Disusun Oleh :
Bayu Restu Aji Syaputra
2019040089
2. Etiologi
Ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi menurut
Dr.Iskandar (2019) sebagai pemicu terjadinya tumor mammae, yaitu :
1. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan
pria. Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh
tumor payudara.
2. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara
beresiko 3x lebih besar untuk menderita tumor payudara.
3. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia
4. Riwayat reproduksi
a) Melahirkan anak pertama diatas 35 tahun
b) Menikah tapi tidak melahirkan anak
c) Tidak menyusui
5. Pemakaian kontrasepsi oral
Dapat meningkatkan resiko tumor payudara, penggunaan pada usia <20
tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia
lebih tua.
6. Riwayat meastrual
a) Early menarche (sebelum 12 tahun)
b) Late menopouse (setelah 50 tahun)
7. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko 2x lipat dibandingkan
dengan hamil pada usia >20 tahun.
8. Terpapar radiasi
9. Intake alkohol
b. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Terapi
1. Mastektomi Parsial (mengeksisi tumor lokal), diawali
dengan lumpektomi untuk mengangkat jaringan yang
terjangkit tumor atau kankerm kemudian dilanjutkan
dengan kuadranektomi yaitu pengangkatan seperempat
payudara.
2. Mastektomi Total: mengangkat seluruh payudara beserta
kelenjar limfe dilateral otot pektoralis minor.
3. Mastektomi Radikal: mengangkat payudara, otot
pektoralis mayor danminor dan seluruh isi aksilanya.
2. Penatalaksanaan Operatif
1. Penyinaran pada payudara dan kelenjar linfe regional
atau pada jaringan lain yang sudah terserang kanker.
2. Kemoterapi: merupakan terapi adjuvan sistemik
khususnya setelah dilakukan pembedahan. Contoh:
kombinasi penggunaan cyclophospamide,
methotrexate, flouracil, dan adriamycin.
3. Terapi Hormon: antiestrogen, androgen,
prostaglandin, tamoksifen, dsb.
7. PertimbanganAnestesi
a. Definisi Anestesi
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika
dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit,
dalam hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi
optimal bagi pelaksanaan pembedahan (Sabiston, 2019).
b. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara
sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi
terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general anestesi denggan
teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan
face mask (sungkup muka) dan dengan teknik intubasi yaitu pemasangan
endotrecheal tube atau gabungan keduanya inhalasi dan intravena (Latief,
2018).
b. Regional Anestesi
Anestesi regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat sebagai
analgesik. Anestesi
regional hanya menghilangkan nyeri tetapi pasien tetap dalam keadaan sadar.
Oleh sebab itu, Teknik ini tidak memenuhi trias anestesi karena hanya
menghilangkan persepsi nyeri saja (Pramono, 2019). Jenis Anestesi Regional
menurut Pramono (2019) digolongkan sebagai berikut:
a. Anestesi Spinal
Penyuntikan anestesi lokal ke dalam ruang subaraknoid disegmen lumbal
3-4 atau lumbal 4-5. Untuk mencapai ruang subaraknoid, jarum spinal menembus
kulit subkutan lalu menembus ligamentum supraspinosum, ligamen interspinosum,
ligamentum flavum, ruang epidural, durameter, dan ruang subaraknoid. Tanda
dicapainya ruang subaraknoid adalah dengan keluarnya liquor cerebrospinalis
(LCS).
Menurut Latief (2019) anestesi spinal menjadi pilihan untuk operasi
abdomen bawah dan ekstermitas bawah. Teknik anestesi ini popular karena
sederhana, efektif, aman terhadap sistem saraf, konsentrasi obat dalam plasma
yang tidak berbahaya serta mempunyai analgesi yang kuat namun pasien masih
tetap sadar, relaksasi otot cukup, perdarahan luka operasi lebih sedikit, aspirasi
dengan lambung penuh lebih kecil, pemulihan saluran cerna lebih cepat
(Longdong, 2019).
Anestesi spinal memiliki komplikasi. Beberapa komplikasi yaitu hipotensi
terjadi 20-70% pasien, nyeri punggung 25% pasien, kegagalan tindakan spinal 3-
17% pasien dan post dural punture headache di Indonesia insidensinya sekitar
10% pada pasien paska spinal anestesi (Tato, 2018). Kekurangan dari anestesi
spinal dibahas dalam sub bab komplikasi anestesi spinal.
b. Anestesi Epidural
Anestesi yang menempatkan obat di ruang epidural (peridural,
ekstradural). Ruang ini berada di antara ligamentum flavum dan durameter.
Bagian atas berbatasan dengan foramen magnum di dasar tengkorak dan bagian
bawah dengan selaput sakrokoksigeal. Kedalaman ruang rata-rata 5 mm dan di
bagian posterior kedalaman maksimal terletak pada daerah lumbal. Anestetik lokal
di ruang epidural bekerja langsung pada saraf spinal yang terletak di bagian
lateral. Onset kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal.
Kualitas blokade sensoris dan motoriknya lebih lemah.
1. General Anestesi
2. Regional Anestesi
c. Teknik Anestesi
Selama pemberian anestetik, pasien akan melalui tahap-tahap yang telah
diperkirakan yang disebut sebagai kedalaman anestesi. Menurut Amy M. Karch
(2018) tahapan tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Stadium I (tahap Analgesia), mengacu pada hilangnya sensai
nyeri, sementara pasien masih dalam keadaan sadar dan dapat
berkomunikasi dengan orang lain.
b. Stadium II (tahap Eksitasi), merupakan periode peningkatan
kegembiraan dan sering kali perilaku melawan (pasien delirium dan
eksitasi dengan gerakan diluar kehendak), dengan berbagai tanda
stimulasi simpatis (misalnya: takikardi, peningkatan penapasan, 12
perubahan tekanan darah). Dalam tahap ini kadang pasien mengalami
inkotinensia dan muntah.
c. Stadium III (Pembedahan), melibatkan relaksasi otot rangka, pulihnya
pernapasan yang teratur (sampai nafas spontan hilang), dan hilangnya
reflek mata serta dilatasi pupil secara progresif. Pembedahan dapat
dilakukan dengan aman pada tahap 3.
d. Stadium IV (Depresi medulla oblongata), merupakan kondisi depresi
SSP yang sangat dalam dengan hilang pernapasan dan stimulus pusat
vasomotor, yang pada kondisi itu dapat terjadi kematian secara cepat.
Pembuluh darah pasien kolaps dan jantung berhenti berdenyut, disusul
dengan kelumpuhan nafas sehingga perlu bantuan alat bantu nafas dan
sirkulasi
d. Rumatan Anestesi
8. Anestesi Umum Rumatan anestesi umum dapat menggunakan antara lain obat
pelumpuh otot,obat obatan analgetic opioid,obat hipnotic sedatif dan obat
inhalasi sesuai kebutuhan. Obat anestesi inhalasi dengan atau tanpa N2O dapat
diberikan. Penggunaan propofol, fentanyl, alfentanil atau remifentanil dapat
juga diberikan bersamaan. Penggunaan anestesi lokal dapat diberikan untuk
suplemen tambahan sebagai analgesik post operatif.
9. Anestesi Regional Rumatan anestesi regional bila digunakan secara contineus
sesuai kebutuhan memakai cateter. Bila anestesi regional mengalami kegagalan
maka maka dimungkinkan berubah teknik pilihan anestesi ke anestesi umum.
Obat-obatan anestesi regional diantaranya bupivakain,
lidokain,prokain,prilokain
a. Resiko
Efek samping anestesi lokal:
Sakit kepala.
Reaksi alergi.
Nyeri punggung.
Perdarahan.
Kejang.
Sulit buang air kecil.
Penurunan tekanan darah.
Infeksi tulang belakang.
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh
perawat, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium,
raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan,
tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang
teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana
keperawatan (Ernawati, 2019).
➢ Komponen SOAP
S : Data subyektif
O : Data objektif
Carpenito, Lynda Juall. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 13.
Dinata, Fredy. (2011). Jurnal: Kelainan pada Kelenjar Bartolin. Bandung; Media
Komunikasi PPDS ObGyn Unair
Medforth, Janet. Dkk. (2012). Kebidanan Oxford Edisi Terjemahan. Jakarta; EGC
Jhonson. Ruth & Wendy. (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan Edisi Terjemahan.
Jakarta. EGC
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta: MediAction.
http://perpustakaan.poltekkes. Diakses Pada 26 Mei 2022.
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI
PASIEN NY N DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI EKSISI BIOPSI DENGAN
TINDAKAN ANESTESI GENERAL ANESTESI
DI RUANG IBS RSI KENDAL
PADA TANGGAL 16 OKTOBER 2022
Disusun Oleh :
Bayu Restu Aji Syaputra
2019040089
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan ada benjolan di payudara kanan
b. Saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri pada payudara kanan
Pasien dari poli dengan tumor mamae merasakan nyeri jika ditekan benjolan(+)
nyeri(+)demam(-)
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler,
perdarahan tidak normal, asma, anemia, pingsan, mengorok)
5)Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit?
ya/tidak Jika ya, menderita penyakit apa?
- Riwayat operasi sebelumnya : tahun:- jenis:
-Komplikasi:-
- Riwayat anestesi sebelumnya : tahun:- jenis :
Komplikasi:
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah?
ya/tidak jika ya, jumlah : , Reaksi alergi: ya/tidak
- Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular?
ya/tidak Jika ya, sebutkan……
- Khusus pasien perempuan :
Jumlah kehamilan:1
jumlah anak :1
mensturasi terakhir -
menyususi :ya/tidak
6)Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
a) Obat yang pernah dikonsumsi:-
b) Obat yang sedang dikonsumsi:-
7)Riwayat Alergi : ya/tidak, jika ya, sebutkan :
8)Kebiasaan :
a) Merokok : ya/tidak , jika ya,jumlah :
b) Alkohol : ya/tidak , jika ya,jumlah :
c) Kopi/teh/soda : ya/tidak , jika ya,jumlah :
2)Air / Minum
Sebelum Sakit
- Frekuensi :normal
- Jenis :air putih
-Cara :diminum menggunakan gelas
-Minum Terakhir :07;00
-Keluhan :-
-Lainnya :
Saat Ini
- Frekuensi :normal
- Jenis :air putih
- Cara :diminum menggunakan gelas
- Minum Terakhir :6 jam sebelum oprasi
- Keluhan :-
- Lainnya :
3) Nutrisi/ makanan
Sebelum Sakit
- Frekuensi :3x sehari
- Jenis :4 sehat 5 sempurna
- Porsi :normal
- Diet khusus :-
- Makanan yang disukai :disukai semua
- Napsu makan :stabil
- Puasa terakhir :sebelum oprasi
- Keluhan :-
- Lainnya :
Saat ini
- Frekuensi :3x sehari
- Jenis :4 sehat 5 sempurna
- Porsi :normal
- Diet khusus :-
- Makanan yang disukai :disukai semua
- Napsu makan :stabil
- Puasa terakhir :7 jam sebelum oprasi
- Keluhan :-
- Lainnya :
4)Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit
- Frekuensi :1x sehari
- Konsistensi :lunak
- Warna :kuning kecoklatan
- Bau :khas
- Cara (spontan/dg alat) :spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :
Saat ini
- Frekuensi :1xsehari
- Konsistensi :lunak
- Warna :kuning kecoklatan
- Bau :khas
- Cara (spontan/dg alat) :spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :
b) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi :5-6x sehari
- Konsistensi :cair
- Warna :kuning
- Bau :khas
- Cara (spontan/dg alat) :spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :
Saat ini
- Frekuensi :5x sehari
- Konsistensi :cair
- Warna :kuning
- Bau :khas
- Cara (spontan/dg alat) :spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-
6)Interaksi Sosial
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman. baik
7)Pemeliharaan Kesehatan
- Rasa Aman :pasien merasa aman karna berada dilingkungan yg aman
- Rasa Nyaman :pasien merasa nyaman karna berada di tempat yg nyaman
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan :pasien menggunakan fasilitas kesehatan untuk
kesembuhan
8)Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial
sesuai dengan potensinya.
- Konsumsi vitamin :-
- Imunisasi :-
- Olahraga :-
- Upaya keharmonisan keluarga:baik
- Stres dan adaptasi :-
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : komposmetis / apatis / delirium/ somnolen / sopor/ koma
GCS :
Verbal:5……….Motorik:6……….Mata :4……………..
Penampilan : tampak sakit ringan/sedang/berat
Tanda-tanda Vital : Nadi =90 x/menit, Suhu =36,4 0 C, TD = 108/80mmHg,
RR = 20x/menit, Skala Nyeri: .3
BB:56Kg, TB:166 Cm, BMI:
Lainnya:………………
b. Pemeriksaan 6 B
1) B1 (BREATH
- Wajah:
□ Normal □ Dagu Kecil □ Edema
□ Gigi palsu□ Gigi goyang □ Gigi maju
□ Kumis/ jenggot □ mikrognathia □ Hilangnya gigi
- Kemampuan membuka mulut < 3 cm □Ya □Tidak
- Jarak Thyro - Mental < 6 cm □Ya □Tidak
- Cuping hidung □Ya □Tidak
- Mallampati Skor : □ I □ II □ III □ IV
- Tonsil : □ T0 □ T1 □ T2 □ T3 □ T4
- Kelenjar tiroid : ukuran intensitas
- Obstruksi Jalan Napas
□ Tidak ditemukan □ Tumor
□ Gigi maju □ Stridor
- Bentuk Leher : □Simetris □ Asimetris
Mobilitas Leher :
Leher pendek : □Ya □Tidak
Dapatkah pasien menggerakkan rahang ke depan?
□ Ya □ Tidak
Dapatkah pasien melakukan ekstensi leher dan kepala?
□ Ya □ Tidak
Apakah pasien menggunakan collar?
□ Ya □ Tidak
- Thorax:
Bentuk thorax : normal
Pola napas : normal
Retraksi otot bantu napas : normal
Perkusi paru : □ sonor □ hipersonor □ dullness
Suara napas : □ ronchi □ wheezing □ vesikuler □ bronchial □
bronkovesikular
2) B2 ( BOOD )
- Konjungtiva : □ anemis □ tidak
- Vena jugularis : pembesaran □ ya □
tidak
- BJ I : □ tunggal □ ganda □ regular □ irreguler
- BJ II : □ tunggal □ ganda □ regular □ irregular
- Bunyi jantung tambahan: BJ III □ murmur
3) B3 ( BRAIN )
- Kesadaran : □ kompomentis □ apatis □ delirium □ somnolen □ sopor
□ koma
- GCS : Verbal5 Motorik:6 Mata : 4
- Reflek fisiologis
a. Reflek bisep ( + / -)
b. Reflek trisep ( + / -)
c. Reflek brachiradialis ( + / -)
d. Reflek patella ( + / -)
e. Reflek achiles ( + / -)
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski ( + / -)
b. Reflek chaddok ( + / -)
c. Reflek schaeffer ( + / -)
d. Reflek oppenheim ( + / -)
e. Reflek gordon ( + / -)
4) B4 ( BOWEL )
- Frekuensi peristaltic usus :6 x/menit
- Titk Mc. Burney : □ nyeri tekan □ nyeri lepas
- Borborygmi : □Ya □Tidak □ nyeri menjalar
- Pembesaran hepar : □Ya □Tidak
- Distensi : □Ya □Tidak
- Asites : □ shiffing dullness □ undulasi
5) B4 ( BLADER)
- Buang air kecil : □Spontan □Tidak
- Terpasang kateter : □Ya □Tidak
- Gagal ginjal : □Ya □Tidak
- Infeksi saluran kemih : □Ya □Tidak
- Produksi urine : 100 cc
- Retensi urine : □Ya □Tidak
6) B6 ( BONE )
a) Pemeriksaan Tulang Belakang :
- Kelainan tulang belakang: Kyposis (+/-), Scoliosis (+/-), Lordosis (+/-), Perlukaan
(+/-), infeksi (+/-), mobilitas (leluasa/terbatas), Fibrosis (+/-), HNP (+/-)
- Lainnya……………………..
b) Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+ / -)
Fraktur (+/-), lokasi fraktur ………………….., jenis fraktur
…………………… kebersihan luka…………………….., terpasang gips
(+/-), Traksi ( + / - ), atropi otot ( + / -)
IV line: terpasang di...................., ukuran abocatch............,
tetesan:..................
ROM: ………………..
Lainnya:……………..
Palpasi
Perfusi:…….
CRT:…..
Edema : ( 1 – 4)
Lakukan uji kekuatan otat : ( 1 – 5 )
Lainnya:………………
- Ekstremitas Bawah :
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+ / -)
Fraktur (+/-), lokasi fraktur ………………….., jenis fraktur
…………………… kebersihan luka….............................., terpasang gips (+/-),
Traksi ( + / - ), atropi otot ( + / -)
IV line: terpasang di...................., ukuran abocatch............., tetesan:..................
ROM: ………………..
Lainnya:………………
Palpasi Perfusi:
……. CRT:……
Edema : (1 – 4 )
Kekuatan otot : ( 1 – 5 )
Lainnya:………………
- Edema :
6. Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit:tidak ada faktor penyulit
b. Jenis Anestesi:general anestes
Indikasi:general anestesi memblokir saraf simpatik dan pasimpatik
c. Teknik Anestesi:ga lma
Indikasi:oprasi sedang
Analisa Data
DO:
- Pasien tampak merasa nyeri
II. INTRA ANESTESI
No Symptom Etiologi Problem
1 Intra Anestesi Efek agen anestesi Pola napas tidak efektif
Do:
Pasien tidak sadar
Pasien terpasang LMA ukuran
3
Isoflurane 1,2 , O2 3 lpm
Hasil tanda-tanda vital:
TD : 114/59 mmHg,
Nadi : 103 /menit
RR : 20x/menit
Suhu : 360C
SPO2 : 99%
III. PASCA ANESTESI
No Symptom Etiologi Problem
b. INTRA ANESTESI
1. Prioritas tinggi ( mengancam nyawa )
2. Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan )
3. Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari suatu
penyakit yang secara spesifik )
Alasan prioritas:…………………………………………………………………………...
c. PASCA ANESTESI
1. Prioritas tinggi ( mengancam nyawa )
2. Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan )
3. Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari suatu
penyakit yang secara spesifik )
Alasan prioritas:…………………………………………………………………………...
III.Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
1) Pra Anestesi
Nama : Ny N No. CM : 0033xxx
Umur : 29 tahun Dx : Tumor Mamae Dextra
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : Alfath
CATATAN LAINNYA:
2) Intra Anestesi
Nama : Ny N No. CM : 0033xxx
Umur : 29 tahun Dx : Tumor Mamae Dextra
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : Alfath
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI Nama
& paraf
pasca anestesi
1. Risiko Setelah 1. Jaga posisi 1. Menjaga posisi imobil
S : pasien
dilakukan imobil pasien pasien
kecelakaan mengatakan
tindakan 2. Pasang sticker 2. Memasang sticker
masih mengantuk
cedera b/d keperawatan identifikasi fall risk. identifikasi fall risk.
O:
Risiko 3. Jaga keamanan 3. Menjaga keamanan
Efek
kecelakaan pasien selama pasien selama TD : 91/35
anestesi cedera dengan transportasi transportasi
mmHg,
kriteria hasil: 4. Pantau 4. Memantau penggunaan
-Pasien aman penggunaan obat
obat anestesi dan efek Nadi : 100
selama dan anestesi dan efek
setelah yang timbul. yang timbul. /menit
pembiusan:
- Selama RR:20x/menit
operasi tidak
Suhu : 360C
bangun/tenang
- Pasien aman
SPO2 : 99%
tidak jatuh
-terpasang gelang
kuning.
A : Resiko jatuh
teratasi sebagian
P : Pindahkan pasien
ke
bangsal
Diet dan nutrisi Pemantauan tanda vital Lain-lain
:
: Setiap Selama
:
Hasil pemeriksaan penunjang/obat/barang milik pasien) yang diserahkan melalui perawat ruangan/ICU : 1) 2) 3)
PASCA ANESTESI
S S S
Frekuensi
Frekuensi
Tekanan
SKALA C STEWARD C C
darah
napas
nadi
A TD:91/35/90mHg
(Assestment/Analisa) N: 100x/mnt
S:36oC
R:20x/mnt
SpO2 : 99%
R Monitor TTV
(Recommendation) Kolaborasi Medis