Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)

OLEH :

NAMA : Nabilah Puti Wishal


NIM : 18D10028

DIV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teori Penyakit


1. Definisi
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel
yang terjadi secara terus menerus (Kumar dkk, 2007). FAM adalah
benjolan padat dan kecil dan jinak pada payudara yang terdiri dari
jaringan kelenjar dan fibrosa. Benjolan ini biasanya ditemukan pada
wanita muda, seringkali pada remaja putri (Prawirohardjo, 2008). FAM
muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah digerakkan dan
bergaris tengah 1 hingga 10 cm. Walaupun jarang, tumor mungkin
multiple dan bergaris tengah lebih dari 10 cm ( Sarjadi, 2007).

FAM berasal dari proliferasi kedua unsur lobulus, yaitu asinus atau duktus
terminalis dan jaringan fibroblastik. Terdapat dua jenis FAM, yaitu FAM
intrakanalikuler atau stroma yang tumbuh mendesak kanalikulus pada
sistem duktulus intralobulus dan FAM perikanalikuler atau stroma yang
tumbuh proliferatif mengitari sistem kanalikulus sistem duktulus
intralobulus (Nasar et al., 2010).

Sifat lesi jinak ini berupa benjolan yang mobile atau dapat digerakkan,
lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran satu sampai
dengan empat sentimeter, dan banyak ditemukan pada kuadran lateral
kanan atas payudara kiri pada penderita yang right handed. Benjolan ini
dapat bertambah besar satu sentimeter dibawah pengaruh estrogen haid
normal, kehamilan, laktasi atau penggunaan kontrasepsi oral. Secara
makroskopik, benjolan ini berbeda morfologinya dari lesi ganas, yaitu tepi
tajam dan permukaannya putih keabuan sampai merah muda serta
homogen

2. Etiologi
Penyebab dari FAM menurut Price (2005), adalah pengaruh hormonal.
Hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus
menstruasi atau pada kehamilan. Lesi membesar pada akhir daur haid dan
selam hamil. FAM ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen.
Namun ada yang dapat mempengaruhi timbulnya tumor, antara lain:
konsituasi genetika dan juga adanya kecenderungan pada keluarga yang
menderita kanker ( Sarjadi, 2007).

3. Tanda dan Gejala


Menurut Nugroho (2011) tanda dan gejalanya sebagai berikut :
1) FAM dapat multiple
2) Benjolan berdiameter 2-3 cm
3) Benjolan tidak menimbulkan reksi radang, mobile dan tidak
menyebabkan pengerutan kulit payudara.
4) Benjolan berlobus – lobus
5) Pada pemeriksaan mammografi , gambaran jelas jinak berupa rata dan
memiliki batas jelas

4. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait


Menurut Pamungkas (2011) FAM dapat didiagnosis dengan beberapa
cara, yaitu:
a. Mammografi
Adalah proses penyinaran dengan sinar x terhadap payudara.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit pada
payudara yang tidak diketahui gejalanya (asimptomatik).
b. Biopsi
Merupakan tindakan untuk mengambil contoh jaringan payudara dan
dilihat di bawah lensa mikroskop, guna mengetahui adakah sel kanker.
c. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Pemeriksaan yang direkomendasikan pada wanita yang memiliki
resiko
d. USG payudara
Dikenal dengan beast ultrasound, digunakan untuk mengevaluasi
adanya ketidaknormalan pada payudara yang telah ditemukan pada
hasil pemeriksaan mammografi.

5. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
Terapi untuk FAM tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Ukuran
b. Terdapat rasa nyeri atau tidak
c. Usia pasien
d. Hasil biopsy
Terapi dari FAM dapat dilakukan dengan operasi pengangkatan tumor
tersebut, biasanya dilakukan general anastesi pada operasi. Operasi
tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya akan
meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh
jaringan normal secara perlahan (Nugroho, 2011).

b. Penatalaksanaan Operatif
Prosedur Eksisidengan pembedahan merupakan pilihan utama pada
FAM termasuk pada giant fibroadenoma yang menyebabkan distorsi
dari jaringan payudara. Tujuan utama dari eksisi dengan pembedahan
adalah enukleasi secara total dari FAM disertai jaringan sehat sekitar
tanpa menyebabkan deformitas iatrogenik pada payudara. Pada FAM
berukuran besar biasanya perlu dilakukan rekonstruksi payudara
karena deformitas hampir selalu terjadi. Rekonstruksi sebaiknya
disarankan 1 tahun setelah. Eksisi ini dapat dilakukan secara
endoskopik maupun open sesuai dengan ukuran tumor. Penggunaan
endoskopi dapat mengurangi terjadinya jaringan parut.
Setelah dilakukan pembedahan, pasien baiknya disarankan untuk
menghindari aktivitas berlebih selama 6-8 minggu dan menggunakan
pakaian yang memiliki efek kompresi selama 4-6 minggu untuk
mengurangi nyeri dan pembengkakan. Pasien kontrol kembali setelah
4-8 minggu post operasi, setiap 3 bulan pada tahun pertama, setiap 6
bulan pada tahun kedua dan setiap tahun pada tahun ketiga. Pada saat
kontrol perlu diobservasi untuk komplikasi dan rekurensinya.

B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika
dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan
rasa sakit, dalam hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk
menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan pembedahan (Sabiston,
2011).

2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara
sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general
anestesi terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general
anestesi denggan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan
inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan teknik
intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya
inhalasi dan intravena (Latief, 2007) Jenis General Anestesi anestesi
menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat dilakukan yaitu:
General Anestesi Inhalasi dengan LMA.

b. Regional Anestesi
Anestesi regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat
sebagai analgesik. Anestesi regional hanya menghilangkan nyeri tetapi
pasien tetap dalam keadaan sadar. Oleh sebab itu, teknik ini tidak
memenuhi trias anestesi karena hanya menghilangkan persepsi nyeri
saja (Pramono, 2017). Jenis Regional Anestesi menurut Pramono
(2017) digolongkan sebagai berikut:
1) Anestesi Spinal
Penyuntikan anestesi lokal ke dalam ruang subaraknoid
disegmen lumbal 3-4 atau lumbal 4-5. Untuk mencapai ruang
subaraknoid, jarum spinal menembus kulit subkutan lalu
menembus ligamentum supraspinosum, ligamen interspinosum,
ligamentum flavum, ruang epidural, durameter, dan ruang
subaraknoid. Tanda dicapainya ruang subaraknoid adalah dengan
keluarnya liquor cerebrospinalis (LCS). Menurut Latief (2010)
anestesi spinal menjadi pilihan untuk operasi abdomen bawah dan
ekstermitas bawah.
2) Anestesi Epidural
Anestesi yang menempatkan obat di ruang epidural (peridural,
ekstradural). Ruang ini berada di antara ligamentum flavum dan
durameter. Bagian atas berbatasan dengan foramen magnum di
dasar tengkorak dan bagian bawah dengan selaput sakrokoksigeal.
Kedalaman ruang rata-rata 5 mm dan di bagian posterior
kedalaman maksimal terletak pada daerah lumbal. Anestetik lokal
di ruang epidural bekerja langsung pada saraf spinal yang terletak
di bagian lateral. Onset kerja anestesi epidural lebih lambat
dibanding anestesi spinal. Kualitas blokade sensoris dan
motoriknya lebih lemah.
3) Anestesi Kaudal
Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural,
karena kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan
obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus
sakralis ditutup oleh ligamentum sakrokoksigeal. Ruang kaudal
berisi saraf sakral, pleksus venosus, felum terminale, dan kantong
dura. Teknik ini biasanya dilakukan pada pasien anak-anak karena
bentuk anatominya yang lebih mudah ditemukan dibandingkan
daerah sekitar perineum dan anorektal, misalnya hemoroid dan
fistula perianal.
4) Jenis Kelamin
Menurut Henny (2012) kekuatan otot dan punggung bawah
perempuan cenderung memiliki kekuatan otot yang lebih rendah
(70-80%) dibanding laki-laki. Hormon androgen dan testosteron
selain berfungsi sebagai gairah seks tetapi juga membantu gerakan
otot dan mempertahankan stamina fisik, karena laki-laki
mempunyai hormon androgen dan testosteron sekitar 20 kali lebih
bayak dari pada perempuan.
5) Berat Badan
Durasi aksi obat anestesi lokal secara umum berhubungan dengan
larutan lemak. Hal ini dikarenakan obat anestetik yang larut dalam
lemak akan berakumulasi (menumpuk atau tertimbun) dalam jaringan
lemak yang akan berlanjut dilepaskan dalam periode waktu lama. Ini
biasanya terjadi pada pasien dengan obesitas.

3. Teknik Anestesi

Anestesi umum dibagi menjadi 3 teknik yaitu:


a. Anestesi Inhalasi
Menurut Mangku & Senapathi (2018) Anestesi inhalasi
merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan
dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang
berupa gas atau cairan yang mudah menguap melalui alat/mesin
anestesi langsung ke udara inspirasi.
b. Anestesi Intravena
Merupakan salah satu teknik anestesi umum yang
dilakukan dengan jalan menyuntikan obat anestesia parentral
langsung ke dalam pembuluh darah vena (Mangku & Senapathi,
2018).
c. Anestesi Imbang
Menurut Mangku & Senapathi (2018) Anestesi imbang
merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi
obat-obatan baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi
inhalasi atau kombinasi teknik anestesi umum dengan analgesia
regional untuk mencapai trias anestesia secara optimal dan
berimbang, yaitu:
1) Efek hipnosis, diperoleh dengan mempergunakan obat
hipnotikum atau obat anestesi umum yang lain.
2) Efek anelgesia, diperoleh dengan mempergunakan obat
analgetik opiat atau obat anestesia umum, atau dengan cara
analgesia regional
3) Efek relaksasi, diperoleh dengan mempergunakan obat
pelumpuh otot atau obat anestesi umum, atau dengan cara
anestesi regional.
Tehnik Anestesi Regional yang umum digunakan menurut Modul
IPAI 2018 antara lain :
a. Blok Subaraknoid
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan
dari kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa menit.
suntikan hanya diberikan satu kali
b. Blok Epidural
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan
dari kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa menit.
suntikan hanya diberikan satu kali, obat diberikan terus-
menerus melalui sebuah selang kecil selama masih diperlukan
c. Kombinasi Spinal Epidural

4. Rumatan Anestesi

a. Premedikasi adalah pemberian obat sebelum induksi anestesi dengan


tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi,
diantaranya:Meredakan kecemasan dan ketakutan, Memperlancar
induksi anesthesia, Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus,
Meminimalkan jumlah obat anestetik, Mengurangi mual-muntah
pasca bedah, Menciptakan amnesia, Mengurangi isi cairan lambung,
dan Mengurangi reflek yang membahayakan.
1) Ondansetron ialah suatu antagonis 5-HT3 yang sangat selektif
yang dapat menekan mual dan muntah.
2) Diazepam merupakan golongan benzodiazepin. Pemberian dosis
rendah bersifat sediatif sedangkan dosis besar hipnotik. Dosis
premedikasi dewasa 10 mg intramuskular atau 5-10 mg oral
(0,2- 0,5 mg/kgBB) dengan dosis maksimal 15 mg. Dosis sedasi
pada analgesi regional 5-10 mg (0,04-0,2 mg/kgBB) intravena.
Dosis induksi 0,2-1mg/kgBB intravena.
3) Midazolam dibandingkan dengan diazepam, midazolam
mempunyai awal dan lama kerja lebih pendek. Belakangan ini
midazolam lebih disukai dibandingkan dengan diazepam. Dosis
50% dari dosis diazepam.
4) Antikolinegrik (Atropin) diberikan untuk mencegah hipersekresi
kelenjar ludah dan bronkus selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg
intramuskular bekerja setelah 10-15 menit.(IPAI, 2018)
b. Induksi anestesi adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar
menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan untuk dimulainya
anestesi dan pembedahan. Sebelum melakukan induksi, perlu
disiapkan STATICS yaitu :
1) Scope : Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung.
Laringoskop pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan
usia pasien. Lampu harus cukup terang. Blade Machintos untuk
dewasa dan Magill untuk anak-anak.
2) Tubes : Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa
balon (cuffed) dan usia > 5 tahun dengan balon (cuffed).
Jenisnya antara lain Endotracheal Tube(ETT), Laryngeal Mask
Airway(LMA), Nasotracheal tube (NTT) yang digunakan sesuai
dengan indikasi dan pertimbangan
3) Airway : Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) dan
pipa hidungfaring (nasotracheal airway). Pipa ini untuk
menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya
lidah tidak menyumbat jalan napas
4) Tape : Plester untuk fiksasi pipa agar tidak terdorong atau
tercabut
5) Introducer : Mandrin atau stillet untuk memandu agar pipa
trakea mudah dimasukkan
6) Connector : Penyambung antara pipa dan peralatan anesthesia
7) Suction : Penyedot lendir, ludah, dan lain-lainnya
Untuk anestesi spinal menggunakan bupivakain 10-12 mg.
Untuk operasi berdurasi pendek gunakan bupivakain dosis rendah
(0.075% 7.5mg), mepivakain (1.5%,45 mg) atau procaine (10%,
100-150 mg). Lidokain dapatdigunakan, namun dapat menyebabkan
gejala neurologis transien. Anestesi lumbar epidural menggunakan
1.5-2.0% lidokain dengan epineprin 5 mcg/mL, 15-25, suplementasi
dengan 5-10 mL bolus apabila diperlukan. Suplementasi IV sedasi
juga diperlukan. Pada anestesi umum dilakukan induksi dengan
Propofol yang merupakan derivat fenol dengan nama kimia di-iso
profil fenol. Berupacairan berwarna putih susu bersifat isotonik
dengan kepekatan 1% (1 ml = 10 mg). Suntikan intravena dapat
menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik sebelumnya dapat
diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena. Dosis bolus untuk induksi
2-2,5 mg/kg. Intubasi endotrakeal tidak diperbolehkan untuk
prosedur operasi yang durasinya pendek, penggunaan LMA lebih
disarankan untuk kondisi ini. Untuk induksi gunakan propofol 1.5-
2.5 mg/kg IV secara bertahap. Rasa nyeri pada injeksi akan
berkurang dengan terlebih dahulu memasukkan lidocaine 1% 5-10
mL via oklusi vena. Apabila kadar kalium plasma pasien normal,
berikan suksinil Kolin (dosis 1- 2 mg/kgBB IV) untuk fasilitasi
intubasi, sedangkan apabila kadar kalium plasma pasien tinggi
gunakan atrakurium. Gunakan laringoskopi kemudian semprotkan
lidokain 4% 3-5 kali ke dalam laring-faring dan trakea agar refleks
batuk pada saat intubasi dapat ditekan. Kemudian lanjutkan dengan
intubasi endotrakeal dengan ukuran pipa yang sesuai. Setelah
selesai, atur posisi lateral ekstensi sesuai kebutuhan operator.
c. Pemeliharaan selama Anestesi. Digunakan inhalasi dengan
Isofluran 2 vol%, Sevofluran 2 vol%, O2 2liter / menit dan N2O
2liter / menit. Pemberian anesthesia dengan N2O harus disertai O2
minimal 25 %. Gas ini bersifat anestetik lemah, tetapi analgesinya
kuat. Pada anestesi inhalasi jarang digunakan sendirian, tetapi
dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain. Pada akhir
anesthesia setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar
mengisi alveoli, sehingga terjadi pengenceran O2 dan terjadilah
hipoksia difusi. Untuk menghindarinya, diberikan O2 selama 5- 10
menit
d. Monitoring menurut Modul IPAI 2018 monitoring anestesi dibagi
menjadi 3 tahap yaitu : monitoring sebelum, selama dan sesudah
operasi.
1) Monitoring Pra Anestesi
Pasien yang akan menjalani anestesi dan pembedahan baik elektif
maupun darurat perlu dipersiapkan. Sedangkan pada bedah
emergensi waktu yang tersedia lebih singkat. Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada monitoring sebelum operasi antara lain :
a) Persiapan mental dan fisik.
 Anamnesa
Anamnesa untuk mengetahui keadaan pasien, riwayat
penyakit, pengobatan, operasi atau anestesi sebelumnya.
 Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
Pemeriksaan fisik meliputi tinggi badan, berat badan, vital
sign, keadaan umum, kondisi psikis, gizi, penyakit
kardiovaskuler, respirasi dan lain-lain. Untuk pemeriksaan
laboratorium pasien seperti Hb, HMT, AL, CT, BT, Ureum,
Creatinin dan lain-lain.
b) Perencanaan tehnik dan obat anestesi.
c) Penentuan klasifikasi dan prognosis (sesuai dengan ASA).
Persiapan pra anestesi meliputi :
 Pengosongan saluran pencernaan (diberi cairan perinfus).
 Pengosongan kandung kemih.
 Pembersihan jalan nafas.
 Asesoris maupun kosmetik sebaiknya tidak dipakai.
 Informed consent.
 Pasien sebaiknya memakai pakaian bedah.
 Pemeriksaan fisik yang penting diulangi pada saat pasien
diruang persiapan operasi.
2) Monitoring Intra Anestesi
Monitoring Intra Anestesi yakni tingkat kedalaman anestesi,
efektivitas kardiovaskuler dan efisiensi perfusi jaringan erta
perubahan respirasisecara praktis perlu diperhatikan tekanan darah,
nadi, respirasi, suhu warna kulit, keringat, cairan serta kesadaran
pasien.
a) Tingkat kedalaman pasien sesuai dengan tingkat depresi
terhadap susunan saraf pusat yang antara lain dapat dilihat
pada perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, pupil,
pergerakan bola mata, reflek-reflek dan kesadaran.
b) Kardiovaskuler. Fungsi jantung dapat diperkirakan dari
observasi nadi, bunyi jantung, pemeriksaan EKG, tekanan
darah dan produksi urin.
c) Respirasi .Pernafasan dinilai dari jenis nafasnya, apakah
thorakal atau abdominal, apakah ada nafas paradoksal retraksi
intercostal atau supraclavicula. Pemantauan terhadap tekanan
jalan nafas, tekanan naik bila pipa endotrakhea tertekuk,
sekresi berlebihan, pneumothorak, bronkospasme, dan obat-
obat relaksan habis.
d) Suhu .Obat anestesi dapat memdepresi pusat pengatur suhu
(SSP) sehingga mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan
tehnik anestesi. Pemantauan suhu tubuh terutama suhu pusat,
dan usaha untuk mengurangi penurunan suhu dengan cara
mengatur suhu ruang operasi, meletakkan bantal pemanas,
menghangatkan cairan yang akan diberikan, menghangatkan
dan melembabkan gas-gas anestetika..
e) Cairan. Pemantauan terhadap status cairan dan elektrolit
selama operasi dapat dilakukan dengan menghitung jumlah
cairan atau darah yang hilang dan jumlah cairan atau darah
yang diberikan. Kebutuhan cairan selama operasi meliputi
kebutuhan standar ditambah dengan kebutuhan sesuai dengan
trauma dan stress akibat operasi.
f) Analisa Gas Darah. Pemantauan oxygen delivery ke jaringan
dan eliminasi CO2 dapat dipantau dengan memeriksa analisa
gas darah. Indikasi pemeriksaan analisa gas darah antara lain:
operasi besar vaskular, operasi lung anestesi, anestesi dengan
hipotensi kendali, operasi otak.
3) Monitoring Pasca Anestesi
Monitoring pasca anestesi perlu dilakukan setelah pasien menjalani
pembedahan. Pada saat penderita berada diruang pemulihan perlu
dicegah dan ditanggulangi keadaan-keadaan yang ada sehubungan
dengan tindakan anestesi, antara lain :
a) Hipoksia. Disebabkan tersumbatnya jalan nafas.
Penatalaksanaan : dengan O2 3-4 L/menit, bebaskan jalan
nafas, bila perlu pernafasan buatan.
b) Irama jantung dan nadi cepat, hipertensi. Sering disebabkan
karena kesakitan, permulaan hipoksia atau penyakit dasarnya.
c) Hipotensi. Karena perdarahan, kurang cairan, spesial anestesi.
Penatalaksanaan : dengan posisi datar, infus RL dipercepat
sampai tensi normal.
d) Gelisah. Karena kesakitan atau sehabis pembiusan dengan
ketamin, pasien telah sadar tapi masih terpasang ganjal
lidah/airway. Penatalaksanaan dengan O2, analgetik, ganjal
dilepas, atau kadang perlu bantal
e) Muntah. Dapat menyebabkan aspirasi paru. Penatalaksanaan
dengan miringkan kepala dan badan sampai setengah
tengkurap, posisi trendelenberg, suctioning muntah sampai
bersih.
f) Menggigil. Karena kedinginan, kesakitan atau alergi.
Penatalaksanaan dengan oksigenasi, selimuti, bila perlu beri
analgetika.
g) Hipersensitivita/Alergi sampai syok. Oleh karena kesalahan
tranfusi atau obat-obatan. Penatalaksanaan: stop tranfusi, ganti
NaCl.

e. Reverse
Segera setelah operasi selesai, hentikan aliran obat anestesi, berikan
pasien obat penawar pelumpuh otot yaitu neostigmine (0.03-0.07
mg/kg) atau edrophonium (0.5-1 mg/kg) bersamaan dengan agen anti
kolinergik (glikopirulat, 0.01 mg/kg, atau atropin 0.01-0.02 mg/kg).
Untuk anestesi general pantenkan jalan nafas, tanda tanda vital,
oksigenasi, dan level kesadaran pasien harus tetap di evaluasi saat
pasien sudah berada di ruang perawatan. Pengukuran yang kontinyu
dari tekanan darah, denyut nadi, dan laju pernafasan dilakukan setiap
5 menit selama 15 menit atau sampai stabil, dan setiap 15 menit
setelahnya. Oximetri harus di monitor pada semua pasien. Semua
pasien yang dalam pemulihan anestesi umum harus mendapatkan
suplementasi oksigen dan monitor oximetri. Untuk pasien sedasi
berat dan hemodinamiknya tidak stabil akibat anestesi regional harus
mendapat suplementasi oksigen di ruang pemulihan. Sensori dan
motorik harus di catat regresi dari blokadenya. Tekanan darah harus
di monitor pada anestesi spinal dan epidural. Jalan nafas dibersihkan
dengan kateter suction. Setelah pasien nafas spontan dan adekuat,
lakukan ekstubasi.
f. Emergensi
1) Sulfas Atropin (SA) untuk mengatasi bradikardi akibat salah
satu efek samping dari laringoskopi
2) Aderenalin Epinefrin sebagai vasopressor apabila terjadi
Cardiac Arrest akibat tindakan laringoskopi intubasi

5. Resiko

Anestesi umum biasanya menjadi pilihan bila ada kontraindikasi


dari anestesi regional yaitu, pasien menolak anestesi regional, peningkatan
tekanan intrakranial, infeksi pada lokasi jarum disuntikkan, gangguan
koagulasi, syok hipovolemik berat, dan kelainan katup jantung bera.
Pasien biasanya lebih memilih tertidur selama operasi sehingga
menyebabkan general anestesi lebih sering digunakan.
a. Efek terhadap kardivaskular. Obat anestetik inhalasi cenderung
meningkatkan tekanan atrium kanan yang bergantung pada dosis
dan sekaligus menggambarkan depresi fungsi miokardium
1) Penurunan tekanan arteri
2) Penurunan curah jantung
3) Bradikardi mungkin terlihat pada halotan yang mungkin
akibat depresi langsung atas kecepatan atrium.
b. Efek terhadap sistem pernafasan. Obat anestesi akan
menurunkan fungsi pernafasan, meningkatkan ambang apnoe
(kadar PaCO2 turun dimana apnoe terjadi melalui tidak adanya
rangsangan pernapasan yang digerakkan oleh CO2) dan
menurunkan respon ventilasi terhadap hipoksia.
1) Penurunan volume tidal
2) Peningkatan frekuensi pernafasan.
c. Efek terhadap otak. Obat anestetik inhalasi menurunkan laju
metabolik otot sehingga meningkatkan aliran darah serebrum
karena penurunan tahanan vaskuler serebrum, yang kemudian
akan meningkatkan volume darah otak yang mengakibatkan
meningkatkan tekanan intracranial.
1) Pusing
2) Kesadaran menurun
d. Efek terhadap ginjal. Obat anestetik menyebabkan penurunan
filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal, serta meningkatkan
fraksi filtrasi. Semua obat anestetik cenderung meningkatkan
tahanan vascular ginjal. Penurunan aliran darah ginjal selama
anestesi umum akan mengganggu autoregulasi aliran darah
ginjal.
1) Dapat terjadi penurunan produksi urine
e. Efek terhadap hati. Obat anestetik inhalasi akan menurunkan
aliran darah ke hati dan pada umumnya berkisar antara 15
sampai 45 persen dari aliran darah sebelum anestesi dilakukan.
f. Efek terhadap otot polos uterus. Obat Nitrogen oksida
mempunyai efek yang kecil terhadap otot polos uterus. Akan
tetapi isofluran, enfluran, dan halotan relaksan otot uterus yang
kuat. Efek farmakologi ini akan menguntungkan bila diperlukan
relaksasi otot uterus yang kuat untuk memanipulasi janin
intrauterine selama persalinan. Sebaliknya, selama dilatasi dan
kuretase pada abortus teurapetik, obat anestetik tersebut
mungkin dapat meningkatkan pedarahan.
g. Efek terhadap gastrointestinal. Obat anestesi menyebeabkan
penurunan motilitas usus sehingga dapat terjadi mual dan
muntah
h. Perdarahan Inspeksi luka bedah terhadap perdarahan.
Manifestasi klinis meliputi gelisah, bergerak aktif, merasa haus,
kulit dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun,
pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan
pasien melemah. Penatalaksanaan pasien dibaringkan seperti
pada posisi pasien syok.
i. Kenaikan Suhu Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas
38°C yang diakibatkan oleh:
1) Puasa terlalu lama
2) Suhu kamar operasi terlalu panas (suhu ideal 23-24 derajat
Celcius)
3) Penutup kain operasi yang terlalu tebal
4) Dosis premedikasi sulfas atropin terlalu besar
5) Infeksi
6) Kelainan herediter (kelainan ini biasanya menjurus pada
komplikasi hipertermia maligna)
j. Hipertermia maligna. Hipertermi maligna sering kali terjadi
pada pasien yang dioperasi akibat gangguan otot yang
disebabkan oleh agen anastetik. Selama anestesi, agen anestesi
inhalasi (halotan, enfluran) dan relaksan otot (suksinilkolin)
dapat memicu terjadinya hipertermi malignan.

k. Hipotermia. Mengigil dapat terjadi akibat obat anestesi


tiopental, halotan atau enfluran atau anestesi spinal karena efek
obat anestesi yang menurunkan ambang dingin dan
mempercepat pelepasan panas dengan vasodilatasi
C. Web of caution (WOC)

ETIOLOGI
-pengaruh hormonal
- kelebihan hormon estrogen
- konsituasi genetika
-kecenderungan pada keluarga yang
menderita kanker

Fibrioadinoma mammae

Menurut Nugroho (2011) tanda dan gejalanya sebagai


berikut :
1) FAM dapat multiple
2) Benjolan berdiameter 2-3 cm
3) Benjolan tidak menimbulkan reksi radang, mobile
dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara.
4) Benjolan berlobus – lobus
5) Pada pemeriksaan mammografi , gambaran jelas
jinak berupa rata dan memiliki batas jelas

PENATALAKSANAAN
Insisi Biopsi

GENERAL ANESTESI

MASALAH ANESTESI

Pre Operasi Intra Operasi Pasca Anestesi


1) Ansietas b.d 1) RK trauma fisik pembedahan 1) Resiko Jatuh
Rencana Operasi 2) RK Disfungsi Kardiovaskuler 2) Nyeri pasca operasi
3) RK Disfungsi Respirasi 3) Hipotermi
4) RK Disfungsi termoregulasi
5) RK Ketidakseimbangan
eletrolit
D. Tinjauan Teori Askan Pembedahan Khusus

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data tentang penderita agar dapat mengidentifikasi
kebebutuhan serta masalahnya. Pengkajian meliputi :
a. Data Subjektif
Data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan dapat
diukur dengan menggunakan standar yang diakui.
1) Identitas pasien
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat penyakit sekarang
c) Riwayat penyakit terdahulu
d) Riwayat penyakit keluarga
b. Data Objektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat diukur
dengan menggunakan standar yang diakui.
a. Keadaan umum
b. Tanda – tanda vital
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang

2. Masalah Kesehatan Anestesi


a. PRE ANESTESI
1) Ansietas
a) Tujuan
Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi diharapkan
ansietas dapat diatasi dalam 1Jam
b) Kriteria hasil
1) Pasien tampak tenang dan tidak gelisah
2) Pasien tampak asertif
3) Pasien memahami tentang prosedur pembedahan dan
anestesi
c) Intervensi
1) Kunjungan pra operatif pada 1 hari sebelum
tindakan operasi
2) Bantu pasien mengekspresikan perasaan untuk
mengatasi kecemasan
3) Berikan obat anti cemas sesuai program terapi
kolaboratif dari dokter spesialis anestesi, contohnya
diazepam.
4) Berikan dukungan pada pasien untuk dapat
beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian
tentang peran pasien pada post pembedahan dan
anestesi
5) Jelaskan tentang prosedur pembedahan sesuai jenis
pembedahan dan prosedur anestesi
6) Jelaskan tentang latihan aktivitas pasca operatif

b. INTRA OPERASI

1) RK trauma fisik pembedahan


a) Tujuan
Setelah diberikan asuhan kepenataan anestesi, diharapkan
tidak terjadi trauma fisik pembedahan.
b) Kriteria Hasil
1) Pasien tidak mengalami trauma pembedahan
2) Pasien tidak merasakan nyeri dan aktivitas
fungsional motorik tidak terjadi
c) Intervensi
1) Menyiapkan peralatan dan obat-obatan sesuai
dengan perencanaan teknik anestesi
2) Membantu pelaksanaan anestesi sesuai dengan
program kolaboratif spesialis anestesi
 Pre oksigenasi
 Induksi
 Intubasi
 Rumatan anestesi
 Reverse
 Ekstubasi
3) Membantu pemasangan alat monitoring non invasif
4) Membantu dokter melakukan pemasangan alat
monitoring invasif
5) Monitoring Intra anestesi
6) Mengatasi penyulit yang timbul
7) Pemeliharaan jalan napas
8) Pemasangan alat ventilasi mekanik
9) Pengakhiran tindakan anestesi
2) RK Disfungsi Kardiovaskular
a) Tujuan
Setelah diberikan asuhan kepenataan anestesi, diharapkan
tidak terjadi disfungsi kardiovaskular
b) Kriteria Hasil
1) Pasien tenang terjaga
2) EKG irama sinus normal/tidak ada distritmia yang
mengancam nyawa
3) TTV dalam batas normal
 TD >90/60,<140/90 mmHg, MAP >70
 Nadi teratur frekuensi 60-100 kali/menit
 Palpasi nadi teraba kuat
4) Tidak ada distritmia yang mengancam
nyawa/gambaran EKG normal
c) Intervensi
1) Persiapkan alat monitoring tanda-tanda vital
2) Persiapkan alat dan obat anestesi sesuai dengan
perencanaan teknik anestesi
3) Lakukan rehidrasi cairan 1000-1500 cc sesuai
dengan program kolaboratif dengan dokter anestesi
4) Hindari penggunaan agen anestesi yang
meningkatkan respon saraf simpatik
5) Lakukan monitoring intra anestesi
 Monitoring kardivaskular (tekanan darah,
irama dan frekuensi nadi, map)
 Monitoring lead ekg
 Monitoring balance cairan
6) Kolaborasi : Kolaborasi pemberian obat vasodilator
atau vasokonstriktor
3) RK. Disfungsi Respirasi
a) Tujuan
Setelah diberikan asuhan kepenataan anestesi, diharapkan
tidak terjadi disfungsi repirasi
b) Kriteria Hasil
1) Vital sign dalam batas normal
2) Tidak terdengar suara tambahan
3) Tidak terpasang alat bantu pernapasan
4) Tidak terdapat penumpukan secret pada jalan napas
c) Intervensi
1) Observasi gerakan dada –perut pada saat bernapas
spontan atau napas kendali
2) Observasi warna mukosa bibir, warna kuku, warna
darah pada luka ( kebiruan atau merah muda)
3) Pasang alat monitor non invasif (Pulse oxymetri)
4) Lakukan preoksigenasi
5) Atur ventilator
6) Pasang guedel
7) Pasang nasal kanul
8) Lakukan suctioning

4) RK Disfungsi termoregulasi

a) Tujuan
Setelah diberikan asuhan kepenataan anestesi, diharapkan
tidak terjadi disfungsi termoregulasi
b) Kriteria Hasil
1) Suhu tubuh pasien stabil
2) Tidak adanya tanda-tanda sianosis
3) Tidak terjadinya penguapan cairanberlebihan
c) Intervensi
1) Atur suhu kamar operasi
2) Ukur suhu pada daerah sentral tubuh melalui
esofagus atau rektum
3) Berikan cairan infus hangat/norrmal sesuai
keadaan pasien
4) Perhatikan penggunaan obat-obatan seperti atropin,
suksinil kolin, halotan.
5) Lakukan oksigenasi yang adekuat
6) Beri selimut tambahan
5) RK Ketidakseimbangan elektrolit

a) Tujuan
Setelah diberikan asuhan kepenataan anestesi, diharapkan
tidak terjadi ketidaksimbangan elektrolit
b) Kriteria Hasil
1) Cairan dan elektrolit terpenuhi selama operasi
2) Tidak terjadi syok
c) Intervensi
1) Monitoring terhadap intake dan haluran cairan
2) Hitung kebutuhan cairan intra operasi
3) Gunakan jenis infus yang sesuai dengan keadaan
pasien(koloid/kristaloid)

3. Pacsa Anestesi

1. Risiko jatuh
a) Tujuan
Setelah diberikan asuhan kepenataan anestesi, diharapkan
tidak terjadi pasien terjatuh
b) Kriteria Hasil
1) Pasien tidak mengalami cedera akibat terjatuh
c) Intervensi
1) Tempatkan pasien pada posisi nyaman
2) Pasang bed side rail
3) KIE pasien tentang keadaanya setelah operasi bisa
menyebabkan diorientasi
4)
2. RK Nyeri post operasi
a) Tujuan
Setelah diberikan asuhan kepenataan anestesi, diharapkan
nyeri dapat ditoleransi oleh pasien
b) Kriteria Hasil
1) Pasien bisa mentoleransi nyerinya
2) Pasien merasa nyaman
c) Intervensi
1) Obervasi skala nyeri pasien dengan VAS
2) Kaji penyebab nyeri
3) Berikan terapi non famakologi seperti tehnik nafas
dalam, distraksi, kompres hangat/dingin
4) Minta keluarga pasien mendampingi
5) Berikan terapi farmakologi analgesik sesuai dengan
kolaborasi dokter anestesi

4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi
dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi
mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini,
perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan
dapat berhasil atau gagal (Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani,
2009).
DAFTAR PUSTAKA

Di akses dari link http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1618/5/5.%20BAB%20I. pada


tanggal 30 September 2021
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
PASIEN FIBROADENOMA MAMMAE DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI INSISI
BIOPSI DENGAN TINDAKAN GENERAL ANESTESI
DI RUANG IKO RSD MANGUSADA
PADA TANGGAL 29 SEPTEMBER 2021

OLEH :

NAMA : Nabilah Puti Wishal


NIM : 18D10028

DIV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2021
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
PASIEN FIBROADENOMA MAMMAE DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI INSISI
BIOPSI DENGAN TINDAKAN GENERAL ANESTESI
DI RUANG IKO RSD MANGUSADA
PADA TANGGAL 29 SEPTEMBER 2021

A. PENGKAJIAN
I. Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 21 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Suku Bangsa : Bali
Status perkawinan` : Belum kawin
Golongan darah :
Alamat : Br. Sunia Werdhi Buana, Mengwi
No. CM : 414938
Diagnosa medis : FAM Bilateral
Tindakan Operasi : Insisi Biopsi
Tanggal MRS : 28 September 2021
Tanggal pengkajian : 29 september 2021 Jam Pengkajian: 8.30
Jaminan :

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. I

Umur : 52th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Suku Bangsa : Bali
Hubungan dg Klien : ibu kandung
Alamat : Br. Sunia Werdhi Buana, Mengwi
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan terdapat benjolan di payudara kanan dan kiri
b. Saat Pengkajian
Pasien mengatakan terdapat benjolan di kedua payudara kurang lebih 2 bulan yang
lalu dan mengatakan cemas akan tindakan operasi yang akan dijalaninya nanti,
pasien mengatakan ini operasi pertamanya, wajah pasien tampak tegang dan cemas.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
pasien datang ke poli bedah umum diantar oleh ibunya pada tanggal 28
september 2021 dengan keluhan benjolan di kedua payudara yang dirasa kurang
lebih dua bulan yang lalu, saat dilakukan pemeriksaan palpasi pada payudara
benjolan teraba agak dalam, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan
radiologi ditegakkan diagnose fibroadenoma mammae (FAM) bilateral. Pasien
direncanakan operasi insisi biopsy untuk mengambil sampel jaringan pada
tanggal 29 september 2021 pukul 8.00 WITA.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler,
perdarahan tidak normal, asma, anemia, pingsan, mengorok

4) Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak memiliki riwayat diabetes melitus, hipertensi,
kardiovaskuler, perdarahan tidak normal, asma

5) Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? tidak
- Riwayat operasi sebelumnya tidak pernah
- Riwayat anestesi sebelumnya : tidak pernah
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah? tidak
- Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular? tidak
- Khusus pasien perempuan :
Jumlah kehamilan:-
jumlah anak :-
mensturasi terakhir : kurang lebih 2 minggu yang lalu
menyususi : tidak
6) Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
a) Obat yang pernah dikonsumsi:-
b) Obat yang sedang dikonsumsi:-

7) Riwayat Alergi : tidak


8) Kebiasaan :
a) Merokok : tidak
b) Alkohol : tidak
c) kopi/teh/soda : tidak

c. Pola Kebutuhan Dasar


1) Udara atau oksigenasi
Sebelum Sakit
a) Gangguan pernafasan : tidak ada
b) Alat bantu pernafasan : tidak ada
c) Sirkulasi udara : baik
d) Keluhan : tidak ada
e) Lainnya :-
Saat Ini
f) Gangguan pernafasan : tidak ada
g) Alat bantu pernafasan : tidak ada
h) Sirkulasi udara : baik
i) Keluhan : tidak ada
j) Lainnya :-

2) Air/Cairan
Sebelum Sakit
(1) Frekuensi : 1800 ml
(2) Jenis : cair
(3) Cara : oral
(4) Minum Terakhir : sebelum ke RS
(5) Keluhan : tidak ada
(6) Lainnya :-
Saat Ini
(7) Frekuensi : 1200 ml
(8) Jenis : cair
(9) Cara : oral
(10) Minum Terakhir : 8 jam yang lalu
(11) Keluhan : tidak ada
(12) Lainnya :-

3) Nutrisi/ makanan
Sebelum Sakit

- Frekuensi : 3x sehari
- Jenis : padat
- Porsi : 1 piring 1x makan
- Diet khusus : tidak ada
- Makanan yang disukai : babi guling
- Napsu makan : baik
- Puasa terakhir : tidak ingat
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-
Saat ini

- Frekuensi : 2x sehari
- Jenis : padat
- Porsi : 1 piring 1xmakan
- Diet khusus : tidak ada
- Makanan yang disukai : babi guling
- Napsu makan : kurang napsu makan
- Makan terakhir : 8 jam yang lalu
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-

4) Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit

- Frekuensi : 1x 1 hari
- Konsistensi : padat
- Warna : coklat kekuning kuningan
- Bau : khas feses
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-

Saat ini

- Frekuensi : 1x 1 hari
- Konsistensi : padat
- Warna : coklat kekuning kuningan
- Bau : khas feses
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-

b) BAK
Sebelum sakit

- Frekuensi : 5-8x/ hari


- Konsistensi : cair
- Warna : kuning
- Bau : khas urin
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-
Saat ini

- Frekuensi : 5-6x/hari
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning
- Bau : khas urin
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-

5) Pola aktivitas dan istirahat


a)   Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total

b)  Istirahat Dan Tidur


Sebelum sakit
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? jarang
- Berapa jam anda tidur: malam 5-8 jam , siang 1-2 jam
Saat ini
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? ya
- Berapa jam anda tidur: malam 4 jam siang 2 jam

6) Interaksi Sosial
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman: baik

7) Pemeliharaan Kesehatan
- Rasa Aman : baik
- Rasa Nyaman : sedikit tidak nyaman
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan :

8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial sesuai
dengan potensinya.
- Konsumsi vitamin : tidak
- Imunisasi : lengkap
- Olahraga : kadang-kadang
- Upaya keharmonisan keluarga : baik
- Stres dan adaptasi : baik

2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : komposmetis
GCS: Verbal:5 Motorik:6 Mata:4

Penampilan : tampak sakit ringan


Tanda-tanda Vital : Nadi = 105 x/menit, Suhu =36,90 C, TD =135/90mmHg,
RR =20 x/menit, Skala Nyeri: 1
BB: 50Kg, TB:155. Cm

2) Pemeriksaan Kepala
 Inspeksi :
Bentuk kepala (bulat ), kesimetrisan (+), hidrochepalus ( - ), Luka ( - ), darah ( - ),
trepanasi ( - ).

 Palpasi :
Nyeri tekan ( - ), fontanella / pada bayi ( tidak )

3) Pemeriksaan Wajah :
 Inspeksi :
Ekspresi wajah (tegang), dagu kecil ( - ), Edema ( - ),
kelumpuhan otot-otot fasialis ( - ), sikatrik ( - ), micrognathia ( - ), rambut wajah ( - )

4) Pemeriksaan Mata
 Inspeksi :
- Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + )
- Ekssoftalmus ( - ), Endofthalmus ( - )
- Kelopak mata / palpebra : oedem ( - ), ptosis ( - ), peradangan ( - ) luka ( - ),
benjolan ( - )
- Bulu mata (tidak rontok)
- Konjunctiva dan sclera : tidak ada perubahan warna
- Reaksi pupil terhadap cahaya : (miosis) isokor ( - )
- Kornea : warna coklat tua
- Nigtasmus ( - ), Strabismus ( - )
- Ketajaman Penglihatan ( Baik )
- Penggunaan kontak lensa: tidak
- Penggunaan kaca mata: tidak

 Palpasi
Pemeriksaan tekanan bola mata : tidak terdapat nyeri tekan

5) Pemeriksaan Telinga
 Inspeksi dan palpasi
- Amati bagian telinga luar : bentuk simetris
Lesi ( - ), nyeri tekan ( - ),peradangan ( - ), penumpukan serumen ( - ).
- perdarahan ( - ), perforasi ( - ).
- Tes kepekaan telinga : tidak dilakukan

6) Pemeriksaan Hidung
 Inspeksi dan palpasi
(a) Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah pembengkakan atau
tidak ) : tidak ada pembengkakan
(b) Amati meatus : perdarahan ( - ), Kotoran ( - ), Pembengkakan ( - ), pembesaran/polip
(-)
(c) pernafasan cuping hidung ( - ).

7) Pemeriksaan Mulut dan Faring


 Inspeksi dan Palpasi
- Amati bibir : bentuk bibir tampak normal , warna bibir: agak gelap, lesi ( - ), bibir
pecah ( - ).
- Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( - ), Kotoran ( - ), Gingivitis ( - ) , gigi palsu ( - ),
gigi goyang ( - ), gigi maju ( + ).
- Kemampuan membuka mulut < 3 cm : ( + )
- Lidah : Warna lidah : bersih , Perdarahan ( - ), Abses ( - )
- Orofaring atau rongga mulut : Bau mulut : tidak uvula ( simetris ), Benda asing
( tidak )
- Tonsil : T 1
- Mallampati : I
- Perhatikan suara klien : ( tidak berubah )

8) Pemeriksaan Leher
 Inspeksi dan amati dan rasakan :
- Bentuk leher (simetris), peradangan ( - ), jaringan parut ( - ), perubahan warna ( - ),
massa ( - )
- Kelenjar tiroid, pembesaran ( - )
- Vena jugularis : pembesaran ( - )
- Pembesaran kelenjar limfe ( - ), posisi trakea (simetris)
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : ( + ), ekstensi : ( + ), fleksi : ( + ),
menggunakan collar : ( - )
- Leher pendek: tidak
 Palpasi
- Kelenjar tiroid: dalam batas normal
- Vena jugularis : dalam batas normal
- Jarak thyro mentalis , 6 cm : ( + )
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : ( + ), ekstensi : ( + ), fleksi : ( + ),
menggunakan collar : ( - )

9) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak


 Inspeksi
(1) Bentuk (asimetris), pembengkakan ( - )
(2) Kulit payudara : warna normal, lesi ( + )
(3) Areola : perubahan warna ( - )
(4) Putting : cairan yang keluar ( - ), ulkus ( - ), pembengkakan ( + )
(d) Lainnya:

 Palpasi
(5) Nyri tekan ( - ), dan kekenyalan (kenyal), benjolan massa (+ ), mobile (+)
(6) Lainnya: terdapat bejolan di kedua payudara

10) Pemeriksaan Torak


a) Pemeriksaan Thorak dan Paru
 Inspeksi
(a) Bentuk torak (Normal chest /Simetris),
(b) Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( - ), retraksi suprasternal ( - ),
Sternomastoid ( - )
(c) Pola nafas : Eupnea
(d) Batuk ( - )

 Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama).
Lainnya:………………
 Perkusi
Area paru : ( sonor)
Lainnya:………………
 Auskultasi
(a) Suara nafas
 Area Vesikuler : ( bersih ) ,
 Area Bronchial : ( bersih )
 Area Bronkovesikuler : ( bersih )
(b) Suara Ucapan
 Terdengar : Bronkophoni (-), Egophoni (-), Pectoriloqy (-)
(c) Suara tambahan
 Terdengar :Rales ( - ), Ronchi ( - ), Wheezing ( - ), Pleural fricion rub (-
)
(e) Lainnya:………………

b) Pemeriksaan Jantung
 Inspeksi
Ictus cordis ( - ),
Lainnya:………………

 Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Kuat )
Lainnya:………………

 Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
Lainnya:………………

 Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal ( keras ), ( reguler )
BJ II terdengar (tunggal), (keras), ( reguler)
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( - ), Gallop Rhythm ( -), Murmur ( - )
Lainnya:………………

11) Pemeriksaan Abdomen


 Inspeksi
- Bentuk abdomen : (datar )
- Massa/Benjolan ( - ), Kesimetrisan ( + ),
- Bayangan pembuluh darah vena (-)
- Lainnya:………………
 Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus 30x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( - )
Lainnya:………………
 Perkusi : Tympani ( - ), dullness ( - ), Lainnya.........................
 Palpasi
- Distensi ( - ), Difans muskular (-)
- Palpasi Hepar :
Nyeri tekan ( - ), pembesaran ( - ), perabaan ( lunak), permukaan (halus), tepi hepar
(tumpul) . ( N = hepar tidak teraba).
- Palpasi Lien : Pembesaran lien : ( - )
- Palpasi Appendik :
 Titik Mc. Burney . nyeri tekan ( - ), nyeri lepas ( - ), nyeri menjalar kontralateral ( - ).
 Acites atau tidak : Shiffing Dullnes ( - ) Undulasi ( - )
- Palpasi Ginjal :Nyeri tekan( - ), pembesaran ( - ). (N = ginjal tidak teraba).
- Lainnya:………………

12) Pemeriksaan Tulang Belakang :


 Inspeksi:
- Kelainan tulang belakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-)
Perlukaan (-), infeksi (-), mobilitas (leluasa)
- Lainnya:………………
 Palpasi:
Fibrosis (-), HNP (-)
Lainnya……………………..

13) Pemeriksaan Genetalia


a) Pada Wanita
 Inspeksi :
Kebersihan rambut pubis (bersih), lesi ( - ),eritema ( - ), keputihan ( - ), peradangan
(- ).
Lubang uretra : stenosis /sumbatan( - )
Terpasang kateter ( - )
Lainnya…………………

14) Pemeriksaan Anus


 Inspeksi
Atresia ani ( - ), tumor ( - ), haemorroid ( - ), perdarahan ( - )
Perineum : jahitan ( - ), benjolan ( - )
Lainnya:………………
 Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus ( - ) Pemeriksaan Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-)
Fraktur (-),terpasang gips (-), Traksi ( - ), atropi otot ( -)
IV line: terpasang di tangan kanan, tetesan:.20tpm
ROM: aktif
Lainnya:……………..

 Palpasi
Tidak terdapat pembengkakan

CRT:…..
Edema : ( 0 )
Lakukan uji kekuatan otat : ( 5 )
Lainnya:………………
b) Ekstremitas Bawah :
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas ( -)
Fraktur (-),terpasang gips (-), Traksi ( - ), atropi otot ( -)
ROM: aktif
 Palpasi
Tidak ada pembemngkakan
CRT:……
Edema : (0)
Lakukan uji kekuatan otot : ( 5 )
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh ( -), nyeri kepala (-), kaku kuduk (-), mual –muntah (-)
riwayat kejang (-), penurunan tingkat kesadaran (-), riwayat pingsan ( -), tanda-tanda
TIK lainnya:………………
2. Memeriksa nervus cranialis
Nervus I , Olfaktorius (pembau ) Normal
Nervus II, Opticus ( penglihatan ) Normal
Nervus III, Ocumulatorius Normal
Nervus IV, Throclearis Normal
Nervus V, Thrigeminus :
- Cabang optalmicus : . Normal
- Cabang maxilaris : Normal
- Cabang Mandibularis : Normal
Nervus VI, Abdusen Normal
Nervus VII, Facialis Normal
Nervus VIII, Auditorius Normal
Nervus IX, Glosopharingeal Normal
Nervus X, Vagus Normal
Nervus XI, Accessorius Normal
Nervus XII, Hypoglosal Normal

3. Memeriksa fungsi sensorik


Kepekaan saraf perifer : benda tumpul ( + / -), benda tajam ( + / -), Menguji sensasi
panas / dingin ( + / -), kapas halus ( + / -).
4. Memeriksa reflek kedalaman tendon
- Reflek fisiologis
a) Reflek bisep ( + )
b) Reflek trisep ( + )
c) Reflek brachiradialis ( + )
d) Reflek patella ( + )
e) Reflek achiles ( + )
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski ( -)
b. Reflek chaddok ( -)
c. Reflek schaeffer ( -)
d. Reflek oppenheim ( -)
e. Reflek gordon ( -)
3. Data Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 13.2 g/dl 11.7-15.5
WBC 9.21 3.80-10.60
HCT 29,5 38-46
Leukosit 5 4.5-11
Trombosit 411 150-400
SGOT 29 5-40
SGPT 26 7-56

Analisa
Dari hasil lab diatas dapat dilihat bahwa semua dalam rentang normal

b. Pemeriksaan Radiologi :
Hasil Pemeriksaan radiologi
Mammae D : massa ±2cm, arah jam 6
Mammae S : massa ±2cm, arah jam 3

4. Therapi Saat ini : -infus RL 1500ml/24jam


-Cefotaxime 2gr IV pre op

5. Kesimpulan status fisik (ASA): pasien dengan ASA I, karena pasien dengan keadaan umum baik
dan tidak terdapat riwayat penyakit sistemik.

6. Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit: tidak terdapat faktor penyulit
b. Jenis Anestesi: GA ( General Anestesi )
Indikasi: operasi pada pagian tubuh atas, operasi bisa berlangsung lama
c. Teknik Anestesi: TIVA dan inhalasi
Indikasi: mencapai kondisi anestesi yang imbang
d. Penjelasan pertimbangan anestesi terhadap kasus pembedahan
Pada kasus ini menggunakan general anestesi karena area operasi berada di bagian tubuh
atas dan operasi ini juga bisa memakan waktu lama, jadi agar pasien aman hingga akhir
operasi maka dipilihlah general anestesi dengan obat premedikasi ondansetron dan miloz,
induksi dengan propofol dan ketamin, sedangkan untuk maintenance anestesi
menggunakan sevoflurance.
II. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
I. PRE ANESTESI
1 DS: Perubahan status kesehatan Ansietas
-Pasien mengatakan cemas
akan tindakan operasi yang ↓
akan dijalaninya nanti Ketidak tahuan tentang prosedur
-Pasien mengatakan ini operasi
operasi pertamanya
DO:
-wajah pasien tampak
tegang dan cemas.
TTV Pasien
N: 105 x/menit,
S:36,90 C,
TD =135/90mmHg,
RR =20 x/menit

II. INTRA ANESTESI

1 DS: Prosedur insisi biopsi RK trauma fisik


pembedahan
DO: ↓
-Pasien teranestesi dengan Proses pembedahan
General Anestesi ETT
-Tidak ada aktifitas
fungsional motorik
-Posisi pasien Supine
2 DS:- Efek obat anestesi RK Disfungsi
Kardiovaskuler

DO:
Penurunan tekanan darah
- Pasien teranestesi
- Efek obat anestesi
beresiko
menurunkan
hemodinamik
- pasien diberikan
propofol dan
sevoflurane
- TTV
TD: 100/71mmHg
Nadi: 76x/menit
Suhu: 360C
RR: 16x/menit
SpO2: 95%
III. PASCA ANESTESI

1 DS: Terpapar suhu ruangan kamar Hipotermi


-pasien mengatakan operasi
kedinginan
-pasien minta dipasangkan ↓
selimut
Hipotermi
DO:
- Pasien tampak
menggigil
- Akral pasien teraba
dingin
- Kulit pasien terlihat
pucat
- TTV
Suhu: 35,70C
TD: 110/80 mmHg
RR: 20x/menit
SpO2: 99%

B. PROBLEM ( MASALAH )
I. PRE ANESTESI
1.Ansietas
II. INTRA ANESTESI
1.RK Cidera fisik pembedahan
2.RK Disfungsi kardiovaskuler
III. PASCA ANESTESI
1. Hipotermi
C. Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

I. Pra Anestesi
Nama : Ny. M No. CM : 414938
Umur : 21Th Dx : FAM Bilateral
Jenis kelamin :Perempuan Ruang : IKO
N Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &
o (Masalah) Paraf
Tujuan Intervensi Jam
1 Ansietas Stelah dilakukan asuhan 1. Observasi tanda-tanda 8.00 1. Mengobservasi S: Nabilah
Vital tanda-tanda Vital -Pasien mengatakan sudah
kepenataan anestesi selama
2. Observasi tingkat 2. Mengobservasi tidak cemas lagi
30 menit diharapkan ansietas kecemasan 8.05 tingkat kecemasan -Pasien mengatakan
3. Jelaskan jenis 3. Menjelaskan jenis paham akan prosedur
dapat diatasi, dengan kriteria
prosedur yang akan 8.10 prosedur yang akan operasi dan anestesi yang
hasil: dilakukan serta dilakukan serta akan dijalaninya
anetesi yang anetesi yang
1)pasien tampak tenang dan
dilakukan dilakukan O:
releks 4. Beri kesempatan pada 4. Memberi -pasien tampak rileks dan
pasien untuk kesempatan pada tidak tegang
2)pasien memahami tentang
mengungkapkan 8.15 pasien untuk -TTV
prosedur operasi dan anestesi perasaan mengungkapkan TD:120/80mmHg
kekhawatiran untuk perasaan N:85x/mnt
3)TTV dalam rentang
mengurangi kekhawatiran untuk RR:18x/mnt
normal: kecemasan. mengurangi S: 36,5 C
5. Ajarkan pasien kecemasan. SpO2: 100%
TD:120-140/60-80mmHg
relaksasi nafas dalam 5. Mengajarkan pasien
N:60-100x/mnt 6. Kolaborasi dengan 8.20 relaksasi nafas dalam A: Masalah ansietas
dokter untuk 6. Berkolaborasi teratasi
RR:16-20x/mnt
pemberian obat anti dengan dokter untuk
S:36,5-37,9 C cemas pemberian obat anti P:
cemas Pertahankan kondisi
SpO2:>95%
pasien
ASSESMEN PRA INDUKSI/ RE- ASSESMEN
Tanggal : 29 September 2021
Kesadaran : komposmentis Pemasangan IV line : □√ 1 buah □ 2 buah □ ……….
Tekanan darah: 110/70mmHg, Nadi : 80 x/mnt. Kesiapan mesin anestesi : □√ Siap/baik □ ………
RR : 20x/mnt Suhu : 360C Sumber gas medik : □√ Siap/baik □ ………
Saturasi O2 : 100 % Kesiapan obat anestesi : □√ Siap/baik □ ………
Gambaran EKG : Irama sinus Kesiapan obat life safing : □√ Siap/baik □ ………
Kesiapan cairan ifus : □√ Siap/baik □ ………
Kesiapan darah (sesuai kebutuhan): □√ Siap/baik □ ………
Penyakit yang diderita : □√Tidak ada □ Ada, sebutkan……………
Gigi palsu : □√ Tidak ada □ Ada , permanen □ Ada,sudah dilepas
Alergi : □√ Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
Kontak lensa : □√ Tidak ada □ Ada , sudah dilepas.
Penggunaan obat sebelumnya: □√ Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
CATATAN LAINNYA:

II. Intra Anestesi


Nama : Ny. M No. CM : 414938
Umur : 21Th Dx : FAM Bilateral
Jenis kelamin :Perempuan Ruang : IKO

N Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &


o (Masalah) Paraf
Tujuan Intervensi Jam
1 RK Cedera Setelah dilakukan 1. Pindahkan pasien ke 8.30 1. Memindahkan pasien S:- Nabilah
fisik asuhan keperawatan meja operasi denagn ke meja operasi O:
pembedahan anestesi 1x30 menit hati-hati dengan hati-hati
diharapkan resiko 2. Pasang bed side 2. Memasang bed side - Pasien terpasang
trauma fisik monitor 8.35 monitor penyangga lengan/
pembedahan tidak 3. Pasang pengangga 8.40 3. Memasang pengangga tangan
terjadi masalah dengan tanggan/ lengan tanggan/ lengan - Pasien terpasang
kriteria hasil: 4. Berikan oksigen 4. Mempersiapkan alat bed side monitor
1)Pasien tidak melalui ETT 8.50 dan obat anestesi - Pasien dalam posisi
mengalami trauma 5. Persiapkan alat dan sesuai degan tehnik supine
pembedahan obat anestesi sesuai yang akan dilakukan - TTV:
2)Pasien tidak degan tehnik yang GA ETT TD: 120/80 mmHg
merasakan nyeri dan akan dilakukan 9.00 5. Memberikan oksigen Nadi: 76x/menit
aktivitas fungsional 6. Monitoring intra melalui ETT RR: 16x/menit
motorik tidak terjadi anestesi 6. Melakukan monitoring SpO2: 100%
3) TTV Dalam rentang 7. Monitoring TTV 9.05 intra anestesi A: tidak terjadi komplikasi
normal 7. Melakukan monitoring trauma fisik pembedahan
TD:120-140/60- 9.10 – TTV
selesai P: pertahankan kondisi
80mmHg pasien
N:60-100x/mnt
RR:16-20x/mnt
S:36,5-37,9 C
SpO2:>95%
2 RK Disfungsi Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- 9.05 1. Mengobservasi tanda- S: - Nabilah
Kardiovaskuler tindakan keperawatan tanda vital tanda vital O:
anestesi selama 1x30 2. Lakukan rehidrasi 2. Melakukan rehidrasi
menit diharapkan cairan sesuai dengan 9.10 cairan loading NaCl -TTV:
pasien dengan kritersa program kolaboratif 500cc TD: 180/80 mmHg
hasil: dengan dokter 3. Melakukan monitoring
1)Tekanan darah anestesi 9.05 intra anestesi Nadi: 70x/menit
pasien tidak turun 3. Lakukan monitoring 4. Memonitoring RR: 18x/menit
melebihi 20% dari intra anestesi kardiovaskular ( tekanan
A: masalah pasien teratasi
tensi pre anestesi 4. Monitoring 9.15 darah, irama dan
sebagian
2)Tidak terjadi kardiovaskular frekuensi nadi, MAP)
komplikasi pada ( tekanan darah, 5. Monitoring lead EKG P: pertahankan kondisi
sistem kardivaskular irama dan frekuensi 6. Monitoring balance pasien
3)TTV dalam batas nadi, MAP) 9.15 cairan
normal 5. Monitoring lead EKG 7. Berkolaborasi persiapan
- TD : 120- 6. Monitoring balance 9.20 pemberian drip obat
140/60-80 cairan vasokonstriktor
- mmHg 7. Kolaborasi persiapan
- Nadi : 60-100 pemberian drip obat
x/menit vasokonstriktor
- RR : 16-20
x/menit
- S:36,5-37,9 C
- SpO2: >95%
4) Kebutuhan cairan
pasien terpenuhi
III. Pasca Anestesi
Nama : Ny. M No. CM : 414938
Umur : 21Th Dx : FAM Bilateral
Jenis kelamin :Perempuan Ruang : IKO

N Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &


o (Masalah) Paraf
Tujuan Intervensi Jam
1 Hipotermi Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- tanda 9.40 1. Mengobservasi tanda- S: pasien mengatakan Nabilah
asuhan keperawatan vital dan kesadaran umum tanda vital dan dingin sedikit berkurang
anestesi selama 1x30 pasien kesadaran umum O: -
menit diharapkan 2. monitoring suhu tubuh pasien
hipotermi teratasi 2. Monitoring suhu - pasien sudah tidak
pasien menggigil
dengan kriteria hasil: 9.40 tubuh pasien
1. Pasien tidak 3. Beri selimut pada pasien 3. Memberikan selimut - Suhu tubuh pasien
mengeluh 4. Beri posisi yang nyaman 9.45 pada pasien 36
kedinginan 4. Memberikan posisi - Akral pasien teraba
2. Pasien tidak 5. Delegative dengan 9.50 yang nyaman hangat
mengigil dokter anestesi dalam - TTV dalam batas
3. Pasien merasa pemberian obat normal:
nyaman termogulasi TD: 120/80 mmHg
4. Akral pasin terasa
hangat A: masalah teratasi
5. TTV dalm batas
normal P: pertahankan kondisi
TD : 120-140/60- pasien
80mmHg
Nadi : 60-100
x/menit
RR : 16-20
x/menit
S:36,5-37,9 C
SpO2: >95%
INTRA ANESTESI
Infus perifer : tangan kanan ukuran abocath 22G Obat-obatan / Infus
1. NaCl 500ml NaCl 500ml                     
2.                      
CVC :                      
Posisi                      
□√ Terlentang □ Lithotomi □ Perlindungan mata                      
□ Prone □ Lateral □ Ka □ Ki □ Lain-lain                      
Premedikasi                      
□ Oral :                      
□ I.M :                      
□ I.V: ondansetron & miloz                      
Induksi N2O / O2                    
□√ Intravena : Gas : Sevo 1,5-2 %                    
□ Inhalasi :
Tata Laksana Jalan nafas   RR N TD
Face mask No Oro/Nasopharing 28 220
√ETT No7 JenisReguler(kingking) Fiksasi 15cm 20 200                
LMA No Jenis 16 180                
Trakhesotomi  N  12 160            
Bronkoskopi fiberoptik  Sis  8 180 140            
Glidescope  Dis 160 120              
Lain-lain  + RR 140 100          
120 80          
Intubasi           
□√ Sesudah tidur □ Blind □ Oral □Nasal □ Ka  □ Ki 100 60           
□ Trakheostomi    80 40              
□ Sulit ventilasi :  60 20            
□ Sulit intubasi : 0            
□ Dengan stilet □ Cuff □ Level ETT □√ Pack            
Ventilasi                
□ Spontan □√ Kendali □ Ventilator: TV RR PEEP Mulai anestesia X Selesai anestesia ←X Mulai pembedahan O→ Selesai pembedahan ←O
□ Konversi : Intubasi ↑ Ekstubasi ↓ Pemantauan
SpO2 100%                    
Tindakan Anestesi PE CO2 mm Hg                    
FiO2
Teknik Regional/Blok Perifer Lain-lain :                    
Jenis : Cairan infus ml
Darah ml
Lokasi :
Urin ml
Jenis Jarum / No : Perdarahan ml
Kateter : □ Ya □ Tidak Fiksasi cm
Obat-obat : Lama pembiusan : 40 menit
Komplikasi : Lama pembedahan : 30 menit
Hasil : □ Total Blok □Partial Masalah Intra Anesstesi:
□ Gagal
PASCA ANESTESI

CATATAN PASIEN DI KAMAR PEMULIHAN :


Waktu masuk RR: Pk 09.40
Penata anestesi pengirim : Nabilah
Penata anestesi penerima : Dila
Tanda Vital : □TD: 1120/80mmHg □Nadi:70x/menit □RR:16x/menit □Temperatur :35,70C
Kesadaran : □ √Sadar betul □Belum sadar □Tidur dalam
Pernafasan : □ √Sponta □Dibantu □VAS
Penyulit Intra operatif :
Instruksi Khusus :
Frekuensi napas

Frekuensi nadi

Tekanan darah

S S S
SKALA C STEWARD C C
ALDRETTE
NYERI SCORE
O O BROMAGE SCORE O
(Lingkar) R SCORE R R
E E E
28 220 Gerakan penuh dari
20 200 0 Saturasi O2 Pergerakan
26 180 tungkai
1
12 160 2 Tak mampu
8 180 140 3 Pernapasan Pernafasan ekstensi tungkai
160 120 4
140 100 5 Tak mampu fleksi
120 80 6 Sirkulasi Kesadaran lutut
100 60 7
80 40 8 Tak mampu fleksi
60 20 9 Aktifitas
motorik pergelangn kaki
0 10

Kesadaran

Lama Masa Pulih :


Menginformasikan keruangan untuk menjemput pasien :
1. Jam : Penerima : 2. Jam : Penerima : 3. Jam :
Penerima :

KELUAR KAMAR PEMULIHAN


Pukul keluar dar RR : Pk. ke ruang: □ rawat inap □ ICU □ Pulang □ lain-lain:
SCORE ALDRETTE :
SCORE STEWARD:
SCORE BROMAGE:
SCORE PADSS (untuk rawat jalan): □ not applicable
SCORE SKALA NYERI: □ Wong Baker:
Nyeri : □ tidak □ ada
Risiko jatuh : □ tidak beresiko □ resiko rendah □ resiko tinggi
Risiko komplikasi respirasi : □ tidak □ ada
Rsiko komplikasi kardiosirkulasi □ tidak □ ada
Rsiko komplikasi neurolgi : □ tidak □ ada
Lainya

INSTRUKSI PASCA BEDAH:


Pengelolaan nyeri :
Penanganan mual/ muntah :
Antibiotika :
Obat-obatan lain :
Infus :
Diet dan nutrisi :
Pemantauan tanda vital : Setiap Selama
Lain-lain :
Hasil pemeriksaan penunjang/obat/barang milik pasien) yang diserahkan melalui perawat ruangan/ICU :
1) 2) 3)

Anda mungkin juga menyukai