Anda di halaman 1dari 108

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Gambaran Umum Kecamatan Secara Geografis

1.1.1 Situasi Keadaan Umum

Kecamatan Kresek merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Tanggerang

terletak sebelah Barat Kabupaten Tanggerang dengan jarak ± 27 Km2. Kecamatan

Kresek memiliki 9 desa binaan/ wilayah kerja diantaranya adalah

1. Desa Kresek

2. Desa Talok

3. Desa Renged

4. Desa Patrasana

5. Desa Pasirampo

6. Desa Koper

7. Desa Jengkol

8. Desa Kemuning

9. Desa Rancailat

Desa Talok sebagai daerah binaan yang dipilih oleh Puskesmas Kresek

(Profil Puskesmas Kresek, 2016).

1
Gambar 1.1 Peta Kecamatan Kresek (Google Maps)

Gambar 1.2 Peta Desa Talok (Google Maps)

2
1.1.2 Batas Wilayah

Kecamatan Kresek berupa dataran rendah dan berupa lahan pertanian

dengan batas wilayah Kecamatan Kresek sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Kronjo

Sebelah Barat : Kabupaten Serang

Sebelah Timur : Kecamatan Gunung Kaler

Sebelah Selatan : Kecamatan Sukamulya

1.1.3. Gambaran Umum Kecamatan Secara Demografi

1.1.3.1 Situasi Kependudukan

Menurut Profil Puskesmas Kresek tahun 2016, jumlah penduduk wilayah

Kecamatan Kresek 64.153 jiwa, yang terdiri dari :

Laki - Laki : 32.338 Jiwa

Perempuan : 31.815 Jiwa

Jumlah Rumah Tangga : 17.363 KK. Dengan rata-rata per KK 3,69

jiwa, dan tingkat kepadatan penduduk mencapai 2.292 jiwa per km2.

3
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di
Kecamatan Kresek Tahun 2016 (Profil Puskesmas Kresek, 2016)
JUMLAH PENDUDUK
KELOMPOK UMUR
NO LAKI-LAKI &
(TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN

1 <1 278 301 579

2 1–4 2.088 2.517 4.605

3 5-9 2.862 2.608 5.470

4 10- 14 3.255 3.037 6.292

5 15- 19 3.550 3.408 6.958

6 20-24 3.356 3.214 6.570

7 25-29 3.233 3.028 6.261

8 30-34 2.669 2.796 5.465

9 35-39 2.562 2.535 5.097

10 40-44 2.244 2.195 4.439

11 45-49 1.889 1.822 3.711

12 50-54 1.611 1.511 3.122

13 55-59 1.155 1.062 2.217

14 60-64 750 717 1.467

15 65-69 422 472 894

16 70-74 249 334 583

17 75+ 165 258 423

Jumlah (Kecamatan) 32.338 31.815 64.153

4
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kecamatan Kresek
Tahun 2016 (Profil Puskesmas Kresek, 2016)
Luas Jumlah
Jumlah
No Kecamatan Wilayah Desa+
Desa Kelurahan Penduduk
(km2) Kelurahan

1 Jengkol 3.57 1 0 1 6,107

2 Kemuning 4.47 1 0 1 9,903

3 Koper 2.60 1 0 1 4,398

4 Kresek 3.81 1 0 1 9,079

5 Pasirampo 2.45 1 0 1 6,032

6 Patrasana 2.34 1 0 1 7,592

7 Rancailat 3.09 1 0 1 7,032

8 Renged 3.18 1 0 1 7,575

9 Talok 2.48 1 0 1 6,435

Jumlah Kab/Kota 27.99 9 0 9 64,153

1.1.3.2 Indeks Pembangunan Manusia

IPM merupakan kinerja pembangunan wilayah terhadap pembangunan

manusia itu sendiri, dengan upaya peningkatan kualitas penduduk sumber daya,

baik aspek fisik (kesehatan), aspek intelektual (pendidikan), aspek kesejahteraan

ekonomi (daya beli) serta pasrtisipasi pembangunan akan meningkat (Profil

Puskesmas Kresek, 2016).

Dalam penyusunan IPM terkait erat dengan tiga komponen yaitu angka

harapan hid up (AHH), Angka indeks pendidikan (lama sekolah), dan kemampuan

daya beli (PPP) (Profil Puskesmas Kresek, 2016).

5
1.1.3.3 Keadaan Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya

terhadap derajat kesehatan. Dengan keadaan lingkungan yang sehat maka status

derajat kesehatan akan terpelihara dan dapat lebih meningkat, sebaliknya bila

keadaan lingkungan kurang sehat dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan

masyarakat (Profil Puskesmas Kresek, 2016).

1. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat

kesehatan yaitu bangunan yang memiliki jamban, sarana air bersih, tempat

sampah dan sarana pengelolaan air limbah, ventilasi rumah yang cukup,

kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah bersih dan kedap air.

Berdasarkan data puskesmas tahun 2016 tentang rumah sehat, jumlah rumah

yang ada 12.375 rumah dengan jumlah rumah yang dibina 12.230 (98.83%)

sedangkan jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan 6.755 (51.06%)

dari jumlah rumah yang diperiksa menurut data PHBS (Profil Puskesmas

Kresek, 2016).

Sementara untuk data tahun 2016 tentang laporan cakupan rumah

sehat Puskesmas Kresek, dijabarkan secara detail per desa baik dari jumlah

seluruh rumah yang ada di desa tersebut, jumlah yang diperiksa, jumlah

rumah sehat, serta persentase untuk rumah sehat (Profil Puskesmas Kresek,

2016).

6
Tabel 1.3 Laporan Cakupan Rumah Sehat Puskesmas Kresek Tahun 2016
(Profil Puskesmas Kresek, 2016)
Rumah

No Desa Jumlah Jumlah % Jumlah %

Seluruhnya Diperiksa Diperiksa Sehat Sehat

1 Jengkol 1286 975 76,82 858 73,87

2 Kemuning 1755 820 48,72 451 66,0

3 Koper 1171 681 68,18 430 63,14

4 Kresek 1593 1160 72,82 858 73,97

5 Pasirampo 1101 875 78,47 534 61,03

6 Patrasana 1439 772 53,65 464 60,10

7 Rancailat 1388 900 84,84 504 68,0

8 Renged 2310 1081 48,80 444 41,07

9 Talok 1187 808 68,07 467 67,80

Jumlah 13.230 8.072 4.788

2. Akses terhadap air bersih

Dari jumlah penduduk 64.153 Jiwa, yang mendapat akses air bersih

ada 61.542 Jiwa (95.9%), terdiri dari sumur gali terlindung 1332 jiwa, sumur

bor dengan pompa 36228 dan pengguna PDAM sebanyak 23.982 jiwa

(Profil Puskesmas Kresek, 2016).

7
3. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar

Kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi, jamban, tempat sampah

dan pengelolaan air limbah dari jumlah 12.230 rumah yang diperiksa jumlah

yang memiliki jamban keluarga 6.755 rumah (55.23%).

Tempat-tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengolahan

Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang

dan berpotensi menjadi tempat persebaran penyakit. TTU meliputi terminal,

pasar, tempat ibadah, statsiun, tempat rekreasi, dll. Sedangkan TUPM

meliputi hotel, restoran, depot air dll. TTU dan 1 PM yang sehat adalah yang

memenuhi syarat kesehalan yaitu memiliki sarana air bersih, tempat

pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah (SPAL), ventilasi yang

baik dan luas lantai ruangan yang sesuai dengan jumlah pengunjung dan

memiliki pencahayaan yang cukup.

Jumlah Tempat-tempat Umum yang ada di Kecamatan Kresek 47

unit sedang yang memenuhi svarat kesehatan 19 unit (40.43 %). Untuk

Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) berjumlah 133 unit TPM semuanya

memenuhi syarat kesehatan (100%) (Profil Puskesmas Kresek, 2016).

1.1.3.4 Keadaan Perilaku Masyarakat

Perilaku dapat diartikan sebagai suatu keadaan jiwa (berfikir, berpendapat,

bersikap) untuk memberikan respon terhadap situasi di luar subyek yang dapat

bersifat pasif (tanpa tindakan) atau aktif yaitu dengan adanya tindakan. Komponen

perilaku terdiri dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan, dari mulai mengetahui

8
lalu menerima atau menolak dan melakukan tindakan sebagai perwujudan dari

pikiran dan jiwa (Profil Puskesmas Kresek, 2016).

Untuk menggambarkan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap

kesehatan digunakan indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang

terdiri dari 10 indikator (Profil Puskesmas Kresek, 2016):

1. Rumah Tangga Sehat

Jumlah PHBS Rumah Tangga yang dipantau 1.890 rumah, dan jumlah

rumah tangga tersebut yang yang mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

hanya 1.188 rumah tangga (62.9 %) menunjukan bahwa persentase rumah

tangga sehat di Kecamatan Kresek masih kurang jika dibandingkan dengan

standar pelayanan minimal (65 %).

2. ASI Ekslusif

Air Susu Ibu diyakini dan terbukti merupakan makanan bayi yang

paling tinggi manfaatnya bagi bayi dari semua aspek di Kecamatan Kresek dari

berbagai kegiatan seperti penyuluhan kepada ibu hamil pembentukan

Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KPKIA) dari seluruh bayi 0-6

bulan yang ada 774 bayi yang diberi ASI mencapai 584 bayi (75.5 %), cakupan

ini sudah melampaui target pencapaian dibandingkan standar pelayanan

minimal yaitu (75 %).

3. Desa dengan garam beryodium yang baik

Dari Jumlah 9 desa yang ada di Kecamatan Kresek seluruh desa

masyarakat masih ada yang menggunakan garam kasar (krosok) yang

kandungan yodiumnya sangat rendah, ini menunjukan prilaku masyarakat

9
belum peduli terhadap manfaaat kandungan yodium pada garam yang

digunakan sehari hari.

4. Posyandu

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat

berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di

masyarakat dengan Posyandu merupakan salah satu UKBM yang sangat

populer. Posyandu dikelompokkan menjadi Pratama, Madya, Pumama dan

Mandiri. Di Kecamatan Kresek jumlah Posyandu ada 57 pos, terdiri dari

Posyandu Pratama berjumlah 0 posyandu, Madya 55 Posyandu, Pumama 0

Posyandu dan Mandiri 2 posyandu. Dari data tersebut Posyandu di wilayah

Kecamatan Kresek masih di dominasi oleh Strata Madya.

5. Polindes dan Poskesdes

Pondok bersalin desa didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan

pelayanan kesehalan ibu dan anak khususnya di wilayah pedesaan yang jauh

dari jangkauan pelayana kesehatan. Selain Polindes dalam upaya mendukung

pelaksanaan desa siaga di wilayah Kecamatan Kresek terdapat 3 polindes terdiri

dari Desa Pasirampo dan Desa Jengkol masih berfungsi sedangkan Polindes

Desa Renged keadaan bangunan tidak terawat karena keadaan bangunan sudah

rusak.

6. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin

Dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan masyarakat yang

jauh Puskesmas kresek melaksanakan Puskesmas Keiling yang menjangkau 9

desa dilaksanakan setiap hari selasa dengan mobil puskesmas keliling.

10
1.1.3.4 Kesehatan

A. Sepuluh Besar Penyakit

Grafik 1.1 Jumlah Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kresek Tahun 2016
(Profil Puskesmas Kresek, 2016)

Dari grafik diatas 10 besar penyakit di Puskesmas Kresek penyakit ISPA

(Infeksi Saluran Nafas Atas) berada diposisi teratas yaitu 5477, diikuti Gastritis

sebanyak 1347 dan Hipertensi 1277, sedangkan yang ke 10 (sepuluh) yaitu Penyakit

Diare sebanyak 852. Selain itu penyakit tidak menular seperti hipertensi dan

gastritis juga banyak terjadi di Wilayah Kresek ini, karena jumlah kunjungan yang

berulang ulang (Profil Puskesmas Kresek, 2016).

B. Sarana Kesehatan

1. Sarana dan Prasarana

UPT Puskesmas Kresek memiliki gedung utama dan gedung tambahan

yang diuraikan sebagai berikut (Profil Puskesmas Kresek, 2016) :

a. Gedung Utama /Rawat Jalan :

11
1) Ruang Loket / Pensdaftaran

2) Ruang Tunggu

3) Ruang Periksa BPU

4) Ruang Periksa Kesehatan Anak

5) Ruang Gigi

6) Kamar Obat / Apotik

7) Ruang Periksa Kesehatan Ibu

8) Ruang Gudang Farmasi

9) Ruang Administrasi Bidan

10) Ruang Tata Usaha

11) Ruang Pelayanan terbatan 24 jam (UGD)

12) Ruang Kepala Puskesmas

13) Ruang Bendahara

14) Mushalla untuk Pegawai

15) Ruangan Kamar Inap dengan 5 tempat tidur

16) Ruangan Persalinan (PONED)

17) Ruang Klinik Gizi

18) Ruang Aula

19) Ruang Laboratorium

b. Gedung Tambahan yang berada di depan gedung utama terdiri dari:

1) Ruang Periksa TB Paru

2) Ruang Pos Satpam

c. Untuk sarana penunjang kegiatan Puskesmas dilengkapi antara lain:

1) Mobil Puskesmas keliling 1 unit

12
2) Mobil Ambulan untuk Merujuk Pasien Gawat Darurat 1 unit

3) Sepeda motor dinas 4 unit

1.2 Profil Puskesmas Kresek

Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan

pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang membina peran serta masyarakat

disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu diwilayah

kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok dan usaha kesehatan integritas yang

kegiatanya merupakan kegiatan lintas sektoral. Puskesmas Kresek berupaya

melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat secara maksimal,

sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan yang mengutamakan kepuasan

pelanggan dengan mengedepankan mutu setiap bidang pelayanan dan berupaya

menjangkau semua lapisan masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas

dalam memberikan pelayanan dan pembinaan kesehatan baik kegiatan dalam

gedung dan di luar gedung (Profil Puskesmas Kresek, 2016).

1.2.1 Visi dan Misi

Dalam menjalankan fungsinya, maka Puskesmas Kresek telah menentapkan

Visi, yaitu : “mewujudkan pembangunan kesehatan bewawasan lingkungan

menuju masyarakat kecamatan kresek sehat dan mandiri”, dengan melaksanakan

misi:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara paripurna

2. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat secara terpadu

3. Meningkatkan upaya pencegahan penyakit

13
4. Meningkatkan sinergi kemitraan dengan sektor terkait

1.2.2 Moto

Motto Puskesmas Kresek adalah “ BERSINAR” yang artinya adalah :

1. Bersih adalah Puskesmas bebas dari sampah lingkungan, sampah medis

dan non medis, sampah organic dan non organic.

2. Sehat adalah memiliki lingkungan kerja yang sehat dan tidak menjadi

sumber penularan penyakit.

3. Indah adalah keselarasan penataan lingkungan kerja.

4. Nyaman adalah kondisi puskesmas yang menyenangkan dalam

memenuhi kepuasan pelanggan.

5. Amanah menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan sepenuh hati

dan bertanggungjawab.

6. Ramah memberikan pelayanan dengan penuh kesantunan dengan moto

pelayanan 5S (senyum safa salam sopan dan santun).

1.2.3 Sistem Pelaporan

Strategi penyusunan profil dilakukan dengan metode cek silang data analisa,

korelasi dari seluruh program, keakuratan dan informasi yang disajikan dapat

memberikan gambaran yang jelas dari kondisi dan situasi yang ada, sehingga dapat

dilakukan pengolahan data di tingkat Puskesmas. Penyajian data dilakukan dalam

bentuk tabe dan grafik, sedang dalam pembahasan menyajikan perbandingan

pencapaian indikator dari tahun sebelumnya dan target yang akan dicapai. Profil

Puskesmas mengacu kepada tabel indikator Indonesia Sehat 2010, SPM (Sistem

14
Pelayanan Minimal) dengan sumber data yang diperoleh dari Kecamatan,

Pendidikan, BPS Kecamatan, Balai Pengobatan Swasta yang ada di Kecamatan

Kresek dan dari kegiatan internal puskesmas.

1.2.4 Wilayah Kerja dan Kependudukan

Gambar 1.3 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kresek


(Profil Puskesmas Kresek,2016).

1.2.5 Derajat Kesehatan

A. Jumlah Kematian

1. Kematian Bayi dan Balita

Jumlah kelahiran hidup di Puskesmas Kecamatan Kresek pada

tahun 2016 adalah 1.366 bayi dengan jumlah kematian bayi sebanyak 9

bayi atau angka kematian bayi (yang dilaporkan) adalah 6.59/1.000

kelahiran hidup. Untuk Balita berjumlah 4.260 balita tidak ada kematian

balita yang dilaporkan sedangkan jumlah ibu maternal 237 di Puskesmas

Kecamatan Kresek tahun 2016, tidak ada kematian yang dilaporkan.

15
Jumlah kematian bayi tahun 2016 di Wilayah Puskesmas kresek mengalami

peningkatan dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebelumnya sebanyak

2 (dua) kematian (Profil Puskesmas Kresek, 2016).

Grafik 1.2 Jumlah Kematian Bayi Puskesmas Kresek Tahun 2016


(Profil Puskesmas Kresek, 2016).

Grafik 1.3 Presentasi Jumlah Kematian Bayi Menurut Jenis Kelamin


Puskesmas Kresek Tahun 2016 (Profil Puskesmas Kresek, 2016).

Adapun kematian Balita di Puskesmas Kresek dalam 3 (tiga) tahun

terakhir rentang tahun 2013 – 2016 tidak ditemukan.

Kejadian kematian bayi dan balita ini dapat dicegah dengan upaya

meningkatkan pengetahuan ibu pasangan usia subur, ibu hamil, keluarga dan

16
masyarakat terutama pola hidup sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat

serta pelayanan kesehatan yang baik (Profil Puskesmas Kresek, 2016).

2. Jumlah Kematian Ibu

Jumlah kematian Ibu (AKI) di Puskesmas Kresek dari tahun 2014 –

2016 tidak ada. Hal Ini menggambarkan meningkatnya kesadaran

masyarakat dalam berperilaku hidup sehat, dan tingkat palayanan kesehatan

pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas (Profil Puskesmas Kresek, 2016).

B. Jumlah Kesakitan

10 besar penyakit di Puskesmas Kresek penyakit ISPA (Infeksi Saluran

Pernafasan Atas) berada di posisi teratas yaitu 5477, diikuti Gastritis sebanyak

1347 dan Hipertensi 1227, sedangkan yang ke 10 (sepuluh) yaitu Penyakit Diare

sebanyak 852. Selain itu penyakit tidak menular seperti hipertensi dan gastristis

juga banyak terjadi di Wilayah Kresek ini, karena jumlah kunjungan yang

berulang-ulang (Profil Puskesmas Kresek, 2016).

1. Penyakit Menular

Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular terdiri dari :

a. Penyakit menular melalui binatang

1) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik

beratkan pada kegiatan PSN (Pemberanatasan Sarang Nyamuk)

disemua wilayah.

17
Tabel 1.4 Data kasus DBD Puskesmas Kresek Tahun 2016 (Profil Puskesmas
Kresek, 2016).
JUMLAH KASUS MENINGGAL
NO DESA
L P L+P L P L+P

1 Jengkol 0 2 2 0 0 0

2 Kemuning 0 0 0 0 0 0

3 Koper 0 0 0 0 0 0

4 Kresek 2 4 6 0 0 0

5 Pasirampo 0 1 1 0 0 0

6 Patrasana 0 0 0 0 0 0

7 Rancailat 2 1 3 0 0 0

8 Renged 2 4 6 0 0 0

9 Talok 1 1 2 0 0 0

TOTAL 7 13 20 0 0 0

2) Malaria

Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi disebabkan oleh

protozoa parasit golongan Plasmodium yang ditularkan melalui

gigitan Nyamuk Anopheles. Di wilayah Kec. Kresek sampai

sekarang belum ditemukan penderita malaria.

3) Filariasis

Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit yang bersifat

kronik (menahun) disebabkan oleh cacing filariasis ditularkan

melalui gigitan nyamuk. Penderita Filariasis dari 2011 s/d 2014

tidak ditemukan kasus suspeck Filariasis.

18
b. Penyakit menular langsung

1) Penyakit Diare

Penyakit diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali sehari

dengan tinja encer dapat juga disertai dengan darah/lendir.

Grafik 1.4 Jumlah Diare yang Ditangani Per Desa di Wilayah Puskesmas
Kresek Tahun 2016 (Profil Puskesmas Kresek, 2016).

Dari grafik diatas Desa Kresek menempati urutan pertama

sebanyak 198 penderita, di ikuti Desa Renged 174 penderita,

dan Desa Talok 116 penderita adapun daerah terendah penderita

diare yang ditangani yaitu Desa Rancailat 10 penderita.

c. Kusta

Penyakit Kusta merupakan penyakit kronis yang disebabkan

Mycobacterium leprae dengan masa inkubasi rata 3-5 tahun. Di

wilayah kerja Puskesmas Kresek masih ditemukan kasus penyakit

19
kusta baru sebanyak 20 penderita. Penderita Pausi Basiler (PB) /

Kusta Kering sebanyak 2 orang dan Kusta Multi Basiler (MB) /

Kusta Basah sejumlah 18 orang.

Grafik 1.5 Penderita Kusta Puskesmas Kresek Tahun 2016


(Profil Puskesmas Kresek, 2016).

d. HIV/AIDS/ IMS

HIV / AIDS / IMS penyakit ini menular melalui hubungan seksual

(vaginal, oral, anal) dengan pasangan yang sudah tertular, semakin

sering ganti pasangan semakin besar kemungkinan untuk tertular.

Jumlah kasus HIV / AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) pada

tahun 2016 tidak ada kasus menurut data.

e. Pneumonia

Penyakit Pneumoni adalah penyakit peradangan pada paru yang

dapat disebabakan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit juga dapat

disebabkan oleh iritasi kimia/fisik dari paru paru akibat penyakit

lain. Pada tahun 2016 di Puskesmas Kresek penderita penyakit

pneumonia ditemukan dan ditangani sejumlah 112 kasus.

20
42%
58%

P L

Grafik 1.6 Kasus Pneumonia Puskesmas Kresek Tahun 2016


(Profil Puskesmas Kresek, 2016).

f. TB Paru

Penderita penyakit Tuberculosis Paru (TB paru) di Puskesmas

kresek tahun 2016 ditemukan suspek 431 kasus sedangkan TB paru

BTA + dan di obati sebanyak 58 kasus.

1.2.6. Pemantauan Rumah Tangga yang Ber PHBS

1. Rumah Tangga yang Ber PHBS

Dari hasil kegiatan pemantauan Rumah tangga ber PHBS pada tahun

2016 jumlah sarana/rumah yang diperiksa 1.890 rumah dan yang ber

PHBS mencapai 938 rumah (50 %) (Profil Puskesmas Kresek, 2016).

Grafik. 1.7 Rumah Tangga yang Ber PHBS Puskesmas Kresek Tahun 2016
(Profil Puskesmas Kresek, 2016)

21
2. Permasalahan Sampah

Hasil pemantauan selama tahun 2014 didapatkan bahwa dari

235.148 rumah yang diperiksa, sebanyak 178.852 (76,06 %) memenuhi

syarat kesehatan. Sebagian rumah-rumah tersebut tidak memiliki WC

(30%), tidak memiliki tempat sampah (44,6%) dan pembuangan air limbah

(41,9%). (Profil Kesehatan Kbupaten Tangerang, 2014)

Pada tahun 2012 kementrian lingkungan hidup menghasilkan

sekitar 2,5 liter sampah perhari atau 625 juta liter dari jumlah total

penduduk. Berdasarkan laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS)

provinsi banten tahun 2007 terdapat 22, 2% rumah tangga yang memiliki

tempat sampah di dalam rumah dan 41,0% rumah tangga memiliki tempat

sampah di luar rumah. Di perkotaan persentase rumah tangga yang

memiliki tempat sampah lebih tinggi yakni (42,4% dalam rumah dan

45,9% di luar rumah) dibandingkan dengan di perdesaan (9,3% dalam

rumah dan 34,8% di luar rumah).

1.3. Keluarga Binaan

Keluarga binaan kelompok 1&6 terdiri dari 4 keluarga, yaitu:

1.3.1. Keluarga Tn. Tabrani

Keluarga Tn. Tabriyani tinggal di dalam rumah yang terdiri dari 1 kepala

keluarga, yaitu keluarga Tn. Tabriyani beserta istri Ny. Nani Maryani, dan satu

orang anak yang bernama Riyan Gunawan.

22
Tabel 1.5 Data Anggota Keluarga Tn. Tabrani
Status J
Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Keluarga K

Tn. Tabrani Suami L 66 Tamat SD Buruh Rp. 2.000.000/

Thn Harian bulan

Lepas

Ny.Nani Istri P 59 Tamat SD Ibu Rumah Tidak

Maryani Thn tangga berpenghasilan

Tn. Riyan Anak L 25 Tamat SMA Wiraswast Rp. 1.700.000/

pertama Thn a Bulan

Keluarga Tn. Tabrani bertempat tinggal di Kampung Andil, Desa Talok RT

001/RW 004, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Tn.

Tabrani berusia 66 tahun dan bekerja sebagai Buruh harian tidak tetap rata-rata

penghasilan per bulan Rp 2.000.000. Istrinya, Ny. Nani sebagai ibu rumah tangga

tidak berpenghasilan. Tn. Tabrani dan Ny. Nani memiliki 1 orang anak yang berusia

25 tahun yang berpenghasilan rata-rata Rp 1.700.000. Penghasilan Tn. Tabrani

cukup kebutuhan sehari-hari dan menabung untuk pendidikan anak.

a. Bangunan Tempat Tinggal

Rumah keluarga Tn. Tabrani milik sendiri, dengan ukuran bangunan

7 m x 4 m dan luas bangunan 28 m2. Di dalam rumah terdapat 3 kamar tidur,

1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang tamu. Bangunan rumah tidak

bertingkat, lantai rumah terbuat keramik. Atap terbuat dari beton dengan

langit-langit terbuat dari anyaman genteng. Seluruh dinding bangunan

terbuat dari batu bata dan dilapisi semen. Terdapat 1 jendela di masing-

23
masing ruang kamar tidur yang jarang dibuka. Tidak terdapat ventilasi udara

di semua ruangan di rumah. Luas masing-masing kamar tidur kurang lebih

2,5x2,5 m, pencahayaannya kurang karena jendela jarang dibuka. Di bagian

depan rumah terdapat teras berukuran 1x3 m, dan ruang tamu dengan luas

3x2 meter. Di bagian belakang rumah terdapat dapur berukuran kurang lebih

2x3 m dan kamar mandi di luar rumah ukuran 1,5x1 m. Air untuk MCK

didapat dari sumur, dan sifat airnya jernih, berwarna bening, serta memiliki

rasa sehingga tidak dapat digunakan untuk memasak dan kebutuhan sehari-

hari. Sehingga keluarga Tn. Tabrani mengambil air minum dari rumah

kerabatnya. Pembuangan limbah cair rumah tangga langsung ke selokan

disamping rumah.

Gambar 1.4 Denah Rumah Tn. Tabrani

24
b. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari

Dalam kesehariannya kelurga Tn. Tabrani dan keluarga

menggunakan air dari sumur desa untuk mandi dan mencuci serta memasak

air untuk minum. Keluarga Tn. Tabrani mengumpulkan sampah di ujung

jalan rumahnya dan jika sudah penuh membakar sampah tersebut bersama

tetangga lainnya.

c. Pola Makan

Keluarga Tn. Tabrani makan besar sebanyak 3 kali sehari, yaitu

pagi, siang, dan malam. Makanan seringkali diolah sendiri oleh Ny. Nani.

Menu sehari-hari antara lain nasi, sayur, dan ikan asin. Keluarga Tn.Tabrani

jarang makan daging, ayam, sayur dan buah-buahan. Menurut Tn. Tabrani

makanan tersebut hanya dimakan disaat memiliki uang yang berlebih . Air

minum didapat dari rumah kerabat Tn. Tabrani. Keluarga Tn. Tabrani

mengaku selalu mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB.

d. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Anak

Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil dan ada balita dalam

keluarga Tn. Tabrani. Anak pertama Tn. Tabrani berusia 25 tahun, dan

berjenis kelamin laki-laki yang bernama Riyan, yang lahir dirumah dengan

bantuan Paraji di Desa setempat.

e. Kebiasaan Berobat

Ketika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga berobat

ke dokter terdekat dari rumah keluarga Tn. Tabrani dahulu, kemudian

berobat ke Puskesmas Kresek yang berjarak sekitar 7 km. Untuk mencapai

puskesmas, biasanya Tn. Tabrani menggunakan motor. Keluarga Tn.

25
Tabrani tidak pernah minum jamu untuk mengobati penyakit-penyakit

tertentu, dan juga tidak pernah berobat ke dukun atau orang pintar. Seluruh

anggota keluarga Tn. Tabrani tidak terdaftar BPJS di faskes tingkat III

Puskesmas Kresek.

f. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, riwayat stroke, kanker

dan TB paru tidak ada di keluarga Tn. Tabrani. Penyakit yang sering diderita

keluarga Tn. Tabrani adalah ISPA. Keluarga Tn. Tabrani tidak ada yang

merokok. Keluarga Tn. Tabrani mengaku jarang berolahraga dengan alasan

tidak memiliki waktu karena bekerja, dan merasa sudah cukup aktifitas saat

bekerja. Keluarga Tn. Tabrani terbiasa mandi 2 kali sehari, dan sikat gigi

setiap kali mandi.

1.3.2. Keluarga Ny. Utin

Keluarga Ny. Utin terdiri dari empat orang anggota keluarga yang tinggal

serumah, yaitu Ny. Utin sebagai kepala keluarga, dua orang anaknya yaitu Ny.

Dewi dan Tn. Riki, dan satu orang cucunya yaitu An. M. Reisya. Ny. Utin memiliki

6 orang anak, Dimas, Latifah, Siti, Rahmat, Dewi, dan Riki. Namun dari anak

pertama hingga anak ke empat sudah menikah dan tidak tinggal serumah lagi

dengan Ny. Utin.

26
Tabel 1.6 Data Anggota Keluarga Ny. Utin
Status Jenis Usia Penghasilan
Nama Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (Tahun) Perbulan

Ibu
Belum
Utin Ibu Perempuan 56 th Rumah -
Tamat SD
Tangga

Ibu

Dewi Anak Perempuan 29 th SD Rumah -

Tangga

Karyawan Rp.
Riki Anak Laki-laki 24 th SLTA
Swasta 1.500.000,-

M. Reisya Cucu Laki-laki 9 th 4 SD Siswa

Keluarga Ny. Utin bertempat tinggal di Kampung Andil, RT 004 RW 001

Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Ny. Utin

berusia 56 tahun dan bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Ny. Dewi berusia 30

tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga. Tn. Riki berusia 24 tahun berkerja sebagai

karyawan swasta. Penghasilan Rp. 1.500.000,- perbulan. Penghasilan Tn. Riki

digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

a. Bangunan Tempat Tinggal

Keluarga Ny. Utin tinggal di rumah milik sendiri dengan luas

bangunan 6 x 9 meter. Bangunan rumah tidak bertingkat. Di depan rumah

terdapat teras dengan luas sekitar 1 x 2 meter. Dinding rumah terbuat dari

27
semen pada seluruh bagian rumah. Rumah ini beralaskan keramik pada

seluruh permukaan rumah. Atap rumah terbuat dari triplek pada hampir

seluruh bagian langit-langit rumah kecuali kamar mandi dan dapur, atap

rumah masih terbuat dari bambu.

Rumah Ny. Utin terdiri dari enam ruangan yang terdiri dari ruang

tamu dengan luas sekitar 7,5 x 5 meter, dua buah kamar tidur dengan luas

masing masing 4 x 4 meter dan 3 x 3 meter, sebuah ruang makan dengan

luas sekitar 3 x 3 meter, satu buah kamar mandi dengan luas sekitar 3 x 2

meter, dan satu buah dapur dengan luas sekitar 1 x 2 meter.

Sistem ventilasi rumah Ny. Utin belum memenuhi standar kriteria

ventilasi yang baik. Disetiap ruangan belum memiliki ventilasi. Pada kamar

mandi dan dapur tidak memiliki ventilasi dan jendela. Di dalam rumah Ny.

Utin terdapat lampu yang baru dinyalakan ketika sore hari.

Rumah keluarga Ny. Utin sudah memiliki kamar mandi dan jamban

yang baik. Aliran jamban mengikuti aliran septic tank.

28
Gambar 1.5 Denah Rumah Keluarga Ny. Utin

b. Lingkungan Pemukiman

Rumah keluarga Ny. Utin terletak di lingkungan yang penduduknya

cukup padat, masih terdapat jarak antara rumah Ny. Utin dan tetangganya.

Rumah Ny. Utin pada bagian depan rumah berbatasan dengan jalan, bagian

samping kiri, kanan dan belakang rumah berbatasan dengan rumah warga.

c. Pola Makan

Keluarga Ny. Utin mempunyai pola makan sebanyak dua kali dalam

sehari, yaitu pagi, dan sore. Keluarga ini memasak sendiri untuk makan

sehari-hari. Menu sehari-hari antara lain nasi, sayur, ikan. Keluarga Ny. Utin

memakan ikan setiap hari, memakan ayam 1-2 kali dalam seminggu,

sedangkan memakan daging sapi dapat 2-3 kali dalam sebulan. Air minum

didapatkan dari air galon. Keluarga Ny. Utin selalu mencuci tangan sebelum

makan dan sesudah makan.

d. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak

Ny. Utin hamil sebanyak 6 kali dengan anak hidup 6 orang. Anak

pertama berusia 39 tahun, anak kedua berusia 37 tahun, anak ketiga berusia

35 tahun, anak keempat berusia 31 tahun, anak kelima berusia 29 tahun,

anak keenam berusia 24 tahun. Ny. Utin rutin kontrol kehamilan di

Posyandu. Semua anak Ny. Utin ditolong persalinannya oleh dukun

beranak. Semua anak Ny. Utin mendapatkan ASI hingga berusia 2 tahun,

dan disertai dengan makanan tambahan pada saat umur 6 bulan. Ny. Utin

tidak mengingat riwayat pemberian imunisasi pada anak-anaknya. Ny. Utin

29
mengatakan menggunakan alat kontrasepsi steril (MOW) setelah

melahirkan anak terakhir.

e. Perilaku

Anggota keluarga Ny. Utin yaitu Riki anak keenam memiliki

kebiasaan merokok 1-2 bungkus sehari yang sudah dilakukan sejak sekitar

9 tahun yang lalu. Keluarga Ny. Utin tidak memiliki kebiasaan berolahraga

rutin. Keluarga Ny. Utin memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan air

menggunakan sabun sebelum dan setelah makan, juga setelah BAB.

Rumah Ny. Utin disapu dan dibersihkan setiap hari oleh Ny. Dewi.

Keluarga Ny. Utin memiliki kebiasaan mandi dua kali sehari dan sikat gigi

dua kali sehari dan memakai alas kaki saat keluar rumah. Keluarga Ny. Utin

memiliki kebiasaan mengumpulkan sampah di ujung jalan rumahnya dan

jika sudah penuh membakar sampah tersebut bersama tetangga lainnya dan

membuang limbah dapur di selokan depan rumah yang alirannya sudah

tidak mengalir.

f. Kebiasaan Berobat

Keluarga Ny. Utin berobat ke Puskesmas jika sakit karena biaya

ditanggung oleh BPJS. Semua anggota keluarga Ny. Utin memiliki kartu

BPJS.

1.3.3. Keluarga Tn. Romli

Keluarga binaan Tn. Romli terdiri dari 5 anggota keluarga, yaitu Tn. Romli

bersama istri Ny. Sukrabah dan kedua anaknya yaitu Asep dan Deni. Family lain

dari Tn. Romli juga tinggal bersama Tn. Romli, bernama Saepudin.

30
Tabel 1.7 Data Keluarga Tn. Romli
No Nama Status Jenis Usia Pendi Pekerjaan Penghasilan

Keluarga Kelami dikan

n (L/P) Terak

hir

1. Tn. Romli Kepala L 60 th SMA Penjahit

Keluarga

2. Ny. Istri P 59 th SMP IRT

Sukrabah

4. Asep Anak I L 33 th SMA Pedagang

5. Deni Anak II L 30 th SMA Buruh

7. Saepudin Famili Lain L 25 th SMA Pedagang

Keluarga Tn. Romli bertempat tinggal di Kampung Andil, Desa Talok RT

004/RW 001, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Tn.

Romli berusia 60 tahun sehari hari dirumah bekerja sebagai penjahit.

Penghasilannya kurang lebih perbulan sebesar Rp 500.000. Saat ini Tn. Romli

masih bekerja. Pendapatan Tn. Romli digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari

sehari. Tn. Romli tinggal bersama istrinya Ny. Sukrabah yang saat ini sebagai ibu

rumah tangga. Keseharian Ny. Sukrabah membantu suami menjahit dirumah,

membersihkan rumah, dan menyiapkan makan. Anak-anak dan anggota keluarga

dari Tn. Romli belum ada yang bekerja dan belum memiliki penghasilan

a. Bangunan Tempat Tinggal

Keluarga Tn. Romli tinggal di perumahan padat penduduk. Rumah

milik sendiri dengan luas tanah 99 m2 persegi dan luas bangunan 10 m x 5

31
m, Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat berlantai semen, beratapkan

genteng tanpa plafon dan dindingnya terbuat dari batu bata yang dilapisi

semen dan dicat berwarna putih. Rumah ini terdiri dari ruang tv berukuran

4 m x 2 m. Mempunyai tiga kamar tidur dengan ukuran masing-masing 2 m

x 2 m. Mempunyai 1 kamar mandi berukuran 2 m x 1.5 m. Mempunyai

dapur berukuran 3 m x 4 m. Mempunyai tempat jahit berukuran 4m x 1 m.

Ventilasi yang ada berasal dari pintu depan dengan panjang 100 cm x 190

cm dan sebuah jendela yang dapat dibuka dengan ukuran 80 cm x 25 cm.

Tidak terdapat ventilasi di kamar. Ventilasi di ruang tamu terdapat dua buah

jendela dengan ukuran 50 cm x 25 cm dan terdapat sekat – sekat ventilasi

udara di setiap atas jendela dengan ukuran 25 cm x 15 cm. Pencahayaan di

rumah ini terdapat 5 buah lampu di dalam rumah, berwarna putih dan 1 buah

lampu di teras rumah dan berwarna putih. Keluarga ini memiliki kamar

mandi dengan jamban tanpa pintu.

Gambar 1.6 Denah Rumah Keluarga Tn. Romli

32
b. Lingkungan Pemukiman

Rumah Tn. Romli terletak di pemukiman yang padat penduduk.

Untuk menuju rumah Tn. Romli dengan memasuki gang dan melewati jalan

setapak untuk menuju rumah Tn. Romli. Disebelah kiri dan sebelah

kanannya adalah rumah tetangga. Di depan rumahnya adalah jalan setapak

satu akses

c. Pola Makan

Keluarga Tn. Romli +memiliki kebiasaan makan dua kali sehari.

Sehari-hari Ny. Sukrabah memasak makanan seadanya, contoh menu yang

disajikan sehari-hari ialah nasi, telur. Keluarga Tn. Romli jarang

mengkonsumsi daging maupun ayam. Ny. Sukrabah sering menambahkan

penyedap pada setiap makanannya. Anak-anak Tn. Romli sering jajan

sembarangan.

d. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak

Kelima anak Tn. Romli lahir di rumah sendiri dengan bantuan bidan

desa di desa Talok. Kelima anak Tn. Romli lahir spontan cukup bulan

dengan berat lahir anak pertama 2800 gram, anak kedua 2600 gram, anak

ketiga 2500 gram, anak keempat 2700 gram, dan anak kelima 3000 gram.

Ny. Sukrabah mengaku anaknya diberikan imunisasi lengkap di puskesmas

keliling. Ny. Sukrabah mengaku ketiga anaknya diberikan ASI sampai umur

2 tahun, kedua anaknya tidak diberikan ASI sampai umur 2 tahun. Ny.

Sukrabah tidak menggunakan alat kontrasepsi.

33
e. Riwayat Penyakit dan Kebiasaan Berobat

Tn. Romli tidak memiliki kebiasaan merokok. Tn. Romli juga

mengaku ada penyakit yang serius pada keluarganya yaitu pada Ny

Sukrabah terkena suspek Hepatoma. Ny Sukrabah selalu berobat ke

puskesmas namun saat itu dirujuk ke rumah sakit namun Ny Sukrabah hanya

mendatangi sebuah Klinik terdekat. Tidak ada riwayat di rawat di rumah

sakit pada keluarganya.

f. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari

Keluarga Tn. Romli mengaku sering mencuci tangan sebelum

makan dengan menggunakan sabun, dan mengetahui langkah mencuci

tangan yang baik dan benar. Keluarga Tn Romli mengaku jarang untuk

berolahraga. Ada kebiasaan merokok pada keluarga yaitu anaknya yang

bernama deni. Dalam sehari Deni menghabiskan 1 bungkus rokok.

Dalam kesehariannya Romli dan keluarga menggunakan air dari

sumur desa untuk mandi dan mencuci serta memasak air untuk minum.

Keluarga Romli mengumpulkan sampah di ujung jalan rumahnya dan jika

sudah penuh membakar sampah tersebut bersama tetangga lainnya.

1.3.4. Keluarga Tuan Tabri

Keluarga binaan Tn. Tabri terdiri dari 5 anggota keluarga, yaitu Tn. Tabri

bersama istri Ny. dan ketiga anaknya yaitu Roja, Robi, dan Imam. Keluarga Tn.

Romli bertempat tinggal di Kampung Andil, Desa Talok RT 004/RW 001, Kecamatan

Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

34
Tabel 1.8 Data Keluarga Tn. Tabri
Status Jenis Usia Penghasilan
Nama Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin (Tahun) Perbulan

Kepala Belum
Tabri L 54 th Wiraswasta Rp. 3.200.000
Keluarga Tamat SD

Ibu Rumah
Apikah Istri P 42 th SD -
Tangga

Tidak
Roja Anak I L 21 th SLTA -
bekerja

Robi Anak II L 17 th SLTA Siswa

Imam Anak III L 7th - Siswa

Tn. Romli berusia 54 tahun sehari hari dirumah bekerja sebagai wiraswasta.

Penghasilannya kurang lebih perbulan sebesar Rp 3.200.000. Saat ini Tn. Tabri masih

bekerja. Pendapatan Tn.Tabri digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari sehari. Tn.

Tabri tinggal bersama istrinya Ny. yang saat ini sebagai membantu Tn. Tabri dalam

menjalankan usaha wiraswastanya. Keseharian Ny. membantu suami berdagang,

membersihkan rumah, dan menyiapkan makan. Anak-anaknya belum ada yang

sudah bekerja.

a. Lingkungan Pemukiman

Rumah keluarga Tn. Tabri terletak di lingkungan yang penduduknya

cukup padat, masih terdapat jarak antara rumah Tn. Tabri dan tetangganya.

Rumah Ny. Utin pada bagian depan rumah berbatasan dengan jalan, bagian

samping kiri, kanan dan belakang rumah berbatasan dengan rumah warga.

35
b. Bangunan Tempat Tinggal

Keluarga Tn. Tabri tinggal di perumahan padat penduduk. Rumah

milik sendiri dengan luas tanah 80 m2 persegi dan luas bangunan 8 m x 6 m,

Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat berlantai semen, beratapkan

genteng tanpa plafon dan dindingnya terbuat dari batu bata yang dilapisi

semen dan dicat berwarna putih. Rumah ini terdiri ruang tamu berukuran

4,5 m x 3 m. Mempunyai tiga kamar tidur dengan ukuran masing-masing 2

m x 2 m, 1,5 m x 2 m dan 2 x 2 m. Mempunyai 1 kamar mandi berukuran

2 m x 2 m. Mempunyai dapur berukuran 2 m x 2 m. Ventilasi yang ada

berasal dari pintu depan dengan panjang 100 cm x 190 cm dan sebuah

jendela yang dapat dibuka dengan ukuran 100 cm x 25 cm. Tidak terdapat

ventilasi di kamar. Ventilasi di ruang tamu terdapat dua buah jendela dengan

ukuran 50 cm x 25 cm dan terdapat sekat – sekat ventilasi udara di setiap

atas jendela dengan ukuran 25 cm x 15 cm. Pencahayaan di rumah ini

terdapat 5 buah lampu di dalam rumah, berwarna putih dan 1 buah lampu di

teras rumah dan berwarna putih. Keluarga ini memiliki kamar mandi dengan

jamban tanpa pintu.

36
Gambar 1.7 Denah Rumah Keluarga Tn. Tabri

c. Lingkungan Pemukiman

Rumah Tn. Tabri terletak di pemukiman yang padat penduduk.

Untuk menuju rumah Tn. Tabri dengan memasuki gang dan melewati jalan

setapak untuk menuju rumah Tn. Tabri. Disebelah kiri dan sebelah

kanannya adalah rumah tetangga. Di depan rumahnya adalah jalan setapak

satu akses

d. Pola Makan

Keluarga Tn. Tabri memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari.

Sehari-hari Ny. Sukrabah memasak makanan seadanya, contoh menu yang

disajikan sehari-hari ialah nasi, telur, tempe, tahu, ayam. Keluarga Tn. Tabri

jarang mengkonsumsi daging maupun ayam. Ny. Sukrabah sering

37
menambahkan penyedap pada setiap makanannya. Anak-anak Tn. Tabri

sering jajan sembarangan.

e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak

Ketiga anak Tn. Tabri lahir di rumah sendiri dengan bantuan bidan

desa di desa Talok. Kelima anak Tn. Tabri lahir spontan cukup bulan dengan

berat lahir anak pertama 2800 gram, anak kedua 2600 gram, anak ketiga

2500 gram, anak keempat 2700 gram, dan anak kelima 3000 gram. Ny.

Sukrabah mengaku anaknya diberikan imunisasi lengkap di puskesmas

keliling. Ny. Sukrabah mengaku ketiga anaknya diberikan ASI sampai umur

2 tahun, kedua anaknya tidak diberikan ASI sampai umur 2 tahun. Ny.

Sukrabah tidak menggunakan alat kontrasepsi.

f. Riwayat Penyakit dan Kebiasaan Berobat

Tn. Tabri memiliki kebiasaan merokok. Sehari, Tn. Tabri bisa

menghabiskan 1 sampai 2 bungkus rokok perharinya. Tn. Tabri juga

mengaku ada penyakit yang serius pada keluarganya yaitu pada Imam yang

terkena Thalasemia. Bersama Ny. , Imam selalu ditemani untuk pergi

control rutin ke Rumah Sakit Tangerang untuk ditransfusi dan dirawat tiap

1 bulan sekali.

g. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari

Keluarga Tn. Tabri mengaku sering mencuci tangan sebelum makan

dengan menggunakan sabun, dan mengetahui langkah mencuci tangan yang

baik dan benar. Keluarga Tn Tabri mengaku jarang untuk berolahraga.

Dalam kesehariannya Tabri dan keluarga menggunakan air dari

sumur desa untuk mandi dan mencuci serta memasak air untuk minum.

38
Keluarga Tabri mengumpulkan sampah di ujung jalan rumahnya dan jika

sudah penuh membakar sampah tersebut bersama tetangga lainnya.

1.4. Penentuan Area Masalah

1.4.1. Usulan Area Masalah Keluarga Binaan

Dari beberapa rumusan masalah keluarga binaan yang didapat, 5 masalah

terbesar yang menjadi usulan untuk diangkat antara lain:

1. Perilaku membuang sampah rumah tangga yang baik dan benar

2. Pengetahuan tentang keluarga berencana

3. Pengetahuan tentang hipertensi

4. Pengetahuan tentang ASI eksklusif

1.4.2. Penentuan Area Masalah Keluarga Binaan

Data hasil pre-survei dikumpulkan dan didiskusikan untuk memilih satu

prioritas area masalah. Cara penentuan prioritas area masalah pada penelitian ini

adalah dengan menggunakan teknik Delphi. Keempat usulan area masalah

keluarga binaan dijabarkan di depan anggota kelompok dan kemudian dilakukan

voting untuk menentukan prioritas. Berdasarkan hasil diskusi, dipilih area masalah

“Perilaku Membuang sampah Rumah Tangga yang Baik dan Benar Pada

Keluarga Binaan Kampung Andil RT 004 RW 001 Desa Talok Kecamatan

Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten”

1.4.3. Alasan Pemilihan Area Masalah

Berdasarkan hasil pre survey yang dilakukan pada keluarga binaan di Desa

Talok terdapat masalah perilaku mengenai membuang sampah rumah tangga yang

39
baik dan benar pada seluruh keluarga binaan. Sebanyak 13 orang responden

memiliki perilaku yang buruk mengenai membuang sampah rumah tangga yang

baik dan benar.

Dari data angka kejadian 10 penyakit terbanyak Puskesmas Kresek

didapatkan ISPA merupakan urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak yang salah

satunya dapat diakibatkan dari kebiasaan membakar sampah.

Kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat mendorong agar

masalah sampah bisa selesai hingga akhir 2019. Untuk saat ini infrastruktur

masalah sampah baru terbangun 56%. Pada tahun 2012 kementrian lingkungan

hidup menghasilkan sekitar 2,5 liter sampah perhari atau 625 juta liter dari jumlah

total penduduk. Berdasarkan laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS)

provinsi banten tahun 2007 terdapat 22, 2% rumah tangga yang memiliki tempat

sampah di dalam rumah dan 41,0% rumah tangga memiliki tempat sampah di luar

rumah. Di perkotaan persentase rumah tangga yang memiliki tempat sampah lebih

tinggi yakni (42,4% dalam rumah dan 45,9% di luar rumah) dibandingkan dengan

di perdesaan (9,3% dalam rumah dan 34,8% di luar rumah).

Membuang sampah menurut pandangan Islam yaitu kebersihan merupakan

sebagain dari pada iman. Disisi lain Allah mewajibkan para hambanya untuk

menjaga kebersihan, kesehatan, dan keindahan lingkungannya. Diantaranya

membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan serta keindahan

lingkungan.

40
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diagnosis dan Intervensi Komunitas

Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk

menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan

cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai

dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan

suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam

melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa

yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam

melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu

kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen

kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja

dan gizi) (Notoatmodjo, 2010).

2.2. Teori Perilaku

2.2.1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)

yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau

aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas

antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

41
Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang,

yang merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagai faktor, baik faktor

internal maupun eksternal. Perilaku manusia dibagi dalam tiga domain, yaitu

pengetahuan, sikap dan tindakan (Bloom 1908 dalam Notoatmodjo, 2012).

2.2.2. Batasan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku dapat ditafsirkan sebagai kegiatan

atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Manusia sebagai

salah satu makhluk hidup mempunyai aktivitas yang dapat dibagikan menjadi dua

kelompok yaitu aktivitas yang dapat dilihat oleh orang lain dan aktivitas yang tidak

dapat dilihat oleh orang lain. Menurut seorang ahli psikologi, Skiner (1938), beliau

mendapati bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh itu, perilaku manusia terjadi melalui proses:

Stimulus Organisme Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori "S-O-R"

(stimulusorganisme-respons). Teori skinner juga menjelaskan adanya dua jenis

respons, yaitu:

a) Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditunjukkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli,

karena menimbulkan respons yang relatif tetap misalnya makanan lezat

akan menimbulkan nafsu untuk makan da sebagainya. Respondent respons

juga mencakup perilaku emosional misalnya sedih apabila ditimpa berita

musibah.

b) Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.

42
Perangsangan yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce,

karena berfungsi untuk memperkuat respons.

Perilaku manusia berdasarkan teori “S-O-R” tersebut dapat dibagi menjadi dua,

yaitu:

a) Perilaku tertutup (Covert behavior)

Perilaku ini adalah respons yang masih belum dapat dilihat oleh orang lain.

Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,

persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

Bentuk "unobservable behavior" atau "covert behavior" yang dapat diukur

adalah pengetahuan dan sikap.

b) Perilaku terbuka (Overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau

"observable behavior".

2.2.3. Ilmu-Ilmu Dasar Perilaku

Menurut Notoatmodjo lagi, perilaku pada seseorang individu itu terbentuk

dari dua faktor utama yaitu stimulus yang merupakan faktor eksternal dan respons

yang merupakan faktor internal. Faktor eksternal seperti faktor lingkungan, baik

lingkungan fisik, maupun non-fisik dan faktor internal pula adalah faktor dari diri

dalam diri orang yang bersangkutan. Faktor eksternal yang paling berperanan dalam

membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya, yaitu di mana

seseorang tersebut berada. Sementara itu, faktor internal yang paling berperan

adalah perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya.

43
Dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga cabang ilmu yang membentuk perilaku

seseorang itu yaitu ilmu psikologi, sosiologi dan antropologi (Notoatmodjo, 2005).

2.2.4. Pengukuran Perilaku

Cara mengukur perilaku ada dua cara (Notoatmodjo, 2010) yaitu:

1. Perilaku dapat diukur secara langsung yakni wawancara terhadap

kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, bulan yang

lalu (recall).

2. Perilaku yang diukur secara tidak langsung yakni, dengan mengobservasi

tindakan atau kegiatan responden.

2.2.5. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2010) ini mencakup:

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit

Perilaku seseorang terhadap penyakit yaitu bagaimana manusia berespon

baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsikan penyakit dan

rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya) maupun aktif (tindakan

yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut). Perilaku

terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-

tingkat pencegahan penyakit yakni:

a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan (health promotion behavior) misalnya makanan begizi,

olahraga, dsb.

44
b) Perilaku pencegahan penyakit (health promotion behavior)

misalnya tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk,

imunisasi.

c) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking

behavior) misal mengobati sendiri penyakitnya atau mencari

pengobatan ke puskesmas, RS, dukun, dsb.

d) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabilitation behavior) misal melakukan diet, mematuhi anjuran

dokter dalam rangka pemulihan kesehatan.

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan

Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku

ini menyangkut respon terhadap fasilitas kesehatan, cara pelayanan,

petugas kesehatan, obat-obatan.

3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior)

Perilaku terhadap makanan adalah respon seseorang terhadap makanan

sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Unsur-unsur yang terkandung

didalamnya zat gizi, pengelolaan makanan, dsb.

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan

Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon seseorang terhadap

lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku ini mencakup

air kotor, limbah, rumah yang sehat, pembersihan sarang-sarang nyamuk.

45
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2010) adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit

atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta

lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3

kelompok:

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

bilamana sakit.

2) Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau

sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking

behaviour). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan

seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun sosial budaya, dan sebagainya.

2.2.6 Domain Perilaku

Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005), beliau

mendapati terdapat tiga domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Ahli pendidikan di Indonesia kemudian menterjemahkan ketiga domain ini ke

dalam cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau peri cipta, peri

46
rasa, dan peri tindak. Untuk kepentingan pendidikan praktis, tiga tingkat ranah

perilaku telah dikembangkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan(knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia. Terdapat intensitas yang

berbeda-beda pada setiap pengetahuan sesorang terhadap objek. Tingkat

pengetahuan dapat dibagi dalam 6 tingkat, yaitu;

a. Tahu (know).

Tahu diartikannya hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension).

Memahami sesuatu objek bukan sekadar tahu objek tersebut, tetapi

orang itu harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang

objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application).

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksudkan dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponenkompenen yang terdapat dalam sebuah masalah atau

objek yang diketahui.

47
e. Sintesis (syntesis)

Sintesis adalah kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki. Umumnya, analisis adalah

kemampuan untuk menghasilkan formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap suatu objek tertentu, yang berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau yang sedang berlaku dalam

masyarakat.

2. Sikap (Attitude)

Menurut Campbell (1950), sikap dapat didefinisikan dengan sederhana,

yakni :" An individual's attitude is syndrome of response consistency with

regard to object." Dengan kata lain, sikap itu adalah kumpulan gejala dalam

merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran,

perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Sementara itu, Newcomb

menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Allport (1954)

dalam Notoatmodjo (2005), pula merumuskan bahwa sikap terbentuk dari 3

komponen utama,yaitu :

1) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak.

48
Sikap bisa dibagi menurut tingkat intensitasnya, yaitu:

a) Menerima Menerima diartikan individu atau subjek mau menerima

stimulus atau objek yang diberikan.

b) Menanggapi Menanggapi diartikan subjek memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi

c) Menghargai

Menghargai diartikan apabila subjek dapat memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus.

d) Bertanggung jawab

Bertanggung jawab diartikan subjek tersebut berani mengambil resiko

terhadap apa yang diyakininya.

3. Tindakan atau Praktik( Practice)

Faktor-faktor misalnya adanya fasilitas atau sarana dan prasarana perlu

supaya sikap meningkat menjadi tindakan. Praktik atau tindakan dapat

dikelompokkan menjadi 3 tingkatan mengikut kualitasnya, yaitu:

a. Praktik terpimpin (guide response).

Subjek telah melakukan sesuatu tetapi masih bergantung pada tuntunan

atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism).

Subjek telah melakukan sesuatu hal secara otomatis tanpa perlu kepada

panduan.

c. Adapsi (adoption).

Tindakan yang sudah berkembang yaitu tindakan tersebut tidak sekadar

rutinitas tetapi sudah merupakan perilaku yang berkualitas.

49
2.2.7. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu

yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan

kesehatan, antara lain:

1. Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat

kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,

yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non

behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

a. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor predisposisi mencakup beberapa hal, antara lain pengetahuan

dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan

masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan masalah

kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,

tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factor)

Faktor ini mencakup ketersediaan alat, sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan masyarakat.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor)

Sikap dan perilaku petugas, dukungan suami dan perilaku tokoh

masyarakat.

50
Pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

1. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa

pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil

keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

a. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya

intelegensia, minat, kondisi fisik.

b. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga,

masyarakat, sarana.

c. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi

dan metodedalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

51
4) Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.

5) Sintesa

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

baru.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa

sikap mempunyai tiga komponen pokok :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

52
2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan

(support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat

kedua.

53
c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka

ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2.8. Pembentukan Perilaku

Pembentukan perilaku menurut Ircham (2005) ada beberapa cara,

diantaranya:

1. Conditioning atau kebiasaan

Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan

conditioning kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk

berperilaku seperti yang diharapkan akhirnya akan terbentuklah

perilaku.

2. Pengertian (Insight)

Pembentukan perilaku yang didasarkan atas teori belajar kognitif yaitu

belajar disertai dengan adanya pengertian.

54
3. Menggunakan Model

Cara ini menjelaskan bahwa domain pembentukan perilaku pemimpin

dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya. Cara ini

didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory) atau

observational learning theory oleh Bandura (1977).

2.3. Teori Membuang Sampah

2.3.1. Pengertian Sampah

Menurut definisi World Health Organization (WHO), sampah adalah

sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang

dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya

(Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih mungkin digunakan kembali/

pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan/

material yang tidak dapat digunakan kembali.

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari

benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi,

atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu

kelangsungan hidup. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang

harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia

(termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak

termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak

termasuk didalamnya).

55
2.3.2. Jenis dan Karakteristik Sampah

A. Jenis Sampah

Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair

dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi

menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya

a. Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan

plastik

b. Sampah organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan

sebagainya

2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar

a. Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu

b. Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas

3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk

a. Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging

b. Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca.

B. Karakteristik Sampah

1. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan

hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri

dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung

sejumlah air bebas.

56
2. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat

terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan,

kantor-kantor, tapi yang tidak termasuk garbage.

3. Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah

terbakar baik di rumah, di kantor, industri.

4. “Street Sweeping” (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan

dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin

yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan.

5. “Dead Animal” (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati

karena alam, penyakit atau kecelakaan.

6. Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage,

ashes, yang berasal dari perumahan.

7. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai-bangkai

mobil, truk, kereta api.

8. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-

industri, pengolahan hasil bumi.

9. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran

gedung.

10. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa

pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung.

11. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat

organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air

buangan.

57
12. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus

misalnya kaleng-kaleng cat, zat radiokatif.

2.3.3. Sumber-Sumber Sampah

Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber

berikut :

1. Pemukiman Penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau

beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama

yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan

biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan

atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), perabotan

rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun.

2. Tempat Umum Dan Tempat Perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang

berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat

perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu

dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa

bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

3. Sarana Layanan Masyarakat Milik Pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain: tempat

hiburan, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan

(misalnya rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung

58
pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat

tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

4. Industri berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman,

industri kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan

air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang

sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang

dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering,

sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

5. Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian

seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa

bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian,

pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

2.3.4. Penyakit Bawaan Sampah

Penyakit bawaan sampah sangat luas, dan dapat berupa penyakit menular

dan tidak menular, dapat juga berupa akibat kebakaran, keracunan, dan lainnya.

Tabel 1.9 Penyakit Bawaan Sampah


Nama Penyakit Penyebab Penyakit

Bawaan lalat: -

Dysentrie basillaris Shigella shigae

Dysentrie amoebica Entamoeba histolityca

59
Typus abdominalis Salmonella typi

Cholera Vibrio cholera

Ascariasis A. Lumbricoides

Ancylosiomiasis A. Duodenale

Penyakit bawaan tikus atau pinjal -

Pest Pateurella pestis

Leptospirosis Leptospira icterohaemorrhagica

Icterohaemorrhagica

Rat bite fever

Keracunan

Metan

Carbon monoxide, dioxida

Hydrogen sulfide

Logam berat, dst

2.3.5. Pengelolaan Sampah

Sampah erat dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah-sampah

tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri patogen),

dan juga binatang serangga sebagai pemindah atau penyebar penyakit (vektor).

Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak

mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat.

60
Yang dimaksud dengan pengolahan sampah di sini adalah meliputi:

pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengelolaan

sampah sedemikian rupa sehingga tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat

dan lingkungan hidup (Soekidjo Notoatmojo 2003:169).

1. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

Pengumpulan sampah dimulai di tempat sumber dimana sampah

tersebut dihasilkan. Dari lokasi sumber sampah tesebut diangkut dengan

alat angkut sampah. Sebelum sampai ke tempat pembuangan kadang-

kadang perlu adanya suatu tempat penampungan sementara. Dari sampah

dipindahkan dari alat angkut yang lebih besar dan lebih efisien., misalnya

gerobak ke truk atau gerobak ke truk pemadat (H.J. Mukono. 2002: 25).

Kemudian dari proses pengangkutan tesebut diangkut ke tempat

penampungan sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke tempat

penampungan akhir (TPA) mekanisme, sistem, atau cara

pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab

pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipasi masyarakat

produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk

daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-

masing keluarga, tanpa memerlukan TPS maupun TPA (Soekidjo

Notoatmojo, 2003:169).

2. Pemusnahan Sampah

Pemusnahan sampah padat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:

61
1) Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat

lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun

dengan tanah.

2) Dibakar (Inceneration) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan

membakar didalam tungku pembakaran (incenerator).

3) Dijadikan pupuk (Composting), yaitu pengelolaan sampah menjadi

pupuk (kompos) khususnya untuk sampah oraganik daun-daunan,

sisa makanan, dan sampah lainnya yang dapat membusuk

(Soekidjo Notoatmojo, 2003:169)

3. Pengelolaan Sampah

Teknik pengelolaan digunakan dalam sistem pengelolaan sampah

untuk meningkatkan efisien operasional, antara lain:

1) Reduksi volume secara mekanik (pemadatan)

2) Reduksi volume secara kimiawi (pembakaran)

3) Reduksi ukuran secara mekanik (cincang)

4) Pemisahan komponen (manual dan mekanik) (Mukono, 2000:25).

2.3.6. Teknik Pembuangan Sampah

Teknik pembuangan sampah dapat dilihat mulai dari sumber sampah sampai

pada tempat akhir sampah. Usaha pertama adalah mengurangi sumber sampah, baik

dari segi kuantitas maupun kualitas dengan:

62
1. Meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat

menjadi sampah.

2. Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku

3. Meningkatkan penggunaan bahan yang teurai secara alamiah, misalnya

pembungkus plastik diganti dengan pembungkus kertas (Juli Soemirat

Slamet, 2002: 157)

2.3.7. Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Menurut Mukono (2000:25) pengelolaan sampah mempunyai pengaruh

terhadap masyarakat dan lingkungan sebagi berikut:

1. Pengaruh Positif dari Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh terhadap

masyarakat dan lingkungan seperti: berkurangnya tempat berkembang

biaknya serangga dan binatang pengerat, berkurangnya insiden penyakit-

penyakit yang erat hubungannya dengan pengelolaan sampah, keadaan

lingkungan yang bersih akan dapat mencerminkan keadaan sosial

masyarakat serta keadaan lingkungan yang baik akan dapat

meningkatkan penerimaan sehingga meningkatkan ekonomi daerah dan

negara.

63
2. Pengaruh Negatif dari Pengelolaan Sampah terhadap Kesehatan

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat

yang baik vektor-vektor terutama dari tempat-tempat sampah sehingga

mengakibatkan insiden penyakit tertentu.

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan tempat

tinggal bagi vektor penyakit antara lain serangga, tikus, jamur dan

cacing. Dari vektor di atas dapat menimbulkan penyakit seperti: insect

horn disease yakni: diare, kolera, typus, dengue haemorrhagic fever

(DHF), raden horn disease yakni pes, murinetyphus serta vektor

cacing(Mukono,2000:26).

3. Pengaruh negatif dari Pengelolaan Sampah terhadap Lingkungan

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyebabkan etika

lingkungan kurang sedap dipandang mata, terganggu kenyamanan

lingkungan masyarakat, adanya bau busuk proses pembusukan sampah

oleh mikroorganisme sehingga dapat mengganggu kesegaran udara di

lingkungan masyarakat, pengaruh negatif dari pengelolaan sampah

terhadap keadaan sosial masyarakat.

Pengeloaan sampah yang kurang baik pada suatu masyarakat dapat

mencermin status sosial masyarakat daerah tersebut. Pengaruh negatif

pengelolaan sampah terhadap perekonomian daerah menyebabkan

tenaga kerja produktif menderita sakit atau gairah kerja kurang sehingga

menyebabkan tidak terwujudnya pengelolaan sampah yang baik.

64
2.3.8. Perilaku Masyarakat dalam Membuang Sampah

Penanganan sampah berhubungan dengan perilaku masyarakat yang

memproduksi sampah. Menangani sampah mulai dari hulu akan membuat

permasalahan sampah menjadi sederhana. Meyadarkan masyarakat, sebagai

produsen sampah, untuk tidak memproduksi sampah dalam jumlah banyak dan juga

dengan tidak membuang secara sembarangan, akan dapat mengurangi

permasalahan sampah (Sigit Setyo Pramono, 2005:4) Kondisi sosial dan budaya

menjadi faktor yang sangat penting untuk mengetahui kebiasaan perilaku

masyarakat dalam pengelolaan sampah. Selain itu, pola konsumtif masyarakat dan

gaya hidup masyarakat juga akan mempengaruhi besarnya timbunan sampah dan

komposisi sampah yang dimiliki (Sigit Setyo Pramono, 2005:4).

Kebiasaan dan perilaku masyarakat juga tebawa dalam aktivitas membuang

sampah. Sampah yang drespondenang dibiarkan tercampur dan tidak ada usaha

apapun untuk memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Kondisi sampah

yang tercampur tersebut sangat menyulitkan bagi pemerintah dan pihak yang

berkepentingan untuk memisahkan sampah dan melakukan proses didaur ulang.

Negara-negara bekembang umumnya memandang sampah sebagai barang

sudah tidak berguna dan tidak mereka inginkan, sehingga tindakan yang mereka

lakukan adalah membuangnya, persoalan muncul ketika setiap orang

memperlakukan sampah sesuai dengan pemahaman mereka masing-masing,

misalnya dengan meninggalkan atau membuang sampah di sembarang tempat yang

menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan kumuh. Sebagian lagi membuang

65
sampah selokan atau sungai, yang mengakibatkan pendangkalan dan penyumbatan

saluran, yang merupakan salah satu penyebab banjir dan genangan di daerah

perkotaan, sementara kebiasaan untuk memilah sampah belum banyak dilakukan,

karena mereka tidak mengerti bagaiman cara pengelolaan sampah yang baik dan

benar (Suryanto Susilowati,2004). Saat ini pola perilaku masyarakat masih

menggunakan pola pikiran yang lama. Bagi masyarakat, sampah hanya dianggap

sebagai barang tidak berguna dan mereka merasa cukup hanya dengan membuang

sampah pada tempatnya. Masyarakat tampaknya belum sadar pada dampak yang

akan ditimbulkan jika pola perilaku mereka tidak berubah. Jika sampah yang

mereka hasilkan setiap hari yang semakin banyak dan tertumpuk, suatu saat mereka

akan kehilangan tempat pembuangan sampah yang layak karena sudah penuh akibat

dari tidak terkontrolnya jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan sampah

tersebut.

2.3.9. Hubungan Perilaku Masyarakat dengan Kesehatan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Membuang Sampah di

Sungai.

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang paling bermanfaat

untuk menentukan status sosial ekonomi dan mempunyai tingkat

ketepatan yang cukup baik, variabel ini bisa dicatat dalam kategori luas,

tidak berpendidikan, berpendidikan, sekolah lanjutan, pendidikan yag

lebih tinggi dan latihan khusus. Pada masyarakat yang hanya

66
mempunyai fasilitas pendidikan sekolah dasar tujuh tahun

memperlihatkan penampilan yang lebih progesif.

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi terhadap perilaku

seseorang dalam melakukan pengelolaan sampah (Budioro,1998:67).

Dalam teori Lawrence Green juga dikatakan bahwa pendidikan

kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan

menguatkan perilaku sehingga menimbulkan perilaku positif dari

responden rumah tangga. Karena melalui pendidikan, manusia makin

mengetahui dan sadar akan bahaya sampah terhadap lingkungan,

terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan manusia. Tingkat

pendidikan menunjukkan korelasi yang positif dengan status gizi,

penggunaan pelayanan dan kebersihan perorangan

hygiene di rumah (Soekidjo Notoatmojo, 2003:115).

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.

Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai

pengetahuan yang lebih luas dalam hal ini pengetahuan tentang

pembuangan

dan pengelolaan sampah rumah tangga, dibandingkan dengan

seseorang

yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

2. Pendapatan

Kesehatan merupakan kebutuhan pokok, yaitu material yang harus

tersedia agar keluarga dapat melaksanakan kehidupan yang dianggap

67
wajar (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000:258). Dalam upaya

memenuhi kebutuhan tersebut, sumber daya keluarga merupakan

fasilitas yang dapat dipergunakan, baik berupa material maupun

bersifat inmaterial. Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai

faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor

eksternal (diluar diri manusia). Faktor ekonomi yang tergolong dalam

faktor eksternal berpengaruh terhadap status kesehatan seseorang

(Soekidjo Notoatmojo, 2003: 18).

Uang menentukan berapa banyak kebutuhan keluarga dapat

dipenuhi. Seseorang yang tidak memenuhi cukup uang kurang bisa

memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan (Soekidjo Notoatmojo,

2003:18).

Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat

dengan berbagai masalah kesehatan. Apabila diukur dalam nilai mata

uang, masyarakat miskin lebih sedikit pendapatan yang digunakan

untuk makanan untuk makanan bergizi, kebutuhan air bersih, pakaian

dan tempat tinggal yang memadai. Mereka bekerja untuk memenuhi

kebutuhan hidup tanpa ada sisa untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan. Kesehatan sering pula tidak begitu diperhatikan oleh

keluarga tingkat ekonomi dan pendidikan yang rendah. Sehingga

dengan semakin meningkatnya pendidikan masyarakat, maka

kesadaran akan nilai kesehatan akan meningkat pula (Achmad Djaeni

Sediaoetama, 2000:258).

68
Teori Tim ahli WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan

seseorang itu berperilaku adalah empat alasan diantaranya adalah

sumber daya (resources) yang meliputi fasilitas, uang, waktu, tenaga,

pelayanan, keterampilan (Soekidjo Notoatmojo, 2003: 56).

Pendapat lain menyatakan bahwa faktor yang mendorong

masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan salah

satunya adalah ekonomi yang memadai dan faktor yang menghambat

salah satunya adalah rendahnya ekonomi sebagian masyarakat

(Soesanto S.S, 1999:5).

Seseorang yang mempunyai pendapatan lebih tinggi mempunyai

peluang yang banyak untuk membeli perlengkapan tempat pembuangan

sampah dan pengadaan tempat pengelolaanya, dibandingkan dengan

seseorang yang memiliki pendapatan dibawah rata-rata, dan apabila

sarana tempat sampah terpenuhi maka kemungkinaan besar keadaan

lingkungan bersih (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000:258)

3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior) pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai tingkatan, yakni:

2.3.10.4. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

69
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya.

2.3.10.5. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar orang yang telah

paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari.

2.3.10.6. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk, menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi sebenernya. Aplikasi disini dapat

diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

2.3.10.7. Analisis (analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

70
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kaa kerja, seperti dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan,

dan sebagainya.

2.3.10.8. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun,

merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap

suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

2.3.10.9. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penilaian-

penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri

untuk menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Seseorang yang mempunyai pengetahuan baik tentang

pengelolaan sampah disini diartikan sebagi pengetahuan yang terdiri

dari pengertian sampah, jenis sampah, sumber sampah, faktor yang

mempengaruhi produksi sampah, pengaruh sampah terhadap

kesehatan, masyarakat dan lingkungan, syarat tempat sampah,

kegiatan operasional pengelolaan sampah dan alat yang digunakan

dalam pengelolaan sampah dan cara membuang sampah, maka

71
mereka akan mempunyai perilaku yang baik

pula (Azrul Azwar, 2002:53)

Pengetahuan kognitif merupakan dominan yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang. (Soekidjo

Notoatmojo, 2003:122).

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan, baik

formal maupun nonformal dan membutuhkan proses kognitif yang

kompleks. Dengan pendidikan terjadi proses belajar akan hasil baik,

apabila ditunjang dengan saran memadai. Salah satu hal penting

dalam sarana ini adalah sumber informasi dan medianya. Untuk

mengetahui tingkat pengetahuan seseorang dapat dilakukan tes atau

wawancara menggunakan kuesioner (Prawitasari, 2008).

Pengetahuan masyarakat mengenai pembuangan sampah akan

mempengaruhi perilaku masyarakat ketika akan membuang

sampah.

2.3.10.10. Sikap

Sikap adalah merupakan eaksi atau respon seseorang yang

masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Soekidjo

Notoatmodjo, 2003:130).

Sikap adalah merupakan organisasi pendapat, keyakinan

seseorang mengenai obyek atau situasi yang relative ajeg, yang

disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada

72
orang tersebut untu membuat respons atau berperilaku dalam cara

tertentu yang dipilihnya (Bimo Walgito, 1978:109).

Dalam hal ini sikap responden rumah tangga tentang

pengelolaan sampah diartikan sebagai kecenderungan respoden

rumah tangga untuk setuju melakukan pengelolaan sampah setiap

harinya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sikap dapat berupa respon

negative dan respon positif yang akan dicerminkan dalam bentuk

perilaku. Sikap terdiri dari tiga komponen antara lain:

1. Komponen perceptual (komponen kognitif)

Yaitu komponen yang berkaitan dengan pegetahuan,

pandangan keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan

dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadapa

pengelolaan sampah.

2. Komponen emosional (komponen afektif)

Yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa

senang atau tidak senang terhadap pengelolaan sampah. Rasa

senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak

senang merupakan hal yang negative. Komponen ini

menunjukkan arah sikap yaitu sikap positif atau negatif.

3. Komponen perilaku atau action component (komponen

konatif)

Yaitu komponen yang berhubungan dengan

kecenderungan yang bertindak terhadap pengelolaan

73
sampah. Komponen ini menunjukkan inensitas, sikap. Yaitu

menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau

berperilaku seseorang terhadap pengelolaan sampah, karena

itu logik bahwa sikap seseorang dicerminkan dalam bentuk

perilaku obyek (Bimo Walgito, 2001:110)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ketiga komponen ini

secara bersama-sama akan membentuk sikap yang utuh

(total attitude).

Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan,

befikit, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Pengukuran sikap ada 2 macam cara yaitu secara

langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung yaitu

subyek secara langsung dimintai pendapat bagaimana

sikapnya terhadap sesuatu masalah atau hal yang dihadapkan

kepadanya. Dalam hal ini dapat dibedakan

langsung yang tidak berstruktur dan langsung yang

berstruktur. Secara langsung yang tidak berstruktur misalnya

mengukur sikap dengan wawancara bebas, dengan

pengamatan langsung atau dengan survey, sedangkan secara

langsung yang berstruktur yaitu, pengukuran sikap dengan

menggunakan pertanyaan yang telah disusun sedemikian

rupa dalam suatu nilai yang telah ditentukan dan

langsung diberikan kepada subyek yang diteliti, misalnya

74
pengukuran sikap dengan skala sikap dari R Likert (Bimo

Walgito, 2001:141).

Skala sikap dari R Likert menggunakan pertanyaan

dengan menggunakan 5 alternatif jawaban atau tanggapan

atas pertanyaan tersebut yaitu mulai dari sangat setuju

sampai sangat tidak setuju. Penilaian dari masing-masing

pertanyaan bergerak dari 1-4, nilai terendah adalah 0 dan

nilai tertinggi adalah 4, mana yang mendapatkan nilai 0 dan

mana yang mendapat nilai 4 tergantung dari pertanyaannya.

Bila pertanyaan bersifat positif atau favorable dan seseorang

sangat setuju dengan penyela tersebut, maka orang yang

bersangkutan memperoleh skor 4, sebaliknya bila

pertanyaan bersifat negative atau unfavorable dan orang

yang bersangkutan sangat setuju maka orang tersebut akan

memperoleh nilai 0. Makin tinggi skor yang diperoleh oleh

seseorang, merupakan indikasi bahwa orang

tersebut sikapnya makin posirif terhadap obyek sikap,

demikian sebaliknya (Bimo Walgito, 2001: 153).

Pengukuran sikap secara tidak langsung yaitu orang

diminta supaya menyatakan dirinya mengenai obyek attitude

yang diselidiki. Tetapi secara tidak langsung, misalnya

dengan menggunakan tes psikologi (tes proyeksi) yang dapat

mendaftarkan sikap dengan cukup mendalam serta yang

biasanya tidak dinyatakan atau disembunyikan dapat

75
ditemukan cara ini sulit ditemukan tetapi lebih

mendalam (Bimo Walgito, 2001:154)

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengukuran sikap

responden tentang pengelolaan sampah itu dapat dilakukan

dengan cara yaitu secara langsung misalnya dengan

wawancara dan secara tidak tersebut yaitu mulai dari sangat

setuju sampai sangat tidak setuju. Penilaian dari masing-

masing pertanyaan bergerak dari 1-4, nilai terendah adalah 0

dan nilai tertinggi adalah 4, mana yang mendapatkan nilai 0

dan mana yang mendapat nilai 4 tergantung dari

pertanyaannya. Bila pertanyaan bersifat positif atau

favorable dan seseorang sangat setuju dengan penyela

tersebut, maka orang yang bersangkutan memperoleh skor 4,

sebaliknya bila pertanyaan bersifat negative atau

unfavorable dan orang yang bersangkutan sangat setuju

maka orang tersebut akan memperoleh nilai 0. Makin tinggi

skor yang diperoleh oleh seseorang, merupakan indikasi

bahwa orang tersebut sikapnya makin posirif terhadap obyek

sikap, demikian sebaliknya (Bimo Walgito, 2001: 153).

Pengukuran sikap secara tidak langsung yaitu dengan

menggunakan tes. Cara pengukuran sikap yang biasa

digunakan yaitu dengan secara tidak langsung.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga

terhadap obyek sikap antara lain:

76
1. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

Karena itu, sikap akan lebi mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki

sikap yang konformi suatu searah dengan sikap orang yang

dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi

oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk

menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting

tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadarai kebudayaan telah menanamkan garis

pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan

telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena

kebuadayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-

individu masyarakat asuhannya.

4. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau

media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual

disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh

77
sikap penulisnya, akibat berpengaruh terhadap sikap

konsumennya.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan

dan lembaga agama sangat menentukan system kepercayaan

tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep

tersebut mempengaruhi sikap.

6. Faktor Emosional

Kadang kala, suau bentuk sikap merupakan

pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego.

2.3.10.11. Ketersediaan Sarana

Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia maka

perlu pengaturan pembuangannya (Indan Entjang, 2000:100).

Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara

setelah sampah dihasilkan, yang harus ada pada setiap sumber atau

penghasil sampah, seperti sampah rumah tangga. Syarat tempat

sampah yang sehat adalah:

1. Penampungan sampah di tempat pembuangan sampah

tidak boleh melebihi 3 hari dan segera dibuang.

2. Penempatan tempat sampah hendaknya di tempatkan pada

jarak terdekat yang banyak mengahsilkan sampah.

78
3. Kalau halaman rumah luas, maka pembuangan sampah

dapat dibuat lubang sampah dan bila sudah penuh dapat

ditutup kembali dengan tanah atau dibakar sedikit demi

sedikit.

4. Tempat sampah tidak menjadi sarang aau tempat

berkembangnya serangga ataupun binatang penular penyakit

(vektor)

5. Sebaiknya tempat sampah kedap air, agar sampah yang

basah tidak berceceran airnya sehingga tidak mengundang

datangnya lalat (Dinkes Proponsi Jateng, 2005:25)

Sarana fisik merupakan faktor yng berpengaruh dalam

kejiwaan seseorang yang tercermin pada praktik atau tindakannya,

keluarga yang mempunyai sarana tempat pembuangan sampah

cenderung akan membuang dan mengelola sampah dengan baik

yang nantinya tercermin dari kehidupanyya sehari-hari (Soekidjo

Notoatmojo, 2002: 124)

Ketersediann fasilitas-fasilitas berpengaruh terhadap

perilaku seseorang kelompok masyarakat. Pengaruh ketersediaan

fasilitas pengelolaan sampah terhadap perilaku pembuangan sampah

dapat bersifat positif atau negatif (Azrul Azwar, 2002:68).

2.3.11. Membuang Sampah Dalam Pandangan Islam

Seorang muslim dituntut oleh syariat untuk bersungguh-sungguh

menjaga kebersihan jalan. Hendaknya tidak membuang sampah-sampah

79
kecuali pada tempat untuk membuang sampah. Karena syariat Islam itu

mengajak umat untuk berlaku bersih. Dalam hadits dikatakan :

“Iman itu 70 dan sekian cabang, yang paling tinggi adalah kalimat Laa
Ilaaha Illallah, yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari
jalanan” (Muttafaqun‘alaih).

Namun saya tidak mengetahui faktor yang menghasilkan hukum

haram dari perbuatan yang anda sebutkan, yaitu membuang sampah di jalan,

selama itu tidak menimbulkan bahaya. Semisal membuang sampah gelas

atau semisalnya. Yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya untuk orang

lain. Jika kasusnya demikian, maka terdapat sisi larangannya yaitu membuat

gangguan bagi orang lain.

Dalil atas hal ini adalah keumuman sabda Nabi Shallallahu’alaihi

Wasallam:

“Janganlah memulai memberikan bahaya pada orang lain, jangan pula


membalas bahaya. (HR Malik secara mursal)

2.3 Kerangka Teori

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori perilaku

Soekidjo Notoatmojo, Achmat Djaeni S, Saefuddin Azwar, yang menyatakan

bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:

80
Pengetahuan

Sikap

Faktor Tingkat
Predisposisi Pendidikan

Pendapatan

Perilaku Kesehatan
Sosial Budaya

Faktor
Sarana
Pendukung

Pelayanan
Kesehatan
Faktor Penguat
Lingkungan

Bagan 2.1 Kerangka Teori


( Sumber : Soekidjo Notoatmojo, Achmat Djaeni S, Saefuddin Azwar )

81
2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada

keluarga binaan di Kampung Andil RT 004 RW 001 Desa Talok Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten

PENGETAHUAN

TINGKAT PENDIDIKAN
“Perilaku Tentang Membuang
Sampah Pada Keluarga Binaan
Kampung Andil RT 001 RW 004
PENDAPATAN Desa Talok Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten”
SOSIAL BUDAYA

SARANA

Bagan 2.2. Kerangka Konsep

82
2.7. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Pengukuran

83
1. Perilaku Perilaku atau aktifitas manusia dalam Lembar Wawancara -Perilaku: Sudah Nominal

membuang membuang sampah rumah tangga pada Kuesioner membuang sampah

sampah rumah tempatnya. pada tempatnya 

tangga Responden melakukan Penyimpan Baik

sampah yaitu tempat sampah sementara -Perilaku: Belum

sebelum sampah itu dikumpulkan membuang sampah

kemudian diangkut dan dibuang. pada tempatnya 

Responden melakukan pengumpulan Buruk

sampah yaitu merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk mengumpulkan sampah

dari tempat penyimpanan sampah

sebelum diangkut dan dibuang.

84
Responden melakukan pembuangan

sampah dimana didalamnya termasuk

pengangkutan dan pemusnahan sampah

2. Pengetahuan Pengetahuan responden mengenai Lembar Wawancara - Pengetahuan baik: Nominal

pengertian sampah, tempat pembuangan Kuesioner jawaban benar >7

sampah, jenis sampah, cara pengelolaan - Pengetahuan buruk:

sampah, dan penyakit yang dapat jawaban benar <7

ditimbulkan oleh sampah.

85
2. Tingkat Proses jenjang pendidikan formal Lembar Wawancara Tingkat pendidikan Ordinal

Pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh keluarga Kuesioner rendah : tidak

binaan dan faktor yang mempengaruhi bersekolah,

tingkat pendidikan seseorang SD/sederajat,

SLTP/sederajat

Tingkat pendidikan

tinggi :

SLTA/sederajat,

akademi/diploma,

perguruan tinggi

86
3. Pendapatan Jumlah pendapatan keseluruhan yang Lembar Wawancara - Penghasilan tinggi: > Nominal

diterima oleh keluarga binaan per bulan Kuesioner Rp.3.270.936

dari pekerjaan diukur dari UMR - Penghasilan rendah:

kabupaten masing-masing. < Rp.3.270.936

UMR kabupaten tangerang yaitu

Rp.3.270.936 (Badan Pusat Statistik)

4. Sosial Budaya Presepsi masyarakat mengenai Lembar Wawancara -Persepsi baik: skor >3 Nominal

membuang sampah rumah tangga yang Kuesioner -Persepsi buruk: skor

dapat dipengaruhi oleh kepercayaan diri <3

sendiri, keluarga, maupun komunitas

87
5. Sarana Ketersediaan tempat sampah didalam

rumah, terdapat tempat pembuangan > 2 = Mendukung


Lembar
sampah umum dilingkungan kampung, Wawancara ≤ 2 = Tidak Ordinal
Kuisioner
dan terdapat pengelola daur ulang mendukung

sampah dari pemerintah

88
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan analisis univariat. Metode

deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan

masalah yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung, bertujuan

untuk mendeskripsikan apa yang terjadi sebagaimana mestinya pada saat penelitian

dilakukan. Penelitian ini akan mendeskripsikan masalah yang terjadi pada 4

keluarga binaan di Kampung Andil RT 004 RW 001 Desa Talok Kecamatan

Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.1.1. Populasi Pengumpulan Data

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota keluarga binaan yang

berjumlah 16 responden di Kampung Andil RT 004 RW 001 Desa Talok

Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.1.2. Sampel Pengumpulan Data

Sampel dalam penelitian ini adalah anggota keluarga binaan responden

Kampung Andil RT 004 RW 001 Desa Talok Kecamatan Kresek, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten, yaitu keluarga Tn. Tabri, Tn. Tabrani, Ny. Utin dan

keluarga Tn. Romli. Yang berjumlah 13 orang.

89
3.1.3. Responden Pengumpulan Data

Responden kuesioner merupakan perwakilan dari setiap anggota keluarga

binaan yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu:

a. Merupakan anggota keluarga binaan

b. Rentang usia produktif menurut Depkes RI antara 15 – 65 tahun

c. Sehat secara jasmani dan rohani

d. Mampu membaca dan menulis

Kriteria eksklusi merupakan kriteria yang mana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat, yaitu:

a. Tidak mengisi kuesioner secara lengkap

b. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian

c. Memiliki gangguan mental

3.2. Penentuan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner survei.

3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data

3.3.1.1. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data untuk mencari akar penyebab masalah yang

didapatkan di keluarga binaan/informan. Data yang ditanyakan berupa identitas

responden seperti nama, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir.

90
3.3.1.2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Data

kuantitatif berupa data yang dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik

perhitungan matematika atau statistika.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah data primer melalui

wawancara terpimpin dan observasi dari 13 responden yang berasal dari empat

Kampung Andil RT 004 RW 001 Desa Talok Kecamatan Kresek, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten, serta dari data sekunder berdasarkan RISKEDAS

Provinsi Banten Tahun 2007 dan data Puskesmas Tahun 2016 juga data tersier yang

berasal dari jurnal dan buku yang tersedia.

3.4. Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara

dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat pengumpul data. Proses

pengumpulan data terjadwal sebagai berikut:

No. Tanggal Kegiatan

1. Selasa, 28/11/2017 Datang ke Puskesmas Kecamatan Kresek dan observasi

perilaku warga sekitar.

Menghimpun data sekunder dari statistik puskesmas dan

menyusun kuesioner presurvei.

2. Rabu 29/11/2017 Perkenalan dengan keluarga binaan dan melakukan

wawancara pre-survei.

91
3. Kamis,30/11/2017 Pengumpulan data dasar dari masing-masing keluarga binaan

dilanjutkan dengan penentuan area masalah.

4. Jumat, 1/12/2017 Menyusun area masalah dan tinjauan pustaka.

5. Rabu, 29/11/2017 Konsultasi dengan dr Dini mengenai area masalah dan

tinjauan pustaka.

6. Kamis,30/11/2017 Menyusun kerangka teori, kerangka konsep, definisi

operasional, dan pertanyaan survei.

7. Jumat, 01/12/2017 Melakukan survey ke keluarga binaan.

3.5. Pengolahan Data dan Analisa Data

Data dihimpun secara manual dan diolah dengan menggunakan aplikasi

software Microsoft Word dan Microsoft Excell. Jenis analisis yang digunakan

setelah mendapat data-data adalah analisis univariat. Data disajikan dalam bentuk

deskriptif, tabel, dan grafik.

92
BAB IV

HASIL ANALISIS

4.1. Karakteristik Responden

Hasil analisis ini ditampilkan melalui bentuk tabel dan diagram yang diambil

dari data karakteristik responden yang terdiri dari 13 orang dalam empat keluarga

binaan di Kampung Andil RT 004/RW 001, Desa Talok, Kecamatan Kresek,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, yakni: Keluarga Tn. Tabrani, Ny. Utin, Tn.

Romli, dan Tn. Tabri.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Andil
RT 004/RW 001, Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, November 2017
NO USIA JUMLAH RESPONDEN %
1 15 –25 tahun 4 30,8%
2 26 –35 tahun 3 23%
3 36 - 45 tahun 0 0%
4 46 –55 tahun 1 7,7%
5 56 –65 tahun 4 30,8%
6 66 –75 tahun 1 7,7%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel 4.1. tentang distribusi frekuensi berdasarkan usia

responden di keluarga binaan didapatkan jumlah responden berusia 15 –25 tahun

(4 orang), 26–35 tahun (3 orang) dan 36 - 45 tahun (0 orang), 46-55 tahun (1 orang),

56-65 tahun (4 orang), dan 66-75 tahun (1 orang).

93
Pendidikan

36%
Rendah
Tinggi
64%

Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Keluarga


Binaan di Kampung Andil RT 004/RW 001, Desa Talok, Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, November 2017

Berdasarkan dari diagram 4.1. terlihat tingkat pendidikan terbanyak

responden di keluarga binaan adalah rendah (belum tamat SD, SD/sederajat, SLTP/

sederajat) (64%).

Pekerjaan

15%
Tidak Bekerja
39%
Buruh
23% Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta
23%

Grafik 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Keluarga Binaan,


Kampung Andil RT 004/RW 001, Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, November 2017.

94
Dari diagram 4.2. terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari keluarga binaan

adalah Tidak bekerja (39%).

Penghasilan

0%

< UMR
≥ UMR

100%

Grafik 4.3. Distribusi Frekuensi Penghasilan Responden di Keluarga Binaan,


Kampung Andil RT 004/RW 001, Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, November 2017.
Dari diagram 4.3. terlihat jumlah penghasilan terbanyak dari keluarga binaan

adalah < UMR Rp 3.270.000 (100%).

4.2. Analisis Univariat

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram berdasarkan

variabel-variabel dalam check list dan kuesioner yang diambil langsung pada enam

rumah keluarga binaan pada bulan November 2017.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Perilaku Membuang Sampah Rumah Tangga


pada Keluarga Binaan di Kampung Andil RT 004/RW 001, Desa Talok
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, November 2017
Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Jumlah Persentase
Baik 0 0%
Buruk 13 100 %
Total 13 100 %

95
Berdasarkan dari Tabel 4.2. didapatkan responden terbanyak memiliki

perilaku membuang sampah rumah tangga pada keluarga binaan yang buruk (100

%).

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Membuang Sampah Rumah


Tangga Pada Keluarga Binaan di Kampung Andil RT 004/RW 001, Desa
Talok Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, November
2017
Pengetahuan Tentang Membuang Jumlah Persentase (%)

Baik Sampah Rumah Tangga 3 23,1 %


Buruk 10 76,9 %
Total 13 100%

Berdasarkan tabel 4.3. didapatkan responden terbanyak memiliki

pengetahuan mengenai membuang sampah rumah tangga pada keluarga binaan

yang buruk (76,9 %) dan memiliki pengetahuan mengenai membuang sampah

rumah tangga yang baik (23,1 %).

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan pada Keluarga Binaan di


Kampung Etek RT 009/RW 003, Desa Kemuning Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, November 2017
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

Tingkat Pendidikan Tinggi 4 30,8 %

Tingkat Pendidikan Rendah 9 69,2%

Total 13 100 %

Berdasarkan Tabel 4.4. didapatkan bahwa sebagian besar responden

berpendidikan rendah yaitu sebanyak 9 responden (69,2%) dan hanya sebanyak 4

responden (30,8%) yang memiliki taraf pendidikan yang tinggi.

96
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan pada Keluarga Binaan di
Kampung Andil RT 004/RW 001, Desa Talok Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, November 2017
Pendapatan Jumlah Persentase
Pendapatan tinggi 0 0%
Pendapatan rendah 13 100 %
Total 13 100%

Berdasarkan dari Tabel 4.5. didapatkan bahwa sebanyak 0 responden (0%)

memiliki pendapatan yang tinggi, sedangkan 13 responden (100%) memiliki

pendapatan yang rendah.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Mengenai Membuang Sampah


Rumah Tangga pada Keluarga Binaan di Kampung Andil RT 004/RW 001,
Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
November 2017
Sosial Budaya Jumlah Persentase

Persepsi Baik 2 15,4 %

Persepsi Buruk 11 84,6 %

Total 13 100 %

Berdasarkan Tabel 4.6. didapatkan bahwa sebagian besar responden

memiliki persepsi buruk yaitu sebanyak 11 responden (84,6 %) dan hanya sebanyak

2 responden ( 15,4 %) yang memiliki persepsi baik.

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Mengenai Membuang Sampah


Rumah Tangga pada Keluarga Binaan di Kampung Andil RT 004/RW 001,
Desa Talok, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
November 2017
Sarana Jumlah Persentase

Mendukung 3 23,1 %

Tidak Mendukung 10 76,9 %

Total 13 100 %

97
Berdasarkan Tabel 4.7. didapatkan bahwa sebagian besar responden tidak

memiliki sarana yang mendukung yaitu sebanyak 10 responden (76,9 %) dan hanya

sebanyak 3 responden ( 23,1 %) yang memiliki sarana yang mendukung.

4.3. Rencana Intervensi Pemecahan Masalah

Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana

intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan

diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar -

akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan

masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram fishbone

dapat dilihat sebagai tabel berikut :

98
Gambar 4.1 Skema Fishbone

99
Tabel 4.8. Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi

No. Akar Penyebab Alternatif Pemecahan Rencana Intervensi

Masalah Masalah

1. Kurangnya biaya dan Memberikan informasi Memberikan

kurangnya minat untuk kepada keluarga binaan sosialisasi mengenai

sekolah tentang pentingnya manfaat bersekolah

pendidikan

2. Rendahnya Memberikan informasi Memberikan

pengetahuan kepada keluarga binaan penyuluhan tentang

masyarakat tentang tentang jenis sampah, jenis sampah, cara

jenis sampah, cara cara membuang membuang sampah

membuang sampah sampah yang benar, yang benar, dan akibat

yang benar, dan akibat dan akibat yang akan yang akan

yang akan ditimbulkan ditimbulkan dari ditimbulkan dari

dari cara membuang membuang sampah membuang sampah

sampah yang salah yang salah yang salah

3. Persepsi keluarga Memberikan informasi Memberikan

binaan yang salah tentang manfaat peyuluhan mengenai

terhadap perilaku membuang sampah pengolahan sampah

membuang sampah yang baik dan benar Rumah tangga. Yang

yang baik dan benar salah satunya dengan

mengolah sampah

anorganik menjadi

100
bahan daur ulang yang

dapat dipakai kembali

Mengumpulkan

kelurga binaan dalam

forum.

4. Keluarga binaan tidak Memberikan informasi Memberikan

memprioritasakan kepada keluarga binaan Penyuluhan kepada

pengadaan tempat tentang penting nya keluarga binaan

sampah disetiap rumah pengadaan tempat pentingnya pengadaan

sampah tempat sampah

disetiap rumah

5. Tingkatan Pendidikan Memberikan pelatihan Memberikan

yang rendah keterampilan dalam pengetahuan

kewirausahaan. mengenai pentingnya

Mengembangkan usaha menabung untuk masa

kecil menengah depan.

kebawah. Menyarankan

menambah

penghasilan dengan

mencari pekerjaan

sampingan/

wirausaha.

Koordinasi sektor

pengembangan usaha

101
untuk membuka

koperasi usaha kecil

menengah

4.4. Intervensi Pemecahan Masalah Yang Terpilih

Intervensi terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

- Membuka pandangan tentang jenis sampah, cara membuang sampah dan

akibat yang akan ditimbulkan dari pengelolaan sampah yang salah pada

keluarga binaan.

- Memberikan penyuluhan mengenai pengelolaan sampah serta menjelaskan

cara-cara membuang sampah yang baik dan benar agar mengurangi akibat

dari membuang sampah yang kurang baik, yang salah satunya dengan

menyediakan tempat sampah di setiap depan rumah keluarga binaan

- Memberikan poster dan gambar-gambar tentang jenis sampah dan cara

membuang sampah yang baik dan benar.

Terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan penyuluhan merupakan salah

satu cara yang cukup efektif dan efisien untuk mengubah perilaku keluarga binaan

terhadap membuang sampah rumah tangga yang kurang baik. Menyediakan

tempat sampah rumah tangga merupakan salah satu cara yang efektif dan

sederhana. Pemberian poster tentang jenis sampah dan cara membuang sampah

berfungsi sebagai alat bantu untuk memperlancar komunikasi dan perluasaan

informasi. Gambar-gambar digunakan untuk demonstrasi contoh jenis sampah,

dan akibat yang ditimbulkan. Terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan adanya

keterbatasan kemampuan dari peneliti untuk melakukan intervensi.

102
Penyuluhan diselenggarakan pada hari Kamis, 14 Desember 2017 mengenai

Perilaku Membuang Sampah Rumah Tangga yang Baik dan Benar. Menggunakan

komunikasi secara Mass Group dengan jumlah peserta sebanyak 13 orang dari 4

keluarga binaan di RT 004 RW 001 Kampung Andil, Desa Talok, Kecamatan

Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Kami mempresentasikan materi penyuluhan dalam bentuk poster dan gambar-

gambar mengenai jenis sampah dan cara membuang sampah yang baik dan benar

dan kami juga membuka sesi tanya jawab. Peserta penyuluhan terlihat antusias dan

memperhatikan selama kegiatan penyuluhan berlangsung.

Menetapkan kegiatan operasional

1. Konsep Acara

 Persiapan

(1) Menentukan waktu pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan

(2) Mempersiapkan konsep acara dan media yang akan digunakan

(3) Menghubungi pemilik rumah, Tn. Tabrani dan meminta izin

memakai tempat tersebut untuk kegiatan penyuluhan.

(4) Menghubungi seluruh kepala keluarga binaan untuk mengajak

seluruh anggota keluarga untuk berkumpul ditempat, pada waktu

yang sudah ditentukan

 Pelaksanaan

(1) Penyuluhan dan pelatihan dilaksanakan pada pukul 12.30 WIB

ditempat yang sudah ditentukan

103
(2) waktu dan tempat yang telah ditentukan

(3) Teknik Pelaksanaan acara dilaksanakan secara bersama dengan

anggota keluarga binaan sebagai peserta penyuluhan dan pelatihan

membuang sampah yang baik dan benar

(4) Acara penyuluhan dan pelatihan dilaksanakan menggunakan media

informasi dalam bentuk poster dan gambar-gambar serta

mendemonstrasikan membuang sampah dengan baik dan benar

(5) Acara berakhir pada pukul 14.00 WIB

2. Waktu dan tempat

Acara penyuluhan dan pelatihan dilaksanakan hari kamis tanggal 14

Desember 2017 diruangan teras rumah salah satu keluarga binaan dikampung

Andil, desa Talok dan berlangsung 12.30-14.00 WIB

104
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Area Masalah

Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga

binaan yang bertempat tinggal di Kampung Andil RT 004/ RW 001, Desa Talok,

Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, November 2017 maka

dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah

yaitu “Perilaku Membuang sampah Rumah Tangga yang Baik dan Benar pada

Keluarga Binaan Kampung Andil RT 004 RW 001, Desa Talok, Kecamatan

Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, November 2017”

5.1.2 Akar Penyebab Masalah

1. Kurangnya biaya dan kurangnya minat untuk sekolah

2. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang jenis sampah, cara membuang

sampah yang benar, dan akibat yang akan ditimbulkan dari membuang sampah

yang salah.

3. Persepsi keluarga binaan yang salah terhadap perilaku membuang sampah yang

baik dan benar.

4. Keluaga binaan tidak memprioritasakan pengadaan tempat sampah disetiap

rumah

5. Tingkatan Pendidikan yang rendah

105
5.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah

1. Memberikan informasi kepada keluarga binaan tentang pentingnya pendidikan.

2. Memberikan informasi kepada keluarga binaan tentang jenis sampah, cara

membuang sampah yang benar, dan akibat yang akan ditimbulkan dari

membuang sampah yang salah

3. Memberikan informasi tentang manfaat membuang sampah yang baik dan

benar

4. Memberikan informasi kepada keluarga binaan tentang penting nya pengadaan

tempat sampah

5. Memberikan pelatihan keterampilan dalam kewirausahaan dan

mengembangkan usaha kecil menengah kebawah.

5.1.4 Rencana Intervensi

1. Memberikan sosialisasi mengenai manfaat bersekolah

2. Memberikan penyuluhan kepada keluarga binaan tentang jenis sampah, cara

membuang sampah yang baik dan benar, dan akibat yang akan ditimbulkan dari

membuang sampah yang kurang baik.

3. Memberikan peyuluhan mengenai pengolahan sampah Rumah tangga. Yang

salah satunya dengan mengolah sampah anorganik menjadi bahan daur ulang

yang dapat dipakai kembali

4. Memberikan Penyuluhan kepada keluarga binaan pentingnya pengadaan

tempat sampah disetiap rumah

5. Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya menabung untuk masa depan,

menyarankan menambah penghasilan dengan mencari pekerjaan sampingan/

106
wirausaha, dan koordinasi sektor pengembangan usaha untuk membuka

koperasi usaha kecil menengah.

5.1.5 Intervensi yang Dilakukan

1. Mengumpulkan seluruh kelurga binaan dalam forum.

2. Memberikan peyuluhan mengenai jenis sampah, akibat yang ditimbulkan

oleh sampah Rumah tangga dengan cara yang kurang baik. Yang salah

satunya dengan menyediakan tempat sampah.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Masyarakat

1. Menghimbau masyarakat untuk aktif dalam mengikuti penyuluhan mengenai

cara membuang sampah Rumah Tangga yang baik dan benar

2. Mengikut sertakan tokoh masyarakat untuk memberikan penyuluhan tentang

cara membuang sampah yang baik dan benar serta pemantauan rutin secara

menyeluruh kepada semua keluarga.

5.2.2 Bagi Puskesmas Kresek

1. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk memberikan informasi tentang

cara membuang

Sampah yang baik dan benar.

2. Berkerjasama dengan pemerintah dalam menyediakan tempat sampah serta

petugas pengangkut sampah

107
3. Bekerjasama dengan pemerintah dan instansi media terkait untuk menyediakan

lahan pekerjaan bagi masyarakat di Desa Talok.

108

Anda mungkin juga menyukai