CA MAMAE
2. Etiologi
Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah faktor risiko
yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu asap rokok, konsumsi
alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat melahirkan pertama,
lemak pada makanan, dan sejarah keluarga tentang ada tidaknya anggota keluarga
yang menderita penyakit ini.
b. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara
dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker
yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi
pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara
jaringan kelenjar kurang tampak.
c. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan
kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
d. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
e. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-
pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan
sirkulasi sekitar sisi tumor.
f. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
g. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ
lain.
h. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada speredaran
darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
5. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan
1) Mastektomi radikal yang dimodifikasi Pengangkatan payudara
sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor. Lapisan otot
pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi
diangkat atau tidak diangkat.
2) Mastektomi total Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola
dan lapisan otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat
dan lapisan otot dinding dada tidak diangkat.
3) Lumpektomi/tumor Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri
payudara tidak turut diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3
cm jaringan payudara normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
4) Wide excision / mastektomi parsial. Exisisi tumor dengan 12 tepi dari
jaringan payudara normal, Pengangkatan dan payudara dengan kulit
yang ada dan lapisan otot pectoralis mayor.
b. Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot
pectoralis, radang tenggorokan.
c. Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan
membuat, mudah terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat
juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.
B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesia umum adalah keadaan hilangnya nyeri diseluruh dan hilangnya
kesadaran yang bersifat sementara tyang dihasilkan melalui penekanan syaraf
pusat karena adanya induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada
syaraf.agen anestesi umum bekerja dengan caramenekan syaraf pusat (SSP)
secarareversible. Anestesi umum merupakan kondisi yang dikendalian dengan
ketidaksadaran reversibel dandiperoleh melalui penggunaan obat-obatan secara
injeksi dan atau inhalasi yang ditandai dengan hilangnyarespon rasa nyeri
(analgesia), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respon terhadap rangsangan
atau refleks dan hilangnya gerak spontan (immobilty), serta hilangnya kesdaran
(unconsciusness).
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara
sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi
terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general anestesi
denggan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan inhalasi
yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan teknik intubasi yaitu
pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya inhalasi dan
intravena (Mangku & Senaphati 2017)
3. Tehnik Anestesi
a. Sungkup muka (Face Mask) dengan napas spontan
Indikasi :
1) Tindakan singkat (1/2 -1 jam)
2) Keadaan umum baik (ASA I-II)
3) Lambung harus kosong
Prosedur :
1) Siapkan peralatandan kelengkapan obat anestetik
2) Pasang infuse (untuk memasukkanobat anestesi)
3) Premedikasi +/- (apabila pasien tidak tenag bisa diberikan obat
penenang) efek sedasi/anti-anxiety : benzodiazepine, analgesia,
opioid, non opioid, dll.
4) Induksi
5) Pemeliharaan
b. Intubasi endotrakheal
Intubasi endotrakheal adalah memasukkan pipa (tube) endotrakhea kedalam
trakhea via oral atau nasal
Indikasi :
1) Operasi lama
2) Sulit mempertahankan airway (operasi dibagian leher dan kepala)
Prosedur :
1) sama dengan prosedur tindakan face mask, hanya ada tambahan obat
pelumpuh otot / suksinil dengan durasi singkat.
2) Intubasi setelah induksi dan suksinil
3) Pemeliharaan
Tehnik intubasi
1) Pastikan semua persiapan dan alat sudah lengkap
2) Induksi sampai tidur, berikan suksinil kolin sampai fasikulasi (+)
3) Bila fasikulasi (-) ventilasi dengan O2 100% sealam kira-kira 3 menit
4) Batang laringoskop pegang dengan tangan kiri, tangan lanan
mendorong kepala seikit ekstensi kemudian buka mulut pasien
5) Masukkan laringoskop muali dari mulut sebelah kana sedikit demi
sedikit menyusuri kana lidah menggeser lidah kekiri
6) Cari epiglotis tempatkan bilah didepan epiglotis (pada bilah bengkok)
atau angkat (pada bilah lurus)
7) Temukan pita (suara warnanya putih dan sekitarnya merah)
8) Masukkan ET melalui rima glotis
9) Hubungkan pangkal ET denganmesin anestesi dan atau alat bantu
napas.
4. Rumatan Anestesi
Ruamatan anestesi (maintenance) dapat dikerjakan dengan secara intravena
(anestesi intravena total) atau dengan inhalasi atau dengan campuran intravena
inhalasi. Rumatan anestesi biasa mengacu pada trias anestesi, yaitu :
a. Hipnosis
b. Analgesia
c. Ralaksasi otot
5. Resiko
a. Gangguan pernapasan cepat menyebabkan kematian karena hipoksia sehingga
harus diketahui sedini mungkin dan segera di atasi. Penyebab yang sering
dijumpai sebagai penyulit pernapasan adalah sisa anastesi (penderita tidak
sadar kembali) dan sisa pelemas otot yang belum dimetabolisme dengan
sempurna, selain itu lidah jatuh kebelakang menyebabkan obstruksi
hipofaring. Kedua hal ini menyebabkan hipoventilasi, dan dalam derajat yang
lebih berat menyebabkan apnea.
b. Sirkulasi Penyulit yang sering di jumpai adalah hipotensi syok dan aritmia, hal
ini disebabkan oleh kekurangan cairan karena perdarahan yang tidak cukup
diganti. Sebab lain adalah sisa anastesi yang masih tertinggal dalam sirkulasi,
terutama jika tahapan anastesi masih dalam akhir pembedahan.
c. Regurgitasi dan Muntah Regurgitasi dan muntah disebabkan oleh hipoksia
selama anastesi. Pencegahan muntah penting karena dapat menyebabkan
aspirasi.
d. Hipotermi Gangguan metabolisme mempengaruhi kejadian hipotermi, selain
itu juga karena efek obat-obatan yang dipakai. General anestesi juga
memengaruhi ketiga elemen termoregulasi yang terdiri atas elemen input
aferen, pengaturan sinyal di daerah pusat dan juga respons eferen, selain itu
dapat juga menghilangkan proses adaptasi serta mengganggu mekanisme
fisiologi pada fungsi termoregulasi yaitu menggeser batas ambang untuk
respons proses vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi, dan juga berkeringat.
e. Gangguan Faal Lain Diantaranya gangguan pemulihan kesadaran yang
disebabkan oleh kerja anestesi yang memanjang karena dosis berlebih relatif
karena penderita syok, hipotermi, usia lanjut dan malnutrisi sehingga sediaan
anestesi lambat dikeluarkan dari dalam darah.
C. Web Of Caution (WOC)
D. Tinjauan Teori Askan Pembedahan Khusus
1. Pengkajian
a. Subjektif : Mengeluh nyeri, Merasa depresi (tertekan) Merasa takut mengalami
cedera berulang. bearat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
b. Objektif : Tampak meringis, Gelisah, Tidak mampu menuntaskan aktivitas,
Bersikap protektif (mis.menghindari nyeri), Waspada, Pola tidur berubah,
Anoreksia, Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi, sulit berkonsentrasi, banyak bertanya tentang tindakan yang akan
dilakukan, Frekuensi napas meningkat, Frekuensi nadi meningkat, Tekanan
darah meningkat. Diaforesis, Tremor, Muka tampak pucat, Suara bergetar,
Kontak mata buruk, Bising usus hiperaktif, Otot pengunyah lemah, Nafsu
makan menurun Otot menelan lemah, Membran mukosa pucat,
3. Rencana Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan agein cidera (adanya penekanan syaraf)
1) Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
ekspetasi tingkat nyeri menurun.
2) Kriteria hasil :
- keluhan nyeri menurun
- meringis menurun
3) intervensi
- Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi
1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan
ekspektasi tingkat ansietas menurun
2) Kriteria hasil:
- verbalisasi kebingungan menurun
- verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
- perilaku gelisah menurun
- perilaku tegang menurun
- palpitasi menurun
- frekuensi pernapasan menurun
3) intervensi
- Jelaskan prosedur, temasuk sensasi yang mungkin dialami
- Latih teknik relaksasi
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang mernbuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas, Jika perlu
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan
(Bararah & Jauhar, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Fayzun., F., Muna., A., Y., D. A. R., Novitasari., E., & Baihaqi., I. (2018). Kanker Payudara.
EGC ; Jakarta.
Mangku G, Senapathi TGA.(2017) Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. PT Indeks;
Jakarta.
MorganGE, Mikhail MS. (1996). Clinical Anesthesiology. 4th ed. Appleton & Lange.
Stamford.