Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan
kepada penyusun sehingga penyusunan Referat
2.
Para Bidan dan Pegawai di Bagian SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr.Slamet
Garut.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma Leher Rahim (Karsinoma Serviks) atau biasa disebut kanker serviks
adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks (bagian terendah dari
rahim yang menempel pada puncak vagina. 90 % dari kanker serviks berasal dari sel
skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.1
Penyebab primer kanker leher rahim adalah infeksi kronik leher rahim oleh satu atau
lebih virus HPV (Human Papiloma Virus) tipe onkogenik yang berisiko tinggi menyebabkan
kanker leher rahim, ditularkan melalui hubungan seksual (sexually transmitted disease).
Wanita biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun sampai tigapuluhan, walaupun
kankernya sendiri baru akan muncul 10-20 tahun sesudahnya. Sebelum terjadinya kanker
didahului oleh perubahan keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia serviks (NIS),
biasanya memakan waktu beberapa tahun sebelum berkembang menjadi kanker. Oleh sebab
itu sebenarnya terdapat kesempatan yang cukup untuk mendeteksi bila terjadi perubahan pada
sel serviks dengan pap smear atau inspeksi visual asam asetat (IVA) serta menanganinya
dengan tepat sebelum menjadi knker serviks.2
Karsinoma leher rahim adalah kanker terbanyak kelima pada wanita di seluruh dunia.
Penyakit ini banyak terdapat pada wanita Amerika Latin, Afrika, dan negara-negara
berkembang lainnya di Asia, termasuk Indonesia. Pada wanita-wanita Suriname keturunan
Jawa, terdapat insidensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan keturunan etnis lainnya.
Karsinoma leher rahim di negara-negara maju menempati urutan keempat setelah kanker
payudara, kolorektum, dan endometrium. Sedangkan di negara-negara sedang berkembang
menempati urutan pertama. Di negara Amerika Serikat, kanker cerviks memiliki Age Specific
Incidence Rate (ASR) yang khas, kurang lebih 20 kasus per 100.000 penduduk wanita per
tahun.3
Mengingat bahwa kanker serviks dapat dicegah dengan menghindari faktor risiko dan
deteksi dini, pengetahuan tentang penyebab dan faktor risiko dan deteksi dini, pengetahuan
tentang penyebab dan faktor risiko kanker serviks sangatlah penting. Dengan pengetahuan
yang baik diharapkan akan muncul kesadaran wanita untuk menghindari faktor risiko dan
melakukan pemeriksaan secara dini sehingga kanker serviks dapat ditemukan pada stadiu
awal, dapat mengurangi beban sosial ekonomi yang terjadi akibat kanker serviks.2
2
BAB II
KARSINOMA SERVIKS
2.1.
DEFINISI
akhirnya menjadi karsinoma in-situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma
invasif. Tingkat displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia
menjadi karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ
menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.4
2.2.
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan distribusi umur, Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of
Gynecology and Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur
60-69 tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih sering ditemukan
pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan untuk stadium IB dan II sering ditemukan
pada kelompok umur 40-49 tahun, stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok
umur 60-69 tahun.5
Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0 pada ras
Cina; 17,8 pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000 penduduk. Insidens
dan angka kematian kanker serviks menurun selama beberapa dekade terakhir di AS> hal
ini karena skrining Pap menjadi lebihpopuler dan lesi serviks pre-invasif lebih sering
dideteksi daripada kanker invasif. Diperkirakan terdapat 3.700 kematian akibat kanker
serviks pada 2006.3
Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim setiap
tahunnya. Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium patologi, kanker
serviks merupakan penyakit kankeryang memiliki jumlah penderita terbanyak di
Indonesia, yaitu lebih kurang 36%. Dari data 17 rumah sakit di Jakarta 1977, kanker
serviks menduduki urutan pertama, yaitu 432 kasus di antara 918 kanker pada perempuan.3
Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, frekuensi kanker serviks sebesar 76,2 %
di anatara kanker ginekologi. Terbanyak pasien datang pada stadium lanjut, yaitu stadium
IIB-IVB, sebanyak 66,4 %. Kasus dengan stadium IIIB, yaitu stadium dengan gangguan
fungsi ginjal, sebanyak 37,3% atau lebih dari sepertiga kasus.3
Relative survival pada wanita dengan lesi pre-invasif hampir 100%. Relative 1 dan 5
years survival masing-masing sebesar 88% dan 73%. Apabila dideteksi pada stadium awal,
kanker serviks invasif merupakan kanker yang paling berhasil diterapi, dengan 5 YSR
sebesar 92% untuk kanker total.3
Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status
sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan umber daya, keterbatasan sarana dan prasarana,
jenis histopatologi, dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari
penderita.3
2.3.
histopatologi, (2) klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks, dan (3)
klasifikasi berdasarkan stadium stadium klinis menurut FIGO (The International
Federation of Gynekology and Obstetrics).6
2.3.1. Klasifikasi berdasarkan histopatologi :
-
CIN
2,
perubahan
sel-sel
abnormal
lebih
kurang
tiga
perempatnya,
CIN 3, perubahan sel-sel abnormal hampir seluruh sel. adalah luka derajat tinggi
(high grade lesion). Ia merujuk pada perubahan-perubahan prakanker pada sel-sel
yang mencakup lebih besar dari duapertiga dari ketebalan pelapis cervix, termasuk
luka-luka ketebalan penuh yang dahulunya dirujuk sebagai dysplasia dan
carcinoma yang parah ditempat asal.
HSIL (High Grade Squamous Intraepithelial Lesion) merujuk pada fakta bahwa
sel-sel dengan derajat yang parah dari dysplasia terlihat.
Tingkat
0
Kriteria
KIS (Karsinoma in Situ) atau karsinoma intra epitel, membrana basalis
masih utuh.
Ia
Ib occ
Ib
II
Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke2/3 bagian
atas vagina dan ke parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul.
IIa
IIb
III
IIIa
IIIb
IV
IVa
Ivb
-
Tingkat
T
Kriteria
Tidak ditemukan tumor primer
T1S
T1
T1a
T1b
T2
T2a
T2b
T3
T4
T4a
T4b
Nx
N0
N1
N2
Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan
celah bebas infiltrat diantara massa ini dengan tumor
M0
M1
2.4.
2.4.1. Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV).
HPV tersebar luas, dapat menginfeksi kulit dan mukosa epitel. HPV dapat menyebabkan
manifestasi klinis baik lesi yang jinak maupun lesi kanker. Tumor jinak yang disebabkan
infeksi HPV yaitu veruka dan kondiloma akuminata sedangkan tumor ganas anogenital
adalah kanker serviks, vulva, vagina, anus dan penis. Sifat onkogenik HPV dikaitkan
dengan protein virus E6 dan E7 yang menyebabkan peningkatan proliferasi sel sehingga
terjadi lesi pre kanker yang kemudian dapat berkembang menjadi kanker.7
-
Morfologi HPV
Human papilloma virus (HPVs) adalah virus DNA famili papillomaviridae.
HPV virion tidak mempunyai envelope, berdiameter 55 nm, mempunyai kapsid
ikosahedral. Genom HPV berbentuk sirkuler dan panjangnya 8 kb, mempunyai 8
open reading frames (ORFs) dan dibagi menjadi gene early (E) dan late (L). Gen
E mengsintesis 6 protein E yaitu E1, E2, E4, E5, E6 dan E7, yang banyak terkait
dalam proses replikasi virus dan onkogen, sedangkan gen L mengsintesis 2 protein
L yaitu L1 dan L2 yang terkait dengan pembentukan kapsid. Virus ini juga bersifat
epiteliotropik yang dominan menginfeksi kulit dan selaput lendir dengan
karakteristik proliferasi epitel pada tempat infeksi.
E Protein
Perananya
E1
E2
E4
Mengikat sitokeratin
E5
E6
E7
L Protein
Peranannya
L1
L2
Klasifikasi
HPV dibagi menjadi 2 yaitu virus tipe low-risk (resiko rendah) dan high-risk
(resiko tinggi) yang dihubungkan dengan resiko keganasan.7
10
(HPV-2) belum
didemonstrasikan pada sel tumor, teknik hibridisasi insitu telah menunjukkan bahwa
terdapat HSV RNA spesifik pada sampel jaringan wanita dengan displasia serviks.
DNA sekuens juga telah diidentifikasi pada sel tumor dengan menggunakan DNA
rekombinan. Diperkiran, 90% pasien dengan kanker serviks invasif dan lebih dari
60% pasien dengan neoplasia intraepitelial serviks (CIN) mempunyai antibodi
terhadap virus.
Lain-lain
Infeksi trikomonas, sifilis, dan gonokokus ditemukan berhubungan dengan
kanker serviks. Namun, infeksi ini dipercaya muncul akibat hubungan seksual dengan
multipel partner dan tidak dipertimbangkan sebagai faktor risiko kanker serviks secara
langsung.
Merokok
Saat ini terdapat data yang mendukung bahwa rokok sebagai penyebab kanker
serviks dan hubungan antara merokok dengan kanker sel skuamosa pada serviks
(bukan adenoskuamosa atau adenokarsinoma). Mekanisme kerja bisa langsung
(aktivitas mutasi mukus serviks telah ditunjukkan paa perokok) atau melalui efek
imunosupresif dari merokok. Bahkan karsinogenik spesifik dari tembakau dapat
dijumpai dalam lendir dari mulut rahim pada wanita perokok. Bahkan karsniogenik
11
ini dapat merusak DNA sel epitel skuamoda dan bersama infeksi HPV dapat
mencetuskan transformasi keganasan.
2) Faktor risiko yang diperkirakan
Kontrasepsi Oral
Risiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah menunjukkan hubungan
dengan kontrasepsi oral. Bagaimanapun, penemuan ini hasilnya tidak selalu konsisten
dan tidak semua studi dapat membenarkan perkiraan risiko dengan mengontrol
pengaruh kegiatan seksual. Beberapa studi gagal dalam menunjukkan beberapa
hubungan dari salah satu studi, bahkan melaporkan proteksi terhadap penyakit yang
invasif. Hubungan yang terakhir ini mungkin palsu dan menunjukkan deteksi adanya
bias karena peningkatan skrining terhadap pengguna kontrasepsi. Beberapa studi lebih
lanjut kemudian memerlukan konfirmasi atau menyangkal observasi ini mengenai
kontrasepsi oral.
Diet
Diet rendah karotenoid dan defisiensi asam folat juga dimasukkan dalam
faktor risiko kanker serviks.
Etnis dan Faktor Sosial
Wanita di kelas sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor risiko lima
kali lebih besr daripada wanita di kelas yang paling tinggi. Hubungan ini mungkin
dikacaukan oleh hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan
Di Amerika Serikat, ras negro, hispanik, dan wanita Asia memiliki insiden
kanker serviks yang lebih tinggi daripada wanita ras kulit putih. Perbedaan ini
mungkin mencerminkan pengaruh sosioekonomi.
Pekerjaan
Sekarang ini, ketertarikan di fokuskan pada pria yang pasangannya menderita
kanker serviks. Diperkirakan bahwa paparan bahan tertentu dari suatu pekerjaan
(debu, logam bahan kimia, tas, atau oli mesin) dapat menjadi faktor risiko kanker
serviks.
2.5.
PATOFISIOLOGI
Petanda tumor atau kanker adalah pembelahan sel yang tidak dapat dikontrol sehingga
membentuk jaringan tumor. Mekanisme pembelahan sel yang terdiri dari 4 fase yaitu G1,
S, G2 dan M harus dijaga dengan baik. Selama fase S, terjadi replikasi DNA dan pada fase
12
M terjadi pembelahan sel atau mitosis. Sedangkan fase G (Gap) berada sebelum fase S
(Sintesis) dan fase M (Mitosis). Dalam siklus sel p53 dan pRb berperan penting, dimana
p53 memiliki kemampuan untuk mengadakan apoptosis dan pRb memiliki kontrol untuk proses
proliferasi sel itu sendiri.7
Infeksi dimulai dari virus yang masuk kedalam sel melalui mikro abrasi jaringan
permukaan epitel, sehingga dimungkinkan virus masuk ke dalam sel basal. Sel basal
terutama sel stem terus membelah, bermigrasi mengisi sel bagian atas, berdiferensiasi dan
mensintesis keratin. Pada HPV yang menyebabkan keganasan, protein yang berperan banyak
adalah E6 dan E7. mekanisme utama protein E6 dan E7 dari HPV dalam proses perkembangan
kanker serviks adalah melalui interaksi dengan protein p53 dan retinoblastoma (Rb). Protein E6
mengikat p 53 yang merupakan suatu gen supresor tumor sehingga sel kehilangan kemampuan
untuk mengadakan apoptosis. Sementara itu, E7 berikatan dengan Rb yang juga merupakan suatu
gen supresor tumor sehingga sel kehilangan sistem kontrol untuk proses proliferasi sel itu sendiri.
Protein E6 dan E7 pada HPV jenis yang resiko tinggi mempunyai daya ikat yang lebih besar
terhadap p53 dan protein Rb, jika dibandingkan dengan HPV yang tergolong resiko rendah.
Protein virus pada infeksi HPV mengambil alih perkembangan siklus sel dan mengikuti
deferensiasi sel.
Karsinoma serviks umumnya terbatas pada daerah panggul saja. Tergantung dari
kondisi immunologik tubuh penderita KIS akan berkembang menjadi mikro invasif
dengan menembus membrana basalis dengan kedalaman invasi <1mm dan sel tumor
masih belum terlihat dalam pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor sudah terdapat
>1mm dari membrana basalis, atau <1mm tetapi sudah tampak dalam pembuluh limfa atau
darah, maka prosesnya sudah invasif. Tumor mungkin sudah menginfiltrasi stroma serviks,
akan tetapi secara klinis belum tampak sebagai karsinoma. Tumor yang demikian disebut
sebagai ganas praklinik (tingkat IB-occult). Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran
secara limfogen melalui kelenjar limfa regional dan secara perkontinuitatum (menjalar)
menuju fornices vagina, korpus uterus, rektum, dan kandung kemih, yang pada tingkat
akhir (terminal stage) dapat menimbulkan fistula rektum atau kandung kemih. Penyebaran
limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa regional melalui ligamentum latum,
kelenjar-kelenjar iliak, obturator, hipogastrika, prasakral, praaorta, dan seterusnya secara
teoritis dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia di kiri
mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan otak.1,3,6
13
(Sumber : American Cancer Society. 2012. Cervical Cancer. At lanta. American Cancer
Society).
14
CRF
15
(Sumber : American Cancer Society. 2012. Cervical Cancer. At lanta. American Cancer
Society)
Perjalanan penyakit kanker serviks dari pertama kali terinfeksi memerlukan waktu
sekitar 10-15 tahun. Oleh sebab itu kanker serviks biasanya ditemukan pada wanita yang
sudah berusia sekitar 40 tahun.Ada empat stadium kanker serviks yaitu Stadium satu
kanker masih terbatas pada serviks (IA dan IB), pada stadium dua kanker meluas di
serviks tetapi tidak ke dinding pinggul (IIA menjalar ke vagina/liang senggama, IIB
menjalar ke vagina dan rahim), pada stadium III kanker menjalar ke vagina, dinding
pinggul dan nodus limpa (IIIA menjalar ke vagina,IIIB menjalar ke dinding pinggul,
menghambat saluran kencing, mengganggu fungsi ginjal dan menjalar ke nodus limpa),
pada stadium empat kanker menjalar ke kandung kencing, rektum, atau organ lain (IVA:
Menjalar ke kandung kencing, rectum, nodus limpa, IVB: Menjalar ke panggul and nodus
limpa panggul, perut, hati, sistem pencernaan, atau paru-paru ).6
16
(Sumber : http://www.cirikankerserviks.com/)
2.6. DIAGNOSIS
2.6.1. Gejala dan Tanda
Gejala klinis dari kanker serviks sangat tidak khas pada stadium dini. Biasanya sering
ditandai sebagai fluor dengan sedikit darah, perdarahan post koitus atau perdarahan
pervaginam yang disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru
terlihat tanda-tanda yang lebih khas untuk kanker serviks, baik berupa perdarahan yang hebat
(terutama dalam bentuk eksofilik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.8
Pada fase prakanker, sering tidak ditandai dengan gejala atau tanda-tanda yang khas.
Namun, kadang dapat ditemui gejala-gejala sebagai berikut:
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama makin berbau busuk karena adanya infeksi dan nekrosis jaringan.
b. Perdarahan setelah senggama ( post coital bleeding) yang kemudian berlanjut ke
perdarahan yang abnormal.
c. Timbulnya perdarah setelah masa menopause
d. Pada tahap invasif dapat muncul cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan
dapat bercampur dengan darah
e. Timbul gejala-gejala anemia akibat dari perdarahan yang abnormal
f. Timbul nyeri pada daeah panggul (pelvic) atau pada daerah perut bagian bawah bila
terjadi peradangan pada panggul. Bila nyeri yang terjadi dari daerah pinggang ke
bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu masih mungkin terjadi nyeri
pada tempat-tempat lainnya.
g. Pada stadium kanker lanjut, badan menjadi kurus karena kekurangan gizi, edema pada
kaki, timbul iritasi pada kandung kemih dan poros usus besar bagian bawah (rectum),
terbentuknya viskelvaginal dan rektovaginal, atau timbul gejala-gejala lain yang
disebabkan oleh metastasis jauh dari kanker serviks itu sendiri. 9
2.7. PENCEGAHAN
Karena pada
umumnya kanker serviks berkembang dari sebuah kondisi pra-kanker, maka
Vaksinasi HPV Merupakan Pencegahan Primer Kanker Serviks
tindakan pencegahan terpenting harus segera dilakukan.
merase Chain Reaction (PCR). Selain itu, berbagai macam
cara mendeteksi HPV, antara lain dengan Vira Pap, Vira Type,
dan HPV Profile. Dengan metode-metode tersebut dapat
1.
pencegahan
sekunder
tidak
mencegah
terjadinya
NIS
Menghindari faktor-faktor risiko yang sudah diuraikan
di atas. Misalnya: Tidak
diidentifikasi kelompok HPV risiko rendah (HPV tipe 6, 11, 42,
(CIN),
43 dan 44), danpenggunaan
risiko tinggi (HPVkondom
tipe 16, 18, 31, 33 , 35, 39,
2. terapi lesi prakanker
yang baru
terdeteksi
padadari
pence-satu pasangan,
berhubungan
seksual
dengan
lebih
45, 51, 52, 56 dan 58).12-16
gahan sekunder seringkali menimbulkan morbiditas
(untuk
merokok,HC selalu
menjaga
dinilai lebih
mudah dilakukan dalam
terhadapmencegah
fungsi fertilitaspenularan
pasien, dan infkesi HPV), tidakPemeriksaan
12
program
skrining
karena
mampu
mendeteksi
LSIL, ASCUS
3. pencegahan sekunder akan mengalami hambatan pada
kebersihan,
menjalani
pola
hidup
sehat,
melindungi
tubuh
dari
paparan
bahan
dan
HSIL
secara
lebih
sensitif
dibandingkan
dengan
pemesumber daya manusia dan alat yang kurang.
riksaan
pap
sm
ear,
walaupun
dengan
spesifisitas
yang
lebih
Pencegahan
hanya mungkin
dilakukanlain
dengan
kimia
(untuk primer
mencegah
faktor-faktor
yang memperkuat
munculnya penyakit
rendah. Sensitivitas HC pada NIS I, HSIL dan kanker adalah
deteksi terjadinya infeksi HPV risiko tinggi terlebih dahulu.
sebesar 51,5%, 89,3% (85,2-96,5%), dan 100%, berturut-turut,
Identifikasi
terjadinya infeksi HPV risiko tinggi dapat
kanker
ini).
dengan spesifisitas 87,8% (81-95%). 13 Secara keseluruhan
dilakukan dengan Hybrid Capture (HC) atau dengan Polypencegahan sekunder mempunyai beberapa kelemahan,
10
2.7.1. Pencegahan
antara lain: Primer
Vaksinasi
Tabel 1. Pedoman Vaksinasi HPV (Dimodifikasi dari Pedoman Vaksinasi HPV yang Disusun HOGI)
Perjalanan penyakit
kanker serviks invasif
Sel epitel serviks normal, terinfeksi HPV risiko tinggi, berdegenerasi menjadi lesi prakanker kemudian berdegenerasi
menjadi kanker serviks invasif (lihat gambar 2).
Vaksin
Vaksin dibuat dengan teknologi rekombinan, vaksin berisi VLP (virus like protein) yang merupakan hasil cloning
dari L1 (viral capsid gene) yang mempunyai sifat imunogenik kuat.
Pencegahan
Vaksinasi HPV merupakan pencegahan primer kanker serviks uterus (vaksinasi profilaksis HPV 16,18).20
Pap smear merupakan bagian dari pencegahan sekunder. Pencegahan yang terbaik adalah dengan melakukan
vaksinasi dan pap smear untuk menjangkau infeksi HPV risiko tinggi lainnya), karena jangkauan perlindungan
vaksinasi tidak mencapai 100% (89%). 21
J enis vaksin
Bivalen (16, 18) dan quadrivalen (16, 18, 6, 11). HPV 16 dan HPV 18 merupakan HPV risiko tinggi (karsinogen),
sedangkan HPV 6 dan 11 merupakan HPV risiko rendah (non-karsinogen). 22
Tujuan vaksinasi
Mencegah infeksi HPV 16, 18 (karsinogen kanker serviks), Vaksinasi tidak bertujuan untuk terapi.Lama proteksi
vaksin bivalen 53 bulan, dan vaksin quadrivalen berkisar 36 bulan. 23
I ndikasi
Perempuan yang belum terinfeksi HPV 16 dan HPV 18. Usia pemberian vaksin (disarankan usia >12 tahun).
Belum cukup data efektivitas pemberian vaksin HPV pada laki-laki. 24
Efektivitas
Pada penelitian fase II proteksi NIS 2/3 karena HPV 16 dan 18 pada yang divaksinasi mencapai 100%
(Protokol 007), dan proteksi 100% dijumpai sampai 2-4 tahun pengamatan (follow up). 17
Proteksi silang
(cross protection)
Vaksin bivalen (HPV tipe 16 dan 18) mempunyai proteksi silang terhadap HPV tipe 45 (dengan efektivitas 94%)
dan HPV tipe 31 (dengan efektivitas 55%). 17
Populasi target
Berdasarkan pustaka vaksin diberikan pada perempuan usia antara 9-26 tahun (rekomendasi FDA-US). Populasi
target tergantung usia awal hubungan seksual (di negara Uni Eropa usia 15 tahun, Italia usia 20 tahun, di Czech
29 tahun, Portugal usia 18 tahun hanya 25% dan di Iceland 72%).
Deteksi HPV
Pemeriksaan pap smear dapat mendiagnosis infeksi HPV secara umum, tidak dapat mendiagnosis infeksi HPV risiko
tinggi. Diagnosis infeksi HPV risiko tinggi dapat diketahui dengan pemeriksaan hybrid capture (HC) atau polymerase
chain reaction (PCR). 14 Pemberian vaksin sebaiknya dilakukan pada perempuan yang belum/tidak terinfeksi HPV.
Pemeriksaan skrining infeksi HPV sebaiknya dilakukan untuk mendapatkan efektivitas vaksinasi HPV.
Pemberian vaksin pada perempuan yang telah terinfeksi HPV ataupun NIS tidak merugikan penderita tetapi
mempunyai efektivitas penangkalan infeksi HPV yang lebih rendah. Vaksinasi HPV dapat diberikan pada penderita
gangguan sistem imun, tetapi efektivitasnya lebih rendah.
Kontraindikasi
Vaksinasi pada ibu hamil tidak dianjurkan, sebaiknya vaksinasi diberikan setelah persalinan. Sedangkan pada ibu
menyusui vaksinasi belum direkomendasikan. Hipersensitivitas.
Cara pemberian
Vaksin diberikan secara suntikan intramuskular. Diberikan pada bulan 0, 1, 6 (dianjurkan pemberian tidak melebihi
waktu 1 tahun)
Efek samping
Nyeri pelvis, nyeri lambing, nyeri sendi, nyeri otot, mual, muntah, diare, dan febris.
Yang memberikan
vaksin
Seluruh petugas kesehatan meliputi para medis, dokter umum, dokter spesialis yang mendapat pelatihan pemberian
vaksin HPV.
156
18
Vaksin merupakan cara terbaik dan langkah perlindungan paling aman bagi
wanita dari infeksi HPV tipe 16 dan 18. Vaksin akan meningkatkan kemampuan
sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan menghancurkan virus ketika masuk
ke dalam tubuh, sebelum terjadi infeksi. Vaksin dibuat dengan teknologi rekombinan,
vaksin berisi VLP (virus like protein) yang merupakan hasil cloning dari L1 (viral capsid
gene) yang mempunyai sifat imunogenik kuat. Dalam hal ini dikembangkan 2 jenis
vaksin:
Vaksin pencegahan untuk memicu kekebalan tubuh humoral agar dapat terlindung dari
infeksi HPV.
Vaksin Pengobatan untuk menstimulasi kekebalan tubuh seluler agar sel yang terinfeksi
HPV dapat dimusnahkan.
Respon imun yang benar pada infeksi HPV memiliki karakteristik yang kuat, bersifat
lokal dan selalu dihubungkan dengan pengurangan lesi dan bersifat melindungi terhadap
infeksi HPV genotif yang sama . Dalam hal ini, antibodi humoral sangat berperan besar
dan antibodi ini adalah suatu virus neutralising antibodi yang bisa mencegah infeksi HPV
dalam percobaan invitro maupun invivo. Kadar serum neutralising hanya setelah fase
seroconversion dan kemudian menurun.
Kadar yang rendah ini berhubungan dengan infeksi dari virus. HPV yang bersifat
intraepitelial dan tidak adanya fase keberadaan virus di darah pada infeksi ini. Selanjutnya
protein L1 diekspresikan selama infeksi produktif dari virus HPV dan partikel virus
tersebut akan terkumpul pada permukaan sel epitel tanpa ada proses kerusakan sel dan
proses radang dan tidak terdeteksi oleh antigen presenting cell dan makropag. Oleh
karena itu partikel virus dan kapsidnya terdapat dalam kadar yang rendah pada kelenjar
limfe dan limpa, di mana kedua organ tersebut adalah organ yang sangat berperan dalam
proses kekebalan tubuh. Meskipun dalam kadar yang rendah, antibodi tersebut bersifat
protektif terhadap infeksi virus HPV.
Terdapat dua jenis vaksin HPV L1 VLP yang sudah dipasarkan melalui uji klinis,
yakni Cervarik dan Gardasil :
i. Cervarix
sAdalah jenis vaksin bivalen HPV 16/18 L1 VLP vaksin yang diproduksi oleh
Glaxo Smith Kline Biological, Rixensart, Belgium. Pada preparat ini, Protein L1 dari
HPV diekspresikan oleh recombinant baculovirus vector dan VLP dari kedua tipe ini
diproduksi dan kemudian dikombinasikan sehingga menghasilkan suatu vaksin yang
sangat merangsang sistem imun . Preparat ini diberikan secara intramuskuler dalam
tiga kali pemberian yaitu pada bulan ke 0, kemudian diteruskan bulan ke 1 dan ke 6
masing-masing 0,5 ml
19
ii. Gardasil
Adalah vaksin quadrivalent 40 g protein HPV 11 L1 HPV ( GARDASIL yang
diproduksi oleh Merck) Protein L1 dari VLP HPV tipe 6/11/16/18 diekspresikan
lewat suatu rekombinant vektor Saccharomyces cerevisiae (yeast). Tiap 0,5 cc
mengandung 20g protein HPV 6 L1, 40 gprotein HPV 11 L1, 20 g protein HPV18
L1. Tiap 0,5 ml mengandung 225 amorph aluminium hidroksiphosphatase sulfat.
Formula tersebut juga mengandung sodium borat. Vaksin ini tidak mengandung
timerasol dan antibiotika. Vaksin ini seharusnya disimpan pada suhu 20 80 C
Yang sebaiknya dimiliki oleh vaksin HPV pencegah kanker serviks adalah
1. Memberikan perlindungan yang adekuat terhadap infeksi HPV penyebab
kanker serviks.
-
2. Respon imun tubuh yang baik akan menghasilkan neutralizing antibodies yang
tinggi.
3. Dapat memberikan perlindungan yang jangka panjang.
4. Memberikan perlindungan tinggi hingga ke lokasi infeksi (serviks).
5. Profil keamanan yang baik
6. Affordable (Terjangkau lebih banyak perempuan).
Rekomendasi pemberian vaksin
Vaksin profilaksis akan bekerja efisien
individu terpapar infeksi HPV. Vaksin mulai dapat diberikan pada wanita usia 10 tahun.
20
Berdasarkan pustaka vaksin dapt diberikan pada wanita usia 10-26 tahun (rekomendasi
FDA-US), penelitian memperlihatkan vaksin dapat diberikan sampai usia 55 tahun
diberikan secara muskuler sebanyak 0,5 dan sebaiknya disuntikkan pada lengan (otot
deltoid)
Contoh :
1. Penyuntikan 1 : Januari
2. Penyuntikan 2 : Februari / Maret
3. Penyuntikan 3 : Juli
2.8. Pencegahan sekunder10
Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini dan skrining
kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus-kasus kanker serviks secara
dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Perkembangan kanker
serviks memerlukan waktu yang lama. Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu
sekitar 10 tahun atau lebih. Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana dan
sensitif untuk mendeteksi karsinoma prakanker. Bila diobati dengan baik, karsinoma
prakanker mempunyai tingkat penyembuhan mendekati 100%. Diagnosa kasus pada
fase invasif hanya memiliki tingkat ketahanan sekitar 35%. Program skrining dengan
pemeriksaan sitologi dikenal dengan Pap mear test dan telah dilakukan di Negaranegara maju. Pencegahan dengan pap smear terbuki mampu menurunkan tingkat
kematian akibat kanker serviks 50-60% dalam kurun waktu 20 tahun (WHO,1986).
21
22
Tidak menstruasi. Waktu terbaik adalah antara hari ke-10 sampai ke-20
setelah hari pertama menstruasi.
23
Indikasi:
-
Setiap 2-3 tahun pada wanita > 30 tahun jika 3 hasil tes berurutan normal.
Pada wanita dengan risiko tinggi seperti infeksi HPV, jumlah mitra seksual
yang banyak, suami atau mitra seksual yang berisiko tinggi, imunitas yang
terganggu seperti infeksi HIV, transplantasi organ, kemoterapi atau
pengobatan lama kortikosteroid dan riwayat terpapar Dietilbestrol in utero.
spatula ayre
cytobrush
kaca objek
alcohol 95%
Pilih ujung spatula yang paling cocok dengan mulut serviks dan zona
transformasi.
Dengan putaran searah jarum jam diawali dan diakhiri pada jam 9,
hasil yang terkumpul dipertahankan horizontal pada permukaan
atasnya ketika instrument dikeluarkan.
24
Jangan memulas sample pada saat ini jika belum akan fiksasi. Pegang
spatula antara jari dari tangan yang tidak mengambil sample,
sementara sample dari cytobrush dikumpulkan.
Pulas sampel pada spatula pada kaca obyek dengan satu gerakan halus.
Pulasan harus rata dan terdiri dari satu lapisan, hindari gumpalan besar
sebisanya tapi juga hindari manipulasi berlebihan yang dapat merusak
sel, pindahkan sampel dari kedua instrument ke kaca objek dalam
beberapa detik.
25
Evaluasi sitologi:
Klasifikasi Papanicolaou.
-
Kelas II
sel-sel
menunjukkan
kelainan
ringan
yang
Kelas III
Kelas IV
Kelas V
: pasti ganas
26
Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55
tahun (Nugroho Taufan, dr. 2010:66)
Syarat:
-
Klasifikasi IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
-
Pelaksanaan IVA
-
27
warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif
lesi atau kelainan pra kanker.
-
Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung
diobati
dengan
metode
Krioterapi
atau
gas
dingin
yang
Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat
dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi
putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di
sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau
dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan human
papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ
tubuh yang lain.
HPV TES
Tes HPV juga berguna untuk menginterpretasikan hasil samar-samar
dari tes Papanicolaou. Jika perempuan memiliki tes Papanicolaou
menunjukkan sel skuamosa atipikal signifikansi ditentukan (ascus) dan tes
HPV positif, maka pemeriksaan tambahan dengan kolposkopi adalah
merupakan indikasi.12
Uji DNA HPV telah dipakai sebagai uji tambahan paling efektif cara
mendeteksi keberadaan HPV sedini mungkin. Uji DNA HPV dapat
mengetahui golongan hr-HPV atau Ir-HPV dengan menggunakan tekhnik
HCII atau dengan metode PCR, uji DNA HPV juga dapat melihat
genotipe HPV dengan metode DNA-HPV Micro Array System, Multiplex
HPV Genotyping Kit, dan Linear Array HPV Genotyping Test.
Meode PCR dan elektroforesis dapat mengetahui keberadaan HPV
tanpa mengetahui genotipe secara spesifik
Metode Hybrid Capture II System digunakan untuk mengetahui
keberadaan HPV dengan memperkirakan kuantitas / jumlah virus tanpa
mengetahui genotipe HPV-nya. Metode Multiplex HPV Genotyping Kit
digunakan untuk mendeteksi 24 genotipe HPV . Metode DNA-HPV Micro
28
29
2.9. PENATALAKSANAAN
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang
sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim kanker / tim
onkologi) (Wiknjosastro, 1997). Tindakan pengobatan atau terapi sangat
bergantung pada stadium kanker serviks saat didiagnosis. Dikenal beberapa
tindakan (modalitas) dalam tata laksana kanker serviks antara lain:12
a. Terapi Lesi Prakanker Serviks
Penatalaksanaan lesi prakanker serviks yng pada umunya tergolong NIS
(Neoplasia Intraepital Serviks) dapat dilakukan dengan observasi saja,
medikamentosa, terapi destruksi dan terapi eksisi.
Tindakan observasi dilakukan pada tes Pap dengan hasil HPV, atipia, NIS
1 yang termasuk dalam lesi intraepitelial skuamosa derajad rendah (LISDR).
Terapi nis dengan destruksi dapat dilakukan pada LISDR dan LISDT (Lesi
intraeoitelial serviks derajat tinggi). Demikian juga terapi eksisi dapat
ditujukan untuk LISDR dan LISDT. Perbedaan antara terapi destruksi dan
terapi eksisi adalah pada terapi destruksi tidak mengangkat lesi tetapi pada
terapi eksisi ada spesimen lesi yang diangkat.
30
31
CO2 Laser adalah muatan listrik yang berisi campuran gas helium,
nitrogen dan gas CO2 yang menimbulkan sinar laser dengan gelombang
10,6 u. Perbedaan patologis dapat dibedakan dalam 2 bagian, yaitu
penguapan dan nekrosis.
3. Terapi NIS dengan eksisi
Konisasi (cone biopsy) adalah pembuatan sayatan berbentuk kerucut pada
serviks dan kanal serviks untuk diteliti oleh ahli patologi. Digunakan untuk
diagnosa ataupun pengobatan pra-kanker serviks
32
33
34
eksternal
sinar berasar
dari
sebuah
mesin
besar
untuk
membunuh
sel
kanker
dan
menghambat
35
mengurangi
gejala
terkait
kanker
yang
menyebabkan
susah
BAB
makan-makanan
yang
berserat,
dan
jika
memungkinkan olahraga.
d. Sariawan
e. Rambut rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga
minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut
patah didekat kulit kepala. Dapat terjadi seminggu setelah kemoterapi.
f. Otot dan saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada
jari tangan dan kaki. Serta kelemahan pada otot kaki.
g. Efek pada darah
Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang berpengaruh pada kerja
sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah,
sehingga jumlah sel darah merah menurun. Yang paling sering adalah
penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi setiap
kemoterapi, dan test darah biasanya dilakukan sebelum kemoterapi
berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal.
Penurunan jumlah sel darah dapat menyebabkan:
h. Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah
sel darah yang memberikan perlindungan infeksi. Ada juga beberapa
obat kemoterapi yang menyebabkan peningkatkan leukosit.
37
i. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan
darah, apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan
pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit.
j. Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan
penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel darah
merah. Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan lemah,
mudah lelah, tampak pucat.
1. Kulit menjadi kering dan berubah warna
2. Lebih sensitive terhadap sinar matahari.
3. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang
6. Terapi paliatif (supportive care) yang lebih difokuskan pada
peningkatan kualitas hidup pasien. Contohnya: Makan makanan yang
mengandung nutrisi, pengontrol sakit (pain control). Manajemen
Nyeri Kanker Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3
tingkatan obat, yaitu :
a. Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain
Asetaminofen, OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid)
b. Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah kelompok
opioid ringan seperti kodein dan tramadol
c. Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok opioid
kuat seperti morfin dan fentanil
2.10. PROGNOSIS
Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah :
a. Histologi
Para ahli menemukan hubungan adenokarsinoma serviks dengan prognosis
yang lebih buruk daripada karsinoma sel skuamous, khususnya pada pasien
dengan limfonodus positif dan mempunyai interval rekurensi yang lebih
pendek daripada karsinoma sel skuamous. Adenoma maligna, yaitu subtype
adenokarsinoma yang jarang dan berdiferensiasi jelek, diketahui berhubungan
dengan prognosis yang jelek. Pada penelitian ditemukan bahwa hanya 25%
pasien adenoma maligna stadium I dan II yang survive selama 3 tahun.
38
Tahun
100
Karsinoma insitu
85
II
60
39
% Harapan Hidup 5
III
33
hidronefrosis
Menyerang mukosa kandung
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Ferlay J, Soerjomataram I, Ervik M, et al.: GLOBOCAN 2012, Cancer Incidence
and Mortality Worldwide: IARC CancerBase No. 11. Lyon, France: International
Agency
for
Research
on
Cancer,
2013.
Available
at
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/cervical/HealthProfessional/pa
ge3#figure_420_e last update : April 21, 2015. Last accessed Mei 3th 2015.
10. American Cancer Society. 2012. Cervical Cancer. Atlanta. American Cancer
Society.
41
11. Wikjosastro, H.,et all. (editor). Serviks Uterus. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono. 2009. p. 380-387.
12. Debbie Saslow, Carolyn D. Runowicz, Diane Solomon, et al. American Cancer
Society Guideline for the Early Detection of Cervical Neoplasia and Cancer. CA
Cancer J Clin. 2002;52;342-362.
13. Medline
Plus.
Pap
Smear.
Available
at
42