Disusun untuk Melengkapi Salah Satu Laporan Kasus Praktik Klinik Stase Peminatan
Perioperatif Care Tahun Akademik 2019/2020
Disusun Oleh:
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa “Penatalaksanaan
Asuhan Keperawatan General Anestesi Pada Ny. D Dengan Tumor
Mamae Dextra Di Ruang IBS (Instalasi Bedah Sentral) RS PKU
Muhammadiyah Gombong”
TINJAUAN PUSTAKA
B. Definisi
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan
sel yang terjadi secara terus menerus (Kumar dkk, 2007). Dalam klinik,
istilah tumor sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai
pembengkakan, yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh
radang, atau perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak
semua tonjolan disebabkan oleh neoplasma (Sukardja, 2000).
C. Tanda dan Gejala
Keluhan pendereta tumor payudara (lab. UPF bedah RSDS, 2010)
1. Mungkin tidak ada
2. Tumor mamaeumumnya tidak nyeri, kecuali ditekan
3. Perdarahan dari ulkus
4. Erosi putting susu
5. Nyeri pada payudara
6. Kelainan bentuk payudara
7. Keluhan karena metastase
D. Patofisiologis
Pada dasarnya kelainan patologi payudara dapat digolongkan
menjadi empat golongan besar yaitu kelainan kongenital, infeksi,
kelainan akibat ketidakseimbangan hormonal, dan neoplasma
(Soetrisno, 2010). Kelainan kongenital tidak diketahui dengan pasti
etiologinya, tetapi segala sesuatu yang bersifat menimbulkan
kegagalan secara total maupun parsial perkembangan somatik
payudara akan berakibat kurang atau gagalnya pembentukan
komponen payudara. Kelainan kongenital dapat berupa agenesis,
hipoplasia dan hipotrofi, polythelia atau jumlah puting susu yang
berlebihan, polymastia atau terdapat lebih dari sepasang payudara, dan
lain–lain (Fadjari, 2012).
Kelainan payudara akibat ketidakseimbangan hormon terutama
hormon estrogen disebut hyperestrenisme. Kelainan ini akan
menimbulkan penyimpangan pertumbuhan dan komponen jaringan
payudara yang disebut mammary dysplasia pada wanita dan
gynecomastia pada pria. Bila terdapat bentuk kista yang tidak teratur
baik letak maupun ukurannya dan disertai peningkatan unsur jaringan
ikat ekstralobular akan didapatkan fibrokistik payudara (Soetrisno,
2010).
Lesi jinak pada wanita terbanyak adalah fibroadenoma yang terjadi
pada rentang usia 20–55 tahun. Sedangkan lesi ganas terbanyak adalah
karsinoma duktal invasif dengan prevalensi pada umur lebih dari 45
tahun dan pada masa menopause. Sebagian besar lesi mamma terdiri
dari satu atau lebih benjolan yang bentuk dan ukuran sangat bervariasi.
Benjolan ini dapat berbatas tegas maupun tidak, nodul tunggal atau
multipel, lunak atau keras, dapat digerakkan dari dasarnya atau tidak.
Hal ini yang dapat membantu membedakan lesi jinak atau lesi ganas
pada payudara (Underwood & Cross, 2010; Utami et al., 2014).
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Terapi
Terapi yang diberikan pada pasien dengan operasi tumor mamae yaitu
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Hari : 30 November 2019
Tempat : Ruang IBS PKU Muh Gombong Jam :16.00 WIB
Perawat : Akmal Zaki Asaduddin
A. Data Subjektif
a. Identitas pasien
Nama : Ny S
Tmp Tgl Lahir : Kebumen, 25-06-1968
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kebumen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Diagnosa : Tumor Mamae dextra
No. Rekam Medis : 390xxx
Tgl. Masuk : 30 November 2019
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama penanggung jawab : Tn. f
Alamat : Kebumen
Hubungan dengan pasien : Anak
No Tlp : 081327498xxx
c. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nyeri pada mamae kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasein dirawat di ruang Multazam RS PKU Muhammadiyah sejak
30 November 2019 dengan keluhan nyeri di area mamae bagian
kanan, P : nyeri bertambah ketika ditekan, dan berkurang ketika
tidak ditekan, Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri dibagian
mamae kanan, S : skala 7, T : nyeri hilang timbul. TD 145/85 mmHg.
N 90 x/menit S 36,5 C RR : 18x/menit GCS : 15 M6E4V5
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
karena tipes dan tidak mempunyai penyakit keturunan menurun.
a) Pernah dirawat di RS : pernah
b) Obat-Obatan : Tidak Mengkonsumsi
c) Tindakan Operasi : Tidak Pernah
d) Alergi : Tidak Ada
e) Kecelakaan :Tidak Pernah
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan Memiliki riwayat penyakit hypertensi / darah
tinggi.
d. Pola fungsional menurut gordon
1) Pola Oksigenasi
a. Sebelum:Pasien mengatakan dalam bernafas tidak ada maslah
dan tidak memiliki riwayat penyakit pernafasan. bernafas tanpa alat
bantu pernafasan
b. Saat dikaji :Pasien mengatakan Tidak mengalami sesak nafas dan
bernafas tanpa menggunakan alat bantu pernafasan RR 18X/Menit
2) Pola Nutrisi
a. Sebelum: pasien mengatakan makan 3 x sehari, makan dengan lahap
b. Saat dikaji : pasien mengatakan nafsu makan menurun
J. Diagnosis Anestesi
Perempuan dengan diagnose medik tumor mamae, fisik ASA II
direncanakan General anestesi dengan TIVA Anestesi.
Persiapan penatalaksanan anestesi
A. Persiapan Alat
1. Mesin anestesi dihubungkan dengan sumber gas dan mengecek
ulang kelengkapan serta fungsinya, pastikan vaporizer sudah
terisi agen, absobser tidak berubah warna, dan sambungkan
dengan sumber listrik.
2. Pastikan bag mask, circuit, konektor sesuai tempatnya
3. Siapkan monitor lengkap dengan manset, finger sensor dan lead
ekg
4. Persiapan alat general anestesi dengan Tiva Anestasi : Ketamin,
100mg, fentanyl 50mg, ondansentron 1mpl, ketorolac 30mg,
ferelac 25mg.
5. Persiapan bedside monitor yaitu pulse oxymetri
6. O2, N2O, sevoflurane berjaga-jaga jika diperlukan
7. Siapkan lembar laporan durante anestesi dan balance cairan
B. Persiapan obat
1. Obat untuk premedikasi : Ondansentron 1 Amp, Ketorolac 1
Amp, Fentanyl 50mg, ferelac 25mg, ketamin, 100mg,
Ephedrine 1 Amp.
2. Induksi: N20, O2, Sevoflurance
3. Cairan infus : Koloid : HES 500ml
Kristaloid : RL 500 ml
C. Persiapan pasien
1. Pasien tiba di IBS pkl : 15.40 WIB
2. Serah terima pasien dengan petugas ruangan, periksa status
pasien termasuk informed consent, profilaksis dan obat-
obatan yang telah diberikan diruang perawatan.
3. Memindahkan pasien ke brancard IBS
4. Memperkenalkan diri kepada pasien, mengecek ulang
identitas pasien, nama, alamat dan menanyakan ulang
puasa makan dan minum, riwayat penyakit dan alergi, serta
berat badan saat ini.
5. Memasang monitor tanda vital (monitor tekanan darah,
saturasi oksigen)
TD : 145/85 mmHg; N : 90x/mnt; Spo2: 100 %; RR :
18x/mnt Memeriksa kelancaran infus dan alat kesehatan
yang terpasang pada pasien.
D. Penatalaksanaan anestesi
Penatalaksanaan anestesi di mulai dari memasang APD (alat
pelindung diri), alat monitor, manset, finger Sensor,
memberitahu pasien akan di bius, menganjurkan pasien untuk
berdoa, memulai persiapan pemasangan kateter spinal,
menyuntikan obat-obatan maintenance, pengakhiran anestesi
dan oksigenasi sampai dengan perawatan di recovery room.
Pasien dipindahkan di meja operasi dilakukan pemasangan
monitor tekanan darah, saturasi oksigen, hasil pengukuran
monitor : TD : 145/85 mmHg; N: 90x/mnt; Spo2: 100 %; RR
: 18x/mnt, pernapasan spontan
Maintanance menggunakan:
1. O2 : 2.5 lt/mnt
2. N2O: 2,5 lt/mnt
3. Sevoflirance: 2ml/mnt
4. Balance cairan:
Monitoring SelamaOperasi
Intervensi Keperawatan
DX NOC NIC
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Dorong pasien untuk
agen biologis tindakan keperawatan melaporkan nyeri
selama 1x10 menit 2. Kaji skala nyeri, catat
diharapkan pasien tidak lokasi, karakteristik (
mengalami Nyeri dengan skala1-10 ) selidiki
kriteria hasil: dan laporkan
Indikator A T perubahan nyeri yang
Skala 2 4 tepat
nyeri 3. Beri posisi tidur yang
berkurang nyaman
Ekspresi 2 4 4. Kolaborasi pemberian
nyeri terapi obat
Defisit Setelah dilakukan 1. Menjelaskan kondisi
pengetahuan b.d tindakan keperawatan pasien
kurangnya selama 1x10 menit 2. Menjelaskan prosedur
informasi diharapkan masalah tindakan operasi
mengenai deficit pengetahuan 3. Berikan penilaian
pengangkatan dapat berkurang dengan tentang pengetahuan
tumor kriteria hasil: pasien
Indicator A T
Pemahaman 2 4
tentang
kondisi
Pemahaman 2 4
tentang
pengangkatan
tumor
IMPLEMENTASI
DX NOC NIC
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor ketepatan insisi
keperawatan selama operasi 2. Melakukan minimal infasif
diharapkan perdarahan dapat 3. Monitor vital sign
teratasi dengan indicator
indikator A T
Kerusakan 3 4
jaringan
kulit
IMPLESENTASI
c. Post operasi
4. Risiko Infeksi
Intervensi Keperawatan
DX NOC NIC
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Tutup daerah luka
keperawatan selama 1x30 menit 2. Jaga luka agar tatap bersih
diharapkan masalah risiko infeksi 3. Monitor TTV
dapat berkurang dengan kriteria 4. Bersihkan luka jika kotor
hasil:
Indikator A T
TTV Normal 2 4
Implementasi Keperawatan
PEMBAHASAN
Saat prose pre operasi, diagnosa yang mungkin muncul nyeri akut b.d agen
cedera biologis karena pasien mengeluhkan adanya benjolan pada mamae kanan
yang menyebabkan dirinya merasa tidak nyaman dan terasa sakit ketika ditekan.
Dan diagnose deficit pengetahuan b.d kurangnya informasi
mengenaipengangkatan tumor karena pasien baru mengetahui bahwa dirinya
mempunyai tumor payudara di kanan dan ini juga operasi pertama kalinya
sehinggga pasien belum mengetahui tentang operasi tumor payudara dan
menggunakan Teknik pembiusan yang total atau sebagian saja. Sebelum operasi
dimulai alat dan obat yang perlu disiapkan ada laryngoskop, stetoskop,
OPA/LMA, O2, N2O, Sevoflurance, stilet, suction, conector sudah terpasang
semua, facemask, obat premedikasi: ondansentron, ketorolac, fentanyl, ketamin,
ferelac, dan untuk mengantisipasi pasien tensinnya turun kita menyiapkan
epineprin.
Pada intra operasi, diagnose kerusakan integritas jaringan b.d proses operasi
karena ketika dilakukan tindakan operasi harus membuka mulai dari kulit, otot
sehingga akan merusak jaringan untuk dapat mengangkat tumor di payudara
kanan. Saat operasi berlangsung kita juga harus menjaga airway pasien karena
pada saat kita menyuntikan obat anestesi pada saat itu juga kita membuat pasien
berada di posisi emergency sehingga pasien menjadi apnea yang dapat kita
control, setelah pasien bias bernafas secara spontan maka masa emergencynya
sudah terlewat tetapi tetap harus dipantau untuk mencegah pasien dalam kondisi
yang berbahaya maupun pasien bangun ditengah operasi.
Efek dari general anestesi salah satunya adalah mual, pusing, halusinasi
sementara dan ini merupakan salah satu diagnosa yang mungkin muncul. Mual
berhubungan dengan efek anestesi post operasi, ditegakkan diagnosa tersebut
karena anestesi general menekan saraf simpatis sehingga akan terlihat efek
parasimpatis lebih menonjol, dimana pada usus terjadi peningkatan kontraksi,
tekanan intralumen dan terjadi relaksasi sfingster (Rasjidi, 2009). Untuk
mengurangi mual pada pasien, penulis memberikan implementasi teknik
relaksasi nafas dalam. tehnik nafas dalam, dapat menurunkan respons awal
ketika pasien mengeluh mual setelah operasi.