Anda di halaman 1dari 34

PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN GENERAL ANESTESI

PADA Ny. D TUMOR MAMAE DEXTRA DI RUANG IBS (INSTALASI BEDAH


SENTRAL) RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Disusun untuk Melengkapi Salah Satu Laporan Kasus Praktik Klinik Stase Peminatan
Perioperatif Care Tahun Akademik 2019/2020

Disusun Oleh:

AKMAL ZAKI ASADUDDIN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


GOMBONG

2019

HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa “Penatalaksanaan
Asuhan Keperawatan General Anestesi Pada Ny. D Dengan Tumor
Mamae Dextra Di Ruang IBS (Instalasi Bedah Sentral) RS PKU
Muhammadiyah Gombong”

Disusun oleh : Akmal Zaki Asaduddin


NIM : A11601235
Telah disetujui pada tanggal Desember 2019

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

Dadi Santoso, M.Kep Anton Prabowo, S.Kep. Ns


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anestesi general merupakan teknik yang paling sering dipilih
dalam melakukan tindakan operasi sebagai salah satu cara penghilang rasa
sakit saat akan menjalani operasi, diikuti dengan hilangnya kesadaran (Keat,
et all., 2013). Komponen obat anestesi ideal (trias anestesi) terdiri dari
hipnotik, analgesia dan relaksasi otot, didapatkan dengan menggunakan
obat obatan yang berbeda secara terpisah. Teknik ini sesuai untuk proses
pembedahan tertentu untuk mengendalikan pernafasan (Stone & Gal, 2008).
General anestesi menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk ke jaringan
otak dengan tekanan setempat yang tinggi. Selama masa induksi pemberian
obat bius harus cukup untuk beredar di dalam darah dan tinggal di dalam
jaringan tubuh. Beberapa teknik general anestesi inhalasi adalah
Endotrakea Tube (ETT) dan Laringeal Mask Airway (LMA).
Intubasi dan penatalaksanaan jalan napas adalah keterampilan
pokok yang harus mampu dilakukan setiap tenaga anestesi dalam
melakukan tindakan anestesi. Intubasi diperlukan untuk menjaga patensi
jalan napas pada pasien dengan resiko aspirasi, jika sungkup muka sulit
dipergunakan untuk memelihara jalan napas, pasien yang memerlukan
ventilator dan untuk tindakan pembedahan yang spesifik seperti bedah
thorak, bedah kepala dan leher atau bedah abdomen. Indikasi yang lain dari
intubasi adalah untuk membuka jalan napas, pemberian oksigenasi yang
adekuat dan adanyaobstruksi jalan napas bagian atas seperti adanya benda
asing, tumor, infeksi, spasme laring atau kelumpuhan pita suara kedua sisi
(Stone & Gal, 2008 )
Setiap tahun, lebih dari 1,15 juta kasus tumor mammae baru
terdiagnosa dikalangan wanita dan antaranya 0,41 juta wanita akan
meninggal akibat tumor ini (Globocan, 2012). Lebih dari 50% insiden tumor
mammae adalah di negara maju diantaranya Eropa dan Amerika Utara dan
insiden yang terendah adalah di Africa dan Asia. Namun begitu yang perlu
dikhawatirkan adalah terjadinya peningkatan insiden pada negara yang
dilaporkan sebelumnya dengan resiko yang rendah (Saxena, 2009). Di Asia,
insiden berdasarkan Age Standardized Ratio (ASR) masih rendah di
kebanyakkan negara walaupun angka mencakupi lebih dari 50 per 100.000
penduduk (world standardized rate) di Manila, Philippines dan South
Karachi, Pakistan. (Bray, 2008).
Di Indonesia penyakit tumor mammae merupakan urutan ke 6 dari
pola penyakit nasional. Setiap tahunnya 100 kasus baru terjadi diantara
100.000 penduduk. Meningkatnya pengguna rokok (57 juta orang),
konsumsi alkohol, kegemukan atau obesitas dan kurangnya aktifitas
fisik/olahraga juga berperan dalam peningkatan angka kejadian tumor di
Indonesia (Ray, 2015).
Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat
terjadi pada suatu sel/jaringan di dalam mammae yang tumbuh secara liar
dan tidak bisa dikontrol ( Iskandar, 2007 ). Indikasi pembedahan pada tumor
mammae kuratif atau paliatif, tergantung pada stadium tumor dan
keterlibatan kelenjar getah bening (DiGiulio, Mary, 2014). Pembedahan
merupakan suatu ancaman potensial maupun aktual pada integritas
seseorang dan selanjutnya bias menyebabkan reaksi stress fisiologis
maupun psikologis (Maryunani, Anik, 2014). Dalam fase pre operasi dapat
menimbulkan kecemasan bagi pasien yang akan mengalami pembedahan.
Berdasarkan data dari WHO (2007), dari 35.539 pasien bedah
dirawat di unit perawatan intensif antara 1 Oktober 2003 dampai 30
September 2006 sebanyak 2.472 (7%) pasien mengalami kecemasan. Terapi
di dunia kesehatan berkembang ke arah pendekatan keagamaan. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan seseorang erat
hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan tubuh dalam menghadapi
berbagai masalah kehidupan yang merupakan stressor psikososial
(Setyoadi, 2011). World Health Organization (WHO, 2016) menetapkan
unsur spiritual (agama) sebagai salah satu dari empat unsur kesehatan.
Keempat unsur kesehatan tersebut adalah sehat fisik, psikis, sehat sosial,
dan sehat spiritual.
B. Rumusan Masalah
a. Definisi tumor mamae
b. Bagaimana anatomi mamae wanita
c. Bagaimana patofisiologis terhadap pasien Tumor mamae
d. Bagaimana intervensi asuhan keperawatan pada pasien tumor mamae
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari maklah ini adalah membahas mengenai asuhan
keperawatan perioperative pada pasien dengan tumor mamae berdasarkan
tinjuan teori serta penerapannya secara langsung
D. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan
perioperative pada pasien dengan tumor mamae.
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahuai anatomi dari mamae wanita.
2. Mengetahui pengertian dari tumor mamae.
3. Mengetahui patofisiologi dari tumor mamae
4. Mengetahui interfensi keperawatan tumor mamae
E. Manfaat
1. Bagi Individu
Dapat membandingkan teori yang didapat dibangku kuliah dengan
kenyataan yang ada di lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung
pelaksanaan praktek dirumah sakit Di ruang IBS terkait SC
2. Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan
keperawatan keperawatan perioperati, membantu untuk mendukung
pelaksanaan meningkatkan pelayanan operasi yang optimal.
3. Bagi Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Sebagai
tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada
umumnya dan ilmu keperawatan pada khususnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori General Anestesi


1. Anestesi General
Anestesi umum merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit
secara sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Pada tindakan
anestesi umum terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah
anestesi umum dengan teknik intravena anestesi dan anestesi umum
dengan inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan
teknik intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau dengan teknik
gabungan keduanya yaitu inhalasi dan intravena (Latief, 2007).
a. Teknik anestesi umum
Anestesi umum menurut Mangku dan Tjokorda (2010), dapat
dilakukan dengan 3 teknik, yaitu:
1. Anestesi umum intravena
Merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan
dengan jalan menyuntikkan obat anestesi parenteral
langsung ke dalam pembuluh darah vena.
2. Anestesi umum inhalasi
Merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan
dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi
yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap
melalui alat/ mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
3. Anestesi imbang
Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan
kombinasi obat – obatan baik obat anestesi intravena
maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi teknik anestesi
umum dengan analgesia regional untuk mencapai trias
anestesi secara optimal dan berimbang.
B. Konsep Teori MamaeWanita
A. Anatomi mamae
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan
kelenjar dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus dan
duktus. Sedangkan jaringan stromal meliputi jaringan lemak dan jaringan
ikat. Payudara terdapat dalam fasia superfisialis dinding torak ventral
yang berkembang menonjol tegak dari subklavikula sampai dengan
costae atau intercostae kelima sampai keenam (Haryono et al., 2011;
Moore et al., 2009)

Perdarahan jaringan payudara berasal dari arteri perforantes


anterior yang merupakan cabang dari arteri mammaria interna, arteri
torakalis lateralis, dan arteri interkostalis posterior. Sedangkan, sistem
limfatik payudara terdiri dari pleksus subareola dan pleksus profunda.
Pleksus subareolar mencakup bagian tengah payudara, kulit, areola dan
puting yang akan mengalir kearah kelenjar getah bening pektoralis
anterior dan sebagian besar ke kelenjar getah bening aksila. Pleksus
profunda mencakup daerah muskulus pektoralis menuju kelenjar getah
bening rotter, kemudian ke kelenjar getah bening subklavikula atau route
of Grouzsman, dan 25% sisanya menuju kelenjar getah bening
mammaria interna (Soetrisno, 2010).
Persarafan sensorik payudara diurus oleh cabang pleksus
servikalis dan cabang saraf interkostalis kedua sampai keenam sehingga
dapat menyebabkan penyebaran rasa nyeri terutama pada punggung,
skapula, lengan bagian tengah, dan leher (Moore et al., 2009).

B. Definisi
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan
sel yang terjadi secara terus menerus (Kumar dkk, 2007). Dalam klinik,
istilah tumor sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai
pembengkakan, yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh
radang, atau perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak
semua tonjolan disebabkan oleh neoplasma (Sukardja, 2000).
C. Tanda dan Gejala
Keluhan pendereta tumor payudara (lab. UPF bedah RSDS, 2010)
1. Mungkin tidak ada
2. Tumor mamaeumumnya tidak nyeri, kecuali ditekan
3. Perdarahan dari ulkus
4. Erosi putting susu
5. Nyeri pada payudara
6. Kelainan bentuk payudara
7. Keluhan karena metastase
D. Patofisiologis
Pada dasarnya kelainan patologi payudara dapat digolongkan
menjadi empat golongan besar yaitu kelainan kongenital, infeksi,
kelainan akibat ketidakseimbangan hormonal, dan neoplasma
(Soetrisno, 2010). Kelainan kongenital tidak diketahui dengan pasti
etiologinya, tetapi segala sesuatu yang bersifat menimbulkan
kegagalan secara total maupun parsial perkembangan somatik
payudara akan berakibat kurang atau gagalnya pembentukan
komponen payudara. Kelainan kongenital dapat berupa agenesis,
hipoplasia dan hipotrofi, polythelia atau jumlah puting susu yang
berlebihan, polymastia atau terdapat lebih dari sepasang payudara, dan
lain–lain (Fadjari, 2012).
Kelainan payudara akibat ketidakseimbangan hormon terutama
hormon estrogen disebut hyperestrenisme. Kelainan ini akan
menimbulkan penyimpangan pertumbuhan dan komponen jaringan
payudara yang disebut mammary dysplasia pada wanita dan
gynecomastia pada pria. Bila terdapat bentuk kista yang tidak teratur
baik letak maupun ukurannya dan disertai peningkatan unsur jaringan
ikat ekstralobular akan didapatkan fibrokistik payudara (Soetrisno,
2010).
Lesi jinak pada wanita terbanyak adalah fibroadenoma yang terjadi
pada rentang usia 20–55 tahun. Sedangkan lesi ganas terbanyak adalah
karsinoma duktal invasif dengan prevalensi pada umur lebih dari 45
tahun dan pada masa menopause. Sebagian besar lesi mamma terdiri
dari satu atau lebih benjolan yang bentuk dan ukuran sangat bervariasi.
Benjolan ini dapat berbatas tegas maupun tidak, nodul tunggal atau
multipel, lunak atau keras, dapat digerakkan dari dasarnya atau tidak.
Hal ini yang dapat membantu membedakan lesi jinak atau lesi ganas
pada payudara (Underwood & Cross, 2010; Utami et al., 2014).
E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Pamungkas ( 2011) Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan


beberapa cara, yaitu :
1. Pemeriksaan fisik (phisycal examination)
Pada pemeriksaan fisik akan memeriksa benjolan yang ada dengan
palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah
mobil atau tidak, kenyal atau keras.
a. Mammografi
Adalah proses penyinaran dengan sinar x terhadap payudara.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit pada
payudara yang tidak diketahui gejalanya (asimptomatik).
b. Duktografi
Adalah pencritaan mammografi, yang dapat memperlihatkan saluran
air susu yang ada, dalam mendiagnosis penyebab keluarnya cairan
atau kotoran dari puting
c. Biopsi
Merupakan tindakan untuk mengambil contoh jaringan payudara
dan dilihat di bawah lensa mikroskop, guna mengetahui adakah sel
kanker.
d. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Pemeriksaan dilakukan untuk mengeluarkan bagian dari benjolan
kemudian dilihat dari mikroskop.
e. USG payudara
Dikenal dengan beast ultrasound, digunakan untuk mengevaluasi
adanya ketidaknormalan pada payudara yang telah ditemukan pada
hasil pemeriksaan mammografy

F. Terapi

Terapi yang diberikan pada pasien dengan operasi tumor mamae yaitu

1. Antibiotik seperti: Ceftriaxon


2. Antimual seperti: ondansentron
3. Obat untuk anestesi: Ketamin, Propofol, Ferelax, Sevoflurance
4. Obat antinyeri: ketorolac, tramadol
5. Obat tutun tensi: Epineprin
F. Fokus Pengkajian
Data fokus yang perlu dikaji menurut Doenges, (2009) adalah :
1. Demografi Biodata
Umur : Biasanya terjadi pada usia > 35 tahun
Jenis kelamin : wanita > laki-laki
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : Nyeri pada payudara, terdapat benjolan dan kesulitan
untuk bernafas.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Sejak pasien mengeluh nyeri dan ada benjolan pada payudara sampai
kerumah sakit.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat menarche, menopause.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
6. Aktivitas / istirahat
Gejala : kerja, aktivitas yang melibatkan banyak gerakan tangan.
7. Sirkulasi
Tanda : Kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).
8. Makanan / cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.
9. Integritas ego
Gejala : Stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stress akut
tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.
10. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri pada penyakit yang luas. (nyeri lokal jarang terjadi pada
keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan pada jaringan
payudara. Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi
biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.
11. Keamanan
Tanda : massa Nodul aksila Edema, eritema pada kulit sekitar.
12. Seksualitas
Gejala : adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan
kesimetrisan payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu,
raba puting, gatal, rasa terbakar atau puting meregang.
13. Riwayat menarke dini
Lebih muda dari usia 12 tahun atau menopause lambat
G. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Agen cidera biologis (00134)
2. Kerusakan integritas kulit b.d luka pembedahan (00046)
3. Risiko perdarahan (00206)
4. Defisit pengetahuan b.d kurang informasi (00126)
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
a. Tujuan : nyeri teratasi / hilang
b. Kriteria hasil : klien melaporkan rasa sakit/ nyerinya
berkurang / terkontrol, wajah klien terlihat lebih rileks,
klien sudah bisa tidur / istirahat dengan cukup nyenyak dan
tenang.
c. Intervensi : kaji nyeri, Pertahankan istirahat dengan posisi
semi fowler, Anjurkan klien untuk melakukan teknik napas
dalam, Memberikan analgesik kepada klien sesuai indikasi
yang diberikan oleh dokter
2. Kerusakan Integritas kulit b.d luka pembedahan
a. Tujuan : diharapkan integritas kulit baik
b. Kriteria hasil : luka insisi sembuh tanpa ada tanda infeksi,
leukosit normal
c. Intervensi : Pantau luka pembedahan dari peradangan:
demam, kemerahan, bengkak dan cairan yang keluar,
warna, jumlah, dan karakteristik, Rawat luka secara steril,
Beri makanan berkualitas atau dukungan klien untuk
makan. Makanan mencukupi untuk mempercepat proses
penyembuhan, Beri antibiotik sesuai program medik.
3. Defisit pengetahuan b.d kurang informasi
a. Tujuan : klien memahami prosedur pembedahan yang akan
dilakukan.
b. Kriteria hasil : klien memahami prosedur yang harus
dilakukan sebelum dan sesudah operasi, klien dapat
kooperatif dalam tindakan persiapan operasi manapun
sesudah operasi.
c. Intervensi : persiapan puasa 6-8 jam sebelum melakukan
operasi, jelaskan tentang pembedahan tumor mamae,
mendiskusikan jadwal operasi yang akan dilakukan,
pemasangan infus.
4. Risiko Perdarahan
a. Tujuan : Tak tampak tanda perdarahan
b. Kriteria hasil : trombosit meningkat) dalam rentang normal,
tak ada melena, epistaksis, ekimosis, purpura, perdarahan
gusi, tak terjadi injury
c. Intervensi : Pantau tanda-tanda perdarahan,
melena,epistaksis, ekimosis, purpura, perdarahangusi
Cegah resiko injury ) penyebab perdarahan, Penyuluhan
pasien) keluarga : Anjurkan keluarga untuk
memberitahukan apabila ada tanda perdarahan dan edukasi
penyebab pasien beresiko perdarahan, apa yang akan
dilakukan, Kolaborasi pemberian obat
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN
Hari : 30 November 2019
Tempat : Ruang IBS PKU Muh Gombong Jam :16.00 WIB
Perawat : Akmal Zaki Asaduddin
A. Data Subjektif
a. Identitas pasien
Nama : Ny S
Tmp Tgl Lahir : Kebumen, 25-06-1968
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kebumen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Diagnosa : Tumor Mamae dextra
No. Rekam Medis : 390xxx
Tgl. Masuk : 30 November 2019
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama penanggung jawab : Tn. f
Alamat : Kebumen
Hubungan dengan pasien : Anak
No Tlp : 081327498xxx
c. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nyeri pada mamae kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasein dirawat di ruang Multazam RS PKU Muhammadiyah sejak
30 November 2019 dengan keluhan nyeri di area mamae bagian
kanan, P : nyeri bertambah ketika ditekan, dan berkurang ketika
tidak ditekan, Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri dibagian
mamae kanan, S : skala 7, T : nyeri hilang timbul. TD 145/85 mmHg.
N 90 x/menit S 36,5 C RR : 18x/menit GCS : 15 M6E4V5
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
karena tipes dan tidak mempunyai penyakit keturunan menurun.
a) Pernah dirawat di RS : pernah
b) Obat-Obatan : Tidak Mengkonsumsi
c) Tindakan Operasi : Tidak Pernah
d) Alergi : Tidak Ada
e) Kecelakaan :Tidak Pernah
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan Memiliki riwayat penyakit hypertensi / darah
tinggi.
d. Pola fungsional menurut gordon
1) Pola Oksigenasi
a. Sebelum:Pasien mengatakan dalam bernafas tidak ada maslah
dan tidak memiliki riwayat penyakit pernafasan. bernafas tanpa alat
bantu pernafasan
b. Saat dikaji :Pasien mengatakan Tidak mengalami sesak nafas dan
bernafas tanpa menggunakan alat bantu pernafasan RR 18X/Menit
2) Pola Nutrisi
a. Sebelum: pasien mengatakan makan 3 x sehari, makan dengan lahap
b. Saat dikaji : pasien mengatakan nafsu makan menurun

3) Pola Kebutuhan Eliminasi

a. Sebelum: Pasien mengatakan Buang air besar (BAB) Frekuensi : 1 x


sehari, Waktu : Pagi hari dengan warna coklat, Konsistensi Lembek
pasien BAB dengan posisi : Jongkok, Pemakaian obat : Tidak ada
Keluhan lain : Tidak ada. Buang air kecil (BAK) Frekunsi (dalam
sehari) : 4 x sehari Jumlah (cc/24 jam) : 1000-1200cc/24jam, Warna :
Kuning, Bau : Khas urine, Keluhan : Tidak ada keluhan
b. saat dikaji: BAB 1 x sehari, BAK 3xsehari dengan intensitas kuning,
lembek.
4) Pola Aktivitas
a. Sebelum: Pasien mengatakan keadaan aktifitas sehari-hari Pasien jarang
melakukan olahraga.
b. saat dikaji: pasien mengatakan aktivitasnya makin terhambat karena
nyeri pada area mamae.
5) Pola Kebutuhan Istirahat dan tidur
a) Sebelum: Pasien mengatakan kebutuhan tidur pasien tidur dalam
sehari : ± 5 jam, Tidur siang : Jarang tidur siang, Tidur malam : ± 5
jam, Tidur yang diutamakan : Tidur malam, Kebiasaan pengantar tidur
: Tidak ada, Pasien tidur dengan : suami, Perangkat yang digunakan:
Selimut, bantal, keluhan pasien selama tidur : sering bangun malam.
Kebutuhan istirahat pasien istirhat pada malam hari, lama : Tidak
tentu. Kegiatan waktu luang : Kerja pasien menyediakan waktu
istirahat : Ada, Dalam suasana apa pasien bisa istirahat : Tenang
b) Saaat Dikaji: pola tidur terganggu, karena nyeri terasa, sehingga
kualitas tidur terganggu.
6) Personal Hygiene
a) Sebelum :Pasien mengatakan kebiasaan mandi mandi : 2x sehari, pagi
dan sore hari, Mandi menggunakan : Sabun, Keluhan : Tidak ada
keluhan
b) Saat dikaji: Pasien mengatakan mencuci rambut dengan : Shampoo
dan Tidak ada keluhan, Kebersihan Mulut pasien menggosok gigi : 2x
sehari Menggunakan pasta gigi dan tidak ada keluhan Kebersihan
Kuku pasien memotong kuku : Bila kuku panjang dan Kotor Keluhan
7) Pola rasa aman dan nyaman
a. Sebelum :Pasien mengatakan sebelum sakit tidak memiliki keluhan
apa-apa dan merasa aman dan tenang ketika bersama keluarganya dan
tidak ada masalah.
b. Saat dikaji :Pasien tidak nyaman di RS dan merasa nyeri pada mamae
kanan Pengkajian Nyeri:
P : nyeri bertambah ketika tditekan area mamae kanan dan berkurang
ketika tidak ditekan,
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk,
R: nyeri dibagian perut,
S : skala 7,
T : nyeri hilang timbul
8) Pola Kebutuhan berpakaian
a. Sebelum:Pasien mengatakan biasanya ganti baju 2x/hari dilakukan
secara mandiri dan dalam keseharian memakai kaos biasanya
b. Saat dikaji :Pasien mengatakan Memakai pakaian dibantu oleh
keluarganya dengan frekuensi ganti baju 2x/hari
9) Pola Kebutuhan Spiritual
a. Sebelum:Pasien mengatakan dapat melakukan ibadah solat 5 waktu
tepat waktu
b. Saat dikaji :Pasien mengatakan tidak dapat menjalankan ibadah seperti
biasanya karena sakit dan hanya berbaring di tempat tidur
10) Pola Kebutuhan berkomunikasi dan emosi
a. Sebelum: Pasien berkomunikasi normal dan emosi stabil,
berkomunikasi menggunakan bahasa indonesia
b. Saat dikaji :pasien dapat diajak komunikasi, emosi stabil
11) Temparatur tubuh
a. Sebelum:pasien dalam keseharian ketika suhu dingin menggunakan
pakaian tebal/jaket dan ketika panas menggunakan daster.
b. Saat dikaji :pasien saat di rumah sakit suhu tubuh normal: 36,5oC
12) Kebutuhan bekerja
a. Sebelum:Pasien mengatakan dalam keseharian pasien bekerja sebagai
Ibu rumah tangga
b. Saat dikaji :Pasien saat di rumah sakit dalam melakukan pekerjaan
tidak bisa bekerja seperti biasanya karena sakit dan hanya berbaring
di tempat tidur
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
a. Sebelum: Pasien mengatakan tidak biasa/tidak pernah bermaian
ataupun rekreasi hanya berada dirumah.
b. Saat dikaji :Pasien tidak bisa pergi kemana-mana, dan hanya berbaring
di tempat tidur
14) Kebutuhan Belajar
a. Sebelum: Pasien mengatakan belajar dan mendapatkan informasi dari
Televisi dan dari orang lain
b. Saat dikaji :Pasien sudah mengetahui mengenai penyakitnya hanya
belum tahu mengenai prosedur operasi serta merasa bingung terkait
operasi yang akan dilaksanakan
H. Fokus Pengkajian
A. Data Objektiv
1. Keadaan Umum : Baik
a. Kesadaran : composmetis
b. GCS : 15 : E 4, M 6, V 5
c. TTV
TD : 145/85
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,5 C
Pernafasan : 18 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala Bentuk : Mesosephal, Ekspresi :ekspresif, Simetris, wajah
:simetris Nyeri tekan sinus :tidak terdapat nyeri tekan sinus,
Rambut :distribusi merata, warna abu-abu , Pembuluh darah :tidak
terdapat pelebaran pembuluh darah, Deformitas :tidak terdapat
deformitas
b. Mata Bentuk :normal, kedudukan bola mata simetris, Palpebra
:normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema, perdarahan,
blefaritis, maupun xanthelasma Gerakan :normal, tidak terdapat
strabismus, nystagmus Konjungtiva :ananemis Sklera :anikterik
Pupil :bulat, didapatkan isokor, diameter 2 mm, reflex cahaya
langsung positif pada mata kanan dan kiri
c. Telinga Bentuk :normotia, Liang telinga :lapang, Serumen :tidak
ditemukan penumpukan serumen pada telinga kanan maupun kiri,
Nyeri auricular :tidak ada nyeri tarik pada auricular kiri maupun
kanan, Nyeri tekan tragus :tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan
maupun kiri
d. Hidung Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas Septum :
terletak ditengah, simetris Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka
nasalis eutrofi Cavum nasi : tidak ada perdarahane.
e. Mulut dan tenggorok Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi-geligi : hygiene baik, Mukosa mulut : normal, tidak
hiperemis, Lidah : normoglosia, tidak tremor, tidak kotor Tonsil :
ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis Faring : tidak hiperemis,
arcus faring simetris, uvula di tengah Leher Bendungan vena : tidak
ada bendungan vena Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti
gerakan, simetris Trakea : di tengah
f. Thorax
1. PARU-PARU
- Inspeksi : terdapat benjolan di mamae kanan
- Palpasi :gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada
kedua hemithorax
- Perkusi :sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar
pada sela iga VI pada linea midklavikularis dextra, dengan
peranjakan 2 jari pemeriksa, batas paru-lambung pada sela
iga ke VIII pada linea axilatis anterior sinistra.
- Auskultasi :suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi
maupun wheezing pada kedua lapang paru
2. JANTUNG
- Inspkesi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
- Palpasi :terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea
midklavikularis sinistra
- Perkusi : - Batas jantung kanan : ICS III - V , linea
sternalis dextra -Batas jantung kiri : ICS V , 2-3 cm dari
linea midklavikularis sinistra -Batas atas jantung : ICS III
linea sternalis sinistra
- Auskultasi :bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar
murmur maupun gallop
g. Abdomen
- inspeksi :abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan
parut, striae dan kelainan kulit, tidak terdpat pelebaran vena
- Auskultasi : bising usus positif 23x/menit, intensitas sedang
- Palpasi :terabaleras pada bagian abdomen bawah, hepar dan
lien teraba, ada nyeri tekan, maupun nyeri lepas, pada
pemeriksaan ballottement didapatkan hasil negative
- Perkusi :timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada
nyeri ketok CVA, ballotment (-)
h. Genetalia: terpasang DC,
i. Anus/Rectum: Tidak terdapat kelainan
j. Ekstremitas
- Atas : tepasang infus pada tangan kiri, tidak ada luka, kekuatan
otot 5 | 5
- Bawah :Tidak ada cacat, CRT 4 detik, kaki kanan tidak ada
masalh. Dan kaki kiri tidak ada oedema Kekuatan otot 5 | 5
I. Terapi

No Nama Obat Jenis Dosis


1 Ceftriaxon iv 1gr
2 Infus Hes Iv 1
3 Infus RL Iv 3
4 Ondansentron Iv 1 amp (4mgl/2ml)
5 Ketorolac Iv 1 amp (30 mg/ml)
6 Fentanyl Iv 50mg
7 Ferelax Iv 25mg
8 Ketamin Iv 100mg
9 Sevoflurance Inhalasi 2ml/mnt
10 Ephedrine Iv 50mg

J. Diagnosis Anestesi
Perempuan dengan diagnose medik tumor mamae, fisik ASA II
direncanakan General anestesi dengan TIVA Anestesi.
Persiapan penatalaksanan anestesi

A. Persiapan Alat
1. Mesin anestesi dihubungkan dengan sumber gas dan mengecek
ulang kelengkapan serta fungsinya, pastikan vaporizer sudah
terisi agen, absobser tidak berubah warna, dan sambungkan
dengan sumber listrik.
2. Pastikan bag mask, circuit, konektor sesuai tempatnya
3. Siapkan monitor lengkap dengan manset, finger sensor dan lead
ekg
4. Persiapan alat general anestesi dengan Tiva Anestasi : Ketamin,
100mg, fentanyl 50mg, ondansentron 1mpl, ketorolac 30mg,
ferelac 25mg.
5. Persiapan bedside monitor yaitu pulse oxymetri
6. O2, N2O, sevoflurane berjaga-jaga jika diperlukan
7. Siapkan lembar laporan durante anestesi dan balance cairan
B. Persiapan obat
1. Obat untuk premedikasi : Ondansentron 1 Amp, Ketorolac 1
Amp, Fentanyl 50mg, ferelac 25mg, ketamin, 100mg,
Ephedrine 1 Amp.
2. Induksi: N20, O2, Sevoflurance
3. Cairan infus : Koloid : HES 500ml
Kristaloid : RL 500 ml
C. Persiapan pasien
1. Pasien tiba di IBS pkl : 15.40 WIB
2. Serah terima pasien dengan petugas ruangan, periksa status
pasien termasuk informed consent, profilaksis dan obat-
obatan yang telah diberikan diruang perawatan.
3. Memindahkan pasien ke brancard IBS
4. Memperkenalkan diri kepada pasien, mengecek ulang
identitas pasien, nama, alamat dan menanyakan ulang
puasa makan dan minum, riwayat penyakit dan alergi, serta
berat badan saat ini.
5. Memasang monitor tanda vital (monitor tekanan darah,
saturasi oksigen)
TD : 145/85 mmHg; N : 90x/mnt; Spo2: 100 %; RR :
18x/mnt Memeriksa kelancaran infus dan alat kesehatan
yang terpasang pada pasien.

6. Menanyakan keluhan pasien saat di ruang penerimaan


IBS, dari pasien mengatakan takut dan cemas menjalani
operasi
7. Melakukan pemeriksaan pulmo pasien
Inspeksi : terdapat benjilan di mamae kanan, pasien
dalam bernapas menggunakan pernapasan abdomen.

Palpasi : vokal fremitus sama kanan dan kiri


Perkusi : suara sonor

Auskultasi : Wheezing -/-

D. Penatalaksanaan anestesi
Penatalaksanaan anestesi di mulai dari memasang APD (alat
pelindung diri), alat monitor, manset, finger Sensor,
memberitahu pasien akan di bius, menganjurkan pasien untuk
berdoa, memulai persiapan pemasangan kateter spinal,
menyuntikan obat-obatan maintenance, pengakhiran anestesi
dan oksigenasi sampai dengan perawatan di recovery room.
Pasien dipindahkan di meja operasi dilakukan pemasangan
monitor tekanan darah, saturasi oksigen, hasil pengukuran
monitor : TD : 145/85 mmHg; N: 90x/mnt; Spo2: 100 %; RR
: 18x/mnt, pernapasan spontan

1. Pemberian obat premedikasi


Pasien dilakukan pemberian obat premedikasi pukul 16.00
WIB yaitu Ondansentron 1 mg, ketorolac 30 mg dan
dilakukan pemeriksaan tanda vital TD : 145/85 mmHg; N
: 90x/mnt; Spo2: 100 %; RR : 18x/mnt, pernapasan
spontan.
2. Melakukan general anestesi
Pasien dilakukan general anestesi dengan menggunakan
fentanyl 50mg, ketamin 100mg, ferelac 25mg pada pukul
16.100 WIB kemudian dilakukan, kemudian diberikan
oksigenasi masker kanul disambungkan ke mesin anestesi
dengan O2 2 liter/menit .TD: 130/80 mmHg, N : 88 x/mnt;
SpO2: 100 %; RR :16x/mnt

3. Pasien mulai dilakukan insisi pkl 16.25 WIB yang


sebelumnya dilakukan time out.
4. Pasien selesai operasi dilakukan sign out
5. Pukul 17.30 WIB dan dipindahkan ke recovery room.
Maintanance

Maintanance menggunakan:

1. O2 : 2.5 lt/mnt
2. N2O: 2,5 lt/mnt
3. Sevoflirance: 2ml/mnt
4. Balance cairan:

- Maintanance (M) = 2 x 50 = 100 cc


- Stress operasi (SO) = 8 x 50 = 400 cc (operasi sedang)
- Pengganti Puasa (PP) = 8 jam x 100 = 800 cc
- Kebutuhan Jam 1 : M + 1/2PP + SO = 900 cc
Jam 2 : M + 1/4PP + SO = 700 cc

Jam 3 : M + 1/4PP + SO = 700 cc

Monitoring SelamaOperasi

Jam TD N SPO2 O2 RR Tindakan


Memberikan obat premedikasi Ketamin,
100mg, fentanyl 50mg, ondansentron 1mpl,
ketorolac 30mg, ferelac 25mg, O2, N2O,
16.00 145/85 88 100% 2 lt/mnt 16 Sevoflurance 2v/v
16.05 120/83 88 99% 2 lt/mnt 18 Masang LMA
16.10 123/84 90 99% 2 lt/mnt 18 Melakukan insisi
16.30 120/71 86 99% 2 lt/mnt 18
16.45 110/70 82 98% 2 lt/mnt 18
17.00 107/67 85 98% 2 lt/mnt 18
17.30 118/70 87 98% 2 lt/mnt 18 Operasi selesai
17.40 108/60 85 99% 2 lt/mnt 18 Memindahkan ke ruang RR
Pengakhiran Anestesi

1. Operasi selesai pukul 17.40 WIB, napas spontan


2. Pasien menggunakan Nasal Kanul dengan oksigen 2lt/mnt
3. Monitor tanda vital sebelum pasien dibawa
keruang pemulihan TD: 108/65 mmHg; N:84
x/mnt; SpO2 : 99 %; RR: 18 x/mnt.
4. Pasien dipindahkan ke recovery room dan dilakukan monitor
selama 30 menit lalu dipindahkan keruang Multazam.
Pemantauan di Recovery Room

Pasien di RR dilakukan pemantauan tanda vital dan pengawasan


post operasi apakah ada tanda-tanda perdarahan, perubahan
hemodinamik akibat operasi dan anestesi, keluhan pasien post operasi.
Jam TD N SPO2 O2 RR Tindakan
17.40 108/60 90 99% 2 lt/mnt 18 Pasien tiba di RR dilakukan monitor
17.50 116/80 87 99% 2lt/mnt 18
18.00 18/76 89 99% 2lt/mnt 18
18.10 110/85 83 99% 2lt/mnt 18 Pasien dipindahkan keruangan
K. Intervensi keperawatan
A. Pre Anestesi
Hari/TGL Data focus Problem Etiologi
30-11- DS: Nyeri akut Agen Biologis
2019 1.Pasien mengatakan
nyeri pada area
mamae kanan
2.pasien mengatakan
nyeri nilai skala 6
P:pasien mengatakan
nyeri bertambah
ketika ditekan dan
berkurang ketika
tidak tertekan
Q: seperti di tusuk
tusuk
R: area dada
S: 6
T: terus menerus
DO:
1.pasien terlihat
menahan nyeri
2.pasien memegangi
area dada
3.pasien terlihat
gelisah
TD: 130/80
N: 87
S: 36,5
30-11- DS: Defisit Kurangnya
2019 1. pasien Pengetahuan informasi
mengatakan belum mengenai
pernah melakukan pengangkatan
operasi tumor
pengangkatan
tumor
2. pasien
mengatakan belum
mengetahui yang
perlu disiapkan
DO:
1. Pasien terlihat
kebingungan
DIAGNOSA PRIORITAS

1. Nyeri akut b.d agen biologis


2. Defisit pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai operasi
pengangkatan tumor

Intervensi Keperawatan

DX NOC NIC
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Dorong pasien untuk
agen biologis tindakan keperawatan melaporkan nyeri
selama 1x10 menit 2. Kaji skala nyeri, catat
diharapkan pasien tidak lokasi, karakteristik (
mengalami Nyeri dengan skala1-10 ) selidiki
kriteria hasil: dan laporkan
Indikator A T perubahan nyeri yang
Skala 2 4 tepat
nyeri 3. Beri posisi tidur yang
berkurang nyaman
Ekspresi 2 4 4. Kolaborasi pemberian
nyeri terapi obat
Defisit Setelah dilakukan 1. Menjelaskan kondisi
pengetahuan b.d tindakan keperawatan pasien
kurangnya selama 1x10 menit 2. Menjelaskan prosedur
informasi diharapkan masalah tindakan operasi
mengenai deficit pengetahuan 3. Berikan penilaian
pengangkatan dapat berkurang dengan tentang pengetahuan
tumor kriteria hasil: pasien
Indicator A T
Pemahaman 2 4
tentang
kondisi
Pemahaman 2 4
tentang
pengangkatan
tumor

IMPLEMENTASI

DX Hari/tgl Implementasi Evaluasi Paraf


1 30-11- 1. Dorong pasien S: pasien mengatakan
2019 untuk melaporkan nyeri terasa di area
nyeri mamae
O: pasien terlihat
memegangi perut
2. Kaji skala nyeri, S: pasien mengatakan
catat lokasi, nyeri skala 7
karakteristik ( O: pasien terlihat
skala1-10 ) selidiki kesakitan
dan laporkan
perubahan nyeri
yang tepat
3. Beri posisi tidur S: pasien mengatakan
yang nyaman posisinya lenih
4. Memberikan terapi nyaman
Obat O: pasien diberi posisi
semi fowler
S: -
O: Injeksi Obat
Ceftriaxon 1gr,
Ondansentron 1 amp,
Ketorolak 1 amp.
2 30-11- 1. Menjelaskan S: Pasien mengatakan
2019 kondisi pasien sudah mengetahui
kondisinya
O: pasien sudah dapat
memahami
kondisinya
2. Menjelaskan S:pasien sudah
prosedur tindakan mengetahui tindakan
operasi pengangkatan tumor
O:pasien dapat
mengetahui tindakan
operasi pengangkatan
tumor
3. Berikan penilaian S: pasien sudah
tentang memahami yang
pengetahuan terjadi padanya
pasien O: pasien terlihat lebih
paham
B. Intra Anestesi

Hari/tgl Data Fokus Problem Etiologi


30-11- DS : - Kerusakan Proses Operasi
2019 DO : Integritas
- Dilakukan pamasangan Jaringan
pen ditangan kiri
- TD : 125/80
- Nadi : 82 x/menit
- Suhu : 36,5 C
- Pernafasan : 18 x/menit
Diagnosa Prioritas

3. Kerusakan Integritas Jaringan b.d Proses Operasi


Intervensi Keseparatan

DX NOC NIC
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor ketepatan insisi
keperawatan selama operasi 2. Melakukan minimal infasif
diharapkan perdarahan dapat 3. Monitor vital sign
teratasi dengan indicator
indikator A T
Kerusakan 3 4
jaringan
kulit

IMPLESENTASI

DX Hari/tgl Implementasi Evaluasi Paraf


1 30-11- 1. Monitor S: -
2019 ketepatan insisi O:insisi bagian Abdomen
2. Melakukan bawah
minimal infasif S: -
3. Monitor vital O: pasien terlihat tenang
sign S:-
O: TD: 124/83, N: 80,
SPO2: 100, RR: 18

c. Post operasi

Hari/TGL Data fokus Problem Etiologi


30-11- DS: - Risiko Infeksi
2019 DO:
- Terdapat luka bekas
insisi
- Terdapat luka terbuka
Diagnosa Prioritas

4. Risiko Infeksi

Intervensi Keperawatan

DX NOC NIC
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Tutup daerah luka
keperawatan selama 1x30 menit 2. Jaga luka agar tatap bersih
diharapkan masalah risiko infeksi 3. Monitor TTV
dapat berkurang dengan kriteria 4. Bersihkan luka jika kotor
hasil:
Indikator A T
TTV Normal 2 4

Implementasi Keperawatan

DX Hari/TGL Implementasi Evaluasi Paraf


1 Jumát, Monitor keadaan luka DS : -
29-11- dan DO :
2019 memantau TTV TD : 124/72
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5 C
Pernafasan : 18 x/menit
BAB IV

PEMBAHASAN

Saat prose pre operasi, diagnosa yang mungkin muncul nyeri akut b.d agen
cedera biologis karena pasien mengeluhkan adanya benjolan pada mamae kanan
yang menyebabkan dirinya merasa tidak nyaman dan terasa sakit ketika ditekan.
Dan diagnose deficit pengetahuan b.d kurangnya informasi
mengenaipengangkatan tumor karena pasien baru mengetahui bahwa dirinya
mempunyai tumor payudara di kanan dan ini juga operasi pertama kalinya
sehinggga pasien belum mengetahui tentang operasi tumor payudara dan
menggunakan Teknik pembiusan yang total atau sebagian saja. Sebelum operasi
dimulai alat dan obat yang perlu disiapkan ada laryngoskop, stetoskop,
OPA/LMA, O2, N2O, Sevoflurance, stilet, suction, conector sudah terpasang
semua, facemask, obat premedikasi: ondansentron, ketorolac, fentanyl, ketamin,
ferelac, dan untuk mengantisipasi pasien tensinnya turun kita menyiapkan
epineprin.

Pada intra operasi, diagnose kerusakan integritas jaringan b.d proses operasi
karena ketika dilakukan tindakan operasi harus membuka mulai dari kulit, otot
sehingga akan merusak jaringan untuk dapat mengangkat tumor di payudara
kanan. Saat operasi berlangsung kita juga harus menjaga airway pasien karena
pada saat kita menyuntikan obat anestesi pada saat itu juga kita membuat pasien
berada di posisi emergency sehingga pasien menjadi apnea yang dapat kita
control, setelah pasien bias bernafas secara spontan maka masa emergencynya
sudah terlewat tetapi tetap harus dipantau untuk mencegah pasien dalam kondisi
yang berbahaya maupun pasien bangun ditengah operasi.

Post opersi, Penulis menegakkan diagnosa resiko infeksi karena semua


tindakan invasif memiliki risiko besar ataupun kecil, operasi pengangkatan
tumor pun demikian, sehingga implementasi pencegahan infeksi harus dilakukan
dengan lengkap dan teliti untuk menekan risiko terjadinya infeksi pascaoperasi,
alat / instrumen harus steril (Rasjidi, 2009). Termasuk pemberian desinfektan
povidon iodin/ betadin dan alkohol sebelum menginsisi kulit abdomen. Povidon
iodin mempunyai aktivitas spektrum yang luas membunuh bakteria vegetatif,
virus mikrobakteria, jamur serta alkohol sebagai desinfektan sangat efektif
mengurangi mikroorganisme dikulit, etil dan isopropil alkohol 60-90%
merupakan antiseptik yang baik dan mudah diperoleh serta murah.

Efek dari general anestesi salah satunya adalah mual, pusing, halusinasi
sementara dan ini merupakan salah satu diagnosa yang mungkin muncul. Mual
berhubungan dengan efek anestesi post operasi, ditegakkan diagnosa tersebut
karena anestesi general menekan saraf simpatis sehingga akan terlihat efek
parasimpatis lebih menonjol, dimana pada usus terjadi peningkatan kontraksi,
tekanan intralumen dan terjadi relaksasi sfingster (Rasjidi, 2009). Untuk
mengurangi mual pada pasien, penulis memberikan implementasi teknik
relaksasi nafas dalam. tehnik nafas dalam, dapat menurunkan respons awal
ketika pasien mengeluh mual setelah operasi.

Anda mungkin juga menyukai