Disusun Oleh :
Dian Wahyu Ramadhani
2020040135
Tumor mammae adalah adanya ketidak seimbangan yang dapat terjadi pada suatu
sel/jaringan didalam mammae dimana ia tumbuh secara liar dan tidak bisa di kontrol
(Dr.Iskandar,2018). Tumor mammae merupakan benjolan di payudara. Timbulnya
benjolan pada payudara dapat merupakan indikasi adanya jenis tumor/kanker
payudara. Namun, untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan patologis.
2. Etiologi
Ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi menurut
3. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia
4. Riwayat reproduksi
a) Melahirkan anak pertama diatas 35 tahun
b) Menikah tapi tidak melahirkan anak
c) Tidak menyusui
5. Pemakaian kontrasepsi oral
Dapat meningkatkan resiko tumor payudara, penggunaan pada usia <20 tahun
beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.
6. Riwayat meastrual
a) Early menarche (sebelum 12 tahun)
b) Late menopouse (setelah 50 tahun)
7. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko 2x lipat dibandingkan dengan hamil
pada usia >20 tahun.
8. Terpapar radiasi
9. Intake alkohol
5. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Mastektomi Parsial (mengeksisi tumor lokal), diawali dengan
lumpektomi untuk mengangkat jaringan yang terjangkit tumor atau
kankerm kemudian dilanjutkan dengan kuadranektomi yaitu
pengangkatan seperempat payudara.
2) Mastektomi Total: mengangkat seluruh payudara beserta kelenjar
limfe dilateral otot pektoralis minor.
3) Mastektomi Radikal: mengangkat payudara, otot pektoralis mayor
danminor dan seluruh isi aksilanya.
b. Penatalaksanaan Operatif
1) Penyinaran pada payudara dan kelenjar linfe regional atau pada
jaringan lain yang sudah terserang kanker.
2) Kemoterapi: merupakan terapi adjuvan sistemik khususnya setelah
dilakukan pembedahan. Contoh: kombinasi penggunaan
cyclophospamide, methotrexate, flouracil, dan adriamycin.
3) Terapi Hormon: antiestrogen, androgen, prostaglandin,
tamoksifen, dsb.
B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika
dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit,
dalam hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal
bagi pelaksanaan pembedahan (Sabiston, 2019).
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi terdapat
beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general anestesi denggan teknik
intravena anestesi dan general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan face mask
(sungkup muka) dan dengan teknik intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube
atau gabungan keduanya inhalasi dan intravena (Latief, 2018).
b. Regional Anestesi
Anestesi regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat sebagai analgesik.
Anestesi
regional hanya menghilangkan nyeri tetapi pasien tetap dalam keadaan sadar. Oleh
sebab itu, Teknik ini tidak memenuhi trias anestesi karena hanya menghilangkan
persepsi nyeri saja (Pramono, 2019). Jenis Anestesi Regional menurut Pramono
(2019) digolongkan sebagai berikut:
Anestesi Spinal
Anestesi Epidural
3. Teknik Anestesi
Selama pemberian anestetik, pasien akan melalui tahap-tahap yang telah
diperkirakan yang disebut sebagai kedalaman anestesi. Menurut Amy M. Karch
(2018) tahapan tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
4. Rumatan Anestesi
Anestesi Umum Rumatan anestesi umum dapat menggunakan antara lain
obat pelumpuh otot,obat obatan analgetic opioid,obat hipnotic sedatif dan
obat inhalasi sesuai kebutuhan. Obat anestesi inhalasi dengan atau tanpa N2O
dapat diberikan. Penggunaan propofol, fentanyl, alfentanil atau remifentanil
dapat juga diberikan bersamaan. Penggunaan anestesi lokal dapat diberikan
untuk suplemen tambahan sebagai analgesik post operatif.
Anestesi Regional Rumatan anestesi regional bila digunakan secara contineus
sesuai kebutuhan memakai cateter. Bila anestesi regional mengalami
kegagalan maka maka dimungkinkan berubah teknik pilihan anestesi ke
anestesi umum. Obat-obatan anestesi regional diantaranya bupivakain,
lidokain,prokain,prilokain
5. Resiko
Efek samping anestesi lokal:
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh
perawat, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba)
selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah,
edema, berat badan, tingkat kesadaran
3. Rencana Intervensi
Pra anestesi
a. Ansietas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah ansietas teratasi.
Dengan kriteria hasil : Hemodinamik stabil, pasien tampak tenang dan pasien
siap menjalani prosedur operasi
Rencana Intervensi:
Edukasi pasien mengenai prosedur anestesi dan pembedahan
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Monitoring TTV
Intra Anestesi
a. Resiko aspirasi
Mempertahankan kondisi pasien agar tidak terjadi resiko aspirasi
Rencana Intervensi:
Monitoring TTV
Siapkan alat-alat emergency
Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Pasca Anestesi
a. Risiko jatuh
Setelah dilakukan tindakan pasien diharapkan resiko jatuh dapat teratasi
dengan kriteria hasil: pasien mengatakan mengerti mengenai risiko jatuh,
pasien tidak jatuh.
Rencana Intervensi:
Identifikasi deficit kognitif atau fisik pasien yang dapat meningkatkan
potensi jatuh dalam lingkungan tertentu
Identifikasi perilaku dan factor yang mempengaruhi resiko jatuh
Berikan pengaman di samping tempat tidur
Berikan pengawasan ketat
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi
ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan (Ernawati,
2019).
Carpenito, Lynda Juall. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 13. Dinata,