Anda di halaman 1dari 84

ANESTESI UMUM PADA TUMOR MAMMAE SINISTRA

Septia Pinartin. S.Ked


NIM : 71 2017 061
Latar Belakang

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada


jaringan payudara, berasal dari epitel duktus/lobulusnya
dan merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di
Indonesia.
Latar Belakang

Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit


ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

Pada kasus ini yang akan dilakukan adalah tindakan


anestesi secara umum atau general anestesi dengan
teknik intubasi.
Anatomi Mammae

Batas payudara yang normal terletak antara iga 2 di superior dan iga 6 di
inferior (pada usia tua atau mamma yang besar bisa mencapai iga 7), serta antara
taut sternocostal di medial dan linea akselaris anterior bilateral.
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri perforantes
anterior dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis yang bercabang
dari arteri aksilaris, dan beberapa arteri intercostalis.
Fisiologi Mammae

Payudara mengalami 3 macam perubahan yang


dipengaruhi hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa
hidup anak-anak melalui masa pubertas, lalu masa
fertilitas, sampai klimakterium, hingga menopause.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior
memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveoulus,
mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke
puting susu yang dipicu oleh oksitosin.
Jenis-jenis Tumor Payudara

 Fibroadenoma
 Tumor Filodes
 Papilloma Intraduktus
 Karsinoma
• Non-Invasif
• Invasif (Infiltratif)
Tumor Ganas Payudara

Insiden dan Epidemiologi


Kanker payudara merupakan kanker tersering pada
perempuan (22% dari semua kasus baru kanker pada
perempuan) dan menjadi penyebab utama kematian akibat
kanker di dunia (14% dari semua kematian kanker
perempuan). Insidens tertinggi dijumpai di negara-negara
maju seperti Amerika Utara, Eropa barat dan utara, dan
Australia, kecuali Jepang.
Patogenesis
Tumorigenesis kanker payudara

Hiperplasia duktal

Hiperplasia atipik

Karsinoma in situ

menembus membran basal dan menginvasi stroma

Menimbulkan metastasis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

 Nyeri payudara unilateral dan bilateral


 retraksi kulit atau puting;
 keluarnya cairan dari puting;
 eksim,
 radang,
 ulserasi puting susu;
 benjolan ketiak serta edema lengan
Pemeriksaan Penunjang

Untuk mendukung pemeriksaan klinis, mamografi


dan ultrasonografi dapatmembantu deteksi kanker
payudara. Pemeriksaan radiodiagnostik untuk
staging yaitu dengan Rontgen toraks, USG
abdomen (hepar), dan bone scanning.Sedangkan
pemeriksaan radiodiagnostik yang bersifat opsional
(atas indikasi) yaitumagnetic resonance imaging
(MRI), CT scan, PET scan, dan bone survey.
Biopsi
Setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik dan mammogram,
biopsy harus selalu dilakukan yaitu biopsy jarum halus (fine neddle
aspiration biops, FNAB), core biopsy (jarum besar), dan biopsy
bedah. FNAB hanya memungkinkan evaluasi sitologi, sedangkan
biopsy jarum besar dan biopsy bedah memungkinkan analisis
arsitektur jaringan payudara sehingga ahli patologi dapat
menentukanapakah tumor bersifat invasive atau tidak.
Staging
TNM Staging

Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan


T0 Tidak terbukti adanya tumor
Tis Carcinoma in situ : Ca intraductal, Ca lobular in situ, atau Paget’s disease pada nipple tanpa
tumor
T1 Ukuran terbesar tumor  2 cm
T1a Ukuran terbesar tumor  0,5 cm
T1b Ukuran terbesar tumor  0,5 cm tetapi tidak melebihi 1 cm
T1c Ukuran terbesar tumor  1 cm tetapi tidak melebihi 2 cm
T2 Ukuran terbesar tumor  2 cm tetapi tidak melebihi 5 cm
T3 Ukuran terbesar tumor  5 cm
T4 Tumor dengan ukuran berapapun dengan ekstensi langsung terhadap dinding dada atau kulit
T4a Ekstensi ke dinding dada
T4b Edema (termasuk Peau d’orange) atau ulserasi kulit mammae atau satelit KGB kulit teraba
pada mammae yang sama
T4c T4a dan T4b
T4d Inflamatory carcinoma
KGB Regional (N)
Nx KGB regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis ke KGB
N1 Metastasis ke KGB axillaris ipsilateral, dapat digerakan
N2 Metastasis ke KGB axillaris ipsilateral, melekat terhadap KGB atau
struktur lain
N3 Metastasis ke KGB mammae internal, ipsilateral

Metastasis jauh (M)


Mx Adanya metastasis jauh tidak dapat diperkirakan
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Ada metastasis jauh (metastasis ke KGB supraclavicular ipsilateral)
Tatalaksana

Tata laksana kanker payudara meliputi


tindakan operasi, kemoterapi,radioterapi,
terapi hormone, targeting therapy, terapi
rehabilitas medic, sertaterapi paliatif.
Anestesi umum

Merupakan tindakan untuk menghilangkan nyeri secara sentral


yang disertai dengan hilangnya kesadaran dan bersifat dapat pulih
kembali atau reversible.

Anastesi inhalasi merupakan bentuk dasar teknik anastesi umum


yang sering digunakan, sedangkan teknik intravena dapat digunakan
sebagai alternatif.
Pilihan cara anestesi
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan anstesi :
• Keterampilan dan pengalaman ahli anestesi dan ahli bedah.
• Tersedianya obat dan peralatan
• Kondisi klinis pasien
• Waktu yang tersedia
• Tindakan gawat darurat tau elektif
• Keadaan lambung
• Pilihan pasien
Teknik anestesi yang cocok untuk jenis operasi tertentu
Tipe Operasi Teknik anestesi
Operasi besar kepala dan leher, Anestesi umum, endotrakea
abdomen bagian atas, intrathoraks
Abdomen bagian bawah, inguinal, Anestesi umum, endotrakea atau spinal
perineum, ekstremitas bawah atau blok saraf atau blok lapangan
atau kombinasi anestesi umum dan
konduksi
Ekstremitas atas Anestesi umum, endotrakea atau blok
saraf atau regional, intravena
Tahapan Tindakan Anestesi Umum

Penilaian pra Anestesi


Dasar dari evaluasi atau persiapan yang efektif meliputi riwayat
medis dan pemeriksaan fisik, yang harus mencakup daftar lengkap dan
terbaru dari semua obat yang diminum oleh pasien di masa lalu, semua
alergi terkait, dan respons serta reaksi terhadap anestesi sebelumnya.
Selain itu, evaluasi ini dapat mencakup tes diagnostik, prosedur
pencitraan, atau konsultasi dari dokter spesialis lain apabila
diindikasikan.
Tahapan Tindakan Anestesi Umum

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pasien asimptomatik yang sehat harus mencakup
pengukuran tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut jantung, laju
pernapasan, dan suhu) dan pemeriksaan jalan napas, jantung, dan paru-
paru menggunakan teknik pemeriksaan standar, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Pemeriksaan neurologis singkat dan terfokus berfungsi
untuk mendokumentasikan apakah ada defisit neurologis yang mungkin
terjadi sebelum prosedur anestesi regional dilakukan.
Tahapan Tindakan Anestesi Umum

Pemeriksaan Laboratorium
Tes laboratorium rutin tidak dianjurkan untuk pasien yang sehat dan
tanpa gejala. Namun, beberapa dokter sering meminta tes darah,
elektrokardiogram, dan radiografi dada untuk semua pasien. Idealnya,
pengujian harus dipandu oleh anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Tahapan Tindakan Anestesi Umum

Klasifikasi status fisik


The American Society of Anesthesiologists (ASA).
Kelas I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.
Kelas II: Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.
Kelas III
: Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas.
Kelas IV: Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan
penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
Kelas V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya
tidak akan lebih dari 24 jam.
Kelas VI : Semua pasien yang telah mengalami mati otak yang organ tubuhnya akan
didonorkan.
Kelas E : Semua pasien emergency yang memerlukan tindakan bedah.
Tahapan Tindakan Anestesi Umum

Masukan Oral
Sejak Mendelson melaporkan tahun 1946, aspirasi isi lambung telah diakui
sebagai komplikasi paru yang berpotensi menjadi bencana bagi bidang
anestesi bedah. Sudah lama diketahui bahwa risiko aspirasi meningkat pada
kelompok pasien tertentu: wanita hamil pada trimester kedua dan ketiga,
mereka yang perutnya belum kosong setelah makan beberapa jam sebelum
operasi, dan mereka yang menderita penyakit refluks gastroesofageal serius
(GERD).
Tahapan Tindakan Anestesi Umum

Masukan Oral
Meskipun ada konsensus bahwa wanita hamil dan mereka yang baru saja
makan sebelum operasi (dalam kurun waktu 6 jam) yang mengkonsumsi
makanan lengkap harus diperlakukan seolah-olah mereka memiliki keadaan
perut yang penuh, namun masih kurang bukti adanya konsensus mengenai
periode waktu yang diperlukan di mana pasien harus berpuasa sebelum
operasi elektif.
Tahapan Tindakan Anestesi Umum

Premedikasi
kunjungan pra operasi oleh ahli anestesi menghasilkan pengurangan
tingkat kecemasan pasien yang lebih besar daripada obat penenang
sebelum operasi. Namun, ada saat ketika hampir setiap pasien harus
menerima premedikasi pra-operasi untuk mengantisipasi kecemasan
terhadap pembedahan.
Obat-obat yang sering digunakan:
 Analgesik opium
 Sedatif
 Vagolitik antisialogi
 Antasida
Induksi Anastesi

Anestesi umum dimulai dengan agen inhalasi eter, nitro oksida, dan
kloroform, tetapi dalam praktik saat ini, anestesi dapat diinduksi dan
ditatalakana dengan obat-obatan yang masuk ke pasien melalui
berbagai rute. Sedasi sebelum operasi atau prosedural biasanya
dilakukan dengan cara oral atau intravena. Induksi anestesi umum
biasanya dilakukan dengan inhalasi atau pemberian obat intravena.
Atau, anestesi umum dapat diinduksi dan dipertahankan dengan
injeksi ketamin intramuskular. Anestesi umum dipertahankan dengan
teknik total anestesi intravena (TIVA), teknik inhalasi, atau kombinasi
keduanya
Obat Induksi Anastesi

Induksi Intravena Induksi Inhalasi

• Barbiturat • N2O
• Propofol • Halotan
• Ketamine • Isofluran
• Opioid • Desfluran
• Sevofluran
Obat Induksi Anastesi
Obat Induksi Anastesi
Obat Induksi Anastesi
Tatalaksana Jalan Nafas

Manajemen tatalaksana jalan napas rutin yang terkait dengan


anestesi umum terdiri dari:
 Penilaian jalan napas preanestetik
 Persiapan dan pemeriksaan peralatan
 Posisi pasien
 Preoksigenasi (denitrogenasi)
 Ventilasi menggunakan sungkup
 Intubasi atau penempatan sungkup
 Konfirmasi penempatan tabung atau peralatan jalan napas yang
tepat
 Ekstubasi
Tatalaksana Jalan Nafas

Penilaian jalan nafas pra-anestesi wajib dilakukan setiap sebelum


prosedur anestesi. Beberapa manuver anatomi dan fungsional dapat
dilakukan untuk memperkirakan kesulitan intubasi endotrakeal; ventilasi
yang sukses (dengan atau tanpa intubasi) harus dicapai oleh ahli anestesi
jika mortalitas dan morbiditas harus dihindari. Penilaian meliputi:
o Pembukaan mulut
o Klasifikasi Mallampati
o Jarak tiromental
o Lingkar leher
Tatalaksana Jalan Nafas

Klasifikasi Malammpati

 Kelas I: Seluruh lengkungan palatal, termasuk pilar faucial bilateral,


terlihat hingga ke dasar pilar.
 Kelas II: Bagian atas pilar faucial dan sebagian besar uvula terlihat.
 Kelas III: Hanya langit-langit lunak dan keras yang terlihat.
 Kelas IV: Hanya langit-langit keras yang terlihat.
Tatalaksana Jalan Nafas

Sungkup wajah

Penggunaan sungkup wajah dapat memfasilitasi pengiriman oksigen atau gas


anestesi dari sistem pernapasan ke pasien dengan membuat segel kedap
udara dengan wajah pasien. Pinggiran sungkup berkontur dan sesuai dengan
berbagai fitur wajah. Lubang sungkup sebesar 22 mm melekat pada sirkuit
pernapasan mesin anestesi melalui konektor sudut kanan. Beberapa desain
sungkup telah tersedia. Sungkup transparan memungkinkan pengamatan gas
lembab yang dihembuskan dan dapat diketahui segera apabila pasien muntah.
Tatalaksana Jalan Nafas

Sungkup laring (Laryngeal mask airway)

LMA merupakan alternatif tatalaksana jalan napas selain ventilasi melalui


sungkup wajah atau ETT. Beberapa LMA yang tersedia telah dimodifikasi
untuk memfasilitasi penempatan ETT yang lebih besar, dengan atau tanpa
menggunakan bronkoskop. Penyisipan dapat dilakukan dengan anestesi
topikal dan blok saraf laring superior bilateral, jika jalan nafas harus
diamankan saat pasien terjaga. Variasi dalam desain LMA meliputi:
 LMA ProSeal
 I-Gel
 LMA intubasi Fastrach
 LMA CTrach
Tatalaksana Jalan Nafas

Pipa Trakea (Endotracheal Tube)

Intubasi endotrakeal digunakan baik untuk melakukan anestesi umum dan


untuk memfasilitasi manajemen ventilator bagi yang sakit kritis. ETT
paling sering dibuat dari polivinil klorida. Bentuk dan kekakuan ETT dapat
diubah dengan memasukkan stilet
Tatalaksana Jalan Nafas

Laringoskopi dan Intubasi

Laringoskop adalah alat yang digunakan untuk memeriksa laring dan


memfasilitasi intubasi trakea.
Bilah Macintosh dan Miller adalah bilah dengan desain melengkung dan
lurus yang paling popular di Amerika Serikat.
Pilihan bilah laringoskop tergantung pada preferensi pribadi dan
anatomi pasien. Karena tidak ada bilah laringoskop yang sempurna untuk
semua situasi, dokter harus menjadi terbiasa dan mahir dengan berbagai
desain bilah laringoskop.
Indikasi Intubasi Trakea
Intubasi diindikasikan pada pasien yang berisiko terjadi aspirasi
dan pada mereka yang menjalani prosedur bedah yang melibatkan
rongga tubuh, kepala dan leher, dan mereka yang akan diposisikan
sedemikian rupa sehingga jalan napas menjadi kurang mudah diakses
(misalnya, mereka yang menjalani operasi dalam posisi tengkurap),
atau yang kepalanya diposisikan menjauh dari stasiun kerja
anestesi).
Komplikasi intubasi

1) Saat proses pemasangan intubasi 2) Selama intubasi


a. Gagal intubasi a. Aspirasi Pulmonum
b. Trauma gigi geligi b. Tension Pneumothorax
c. Laserasi bibir, gusi, laring c. Obstruksi jalan napas
d. Merangsang saraf simpatis
e. Intubasi bronkus
f. Intubasi esophagus
g. Spasme bronkus
h. Trauma Laring
i. Perforasi jalan napas
Komplikasi intubasi

3) Saat proses ekstubasi 4) Setelah ekstubasi


a. Difficult Extubation a. Edema laring
b. Permasalahan terkait cuff b. Sakit tenggorokan
c. Edema laring c. Kerusakan saraf
d. Aspirasi saliva atau cairan d. Sinekia laring
lambung e. Edema glottis-subglotis
f. Infeksi laring, faring, trakea
Ekstubasi
Paling sering, ekstubasi harus dilakukan ketika pasien dibius dalam
atau terjaga. Dalam kedua kasus, pemulihan yang memadai dari agen
penghambat neuromuskuler harus ditetapkan sebelum ekstubasi.
Faring pasien harus disedot secara menyeluruh sebelum ekstubasi
untuk mengurangi potensi aspirasi darah dan sekresi. Selain itu,
pasien harus diventilasi dengan oksigen 100% kalau-kalau sulit untuk
membangun jalan napas setelah ETT dikeluarkan. Tabung ditarik
dalam satu gerakan halus tunggal, dan sungkup wajah diterapkan
untuk memberikan oksigen. Pemberian oksigen dengan sungkup
wajah dipertahankan selama periode transportasi ke area
perawatan postanestesi
Perawatan Pasien Pasca Bedah
Sebagai ahli anestesi, dokter bertanggung jawab terhadap perawatan
pasien pada saat pemulihan. Lakukan observasi dengan mengukur nadi, tekanan
darah dan frekuensi pernapasan secara teratur dan perhatian bila ada keadaan
abnormal dan perdarahan yang berlanjut. Sebelum pasien meninggalkan ruang
pemulihan, ahli anestesi harus melakukan penilaian apakah pasien layak untuk
dikembalikan ke bangsal perawatan atau tidak. Penilaian yang palig sering
digunakan adalah penilaian dengan Aldrete Score
Penilaian Skor Aldrete
IDENTITAS
Nama : Ny. RK
Usia : 32 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Warga Negara : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Ratu Sianun No. 057
Perumnas Sukajadi No. 047
MRS : 28 Desember 2019
No. RM : 58. 60. 44
ANAMNESIS
Dilakukan pada tanggal 30 Desember 2019
Keluhan Utama :
Benjolan di payudara kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke RSUD Palembang BARI mengeluh timbul
benjolan di payudara kiri sejak ±2 tahun SMRS. Awalnya benjolan
timbul dengan ukuran sebesar telur ayam, namun lama-kelamaan
benjolan semakin membesar dan sekarang benjolan berukuran ±15
cm. Pasien mengaku keluhan nyeri pada payudara (+) terutama
setelah benjolan semakin membesar. Pasien menyangkal adanya
kemerahan pada benjolan.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat keluhan yang sama,
riwayat alergi, riwayat asma, riwayat diabetes dan riwayat
hipertensi. Pasien juga tidak mempunyai riwayat operasi.

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengaku di keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
keluhan yang sama, riwayat alergi, riwayat asma, riwayat diabetes
dan riwayat hipertensi.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Pra Anestesi


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis,
Berat Badan : 47 kg
Tinggi Badan : 157 cm
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 95 x/menit, reguler, isi dan
tegangan cukup
Respirasi : 21 x/menit
Temperatur : 36.8°C
SpO2 : 98%
PEMERIKSAAN FISIK

Penilaian LEMON
Airway:
• L (Look): Tidak terdapat kelainan.
 Clear, tidak ada sumbatan jalan • E (Evaluation): Buka mulut 3 jari.
nafas.  Jarak thyromental (ujung
 Suara nafas vesikuler, tidak ada mentum-tulang hioid) 3 jari.
suara nafas tambahan.  Jarak tulang hioid dan takik
 Respiratory Rate (RR) : 22 tiroid 2 jari
kali/menit. • M (mallampati Score): I
• O (Obstruction): Tidak terdapat
sumbatan.
• N (Neck Mobility): Tidak ada
keterbatasan gerakan kepala.
PEMERIKSAAN FISIK

Breathing Circulation
 Suara napas vesikuler  Akral hangat
 Tidak ada retraksi iga  Heart Rate (HR) 106 kali/menit,
 Tidak ada penggunaan otot-otot tegangan volume kuat dan cepat.
bantu pernapasan  Capillarity refill time (CRT) < 2
detik
 Konjungtiva Anemis.

Disability Exposure
• E: tidak dapat dinilai Pasien dalam keadaan terselimuti
• V: 5
• M: 6
PEMERIKSAAN FISIK

 Pemeriksaan kepala
Normocephali, warna rambut hitam, rambut mudah rontok (-),
deformitas (-)
 Pemeriksaan mata
Anophthalmia dextra et sinistra
 Leher
Pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (5-2) cmH2O, kaku kuduk(-)
 Dada
Bentuk dada tidak simetris, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-),
krepitasi (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Paru-Paru
 Inspeksi : statis dan dinamis simetris
 Palpasi : stem fremitus kiri sama dengan kanan
 Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : vesikuler (+) normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-),
wheezing (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Jantung
 Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : batas atas tidak dapat dinilai, batas kanan ICS IV
parasternalis dextra, batas kiri tidak dapat dinilai
 Auskultasi : Bunyi jantung I dan II (+) normal reguler, murmur (-),
gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
•Abdomen
Inspeksi : Datar, dinding perut tidak tegang, ikterik tidak ada
Palpasi : Hepar tidak teraba, Lien dalam batas normal, tidak
ada nyeri tekan,.
Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen
Perkusi hepar dalam batas normal
Perkusi lien dalam batas normal
Nyeri ketok kostovertebrae kanan dan kiri (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
PEMERIKSAAN FISIK

•Ekstremitas
Akral hangat, pucat (-), CRT < 2 detik, edema (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 28 Desember 2019)
Jenis periksa Hasil Normal
Hematologi
Hb 10,5 g/dl 12 – 14 g/dl
Leukosit 8.400 5000 – 10.000 /ul
Trombosit 360.000 150.000 - 400.000/ul
Hematokrit 32% 37 - 43%
Diff.count
 Basofil 0 0–1%
 Eosinofil 3 1-3%
 Batang 2 2–6%
 Segmen 56 50 - 70 %
 Limfosit 32 20 – 40 %
 Monosit 7 2-8%
Waktu Perdarahan 2 1-6 menit
Waktu Pembekuan 10 10-15 menit
Hasil Pemeriksaan Rontgen Thoraks
(Pada tanggal 28 Desember 2019)

Kesan : Tidak ada kelainan


RESUME

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang, maka:
• Diagnosis Klinis : Tumor Mammae Sinistra
• Diagnosis Anestesi : ASA I,
• Rencana Operasi : Biopsi Eksisi
• Rencana Anestesi : General Anesthesia dengan
pemasangan Laryngeal Mask Airway (LMA) ukuran 3.
LAPORAN ANESTESI

• Diagnosa pra bedah : Tumor Mammae Sinistra


• Diagnosa pasca bedah : Post. Eksisi Tumor
• Jenis pembedahan : Eksisi Tumor
Penatalaksanaan anastesi (Tanggal 30 Desember 2019)
• Jenis anesthesi : General Anesthesia
• Premedikasi : Ondensantron (IV)
• Penyulit :-
• Izin operasi :+
• Cek mesin anestesi :+
• Check suction unit :+
• Persiapan obat-obatan :+
• Posisi : Supine
• Infus : Asering
• Premedikasi : Ondansentron 4 mg (i.v)
• Induksi : Intravena : Fentanyl, Propofol
• Inhalasi : Sevofluran 2%
• Muscle Relaxant : Atracurium Besylate 10 mg (i.v)
Penatalaksanaan anastesi (Tanggal 30 Desember 2019)
• Reverse : Neostigmin, Sulfate Atrofin
• Medikasi : Efedrin
Ketorolac
• Maintenance : O2 2,0 L/mnt
N20 2,0L/menit
• Respirasi : Kendali, Ventilator
• LMA : Nomor 3
• Intubasi : dilakukan setelah tidur, melalui
oral, Preoksigenisasi (+), Mudah
mask ventilasi (+), Mudah intubasi
(+), Tekanan luar laring (+)
Laporan durasi operasi :
• Mulai anastesi : 10:00 WIB
• Mulai operasi : 10:10 WIB
• Selesai operasi : 11:00 WIB
• Selesai anestesi : 11:15 WIB
• Cairan selama operasi : Asering, 1 kolf
ObservasiTanda Vital

Pukul TekananDarah Nadi SpO2 CairanInfus


10:00 120/80 89 100 Asering
10:15 110/80 85 100 Asering
10:30 120/80 82 100 Asering
10:45 120/80 74 100 Asering
POST OPERASI
Di Ruang Pemulihan (RR)
• Jalan Napas : clear
• Pernafasan : spontan, adekuat bersuara
• Kesadaran : compos mentis

Skor ALDRETTE: 8
• Aktivitas :2
• Sirkulasi :2
• Pernafasan :2
• Kesadaran :2
• Warna Kulit :2
Intruksi Pasca Bedah

Bila kesakitan : Ketorolac 30mg/IV


Bilamual/muntah : ondansetron 8mg/IV
Antibiotik : sesuai instruksi Dokter Bedah
Obat-obatan lain : sesuai instruksi Dokter Bedah
Infus : IVFD Asering gtt 20x/menit
Minum : bila sadar penuh
Pemantauan TD, Nadi, Nafas setiap 15 menit selama 24 jam
PEMBAHASAN
Pada kasus ini Ny. RK, 33 tahun datang ke Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang Bari pada tanggal 28 Desember 2019 dengan
diagnosis Tumor Mammae Sinistra dan memasuki ruang operasi
untuk menjalani operasi pembedahan Eksisi Tumor pada tanggal 30
Desember 2019 pukul 10.00 WIB.
PEMBAHASAN
Dalam kasus ini pasien merupakan seorang wanita berusia 33
tahun dengan keluhan terdapat benjolan yang dirasakan semakin
lama semakin membesar. Dilihat dari jenis kelamin dan usia, pasien
ini tergolong beresiko terkena kanker payudara. Berdasarkan teori,
Resiko terjadinya kanker payudara meningkat seiring dengan
pertambahan usia.
PEMBAHASAN
Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi, diabetes mellitus,
asma, hemofili, alergi, dan tidak memiliki riwayat operasi
sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital yaitu
tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 95 x/menit, respirasi:
21x/menit, suhu: 36.8°C.
PEMBAHASAN
Status lokalis didapatkan pada regio mamae sinistra ditemukan
adanya benjolan dengan diameter 15 cm, terfiksir (+), nyeri (+),
discharge (-) darah (-), berbau (-). Berdasarkan pemeriksaan
laboratorium yang dilaksanakan pada tanggal 28 Desember 2019
maka didapatkan hasil Hb : 10,5 g/dL, Leukosit : 8.400/uL,
Hematokrit : 32%, dan Trombosit : 360.000/uL
PEMBAHASAN
Airway : Clear, Mallampati I
Breathing : Spontan, RR 21 x/menit, ronki (-), wheezing (-)
Circultion : Nadi 95 x/menit
Disability : E: tidak dapat dinilai V: 5 M: 6
Envoirment :Temp 36.8°C
Status ASA :I
PEMBAHASAN
Pasien ini telah berpuasa selama 6 jam, dan sebelumya telah
melakukan pemeriksaan darah berupa Hb, leukosit, trombosist,
hematokrit, hitung jenis, dan golongan darah.
PEMBAHASAN
Dasar dari evaluasi atau pra anestesi persiapan yang efektif meliputi
riwayat medis dan pemeriksaan fisik, yang harus mencakup daftar lengkap
dan terbaru dari semua obat yang diminum oleh pasien di masa lalu, semua
alergi terkait, dan respons serta reaksi terhadap anestesi sebelumnya.
Selain itu, evaluasi ini dapat mencakup tes diagnostik, prosedur
pencitraan, atau konsultasi dari dokter spesialis lain apabila diindikasikan.
PEMBAHASAN
Pra anestesi dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah kecil (Hb,
lekosit, masa perdarahan dan masa pembekuan) dan urinalisis,
menilai klasifikasi status fisik berdasarkan The American Society
of Anesthesiologists (ASA), dan masukan oral (puasa 6 jam).
PEMBAHASAN
Premedikasi yang diberikan pada Ny. RK yaitu dengan pemberian
ondansentron 4 mg (i.v). Premedikasi yaitu Sebuah studi klasik yang
menunjukkan bahwa kunjungan pra operasi oleh ahli anestesi
menghasilkan pengurangan tingkat kecemasan pasien yang lebih
besar daripada obat penenang sebelum operasi.
PEMBAHASAN
Selanjutnya, dilakukan tindakan induksi pertama pada pasien
yaitu dengan pemberian Propofol 10 ml secara intravena sebagai
dosis induksi. Propofol dapat digunakan baik sebagai induksi. Dosis
bolus untuk induksi 1-2,5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesia
intravena total 50-200 Mcg/kg/menit dan dosis sedasi 25-100
Mcg/K/ menit. Pada pasien ini diberikan propofol sebanyak 10 ml
sebagai dosis induksi.
PEMBAHASAN
Kemudian, tahap induksi kedua yang dilakukan pada pasien yaitu
berupa analgetik narkotik berupa pemberian Fentanyl 100 Mcg
secara intravena. Fentanyl memiliki kemanjuran yang lebih tinggi
daripada agonis lainnya.
PEMBAHASAN
Sedangkan untuk anestesi inhalasi menggunakan O2, N2O dan
sevofluran 2%. induksi inhalasi dengan sevoflurane 4% hingga 8%
dalam campuran 50% nitro oksida dan oksigen dapat dicapai dalam 1
menit. peningkatan cepat dalam konsentrasi anestesi alveolar
menjadikan sevoflurane pilihan yang sangat baik untuk induksi
inhalasi yang lancar dan cepat pada pasien anak-anak dan dewasa.
PEMBAHASAN
Sebagai analgetik, pada pasien digunakan Ketorolac sebanyak 1
ampul (1 ml) berisi 30 mg/ml, disuntikan iv. Ketorolac merupakan
obat golongan nonsteroid anti inflamasi (AINS) yang bekerja
menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat menghilangkan
rasa nyeri/analgetik efek.
PEMBAHASAN
Pada pasien dilakukan pemasangan Laryngeal Mask Airway (LMA)
dengan ukuran no. 3, dimana berdasarkan teori LMA merupakan
alternatif tatalaksana jalan napas selain ventilasi melalui masker
wajah atau ETT karena kemudahan pemasangan dan tingkat
keberhasilan yang relatif tinggi (95–99%).
PEMBAHASAN
Pada pasien dilakukan biopsy eksisi

Berdasarkan teori setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik


dan mammogram, biopsyharus selalu dilakukan
PEMBAHASAN
Pasca operasi, penderita dibawa ke ruang pemulihan untuk
diawasi secara lengkap dan baik. Tempat yang terbaik untuk masa
pemulihan adalah kamar operasi itu sendiri, dimana semua peralatan
dan obat-obatan yang diperlukan untuk resusitasi tersedia. Akan
tetapi biasanya pasien dipindahkan ke ruang pemulihan, sehingga
kamar operasi dapat dibersihkan dan digunakan untuk operasi
berikutnya.
PEMBAHASAN
Ruang pemulihan harus bersih, dekat dengan kamar operasi,
sehingga anda bisa cepat melihat pasien bila terjadi sesuatu. Alat
pengisap harus selalu tersedia, juga oksigen dan peralatan
resusitasi. Pasien yang tida sadar jangan dikirim ke bangsal.
penilaian pulih sadar menurut Aldrete Score di ruang pemulihan dan
didapatkan tingkat kesadaran dengan nilai 2, pernafasan dengan
nilai 2, tekanan darah dengan nilai 2, aktivitas dengan nilai 2, warna
kulit dengan nilai 2 dan total nilai keseluruhan 10. Yang menandakan
pasien diperbolehkan pindah ke ruang perawatan.
KESIMPULAN
Ny. RK, 32 tahun, Berat badan 47 kg dengan diagnosis Tumor Mammae
Sinistra yang ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Kemudian dilakukan tatalaksana pada pasien berupa
tindakan operatif yaitu Mastectomy dengan General Anesthesia menggunakan
Laryngeal Mask Airway (LMA).
.
KESIMPULAN
Prinsip utama anestesi yaitu kewaspadaan, keamanan, kenyamanan, dan perhatian
yang seksama baik pada anak maupun dewasa adalah sama. Dalam kasus ini selama
operasi berlangsung tidak ada hambatan yang berarti baik dari segi anestesi
maupun dari tindakan operasinya. Selama di ruang pemulihan juga tidak terjadi hal
yang memerlukan penanganan serius.
Obat-obatan yang digunakan dalam premedikasi adalah ondensentron sedangkan
untuk medikasi meliputi fentanyl, propofol, ketorolac, dan sevofluran.
KESIMPULAN

Dalam kasus ini selama operasi berlangsung tidak ada


hambatan yang berarti baik dari segi anestesi maupun dari
tindakan operasinya.
Post operasi pasien dirawat di Bangsal untuk dimonitoring
stabilitas pasien post operasi sampai keadaan umumnya
membaik yang kemudian dinilai dengan Aldrete score, lalu
setelah keadaan pasien stabil pasien dapat dipulangkan.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai