Pengobatan kanker prostat disesuaikan berdasarkan stadium kanker, gejala, umur, serta
kondisi umum dari kesehatan pasien. Berdasarkan guideline NCI, terapi berdasarkan
stadiumnya (lihat pada tabel 6 dibawah).
b. /TUR-P.
Merupakan suatu cara pembedahan pada kanker prostate apabila terjadi sumbatan pada
urethra yang disebabkan oleh pembesaran prostate. TUR-P biasanya dilakukan pada
penyakit-penyakit yang tergolong ringan. Sebagian prostat diangkat menggunakan suatu alat
yang dimasukkan kedalam urethra. Alat tersebut atau yang biasa dikenal cystoscope
dimasukkan kedalam penis dan berfungsi untuk menghilangkan sumbatan pada urethra
tersebut. Tindakan ini biasanya dilakukan pada stadium awal untuk mengangkat jaringan
yang menghambat aliran urine. Pada stadium metastasis dimana kanker telah menyebar
seluruh prostat pengangkatan testis (Orchiectomy) dilakukan untuk menurunkan kadar
testosteron dan mengendalikan pertumbuhan kanker (Leslie.W.Stephen, 2014).
3. Terapi Radiasi (Radioterapi) terdiri dari terapi External-Beam radiasi dan Brachy.
Merupakan terapi dengan menggunakan sinar energy tinggi untuk pengobatan kanker.
Sinar energy ini merusak DNA (deoxyribonucleic acid). DNA merupakan penyusugen
sebagai penyusun sel prostat tersebut. Terapi radiasi terdiri dari dua teknik, yaitu:
1) Terapi External-Beam Radiasi.
Merupakan terapi dengan menggunakan mesin radiasi diluar tubuh. Terapi radiasi harus
ditunda 4-6 minggu setelah TURP untuk mengurangi insiden lainnya (Theodorescudan,
2014).
Teknik EBRT digunkan pada stadium I, tanpa ditunjang dengan terapi lainnya, karena
pada stadium I maupun II, kanker prostat masih belum menyebar ke organ lainnya. Akan
tetapi, EBRT jika diberikan pada pasien dengan stadium II dan IV karena dengan penyebaran
kanker prostat sudah ke organ yang lebih jauh, sehingga dapat didukung dengan penggunaan
teknik 3D-CRT (three-dimensional conformal radiation therapy) atau dapat pula digunkannya
teknik IMRT (Intensity Modulated Radiation Therapy) dengan tujuan untuk menunjang
EBRT yang disesuaikan dngan ukuran tumor (NCCN,2014).
IMRT, merupakan salah satu tipe pada 3D-CRT yang sangat spesifik bagi kanker prostat
yang agresif. Terapi diberikan dengan dosis tinggi pada kanker prostat prostate dan vesikula
seminalis dengan sedikit merusak kandung kemih dan rectum. Radioterapi ini biasanya
diberikan selama 6-7 minggu, 5 hari dalam seminggu. Keuntungan dari radioterapi jenis ini
adalah mudah pelaksanaannya dan masih tergolong aman. Kerugiannya adalah memiliki
resiko menimbulkan rekurensi maupun pertumbuhan tumor local, biaya dan resiko timbulnya
komplikasi. Komplikasi umumnya disebabkan oleh radiasi yang mengenai jaringan yang
normal seperti kandung kemih. Disamping itu efek samping lainnya adalah impotensi,
inkontinensia, cystitis dan prostitis (Theodorescudan, 2014).
2) Beam Proton.
External beam
radiation
Gambar 8:
teknik beam
proton (harvardprostateknowledge, 2014).
3D-CRT dan IMRT menggunakan proton radiasi beam. Proton beam merupakan aliran
partikel yang tida memiliki massa atapun muatan listrik. Pada dasarnya, proton dapat
mencapai tumor yang sudah menyebar jauh di dalam tubuh dengan kerusakan pada
jaringan di dekatnya. Namun, terapi proton tidak direkomendasikan untuk penggunaan
rutin pada saat ini. Penelitian belum menunjukkan beam proton harus sama atau lebih
baik untuk mengobati kanker prostat daripada beam eksternal konvensional.
3) Brachy terapi
Brachy digunakan untuk kanker prostat menggunakan “Seeds” yaitu suatu lempeng
radioaktif yang kecil yang mengandung bahan radioaktif (seperti iodin-125 atau
Paladium-103) yang ditanamkan pada tumor dengan bantuan transrectal ultrasound
(TRUS). Jika “Seeds” yang ditanamkan tadi telah mencapai dosis homogen terhadap
prostat maka memungkinkan dilakukannya radiotherapi. Keuntungan dari cara
radiotherapi ini adalah mudah dalam penempatannya dan memiliki masa terapi yang
singkat. Kerugiannya memiliki biaya yang besar, menimbulkan impotensi, rekurensi,
inkontinensia (umumnya pada pasien yang telah menjalani reseksi prostat) dan
pergeseran atau migrasi kekandung kemih atau sirkulasi, contohnya ke paru-paru
(Theodorescudan, 2014).
Pada terapi risiko dapat dilihat bahwa adanya tambahan dnegan terapi adjuvant hal ini,
karena sudah mulainya pertumbuhan tumor.
c. Risiko Intermediet
d. Risiko tinggi