Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

RSUD PROF. DR.


W.Z JOHANNES
KUPANG
KANKER ENDOMETRIUM (ICD 10: C54.1)
1. Pengertian Tumor ganas primer dari lapisan endometrium
Faktor predisposisi:
- obesitas
- rangsangan estrogen terus-menerus
- menopause terlambat (>52 tahun)
- nulipara
- siklus anovulasi
- pengobatan tamoxifen
- hiperplasia endometrium.

Faktor yang melindungi:


- pil kontrasepsi
- kontrasepsi hormonal

2. Anamnesis - metroragia pada periode perimenopause


- perdarahan pasca menopause

3. Pemeriksaan  Vulva/vagina: perdarahan


Fisik
 Serviks: biasanya licin atau mungkin juga terdapat
penyebaran massa

 Uterus: bentuk dan ukuran normal atau lebih besar dari


normal

 Parametrium: biasanya masih lemas

 Adneksa: terdapat atau tidak terdapat massa


4. Kriteria  Anamnesis
Diagnosis
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Penunjang

5. Diagnosis Kanker Endometrium


Stadium Kanker Endometrium FIGO (2009)

Stadium I : Tumor terbatas pada corpus uterus

 IA : Tidak ada invasi atau invasi < ½ myometrium


 IB : Invasi > ½ myometrium

Stadium II : Tumor menembus stroma serviks, tapi tidak menembus


keluar uterus

Stadium III : Lokal dan/ atau penyebaran tumor regional

 IIIA : Tumor menembus lapisan serosa dari corpus uterus


dan/atau adnexa
 IIIB : Penyebaran ke pelvis dan/ atau parametrium
 IIIC : Metastasis ke KGB pelvis dan / atau paraaorta
o IIIC1 : KGB pelvik (+)
o IIIC2 : KGB paraaorta (+) dengan atau tanpa KGB
pelvis (+)

Stadium IV : Invasi ke kandung kemih dan/ atau mukosa usus


dan/atau metastasis jauh

 IVA : Invasi ke kandung kemih dan /atau mukosa usus


 IVB : Metastasis jauh, termasuk metastasis intraabdominal
san/atau KGB inguinal.
Bagan: Derajat resiko kanker endometrium

Ris iko Re n d a h Ri s iko Me n e n ga h Ris iko Tin ggi

S ta d iu m IA, S ta d iu m IA, S ta d iu m IB , d e ra ja t
d e ra ja t 1 a ta u 2 d e ra ja t 3 3
( h is to lo gi ti p e 1) ( h is to lo gi ti p e 1) ( h is to lo gi tip e 1)

S ta d iu m IB , d e ra ja t S ta d iu m IA-B
1 a ta u 2 ( h is to lo gi tip e 2 )
( h is to lo gi tip e 1)
S ta d iu m I d e n ga n
in va s i
li m fo va s ku la r

6. Diagnosis • Kanker serviks


Banding
• Kanker ovarium

• Kanker korpus uteri


7. Pemeriksaan  Ultrasonografi
Penunjang
 SIS (Saline Infusion Sonography)

(Pemeriksaan USG, transvaginal dan/atau transrektal serta


abdominal maupun SIS membantu menilai invasi ke
miometrium, pembesaran kelenjar getah bening pelvik dan
para aortik, invasi ke adneksa maupun ke parametrium).
 Mikrokuret (Pippele)
 Kuretase bertingkat
 Sitologi endometrium (Endoram)
 Histeroskopi diagnostik dengan atau tanpa biopsi terarah
 Pemeriksaan CA 125 (jika terdapat invasi ke adneksa, atau
kecurigaan kanker ovarium)

8. Terapi Terapi disesuaikan dengan stadium penyakit

STADIUM IA:

a. TATALAKSANA KONSERVATIF:

Pada penderita kanker endometrium, tatalaksana konservatif masih


dimungkinkan dengan berbagai persayaratan dan pemantauan
ketat.

Tatalaksana Konservatif pada usia muda

• Klinis stadium I A, tipe I, derajat diferensiasi baik

• Lesi terbatas di endometrium (tidak ada invasi ke


miometrium)

• Tidak terdapat invasi ke kelenjar getah bening (imaging CT


Scan)

• Ingin mempertahankan fertilitas

• Tidak ada tumor ovarium

• Tidak ada riwayat Lynch Syndrome

• Tidak ada kontra indikasi terapi progestin

• Pasien patuh

Regimen tatalaksana konservatif


• GnRH Agonis
• Terapi Progestin oral 250 – 500 mg per hari
• LNG – IUS
• Reseksi endometrium dengan histeroskopi
• Atau kombinasi dari terapi yang ada di atas
Penilaian klinis, imaging dan histopatologi setelah 3 bulan
Pemantauan Konservatif :
• Monitoring ketat
• USG dan klinis
• Pemeriksaan PA, kuretase bertahap, mikrokuret (Pipelle),
histeroskopi
Tatalaksana kanker endometrium meliputi operatif, kemoterapi,
terapi hormonal dan radiasi.

b. PEMBEDAHAN
INDIKASI:
• Tidak respon dengan terapi hormonal
• Progresif
• Kambuh
• Cukup anak

- Pembedahan merupakan tatalaksana utama kanker


endometrium, dengan histerektomi total dan salpingoooforektomi
bilateral sebagai prosedur utama.

- Prosedur tambahan seperti limfadenektomi bergantung pada


stadium klinis, tipe histologi, diferensiasi dan rasio untung
ruginya.

- Laporan operasi harus mencantumkan jenis limfadenektomi yang


dilakukan (pelvik dan paraaorta).

- Limfadenektomi pelvik meliputi diseksi KGB pelvik iliaka eksterna


dan interna.

- Limfadenektomi paraaorta meliputi diseksi KGB hingga vena


renalis kiri.
- Histerektomi per laparaskopi, LAVH dan TVH direkomendasikan
untuk stadium 1
- Laparatomi direkomendasikan jika terdapat kondisi khusus yaitu
ukuran tumor yang besar, kegagalan atau kontra indikasi
laparaskopi atau perlekatan hebat.
c. TERAPI AJUVAN PASCA PEMBEDAHAN
- Radiasi dapat diberikan dengan metode EBRT (external beam
radiotherapy)/radiasi eksterna atau BT
(brachytherapy).Volume radiasi tergantung dari stadium
kanker endometrium.
- Bila ajuvan kemoterapi diberikan maka pemberiannya
diberikan secara intravena atau sekuensial sebelum atau
sesudah radiasi, kecuali bila terdapat kontraindikasi.
- Terapi hormonal diindikasikan jika ditemukan reseptor hormon.

Pasien kanker endometrium diobati dengan tindakan pembedahan


histerektomi saja atau histerektomi dan radiasi pascabedah.

- Pada stadium dini dengan diferensiasi baik, cukup dilakukan


histerektomi total dan salpingo-ooforektomi bilateral.

- Operasi dilakukan dengan insisi mediana (insisi pfanenstiel


dapat dilakukan pada kasus tertentu), dilakukan bilasan
peritoneum abdomen dan pelvis, eksplorasi dan palpasi
kemungkinan metastasis ke organ abdomen, termasuk bagian
atas abdomen, histerektomi total dan salpingo-ooforektomi
bilateral, kemudian uterus dibelah untuk melihat kedalaman
invasi ke miometrium. Kelenjar getah bening pelvis dan
paraaorta dan omentektomi dilakukan berdasarkan kriteria
kelompok resiko tinggi dan jenis histopatologi.

STADIUM IB:
- Risiko Rendah dilakukan Histerektomi Total
Salpingoooforektomi Bilateral
- Risiko Tinggi dilakukan Histerektomi Total
Salpingoooforektomi Bilateral dilanjutkan ajuvan terapi radiasi
eksterna, radiasi interna, kemoterapi.
- Tipe patologi papillary serous atau clear cell dilakukan
laparotomi staging, kemudian dilanjutkan terapi adjuvan
radiasi eksterna, radiasi interna, kemoterapi.

STADIUM II :
- Pada stadium II dilakukan histerektomi total diperluas
(extended hysterectomy/modified radical hysterectomy),
salpingo-ooforektomi bilateral, diseksi kelenjar getah bening
pelvis dan paraaorta bila mencurigakan, bilasan peritoneum.

STADIUM III – IV dan REKUREN:

- Pada stadium III dan IV dilakukan operasi dan/atau radiasi


dan/atau kemoterapi. Pengangkatan tumor merupakan terapi
yang utama, walaupun telah bermetastasis ke abdomen.

Radioterapi

Radiasi pelvis dan/atau brakhiterapi vagina adjuvant pasca bedah


diberikan pada kasus pasca operatif, kecuali pada stadium I A
resiko rendah.

Kemoterapi

Kemoterapi dapat diberikan pada kanker endometrium yang


memerlukan tatalaksana kemoradiasi. Kemoterapi juga dapat
diberikan untuk kasus rekuren kanker endometrium yang hanya
diberikan kemoterapi.

Jenis obat kemoterapi yang dapat diberikan adalah: cisplatin,


carboplatin, doxorubicin, liposomal doxorubicin, paclitaxel,
topotecan, bevacizumab, temsirolimus, docetaxel, ifosfamide.

Kemoterapi kombinasi yang dapat diberikan bila ditoleransi adalah:


carboplatin/paclitaxel,cisplatin/doxorubicin,
cisplatin/doxorubicin/paclitaxel,carboplatin/docetaxel,
ifosfamide/paclitaxel, cisplatin/ifosfamide.

Bagan tatalaksana kanker endometrium tipe epitelial


Stadium II

- Histerektomi Radikal + Limfadenektomi Pelvis


- Terapi adjuvan: Terapi radiasi, kemoterapi
- Tipe patologi papillary serous atau clear cell dilakukan
laparotomi staging, kemudian dilanjutkan terapi ajuvan radiasi
eksterna, radiasi interna, kemoterapi
Stage III

Stad iu m IIIA Stad iu m IIIC


Stad iu m IIIB

III C1
III C2
Tid ak d ap at
Da p at d ilaku kan
d ilaku kan p e m be d ah an TH BSO
TH BSO p e m be d ah a n
Lim fad e n e kt D ap a t Tid ak
Om e n te kto m i d ilaku ka n d apa t
o m i pe lvik
in fragas trik KGB pe m e b e d a h an d ilaku kan
paraao rta D is e ks i p e m be d ah
Lim fad e n e kto te rap e u tik an
m i pe lvik d an TH BSO KGB
paraao rta p araao rta
Lim fad e n e
Sito lo gi kto m i
EBRT pe lvik TH BSO
pe rito n e al p e lvik d an EBRT pe lvik
d ilan ju tkan d an
p ara ao rta Bra kite ra pi
d e n gan Lim fad e n e
Sito lo gi u te ru s , va gin a kto m i
p e rito n e a l Co n co m ita n t Brakite rapi te ra p e u tik EB RT
CT vagin a pe lvik d a n pe lvk d an
Pe m e riks aa pa ra a o rta pa raa o rta
n tam bah an EBRT Ly m p h a t i c
Re s po n CT pe e lvik boost
d an BT ir r a d ia t i o
vagin a n
pas ca Bt va gin a
Ko m plit Pa rs ia l o pe ratif d an u te ru s
CT CT

Pe m be d ah a n
Rekuren Non Ke ka m b u h a n N o n
Lokal Lo k al

Me tastasis Disseminated
te rbatas disease

Dapat Tid ak d a p a t
ES S Ke la i n a n
dire se ki d ire s e ks i la i n n ya

Te ra p i H o rm o n ±
R a d io te ra p i p a lia tif
Re s e ks i Pe m be d ah a n : Ke m o te r a p i ± a ta u
-P e r tim b a n gk a n R a d i o te r a p i p a lia tif P e ra w a ta n S u p o rt if
Ke m o te ra p i a ta u Te ra p i a tau
H o rm o n Te ra p i H o rm o n ( ESS
-P e r tim b a n gk a n s aja )
R a d i o te ra p i p a s c a o p e ra tif a tau
R a d i o te r a p i p a lia tif
Ke m o te r a p i ±
R a d io te ra p i P al ia ti f
a ta u
P e r a w a ta n P a li a ti f

9. Edukasi  Diberikan penjelasan pada setiap aspek tindakan, baik


diagnostik maupun terapetik, kecuali bila keadaan sudah
sangat mengancam jiwa
 Penjelasan tentang diagnosis dan stadium penyakit, rencana
terapi, hasil pengobatan dan kemungkinan komplikasi
pengobatan

10. Prognosis Tergantung beberapa faktor antara lain:


- keadaan umum pasien
- pilihan pengobatan
- stadium penyakit
adanya penyulit infeksi
11. Indikator 1. Monitoring efek samping saluran cerna, kadar hemoglobin,
Medis kadar neutrofil dan trombosit.
2. Penilaian waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pengobatan (overall treatment)
Penilaian respon secara klinis (pemeriksaan rektovagina dan
USG)
12. Kepustakaan 1. Crowder S, Lee Christine, Santoso T. Cancer servix. In: JT
Santoso and RL Coleman, Handbook of Gyn Oncology,
McGraw-Hill, New York, 2000, Pp 25-32
2. Benedet JL, Ngan HYS, Hacker NF. Staging classifications and
clinical practice guidelines of gynaecologic cancer. FIGO and
IGCS, 2nd edit, November 2003.
3. Clinical practice Guidelines in Oncology V.1.2003.
National Comprehensive Cancer Network.
4. Ali Ayhan. Textbook of gynaecological oncology, 2010, gunes
publising
5. Pecorelli S: Revised FIGO staging for carcinoma of the vulva,
cervix, and endometrium. Int J Gynaecol Obstet 105 (2): 103-4,
2009
6. NCCN 2014

Kupang, Maret 2017


Mengetahui,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Kebidanan & Kandungan

dr. Alders A. Kusa Nitbani, Sp.B dr. Laurens David Paulus, Sp.OG(K) Onk
NIP.19700403 200012 1 003 NIP. 19721229 200112 1 001

Direktur RSUD Prof. DR. W. Z Johannes Kupang

drg. Dominikus Minggu, MKes


Pembina Utama Madya
NIP. 19600731 198812 1 001

Anda mungkin juga menyukai