Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

CA MAMAE

A. Konsep Teori Penyakit


1. Definisi
Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan fungsi nomal, seingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat, serta tidak terkendali. Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat
dari sel normal dan berakumulasi, yang kemudian membentuk benjolan atau
massa (Fayzun et al, 2018).

Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal


mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Nurarif & Kusuma, 2018).

2. Etiologi
Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah faktor risiko
yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu asap rokok, konsumsi
alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat melahirkan pertama,
lemak pada makanan, dan sejarah keluarga tentang ada tidaknya anggota keluarga
yang menderita penyakit ini.

Terdapat banyak factor yang akan menyebabkan terjadinya kanker payudara.


a. Usia : Pada wanita yang berusia 60 tahun keatas memiliki resiko tinggi
terjadinya kanker payudara.
b. Riwayat penyakit : Penderita pernah memilii riwayat penyakit yang sama
yaitu kanker payudara tetapi masih tahap awal dan sudah melakukan
pengangkatan kanker, maka akan beresiko pula pada payudara yang sehat.
c. Riwayat keluarga : Penderita memiliki riwayat keluarga yang mana ibu,
atau saudara perempuan yang mengalami penyakit yang sama akan beresiko
tiga kali lipat untuk menderita kanker payudara.
d. Faktor genetik dan hormonal : Kadar hormonal yang berlebihan akan
menumbuhkan sel-sel genetic yang rusak yang akan menyebabkan kanker
payudara.
e. Menarce, menopause, dan kehamilan pertama : Seseorang yang mengalami
menarce pada umur kurang dari 12 tahun, 13 menopause yang lambat, dan
kehamilan pertama pada usia yang tua akan beresiko besar terjadinya
kanker payudara.
f. Obesitas pascamenopouse : Dimana seseorang yang mengalami obesitas itu
akan meningkatkan kadar estrogen pada wanita yang akan beresiko terkena
kanker.
g. Dietilstilbestro : obat untuk mencegah keguguran akan beresiko terkena
kanker.
h. Penyinaran : Ketika masa kanak-kanak sering tekena paparan sinar pada
dadanya, dapat menimbulkan resiko terjadinya kanker payudara.

3. Tanda dan Gejala


Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip
pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips, adanya
keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain
nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase (Nurarif
& Kusuma, 2015).

Adapun tanda dan gejala kanker payudara :


a. Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit.
b. Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus- menerus)
atau puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge).
c. Ada perubahan pada kulit payudara di antaranya berkerut seperti kulit jeruk
(peaud’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulcus).
d. Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul satelit).
e. Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh (paget disease).
f. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.
g. Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker)
h. Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal-
awalnya tidak terasa sakit.
i. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara.
j. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara.

4. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan Penunjang Terkait


Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan (Fayzun et al, 2018) :
a. Laboratorium meliputi
1) Morfologi sel darah
2) Laju endap darah
3) Tes faal hati
4) Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum
atau plasma
5) Pemeriksaan sitologik Pemeriksaan ini memegang peranan penting
pada penilaian cairan yang keluar spontan dari putting payudar, cairan
kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi

b. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara
dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker
yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi
pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara
jaringan kelenjar kurang tampak.

c. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan
kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.

d. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
e. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-
pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan
sirkulasi sekitar sisi tumor.

f. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.

g. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ
lain.

h. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada speredaran
darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

5. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan
1) Mastektomi radikal yang dimodifikasi Pengangkatan payudara
sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor. Lapisan otot
pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi
diangkat atau tidak diangkat.
2) Mastektomi total Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola
dan lapisan otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat
dan lapisan otot dinding dada tidak diangkat.
3) Lumpektomi/tumor Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri
payudara tidak turut diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3
cm jaringan payudara normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
4) Wide excision / mastektomi parsial. Exisisi tumor dengan 12 tepi dari
jaringan payudara normal, Pengangkatan dan payudara dengan kulit
yang ada dan lapisan otot pectoralis mayor.
b. Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot
pectoralis, radang tenggorokan.

c. Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan
membuat, mudah terserang penyakit.

d. Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat
juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.

B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesia umum adalah keadaan hilangnya nyeri diseluruh dan hilangnya
kesadaran yang bersifat sementara tyang dihasilkan melalui penekanan syaraf
pusat karena adanya induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada
syaraf.agen anestesi umum bekerja dengan caramenekan syaraf pusat (SSP)
secarareversible. Anestesi umum merupakan kondisi yang dikendalian dengan
ketidaksadaran reversibel dandiperoleh melalui penggunaan obat-obatan secara
injeksi dan atau inhalasi yang ditandai dengan hilangnyarespon rasa nyeri
(analgesia), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respon terhadap rangsangan
atau refleks dan hilangnya gerak spontan (immobilty), serta hilangnya kesdaran
(unconsciusness).
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara
sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi
terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general anestesi
denggan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan inhalasi
yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan teknik intubasi yaitu
pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya inhalasi dan
intravena (Mangku & Senaphati 2017)

3. Tehnik Anestesi
a. Sungkup muka (Face Mask) dengan napas spontan
Indikasi :
1) Tindakan singkat (1/2 -1 jam)
2) Keadaan umum baik (ASA I-II)
3) Lambung harus kosong
Prosedur :
1) Siapkan peralatandan kelengkapan obat anestetik
2) Pasang infuse (untuk memasukkanobat anestesi)
3) Premedikasi +/- (apabila pasien tidak tenag bisa diberikan obat
penenang) efek sedasi/anti-anxiety : benzodiazepine, analgesia,
opioid, non opioid, dll.
4) Induksi
5) Pemeliharaan
b. Intubasi endotrakheal
Intubasi endotrakheal adalah memasukkan pipa (tube) endotrakhea kedalam
trakhea via oral atau nasal
Indikasi :
1) Operasi lama
2) Sulit mempertahankan airway (operasi dibagian leher dan kepala)
Prosedur :
1) sama dengan prosedur tindakan face mask, hanya ada tambahan obat
pelumpuh otot / suksinil dengan durasi singkat.
2) Intubasi setelah induksi dan suksinil
3) Pemeliharaan
Tehnik intubasi
1) Pastikan semua persiapan dan alat sudah lengkap
2) Induksi sampai tidur, berikan suksinil kolin sampai fasikulasi (+)
3) Bila fasikulasi (-) ventilasi dengan O2 100% sealam kira-kira 3 menit
4) Batang laringoskop pegang dengan tangan kiri, tangan lanan
mendorong kepala seikit ekstensi kemudian buka mulut pasien
5) Masukkan laringoskop muali dari mulut sebelah kana sedikit demi
sedikit menyusuri kana lidah menggeser lidah kekiri
6) Cari epiglotis tempatkan bilah didepan epiglotis (pada bilah bengkok)
atau angkat (pada bilah lurus)
7) Temukan pita (suara warnanya putih dan sekitarnya merah)
8) Masukkan ET melalui rima glotis
9) Hubungkan pangkal ET denganmesin anestesi dan atau alat bantu
napas.

4. Rumatan Anestesi
Ruamatan anestesi (maintenance) dapat dikerjakan dengan secara intravena
(anestesi intravena total) atau dengan inhalasi atau dengan campuran intravena
inhalasi. Rumatan anestesi biasa mengacu pada trias anestesi, yaitu :
a. Hipnosis
b. Analgesia
c. Ralaksasi otot

5. Resiko
a. Gangguan pernapasan cepat menyebabkan kematian karena hipoksia sehingga
harus diketahui sedini mungkin dan segera di atasi. Penyebab yang sering
dijumpai sebagai penyulit pernapasan adalah sisa anastesi (penderita tidak
sadar kembali) dan sisa pelemas otot yang belum dimetabolisme dengan
sempurna, selain itu lidah jatuh kebelakang menyebabkan obstruksi
hipofaring. Kedua hal ini menyebabkan hipoventilasi, dan dalam derajat yang
lebih berat menyebabkan apnea.
b. Sirkulasi Penyulit yang sering di jumpai adalah hipotensi syok dan aritmia, hal
ini disebabkan oleh kekurangan cairan karena perdarahan yang tidak cukup
diganti. Sebab lain adalah sisa anastesi yang masih tertinggal dalam sirkulasi,
terutama jika tahapan anastesi masih dalam akhir pembedahan.
c. Regurgitasi dan Muntah Regurgitasi dan muntah disebabkan oleh hipoksia
selama anastesi. Pencegahan muntah penting karena dapat menyebabkan
aspirasi.
d. Hipotermi Gangguan metabolisme mempengaruhi kejadian hipotermi, selain
itu juga karena efek obat-obatan yang dipakai. General anestesi juga
memengaruhi ketiga elemen termoregulasi yang terdiri atas elemen input
aferen, pengaturan sinyal di daerah pusat dan juga respons eferen, selain itu
dapat juga menghilangkan proses adaptasi serta mengganggu mekanisme
fisiologi pada fungsi termoregulasi yaitu menggeser batas ambang untuk
respons proses vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi, dan juga berkeringat.
e. Gangguan Faal Lain Diantaranya gangguan pemulihan kesadaran yang
disebabkan oleh kerja anestesi yang memanjang karena dosis berlebih relatif
karena penderita syok, hipotermi, usia lanjut dan malnutrisi sehingga sediaan
anestesi lambat dikeluarkan dari dalam darah.
C. Web Of Caution (WOC)
D. Tinjauan Teori Askan Pembedahan Khusus
1. Pengkajian
a. Subjektif : Mengeluh nyeri, Merasa depresi (tertekan) Merasa takut mengalami
cedera berulang. bearat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
b. Objektif : Tampak meringis, Gelisah, Tidak mampu menuntaskan aktivitas,
Bersikap protektif (mis.menghindari nyeri), Waspada, Pola tidur berubah,
Anoreksia, Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi, sulit berkonsentrasi, banyak bertanya tentang tindakan yang akan
dilakukan, Frekuensi napas meningkat, Frekuensi nadi meningkat, Tekanan
darah meningkat. Diaforesis, Tremor, Muka tampak pucat, Suara bergetar,
Kontak mata buruk, Bising usus hiperaktif, Otot pengunyah lemah, Nafsu
makan menurun Otot menelan lemah, Membran mukosa pucat,

2. Masalah Kesehatan Anestesi


a. Nyeri berhubungan dengan agein cidera (adanya penekanan syaraf)
b. Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi

3. Rencana Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan agein cidera (adanya penekanan syaraf)
1) Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
ekspetasi tingkat nyeri menurun.
2) Kriteria hasil :
- keluhan nyeri menurun
- meringis menurun
3) intervensi
- Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi
1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan
ekspektasi tingkat ansietas menurun
2) Kriteria hasil:
- verbalisasi kebingungan menurun
- verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
- perilaku gelisah menurun
- perilaku tegang menurun
- palpitasi menurun
- frekuensi pernapasan menurun
3) intervensi
- Jelaskan prosedur, temasuk sensasi yang mungkin dialami
- Latih teknik relaksasi
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang mernbuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas, Jika perlu

4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan
(Bararah & Jauhar, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Fayzun., F., Muna., A., Y., D. A. R., Novitasari., E., & Baihaqi., I. (2018). Kanker Payudara.
EGC ; Jakarta.

Dobson, M.B., ed.Dharma A, (1994). Penuntun Praktis Anestesi. EGC, Jakarta.

Jaffe RA, Samuel, Stanley L, Schmiesing, Clifford A, Golianu et al.(2009).


Anesthesiologist’s Manual of Surgical Procedures. Lippincott Williams & Wilkins ;
Stamford.

Mangku G, Senapathi TGA.(2017) Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. PT Indeks;
Jakarta.

MorganGE, Mikhail MS. (1996). Clinical Anesthesiology. 4th ed. Appleton & Lange.
Stamford.

Nurarif, amin huda, & Kusuma, H. (2018). Cancer Mammae.


http://www.perawatciamik.com/2018/03/laporan-pendahuluan-ca-mamaenanda-
nic.html?view=timeslide

Anda mungkin juga menyukai