Anda di halaman 1dari 2

Mekanisme tenggelam dalam air tawar: 1

a. Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar sehingga terjadi hemodilusi yang
hebat sampai 72% yang berakibat terjadinya hemolisis.
b. Oleh karena terjadi perubahan biokimiawi yang serius, dimana kalium dalam plasma
meningkat dan natrium berkurang, juga terjadi anoksia dalam miokardium.
c. Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah dan sirkulasi berlebihan, terjadi
penurunan tekanan sistole dan dalam beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel.
d. Jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah, terjadi anoksia cerebri yang
hebat, hal ini menerangkan mengapa kematian terjadi dengan cepat.

Mekanisme tenggelam dalam air asin: 1

a. Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi tertarik keluar sampai 42% dan masuk
kedalam jaringan paru sehingga terjadi edema pulmonum yang hebat dalam waktu relatif
singkat.
b. Pertukaran elektrolit dari asin kedalam darah mengakibatkan meningkatnya hematokrit dan
peningkatan kadar natrium plasma.
c. Vibrilasi ventrikel tidak terjadi, tetapi terjadi anoksia pada miokardium dan disertai
peningkatan viskositas darah akan menyebabkan payah jantung.
d. Tidak terjadi hemolisis melainkan hemokonsentrasi, tekanan sistolik akan menetap dalam
beberapa menit.

Pada peristiwa tenggelam di air tawar akan menimbulkan anoksia disertai gangguan
elektrolit. Cairan yang teraspirasi dan terdapat pada paru-paru menghasilkan vasokonstriksi dan
hipertensi yang diperantarai oleh nervus vagus. Karena konsentrasi elektrolit dalam air tawar
lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah maka air tawar berpindah lebih cepat dari
membran kapiler - alveoli ke mikrosirkulasi, sehingga akan mengakibatkan terjadinya
hemodilusi dan hemolisis. Akibat pengenceran darah yang terjadi, tubuh mencoba mengatasi
keadaan ini dengan melepaskan ion kalium dari serabut otot jantung sehingga kadar ion kalium
dalam plasma meningkat, terjadi perubahan keseimbangan antara kalium dan kalsium dalam
serabut oto jantung dapat mendorong terjadinya fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah,
yang kemudian menyebabkan timbulnya kematian akinat anoksia otak. Kematian terjadi dalam
waktu 5 menit. Pemeriksaan post mortem ditemukan tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl jantung
kanan lebih tinggi dari jantung kiri dan adanya buih serta benda-benda air pada paru-paru. Selain
itu, air tawar cenderung lebih hipotonik dibandingkan plasma dan menyebabkan gangguan
surfaktan alveoli. Hal ini akan menyebabkan instabilitas alveoli, atelektasis, dan penurunan
komplians paru.2,3,4

Pada peristiwa tenggelam di air asin, akan mengakibatkan terjadinya anoksia dan
hemokonsentrasi. Konsentrasi elekrolit cairan air asin lebih tinggi daripada dalam darah,
sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru yang akan
menimbulkan edema paru, hemokonsentrasi, dan hipovolemia. Hemokonsentrasi akan
mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya payah jantung. Kematian
terjadi kira-kira dalam 8-9 menit setelah tenggelam. Pada pemeriksaan post mortem ditemukan
adanya tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl pada jantung kiri lebih tinggi daripada jantung kanan
dan ditemukan buih serta benda-benda air. Dibandingkan dengan tenggelam pada air tawar,
kematian pada tenggelam di air asin prosesnya lebih lambat. Air asin, yang bersifat
hiperosmolar, akan menarik cairan ke dalam alveoli dan menyebabkan dilusi surfaktan. Cairan
yang kaya protein akan bereksudasi secara cepat ke alveoli dan instertitial paru. Hal ini
menyebabkan komplians paru berkurang, dan membran kapiler-alveoli rusak dan terjadi
perpindahan cairan sehingga terjadi hipoksia.2,3,4

1. Wilianto W. Pemeriksaan diatom pada korban diduga tenggelam. Jurnal Kedokteran


Forensik Indonesia. Juli – September 2012; 14(3);h.42.
2. Dahlan S. 2000. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
3. Cantwell PG, Verive MJ, Shoff WH, Norris RL, Talavera F, Lang ES, et al. 2017.
Drowning. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/772753-overview.
[Accessed 12 Agustus 2018].
4. Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, 1997

Anda mungkin juga menyukai