OLEH :
FAM berasal dari proliferasi kedua unsur lobulus, yaitu asinus atau duktus
terminalis dan jaringan fibroblastik. Terdapat dua jenis FAM, yaitu FAM
intrakanalikuler atau stroma yang tumbuh mendesak kanalikulus pada
sistem duktulus intralobulus dan FAM perikanalikuler atau stroma yang
tumbuh proliferatif mengitari sistem kanalikulus sistem duktulus
intralobulus (Nasar et al., 2010).
Sifat lesi jinak ini berupa benjolan yang mobile atau dapat digerakkan,
lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran satu sampai
dengan empat sentimeter, dan banyak ditemukan pada kuadran lateral
kanan atas payudara kiri pada penderita yang right handed. Benjolan ini
dapat bertambah besar satu sentimeter dibawah pengaruh estrogen haid
normal, kehamilan, laktasi atau penggunaan kontrasepsi oral. Secara
makroskopik, benjolan ini berbeda morfologinya dari lesi ganas, yaitu tepi
tajam dan permukaannya putih keabuan sampai merah muda serta
homogen
2. Etiologi
Penyebab dari FAM menurut Price (2005), adalah pengaruh hormonal.
Hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus
menstruasi atau pada kehamilan. Lesi membesar pada akhir daur haid dan
selam hamil. FAM ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen.
Namun ada yang dapat mempengaruhi timbulnya tumor, antara lain:
konsituasi genetika dan juga adanya kecenderungan pada keluarga yang
menderita kanker ( Sarjadi, 2007).
5. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
Terapi untuk FAM tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Ukuran
b. Terdapat rasa nyeri atau tidak
c. Usia pasien
d. Hasil biopsy
Terapi dari FAM dapat dilakukan dengan operasi pengangkatan tumor
tersebut, biasanya dilakukan general anastesi pada operasi. Operasi
tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya akan
meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh
jaringan normal secara perlahan (Nugroho, 2011).
b. Penatalaksanaan Operatif
Prosedur Eksisidengan pembedahan merupakan pilihan utama pada
FAM termasuk pada giant fibroadenoma yang menyebabkan distorsi
dari jaringan payudara. Tujuan utama dari eksisi dengan pembedahan
adalah enukleasi secara total dari FAM disertai jaringan sehat sekitar
tanpa menyebabkan deformitas iatrogenik pada payudara. Pada FAM
berukuran besar biasanya perlu dilakukan rekonstruksi payudara
karena deformitas hampir selalu terjadi. Rekonstruksi sebaiknya
disarankan 1 tahun setelah. Eksisi ini dapat dilakukan secara
endoskopik maupun open sesuai dengan ukuran tumor. Penggunaan
endoskopi dapat mengurangi terjadinya jaringan parut.
Setelah dilakukan pembedahan, pasien baiknya disarankan untuk
menghindari aktivitas berlebih selama 6-8 minggu dan menggunakan
pakaian yang memiliki efek kompresi selama 4-6 minggu untuk
mengurangi nyeri dan pembengkakan. Pasien kontrol kembali setelah
4-8 minggu post operasi, setiap 3 bulan pada tahun pertama, setiap 6
bulan pada tahun kedua dan setiap tahun pada tahun ketiga. Pada saat
kontrol perlu diobservasi untuk komplikasi dan rekurensinya.
B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika
dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan
rasa sakit, dalam hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk
menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan pembedahan (Sabiston,
2011).
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara
sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general
anestesi terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general
anestesi denggan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan
inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan teknik
intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya
inhalasi dan intravena (Latief, 2007) Jenis General Anestesi anestesi
menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat dilakukan yaitu:
General Anestesi Inhalasi dengan LMA.
b. Regional Anestesi
Anestesi regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat
sebagai analgesik. Anestesi regional hanya menghilangkan nyeri tetapi
pasien tetap dalam keadaan sadar. Oleh sebab itu, teknik ini tidak
memenuhi trias anestesi karena hanya menghilangkan persepsi nyeri
saja (Pramono, 2017). Jenis Regional Anestesi menurut Pramono
(2017) digolongkan sebagai berikut:
1) Anestesi Spinal
Penyuntikan anestesi lokal ke dalam ruang subaraknoid
disegmen lumbal 3-4 atau lumbal 4-5. Untuk mencapai ruang
subaraknoid, jarum spinal menembus kulit subkutan lalu
menembus ligamentum supraspinosum, ligamen interspinosum,
ligamentum flavum, ruang epidural, durameter, dan ruang
subaraknoid. Tanda dicapainya ruang subaraknoid adalah dengan
keluarnya liquor cerebrospinalis (LCS). Menurut Latief (2010)
anestesi spinal menjadi pilihan untuk operasi abdomen bawah dan
ekstermitas bawah.
2) Anestesi Epidural
Anestesi yang menempatkan obat di ruang epidural (peridural,
ekstradural). Ruang ini berada di antara ligamentum flavum dan
durameter. Bagian atas berbatasan dengan foramen magnum di
dasar tengkorak dan bagian bawah dengan selaput sakrokoksigeal.
Kedalaman ruang rata-rata 5 mm dan di bagian posterior
kedalaman maksimal terletak pada daerah lumbal. Anestetik lokal
di ruang epidural bekerja langsung pada saraf spinal yang terletak
di bagian lateral. Onset kerja anestesi epidural lebih lambat
dibanding anestesi spinal. Kualitas blokade sensoris dan
motoriknya lebih lemah.
3) Anestesi Kaudal
Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural,
karena kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan
obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus
sakralis ditutup oleh ligamentum sakrokoksigeal. Ruang kaudal
berisi saraf sakral, pleksus venosus, felum terminale, dan kantong
dura. Teknik ini biasanya dilakukan pada pasien anak-anak karena
bentuk anatominya yang lebih mudah ditemukan dibandingkan
daerah sekitar perineum dan anorektal, misalnya hemoroid dan
fistula perianal.
4) Jenis Kelamin
Menurut Henny (2012) kekuatan otot dan punggung bawah
perempuan cenderung memiliki kekuatan otot yang lebih rendah
(70-80%) dibanding laki-laki. Hormon androgen dan testosteron
selain berfungsi sebagai gairah seks tetapi juga membantu gerakan
otot dan mempertahankan stamina fisik, karena laki-laki
mempunyai hormon androgen dan testosteron sekitar 20 kali lebih
bayak dari pada perempuan.
5) Berat Badan
Durasi aksi obat anestesi lokal secara umum berhubungan dengan
larutan lemak. Hal ini dikarenakan obat anestetik yang larut dalam
lemak akan berakumulasi (menumpuk atau tertimbun) dalam jaringan
lemak yang akan berlanjut dilepaskan dalam periode waktu lama. Ini
biasanya terjadi pada pasien dengan obesitas.
3. Teknik Anestesi
4. Rumatan Anestesi
e. Reverse
Segera setelah operasi selesai, hentikan aliran obat anestesi, berikan
pasien obat penawar pelumpuh otot yaitu neostigmine (0.03-0.07
mg/kg) atau edrophonium (0.5-1 mg/kg) bersamaan dengan agen anti
kolinergik (glikopirulat, 0.01 mg/kg, atau atropin 0.01-0.02 mg/kg).
Untuk anestesi general pantenkan jalan nafas, tanda tanda vital,
oksigenasi, dan level kesadaran pasien harus tetap di evaluasi saat
pasien sudah berada di ruang perawatan. Pengukuran yang kontinyu
dari tekanan darah, denyut nadi, dan laju pernafasan dilakukan setiap
5 menit selama 15 menit atau sampai stabil, dan setiap 15 menit
setelahnya. Oximetri harus di monitor pada semua pasien. Semua
pasien yang dalam pemulihan anestesi umum harus mendapatkan
suplementasi oksigen dan monitor oximetri. Untuk pasien sedasi
berat dan hemodinamiknya tidak stabil akibat anestesi regional harus
mendapat suplementasi oksigen di ruang pemulihan. Sensori dan
motorik harus di catat regresi dari blokadenya. Tekanan darah harus
di monitor pada anestesi spinal dan epidural. Jalan nafas dibersihkan
dengan kateter suction. Setelah pasien nafas spontan dan adekuat,
lakukan ekstubasi.
f. Emergensi
1) Sulfas Atropin (SA) untuk mengatasi bradikardi akibat salah
satu efek samping dari laringoskopi
2) Aderenalin Epinefrin sebagai vasopressor apabila terjadi
Cardiac Arrest akibat tindakan laringoskopi intubasi
5. Resiko
ETIOLOGI
-pengaruh hormonal
- kelebihan hormon estrogen
- konsituasi genetika
-kecenderungan pada keluarga yang
menderita kanker
Fibrioadinoma mammae
PENATALAKSANAAN
Insisi Biopsi
GENERAL ANESTESI
MASALAH ANESTESI
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data tentang penderita agar dapat mengidentifikasi
kebebutuhan serta masalahnya. Pengkajian meliputi :
a. Data Subjektif
Data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan dapat
diukur dengan menggunakan standar yang diakui.
1) Identitas pasien
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat penyakit sekarang
c) Riwayat penyakit terdahulu
d) Riwayat penyakit keluarga
b. Data Objektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat diukur
dengan menggunakan standar yang diakui.
a. Keadaan umum
b. Tanda – tanda vital
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang
b. INTRA OPERASI
4) RK Disfungsi termoregulasi
a) Tujuan
Setelah diberikan asuhan kepenataan anestesi, diharapkan
tidak terjadi disfungsi termoregulasi
b) Kriteria Hasil
1) Suhu tubuh pasien stabil
2) Tidak adanya tanda-tanda sianosis
3) Tidak terjadinya penguapan cairanberlebihan
c) Intervensi
1) Atur suhu kamar operasi
2) Ukur suhu pada daerah sentral tubuh melalui
esofagus atau rektum
3) Berikan cairan infus hangat/norrmal sesuai
keadaan pasien
4) Perhatikan penggunaan obat-obatan seperti atropin,
suksinil kolin, halotan.
5) Lakukan oksigenasi yang adekuat
6) Beri selimut tambahan
5) RK Ketidakseimbangan elektrolit
a) Tujuan
Setelah diberikan asuhan kepenataan anestesi, diharapkan
tidak terjadi ketidaksimbangan elektrolit
b) Kriteria Hasil
1) Cairan dan elektrolit terpenuhi selama operasi
2) Tidak terjadi syok
c) Intervensi
1) Monitoring terhadap intake dan haluran cairan
2) Hitung kebutuhan cairan intra operasi
3) Gunakan jenis infus yang sesuai dengan keadaan
pasien(koloid/kristaloid)
3. Pacsa Anestesi
1. Risiko jatuh
a) Tujuan
Setelah diberikan asuhan kepenataan anestesi, diharapkan
tidak terjadi pasien terjatuh
b) Kriteria Hasil
1) Pasien tidak mengalami cedera akibat terjatuh
c) Intervensi
1) Tempatkan pasien pada posisi nyaman
2) Pasang bed side rail
3) KIE pasien tentang keadaanya setelah operasi bisa
menyebabkan diorientasi
4)
2. RK Nyeri post operasi
a) Tujuan
Setelah diberikan asuhan kepenataan anestesi, diharapkan
nyeri dapat ditoleransi oleh pasien
b) Kriteria Hasil
1) Pasien bisa mentoleransi nyerinya
2) Pasien merasa nyaman
c) Intervensi
1) Obervasi skala nyeri pasien dengan VAS
2) Kaji penyebab nyeri
3) Berikan terapi non famakologi seperti tehnik nafas
dalam, distraksi, kompres hangat/dingin
4) Minta keluarga pasien mendampingi
5) Berikan terapi farmakologi analgesik sesuai dengan
kolaborasi dokter anestesi
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi
dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi
mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini,
perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan
dapat berhasil atau gagal (Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani,
2009).
DAFTAR PUSTAKA
OLEH :
A. PENGKAJIAN
I. Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 21 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Suku Bangsa : Bali
Status perkawinan` : Belum kawin
Golongan darah :
Alamat : Br. Sunia Werdhi Buana, Mengwi
No. CM : 414938
Diagnosa medis : FAM Bilateral
Tindakan Operasi : Insisi Biopsi
Tanggal MRS : 28 September 2021
Tanggal pengkajian : 29 september 2021 Jam Pengkajian: 8.30
Jaminan :
Umur : 52th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Suku Bangsa : Bali
Hubungan dg Klien : ibu kandung
Alamat : Br. Sunia Werdhi Buana, Mengwi
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan terdapat benjolan di payudara kanan dan kiri
b. Saat Pengkajian
Pasien mengatakan terdapat benjolan di kedua payudara kurang lebih 2 bulan yang
lalu dan mengatakan cemas akan tindakan operasi yang akan dijalaninya nanti,
pasien mengatakan ini operasi pertamanya, wajah pasien tampak tegang dan cemas.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
pasien datang ke poli bedah umum diantar oleh ibunya pada tanggal 28
september 2021 dengan keluhan benjolan di kedua payudara yang dirasa kurang
lebih dua bulan yang lalu, saat dilakukan pemeriksaan palpasi pada payudara
benjolan teraba agak dalam, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan
radiologi ditegakkan diagnose fibroadenoma mammae (FAM) bilateral. Pasien
direncanakan operasi insisi biopsy untuk mengambil sampel jaringan pada
tanggal 29 september 2021 pukul 8.00 WITA.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler,
perdarahan tidak normal, asma, anemia, pingsan, mengorok
5) Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? tidak
- Riwayat operasi sebelumnya tidak pernah
- Riwayat anestesi sebelumnya : tidak pernah
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah? tidak
- Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular? tidak
- Khusus pasien perempuan :
Jumlah kehamilan:-
jumlah anak :-
mensturasi terakhir : kurang lebih 2 minggu yang lalu
menyususi : tidak
6) Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
a) Obat yang pernah dikonsumsi:-
b) Obat yang sedang dikonsumsi:-
2) Air/Cairan
Sebelum Sakit
(1) Frekuensi : 1800 ml
(2) Jenis : cair
(3) Cara : oral
(4) Minum Terakhir : sebelum ke RS
(5) Keluhan : tidak ada
(6) Lainnya :-
Saat Ini
(7) Frekuensi : 1200 ml
(8) Jenis : cair
(9) Cara : oral
(10) Minum Terakhir : 8 jam yang lalu
(11) Keluhan : tidak ada
(12) Lainnya :-
3) Nutrisi/ makanan
Sebelum Sakit
- Frekuensi : 3x sehari
- Jenis : padat
- Porsi : 1 piring 1x makan
- Diet khusus : tidak ada
- Makanan yang disukai : babi guling
- Napsu makan : baik
- Puasa terakhir : tidak ingat
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : 2x sehari
- Jenis : padat
- Porsi : 1 piring 1xmakan
- Diet khusus : tidak ada
- Makanan yang disukai : babi guling
- Napsu makan : kurang napsu makan
- Makan terakhir : 8 jam yang lalu
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-
4) Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit
- Frekuensi : 1x 1 hari
- Konsistensi : padat
- Warna : coklat kekuning kuningan
- Bau : khas feses
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : 1x 1 hari
- Konsistensi : padat
- Warna : coklat kekuning kuningan
- Bau : khas feses
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-
b) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi : 5-6x/hari
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning
- Bau : khas urin
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-
6) Interaksi Sosial
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman: baik
7) Pemeliharaan Kesehatan
- Rasa Aman : baik
- Rasa Nyaman : sedikit tidak nyaman
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan :
8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial sesuai
dengan potensinya.
- Konsumsi vitamin : tidak
- Imunisasi : lengkap
- Olahraga : kadang-kadang
- Upaya keharmonisan keluarga : baik
- Stres dan adaptasi : baik
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : komposmetis
GCS: Verbal:5 Motorik:6 Mata:4
2) Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala (bulat ), kesimetrisan (+), hidrochepalus ( - ), Luka ( - ), darah ( - ),
trepanasi ( - ).
Palpasi :
Nyeri tekan ( - ), fontanella / pada bayi ( tidak )
3) Pemeriksaan Wajah :
Inspeksi :
Ekspresi wajah (tegang), dagu kecil ( - ), Edema ( - ),
kelumpuhan otot-otot fasialis ( - ), sikatrik ( - ), micrognathia ( - ), rambut wajah ( - )
4) Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
- Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + )
- Ekssoftalmus ( - ), Endofthalmus ( - )
- Kelopak mata / palpebra : oedem ( - ), ptosis ( - ), peradangan ( - ) luka ( - ),
benjolan ( - )
- Bulu mata (tidak rontok)
- Konjunctiva dan sclera : tidak ada perubahan warna
- Reaksi pupil terhadap cahaya : (miosis) isokor ( - )
- Kornea : warna coklat tua
- Nigtasmus ( - ), Strabismus ( - )
- Ketajaman Penglihatan ( Baik )
- Penggunaan kontak lensa: tidak
- Penggunaan kaca mata: tidak
Palpasi
Pemeriksaan tekanan bola mata : tidak terdapat nyeri tekan
5) Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
- Amati bagian telinga luar : bentuk simetris
Lesi ( - ), nyeri tekan ( - ),peradangan ( - ), penumpukan serumen ( - ).
- perdarahan ( - ), perforasi ( - ).
- Tes kepekaan telinga : tidak dilakukan
6) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
(a) Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah pembengkakan atau
tidak ) : tidak ada pembengkakan
(b) Amati meatus : perdarahan ( - ), Kotoran ( - ), Pembengkakan ( - ), pembesaran/polip
(-)
(c) pernafasan cuping hidung ( - ).
8) Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan amati dan rasakan :
- Bentuk leher (simetris), peradangan ( - ), jaringan parut ( - ), perubahan warna ( - ),
massa ( - )
- Kelenjar tiroid, pembesaran ( - )
- Vena jugularis : pembesaran ( - )
- Pembesaran kelenjar limfe ( - ), posisi trakea (simetris)
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : ( + ), ekstensi : ( + ), fleksi : ( + ),
menggunakan collar : ( - )
- Leher pendek: tidak
Palpasi
- Kelenjar tiroid: dalam batas normal
- Vena jugularis : dalam batas normal
- Jarak thyro mentalis , 6 cm : ( + )
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : ( + ), ekstensi : ( + ), fleksi : ( + ),
menggunakan collar : ( - )
Palpasi
(5) Nyri tekan ( - ), dan kekenyalan (kenyal), benjolan massa (+ ), mobile (+)
(6) Lainnya: terdapat bejolan di kedua payudara
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama).
Lainnya:………………
Perkusi
Area paru : ( sonor)
Lainnya:………………
Auskultasi
(a) Suara nafas
Area Vesikuler : ( bersih ) ,
Area Bronchial : ( bersih )
Area Bronkovesikuler : ( bersih )
(b) Suara Ucapan
Terdengar : Bronkophoni (-), Egophoni (-), Pectoriloqy (-)
(c) Suara tambahan
Terdengar :Rales ( - ), Ronchi ( - ), Wheezing ( - ), Pleural fricion rub (-
)
(e) Lainnya:………………
b) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi
Ictus cordis ( - ),
Lainnya:………………
Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Kuat )
Lainnya:………………
Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
Lainnya:………………
Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal ( keras ), ( reguler )
BJ II terdengar (tunggal), (keras), ( reguler)
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( - ), Gallop Rhythm ( -), Murmur ( - )
Lainnya:………………
Palpasi
Tidak terdapat pembengkakan
CRT:…..
Edema : ( 0 )
Lakukan uji kekuatan otat : ( 5 )
Lainnya:………………
b) Ekstremitas Bawah :
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas ( -)
Fraktur (-),terpasang gips (-), Traksi ( - ), atropi otot ( -)
ROM: aktif
Palpasi
Tidak ada pembemngkakan
CRT:……
Edema : (0)
Lakukan uji kekuatan otot : ( 5 )
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh ( -), nyeri kepala (-), kaku kuduk (-), mual –muntah (-)
riwayat kejang (-), penurunan tingkat kesadaran (-), riwayat pingsan ( -), tanda-tanda
TIK lainnya:………………
2. Memeriksa nervus cranialis
Nervus I , Olfaktorius (pembau ) Normal
Nervus II, Opticus ( penglihatan ) Normal
Nervus III, Ocumulatorius Normal
Nervus IV, Throclearis Normal
Nervus V, Thrigeminus :
- Cabang optalmicus : . Normal
- Cabang maxilaris : Normal
- Cabang Mandibularis : Normal
Nervus VI, Abdusen Normal
Nervus VII, Facialis Normal
Nervus VIII, Auditorius Normal
Nervus IX, Glosopharingeal Normal
Nervus X, Vagus Normal
Nervus XI, Accessorius Normal
Nervus XII, Hypoglosal Normal
Analisa
Dari hasil lab diatas dapat dilihat bahwa semua dalam rentang normal
b. Pemeriksaan Radiologi :
Hasil Pemeriksaan radiologi
Mammae D : massa ±2cm, arah jam 6
Mammae S : massa ±2cm, arah jam 3
5. Kesimpulan status fisik (ASA): pasien dengan ASA I, karena pasien dengan keadaan umum baik
dan tidak terdapat riwayat penyakit sistemik.
6. Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit: tidak terdapat faktor penyulit
b. Jenis Anestesi: GA ( General Anestesi )
Indikasi: operasi pada pagian tubuh atas, operasi bisa berlangsung lama
c. Teknik Anestesi: TIVA dan inhalasi
Indikasi: mencapai kondisi anestesi yang imbang
d. Penjelasan pertimbangan anestesi terhadap kasus pembedahan
Pada kasus ini menggunakan general anestesi karena area operasi berada di bagian tubuh
atas dan operasi ini juga bisa memakan waktu lama, jadi agar pasien aman hingga akhir
operasi maka dipilihlah general anestesi dengan obat premedikasi ondansetron dan miloz,
induksi dengan propofol dan ketamin, sedangkan untuk maintenance anestesi
menggunakan sevoflurance.
II. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
I. PRE ANESTESI
1 DS: Perubahan status kesehatan Ansietas
-Pasien mengatakan cemas
akan tindakan operasi yang ↓
akan dijalaninya nanti Ketidak tahuan tentang prosedur
-Pasien mengatakan ini operasi
operasi pertamanya
DO:
-wajah pasien tampak
tegang dan cemas.
TTV Pasien
N: 105 x/menit,
S:36,90 C,
TD =135/90mmHg,
RR =20 x/menit
B. PROBLEM ( MASALAH )
I. PRE ANESTESI
1.Ansietas
II. INTRA ANESTESI
1.RK Cidera fisik pembedahan
2.RK Disfungsi kardiovaskuler
III. PASCA ANESTESI
1. Hipotermi
C. Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
I. Pra Anestesi
Nama : Ny. M No. CM : 414938
Umur : 21Th Dx : FAM Bilateral
Jenis kelamin :Perempuan Ruang : IKO
N Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &
o (Masalah) Paraf
Tujuan Intervensi Jam
1 Ansietas Stelah dilakukan asuhan 1. Observasi tanda-tanda 8.00 1. Mengobservasi S: Nabilah
Vital tanda-tanda Vital -Pasien mengatakan sudah
kepenataan anestesi selama
2. Observasi tingkat 2. Mengobservasi tidak cemas lagi
30 menit diharapkan ansietas kecemasan 8.05 tingkat kecemasan -Pasien mengatakan
3. Jelaskan jenis 3. Menjelaskan jenis paham akan prosedur
dapat diatasi, dengan kriteria
prosedur yang akan 8.10 prosedur yang akan operasi dan anestesi yang
hasil: dilakukan serta dilakukan serta akan dijalaninya
anetesi yang anetesi yang
1)pasien tampak tenang dan
dilakukan dilakukan O:
releks 4. Beri kesempatan pada 4. Memberi -pasien tampak rileks dan
pasien untuk kesempatan pada tidak tegang
2)pasien memahami tentang
mengungkapkan 8.15 pasien untuk -TTV
prosedur operasi dan anestesi perasaan mengungkapkan TD:120/80mmHg
kekhawatiran untuk perasaan N:85x/mnt
3)TTV dalam rentang
mengurangi kekhawatiran untuk RR:18x/mnt
normal: kecemasan. mengurangi S: 36,5 C
5. Ajarkan pasien kecemasan. SpO2: 100%
TD:120-140/60-80mmHg
relaksasi nafas dalam 5. Mengajarkan pasien
N:60-100x/mnt 6. Kolaborasi dengan 8.20 relaksasi nafas dalam A: Masalah ansietas
dokter untuk 6. Berkolaborasi teratasi
RR:16-20x/mnt
pemberian obat anti dengan dokter untuk
S:36,5-37,9 C cemas pemberian obat anti P:
cemas Pertahankan kondisi
SpO2:>95%
pasien
ASSESMEN PRA INDUKSI/ RE- ASSESMEN
Tanggal : 29 September 2021
Kesadaran : komposmentis Pemasangan IV line : □√ 1 buah □ 2 buah □ ……….
Tekanan darah: 110/70mmHg, Nadi : 80 x/mnt. Kesiapan mesin anestesi : □√ Siap/baik □ ………
RR : 20x/mnt Suhu : 360C Sumber gas medik : □√ Siap/baik □ ………
Saturasi O2 : 100 % Kesiapan obat anestesi : □√ Siap/baik □ ………
Gambaran EKG : Irama sinus Kesiapan obat life safing : □√ Siap/baik □ ………
Kesiapan cairan ifus : □√ Siap/baik □ ………
Kesiapan darah (sesuai kebutuhan): □√ Siap/baik □ ………
Penyakit yang diderita : □√Tidak ada □ Ada, sebutkan……………
Gigi palsu : □√ Tidak ada □ Ada , permanen □ Ada,sudah dilepas
Alergi : □√ Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
Kontak lensa : □√ Tidak ada □ Ada , sudah dilepas.
Penggunaan obat sebelumnya: □√ Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
CATATAN LAINNYA:
Frekuensi nadi
Tekanan darah
S S S
SKALA C STEWARD C C
ALDRETTE
NYERI SCORE
O O BROMAGE SCORE O
(Lingkar) R SCORE R R
E E E
28 220 Gerakan penuh dari
20 200 0 Saturasi O2 Pergerakan
26 180 tungkai
1
12 160 2 Tak mampu
8 180 140 3 Pernapasan Pernafasan ekstensi tungkai
160 120 4
140 100 5 Tak mampu fleksi
120 80 6 Sirkulasi Kesadaran lutut
100 60 7
80 40 8 Tak mampu fleksi
60 20 9 Aktifitas
motorik pergelangn kaki
0 10
Kesadaran