis, arteria ovarica ( A. Testicularis ),
A. Iliaca Interna, A. uterina, A. vesicalis. Lalu membentuk anastomosis.
2.3 Insiden
Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di
negara kita. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negaranegara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju
lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas; hal ini karena adanya
pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari.
Di Amerika Serikat 5 10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di
seluruh dunia rata-rata terdapat 1 12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
2.4.
Etiologi
Etiologi pembentukan batu meliputi idiopatik, gangguan aliran kemih, gangguan
metabolisme, infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease
(Proteus mirabilis), dehidrasi, benda asing, jaringan mati (nekrosis papil) dan multifaktor.
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih; tetapi hingga
kini
masih
belum
jelas
teori
mana
yang
paling
benar.
a. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus). Partikelpartikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated) akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat
berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.
b. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein)
merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.
c. Penghambatan kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain :
magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu
atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam
saluran kemih.
2.5 Patofisiologi
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam urat,
oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu
idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik; di
antaranya berkaitan dengan sindrom alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan
kalsium (hidroksiapatit) kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu
fosfat amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria
yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu
asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk
karena pH urin rendah.
Pada kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas. Faktor
predisposisi berupa stasis, infeksi, dan benda asing. Infeksi, stasis, dan litiasis
merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan atau
sirkulus visiosus.
Jaringan abnormal atau mati seperti pada nekrosis papila di ginjal dan benda asing
mudah menjadi nidus dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus
batu.
2.6 Manifestasi Klinis
Gerakan peristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga menimbulkan
kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Nyeri ini dapat menjalar
11
hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke
kemaluan. Kadang-kadang nyeri terus-menerus karena peregangan kapsul ginjal.
Biasanya nyeri dimulai didaerah pinggang kemudian menjalar ke arah testis disertai
mual
dan
muntah,
berkeringat
dingin,
pucat
dan
dapat
terjadi
renjatan.
Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat
kencing atau sering kencing. Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat
keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan
menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis) serta menimbulkan obstruksi kronik
berupa hidroureter/hidronefrosis. Terkadang disertai hematuria.
2.7 Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
5.
pemecah urea.
6. Pemeriksaan faal ginjal bertujuan untuk mencari kemungkinan terjadinya penurunan
fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan IVP.
7. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya
batu saluran kemih (antara lain kadar: kalsium, oksalat, fosfat maupun urat didalam
darah maupun dalam urine).
karena
masukan
cairan
sedikit
sehingga
dapat
menimbulkan
pembentukan batu dengan peningkatan reaktan dan pengurangan aliran air kemih.
Jenis Cairan yang Diminum
Minuman soft drink lebih 1 liter per minggu menyebabkan pengasaman dengan asam
fosfor dapat meningkatkan risiko penyakit batu. Jus apel dan jus anggur dihubungkan
dengan peningkatan risiko pembentukan batu, sedangkan kopi, the, bir, dan anggur
diduga dapat mengurangi risiko kejadian batu ginjal.
Hiperoksaluria
Kenaikan ekskresi oksalat di atas normal. Ekskresi oksalat air kemih normal di bawah
45 mg/hari (0,5 mmol/hari). Oksalat air kemih berasal dari metabolisme glisin sebesar
40%, dari asam askorbat sebesar 40%, dari oksalat diet 10%. Kontribusi oksalat dan
diet disebabkan sebagian garam kalsium oksalat tidak larut dalam lumen intestinal.
Absorbsi oksalat intestinal dan ekskresi oksalat dalam air kemih dapat mengikat bila
kekurangan kalsium pada lumen intestinal untuk mengikat oksalat. Hiperoksaluria
dapat disebabkan oleh hiperoksaluria. Kelainan ini berbentuk kerusakan akibat
kekurangan enzim dan menyebabkan kelebihan produksi oksalat dari glikoksalat.
14
2.10 Penatalaksanaan
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter < 5 mm. Seperti disebutkan
sebelumnya, batu ureter < 5 mm bisa keluar spontan. Karena itu dimungkinkan untuk
pilihan terapi konservatif berupa :
1. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
2. - blocker
3. NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat lain
untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan
obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi bukan merupakan
pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu
(misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi
terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi.
sering digunakan dalam tatalaksana aktif batu ureter. ESWL didasarkan pada prinsip
bahwa gelombang kejut bertekanan tinggi akan melepaskan energi ketika melewati areaarea yang memiliki kepadatan akustik berbeda. Gelombang kejut yang dibangkitkan di
luar tubuh dapat difokuskan ke sebuah batu menggunakan berbagai teknik geometrik.
Gelombang kejut melewati tubuh dan melepaskan energinya saat melewati sebuah batu.
Tujuan dari metode ini adalah untuk memecah batu menjadi partikel-partikel yang cukup
kecil sehingga dapat melewati ureter tanpa menimbulkan nyeri yang berarti.
Ureterorenoskopi (URS)
Penemuan ureteroskopi pada tahun 1980-an telah mengubah secara dramatis
manajemen batu saluran kemih. Ureteroskopi rigid digunakan bersama dengan litotripsi
ultrasonik, litotripsi elektrohidrolik, litotripsi laser dan litotripsi pneumatik agar
memberikan hasil lebih baik. Pengangkatan batu juga dapat dilakukan dengan ekstraksi
15
Untuk mencapai akses perkutan, urolog atau radiolog memasang kabel penuntun fleksibel
berukuran kecil di bawah kontrol fluoroskopi melalui pinggang pasien ke dalam ginjal
lalu turun ke ureter. Jika akses sudah diperoleh, saluran dilebarkan sampai ukuran 30 F
dan dimasukkan selongsong, lalu nefroskop atau ureteroskop rigid / fleksibel dimasukkan
melalui selongsong. Dengan tuntunan fluoroskopi dan endokamera, batu diangkat secara
utuh atau setelah dipecahkan menggunakan litotripsi intrakorporal. PNL memiliki
keuntungan sebagai berikut : (1) Jika batu dapat dilihat, hampir dipastikan batu tersebut
dapat dihancurkan. (2) Dengan alat fleksibel, ureter dapat dilihat secara langsung
sehingga fragmen kecil dapat diidentifikasi dan diangkat. (3) Proses cepat, dengan hasil
yang dapat diketahui saat itu juga. Perawatan di rumah sakit biasanya 3 sampai 5 hari,
pasien dapat kembali melakukan aktivitas ringan setelah 1 sampai 2 minggu. Angka
transfusi PNL sekitar 2-6%. Angka perawatan kembali, yaitu angka dimana instrumen
harus dimasukkan kembali untuk mengangkat batu yang tersisa bervariasi dari 10%
sampai 40-50%. Angka bebas batu adalah 75-90%. Komplikasi yang dapat terjadi
meliputi perdarahan, infeksi, dan fistula arteri-vena.
Pembedahan Terbuka
Berbagai variasi operasi spesifik dapat dilakukan untuk mengangkat batu ureter.
Bergantung pada anatomi dan lokasi batu, ureterolitotomi dapat dilakukan melalui insisi
samping, dorsal atau anterior. Saat ini, ureterolitotomi sudah jarang dilakukan, kecuali
pada kasus dimana batu berukuran besar atau pasien memiliki kelainan anatomi ginjal
atau ureter. Perawatan di rumah sakit berkisar antara 2 sampai 7 hari. Disabilitas pasca
operasi berkisar antara 4 sampai 6 minggu.
16
2.11 Pencegahan
Untuk mencegah pembentukan kristal fosfat, ammonium, magnesium, semua batu
yang ada dalam saluran kemih harus dihilangkan karena kuman B.Proteus dapat berada
di bagian yang sulit dicapai oleh antibiotik. Karena itu untuk batu struvit mutlak harus
dicegah adanya batu residu agar infeksi dapat dibasmi sempurna. Kristalisasi asam urat
sangat tergantung pada pH urin. Bila pH selalu di atas 6,2 maka tidak akan terbentuk
kristal asam urat. Pencegahannya adalah dengan diet dan pada penyakit asam urat yang
tinggi dalam serum dapat diberikan alopurinol.
Kalsium oksalat terdapat pada 75% batu ginjal dan merupakan komposisi yang paling
sering ditemukan pada batu saluran kemih, dalam keadaan normal kalsium oksalat tidak
berada dalam puncak saturasi di air kemih. Faktor utama yang menentukan saturasi
oksalat kalsium adalah kalsium dan oksalat. Oksalat mempunyai potensi jauh lebih
besar jika dibanding dengan kalsium sebagai faktor saturasi di air kemih sehingga untuk
menghindari terjadinya kristalisasi kalsium oksalat yang terpenting adalah mencegah
ekskresi oksalat di air kemih. Ekskresi oksalat di air kemih sebagian berasal dari
makanan, tetapi sebagian besar bersumber dari metabolisme endogen. Dari bahan
makanan yang paling banyak mengandung oksalat adalah bayam, teh, kopi dan coklat.
Makanan dengan rendah oksalat merupakan cara yang bermanfaat untk mengurangi
ekskresi okasalat.
17
DAFTAR PUSTAKA
2. Sjamsuhidayat.R & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi III. Jakarta : EGC.
2010.
3. Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah FKUI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Bina
Rupa Akasara.
5. Oswari, Jonatan; Adrianto, Petrus, Buku Ajar bedah, EGC, Jakarta, 1995
18