NOMOR 033/RSAB-SK/DIR/II/2014
TENTANG
PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT)
DI RUMAH SAKIT AWAL BROS PANAM
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AWAL BROS
PANAM TENTANG PELAYANAN PASIEN DENGAN
ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) DI RUMAH SAKIT
AWAL BROS PANAM.
Kedua : Pelayanan Pasien dengan Alat Pengikat (Restraint) di
Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru sebagaimana tercantum
dalam lampiran keputusan ini.
Ketiga : Agar seluruh petugas rumah sakit yang memberikan
pelayanan kepada pasien untuk mengetahui dan
melaksanakan ketentuan ini.
Keempat : Dengan berlakunya Keputusan ini maka Keputusan Direktur
Rumah Sakit Awal Bros Panam Nomor 032/RSAB-
SK/DIR/I/2013 tentang Penggunaan Alat Pengikat
(Restraint) di Rumah Sakit Awal Bros Panam dinyatakan
dicabut dan tidak berlaku lagi.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
dievaluasi dalam tiga (3) tahun atau terdapat kekeliruan
dalam penetapan keputusan ini.
Ditetapkan di : Panam
Tanggal :
Direktur RS Awal Bros Panam,
Lampiran
Keputusan Direktur RS Awal Bros Panam
Nomor : 033/RSAB-SK/DIR/II/2014
Tanggal :
PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT)
DI RUMAH SAKIT AWAL BROS PANAM
I. PENDAHULUAN
Pada perawatan pasien terkadang ditemukan keadaan yang mengharuskan penggunaan alat
pengikat (restraint) demi keamanan pasien, petugas kesehatan, maupun pasien lain dan orang di
sekitarnya. Restraint hanya digunakan apabila semua usaha lain belum berhasil atau jelas tidak
akan berhasil dalam mencegah terjadinya cedera pada pasien maupun orang lain. Semua
penggunaan restraint harus mempertimbangkan derajat dan kemungkinan bahaya yang dapat
dicegah oleh restraint, dibandingkan dengan kemungkinan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
restraint. Terdapat mekanisme evaluasi penggunaan restraint untuk memastikan bahwa staf
rumah sakit telah memikirkan dengan baik segala kemungkinan tindakan alternatif yang dapat
dilakukan. Restraint harus dilakukan dengan metode yang aman, dengan penilaian, pemantauan,
evaluasi, dan penilaian ulang secara berkala semua pasien.
II. TUJUAN
1. Memastikan keamanan para pasien, petugas kesehatan, dan pengunjung rumah sakit.
2. Memastikan panduan penggunaan restraint pada pasien yang sesuai, dengan indikasi yang
sesuai.
3. Mengusahakan agar penggunaan restraint seminimal mungkin dengan memastikan bahwa
telah dilakukan segala upaya yang mungkin sebelum diputuskan penggunaan restraint.
III. PENGERTIAN
Restraint adalah suatu metode untuk melakukan immobilisasi atau mengurangi kemampuan
seseorang pasien untuk menggunakan tangan, kaki, kepala atau tubuhnya secara bebas dengan
menggunakan cara manual, peralatan fisik, peralatan mekanik, alat maupun bahan apapun.
IV. KETENTUAN
1. Restraint hanya boleh dilakukan untuk memastikan keamanan secara fisik bagi pasien, tenaga
medis, atau orang lain di rumah sakit dan harus dibebaskan/dilepaskan segera setelah
memungkinkan.
2. Pasien tidak boleh dilakukan restraint dalam bentuk apapun apabila sebagai suatu bentuk
pemaksaan, disiplin, kenyamanan, hukuman dari tenaga medis atau untuk mengatasi
kurangnya tenaga staf.
3. Segala cara harus diupayakan untuk mencegah terjadinya kedaruratan yang memerlukan
penggunaan restraint, termasuk menggunakan alternatif restraint.
5. Indikasi penggunaan restraint adalah indikasi medis dan indikasi perilaku, yaitu pada:
a. Indikasi perilaku/tingkah laku: bila tingkah laku pasien tidak terkontrol yang membuat
dirinya dan orang lain dalam bahaya. Hal ini bisa terjadi sebagai efek pemakaian obat,
cedera kepala/otak atau gangguan psikiatri.
b. Indikasi medis: restraint mungkin diperlukan selama atau setelah suatu tindakan,
misalnya untuk mencegah pasien yang tidak kooperatif mencabut ETT atau alat medis
lain yang diperlukan selama perawatan.
7. Sebelum dilakukan pemasangan restrain, pasien dan keluarga harus dijelaskan alasan
penggunaan restraint yang diperlukan, beberapa alternatif untuk mencegah penggunaan
restraint serta resiko dan efek samping yang mungkin terjadi akibat penggunaan restraint dan
memintakan persetujuan pasien dan keluarga di formulir informasi dan edukasi.
8. Apabila pasien dan atau keluarga tidak setuju dalam pemasangan restraint, maka harus
tercatat dan didokumentasikan dalam formulir surat pernyataan.
9. Restrain dilakukan pada bagian tubuh yang tidak menghalangi jalan nafas pasien dan harus
harus mudah dilepas bila terjadi keadaan darurat. Bed side rail tempat tidur harus selalu
terpasang bila ada pasien yang dilakukan restraint dan keluarga diizinkan menunggu selama
pasien gelisah kecuali di ruang intensif.
10. Restraint dipasang, diobservasi dan dilepaskan oleh Perawat dengan Standar Kompetensi
level 1.3 dan sebelum melakukan prosedur restraint, petugas harus melakukan cek identitas
pasien.
15. Khusus untuk pasien di umur dibawah 5 tahun tidak diperkenankan untuk dilakukan
penggunaan alat pengikat ini (restraint)
16. Beberapa alat yang digunakan untuk imobilisasi secara medis tidak dianggap sebagai
restraint, seperti imobilisasi atau alat untuk memposisikan pasien yang akan menjalani
tindakan (contoh : posisi pada meja operasi).
17. Setiap edukasi, persetujuan tindakan, pengkajian, monitoring dan evaluasi penggunaan
restraint harus terdokumentasi di rekam medis pasien.