Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID
10 Januari 2019

OLEH :
Andreas Perdana Putra Gore, S.Ked

PEMBIMBING

dr. Dickson A. Legoh, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIK

SMF/BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAAN UNDANA

RUMAH SAKIT JIWA NAIMATA

KUPANG

2019
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A.S

Tempat/tgl lahir : Kupang, 15 Oktober 1960 (58tahun)

Suku : Rote

Agama : Kristen Protestan

Status pernikahan : Belum Menikah

Pendidikan : SMP

Pekerjaan :-

Alamat : Liliba

II. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Riwayat perjalanan penyakit didapat melalui hetero anamnesis terhadap

keponakan pasien saat mengantar pasien ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Naimata

tanggal 4 Januari 2019, autoanamnesis terhadap pasien pada hari Sabtu, 5

Januari 2019 pukul 10.00 WITA di RSJ Naimata, serta heteroanamnesis

terhadap kakak kandung dan keponakan pasien pada hari Selasa, 8 Januari

2019 pukul 17020 WITA di rumah pasien di Liliba, Kota Kupang.

A. Keluhan Utama (didapat heteroanamnesis)

Pasien dibawa ke RSJ Naimata pada hari Jumat tanggal 4 Januari 2019

karena pasien sering bicara sendiri dan cenderung berbicara dengan suara

keras, sering jalan-jalan sendiri dan jarang tidur. Gejala-gejala tersebut sudah

dialami sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit.

1
B. Riwayat Gangguan Sekarang

1. Autoanamnesis

Wawancara dilakukan pada hari Rabu, 5 Januari 2019 pukul 10.00

WITA di RSJ Naimata.

Pemeriksa : “Selamat pagi To’o.” (sambil menjabat tangan pasien)

Pasien : “Selamat siang pak.”

Pemeriksa: “To’o sudah selesai makan kacang hijau tadi?”

Pasien : “Sudah pak dok.”

Pemeriksa: “Baik sudah. Saya dokter muda Andre, saya tanya-tanya

tentang To’o pung keadaan e?”

Pasien : “Iya boleh dokter. Silahkan.”

Pemeriksa: “To’o punya perasaan hari ini rasa bagaimana?.”

Pasien : “Baik-baik dokter, hanya saya kurang tidur ni.”

Pemeriksa: “Baik-baik yang bagaimana maksdunya To’o? Senang atau

sedih?”

Pasien : “Ya rasa biasa-biasa saja.”

Pemeriksa: “Tidak senang tidak sedih juga kah?”

Pasien : “Iya dokter.”

Pemeriksa: “To’o kenapa kurang tidur?”

Pasien : “Ya itu karena ada orang-orang dong di rumah ni, jadi beta

harus jaga dirumah.”

Pemeriksa: “Orang-orang siapa? Memangnya mereka mau buat apa ko

To’o harus jaga rumah?”

2
Pasien : “Dong mau culik anak-anak dong, cucu dirumah. Makanya

harus jaga. Ada orang Rote dong.”

Pemeriksa : “Itu To’o tau dari siapa kalau ada orang-orang disana? To’o

lihat mereka kah?”

Pasien : “Iya. Dong ada di bawah tanah gali lubang. Dong mau culik

dan curi dirumah.”

Pemeriksa : “Terus tadi malam mereka ada disini?”

Pasien : ”Tidak, hanya dirumah saja. ”

Pemeriksa : “Tadi malam mereka ada dirumah ko? To’o kan disni, lalu

tau darimana kalau mereka ada di lubang di rumah?”

Pasien : “Sonde, pokoknya ada, mau ambil barang dirumah. Makanya

beta harus kembali rumah”

Pemeriksa : “Mereka ada berkomunikasi dengan To’o dari sana ko?”

Pasien : “Sonde berkomunikasi pak dokter, hanya itu hari pas dirumah

beta ada lihat mobil di lubang di tanah terus orang mereka juga

ada di atap.”

Pemeriksa: “Itu orang-orang dirumah su dari kapan? Baru-baru sa

sebelum To’o kesini ko? Atau su dari lama?”

Pasien : “Su dari lama pak dokter, mereka ada banyak. Makanya beta

ada jaga rumah, beta marah-marah itu orang-orang. Orang

rumah kira beta gila, marah-marah tidak jelas, makanya

mereka bawa saya kesini.”

Pemeriksa: “Mereka semua ni mau berbuat apa memangnya To’o?”

3
Pasien : “Mereka mau buat jahat. Mereka ada di lubang di tanah, harus

pakai kawat gali. Mau culik cucu dan mau ambil harta kami

punya”

Pemeriksa: “Memangnya To’o punya harta banyak ko?”

Pasien : “Banyak, tanah dong banyak. Saya punya harta dong banyak

ada dirumah, uang ada banyak. Tapi anak-anak dong juga mau

culik.”

Pemeriksa: “Itu orang ada omong-omong dengan To’o ko?

Pasien : “Sonde.”

Pemeriksa: “Terus To’o ada dengar suara-suara lain atau tidak?”

Pasien :“Ada dengar. Su dari lama itu”

Pemeriksa: “Dari lama? Kalau tadi malam ada dengar atau tidak?”

Pasien : “Iya ada dengar.”

Pemeriksa: “Itu suara bilang apa?”

Pasien : “Tidak ada.”

Pemeriksa: “Lalu tadi bilang ada suara tu suara apa?”

Pasien : “Suara orang marah-marah. Tadi malam disini juga ada

marah-marah.”

Pemeriksa: “Suara marah kenapa?”

Pasien : “Marah-marah, teriak-teriak .”

Pemeriksa: “Oh oke To’o. Itu kan To’o dengar-dengar, To’o ada pernah

rasa seperti tangan, kaki, atau badan seperti tertusuk-tusuk atau

ada sesuatu yang raba tidak?”

4
Pasien : “Sonde”

Pemeriksa : “Lalu beta sering lihat To’o pake lotion terus tu supaya apa?

Sedikit-sedikit pake terus tu?”

Pasien : “Oh ini supaya bersih. Supaya rapi dan bersih dan celaka

dong jauh semua.”

Pemeriksa: “Kalau To’o pernah tidak rasa cium sesuatu yang bau sekali

atau harum sekali begitu?.”

Pasien : “Sonde juga.”

Pemeriksa: “Kalau rasa manis atau pahit di mulut padahal To’o sonde

makan apa-apa pernah?”

Pasien : Sonde juga.”

Pemeriksa:“Sekarang To’o merasa tidak seperti ada sesuatu kekuatan

sedang mengendalikan atau mempengaruhi To’o?”

Pasien :“Sonde. Hanya beta marah-marah dirumah saja, orang dong

sonde tau kalau ada itu orang-orang semua”

Pemeriksa : “Atau To’o sendiri rasa punya kekuatan atau tidak? Bisa baca

orang punya pikiran?”

Pasien : “Tidak, hanya marah-marah saja.”

Pemeriksa: “To’o rasa di kepala ni seperti ada pikiran yang berulang-

ulang sampai To’o rasa kepala penuh atau tidak?”

Pasien : “Sonde.”

Pemeriksa: “Atau To’o punya pikiran seperti ditarik keluar atau pikiran

dari luar masuk ke To’o punya kepala?”

5
Pasien : “Sonde juga.”

Pemeriksa: “To’o rumah dimana?”

Pasien : “Di Liliba, dekat-dekat sini. Ada rumah cucu banyak, tapi itu

orang Rote dong mau culik”

Pemeriksa: “Di rumah tinggal dengan siapa?”

Pasien : “Dengan kakak dan cucu dong.”

Pemeriksa: “To’o tau sekarang ni ada dimana?”

Pasien : “Di gedung rumah sakit Naimata.”

Pemeriksa: “Rumah sakit apa?.”

Pasien : “Rumah sakit jiwa.”

Pemeriksa: “Jadi To’o ada sakit ko?”

Pasien : “Sonde sakit, hanya orang dong kira beta sakit karena beta

suka marah-marah.”

Pemeriksa: “Lalu To’o tau tidak minum obat tu supaya apa?”

Pasien : “Tidak tau, mereka siap jadi saya minum saja. Saya tidak

sakit”

Pemeriksa: “Waktu itu siapa yang antar ke sini?”

Pasien : “Ada ponakan yang antar, kakak punya anak-anak yang antar

sore-sore.”

Pemeriksa : “To’o sekarang umur berapa?”

Pasien : “Umur 34 tahun.”

Pemeriksa: “To’o lahir tahun berapa?”

Pasien : “6 oktober 1980 di Kupang.”

6
Pasien : “Sonde.”

Pemeriksa : “To’o tau sekarang tahun berapa?”

Pasien : “Tahun 2008, sama ke itu hari orang-orang dong ada datang

kerumah”

Pemeriksa : “sekarang ni hari apa dan tanggal berapa To’o?”

Pasien : “sekarang hari Sabtu, tanggal 7 September.”

Pemeriksa : “Sekarang ni siang atau malam?”

Pasien : “Kalau sekarang ni siang.”

Pemeriksa : “To’o sudah makan pagi ko? Makan apa tadi pagi?”

Pasien : “Makan nasi lauk telur. Tadi barusan ni yang makan kacang

hijau ibu yang kasi?”

Pemeriksa: “To’o suka minum-minu alkohol ko?”

Pasien : “Sonde.”

Pemeriksa: “Kalau pakai narkoba?”

Pasien : “Sonde pernah”

Pemeriksa : “To’o sekarang ada pusing ko, atau badan sakit, atau batuk

pilek? Atau dulu ada pernah sakit apa begitu.”

Pasien : “Sonde pak, beta sehat-sehat sa. Makanya saya dirumah

saja.”

Pemeriksa : “To’o tau sekarang presiden Indonesia siapa?”

Pasien : “Jokowi, wakil Yusuf Kala.”

Pemeriksa : “Oh iya baik sudah.”

7
2. Heteroanamnesis

Wawancara dilakukan pada hari Selasa 8 Januari 2019 dari kakak

kandung pasien di rumah tinggal pasien dan pada tanggal 4 Januari 2019

dari pengantar pasien saat mengantar pasien ke UGD RSJ Naimata.

Pasien dibawa ke RSJ pada tanggal 4 Januari 2019 dikarenakan pasien

suka berteriak-berteriak, berbicara sendiri sambil marah-marah, dan sering

jalan-jalan berkeliling sekitar rumah, serta jarang tidur. Gejala-gejala

tersebut sudah dirasakan sejak 3 minggu sebelum pasien dibawa ke Rumah

Sakit.

Pasien berteriak-berteriak seperti berbicara dengan orang lain sambil

marah-marah. Ketika ditanya keluarga, pasien menjawab bahwa ada orang

di bawah tanah yang mau culik anak-anak dan mau ambil harta dirumah.

Karena itu, pasien jarang tidur malam karena berkata hendak menjaga

rumah dari orang-orang tersebut. Pasien juga berbicara sambil berteriak-

teriak sehingga mengganggu ketenangan sekitar.

Berdasarkan keterangan keluarga, pasien sering menganggap bahwa

dirinya memiliki banyak harta dan banyak tanah dan dirinya adalah

seorang perwira tentara. Dulunya pasien sempat ingin menjadi tentara

namun tidak pernah mendaftar karena pasien tidak lulus SMP.

Keluarga juga mengatakan bahwa sebelum masuk rumah sakit, sudah 3

hari pasien tidak tidur. Pasien terus berbicara, terus berjalan-jalan di

sekitar kompleks rumah, dan marah-marah sambil berteriak. Namun

pasien tidak pernah menyerang orang atau hendak melukai dirinya sendiri.

8
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Berdasarkan hasil heteroanamnesis, pasien pertama kali menunjukan

gejala pada tahun 2016 dimana pasien awalnya sering merasa ketakutan

seperti ada sesuatu yang hendak mencari dan mengejar pasien, sehingga

pasien sering masuk di bawah kolong meja atau kolong kursi. Saat

ditanyakan, pasien mengatakan bahwa ada orang di tanah dan atap rumah

yang hendak mencari dia. Pasien juga sering menyiram atap rumah dan

semua rumah karena mengatakan bahwa ada orang di atap rumah yang

hendak mengguna-guna dirinya. Saat keluarga mengatakan bahwa tidak

ada siapa siapa, pasien hanya menjawab “kamu ni tidak tau, mereka ni ada

mau suanggi saya.”

Selain itu, pasien juga sering marah-marah tentang tanahnya yang ada

di Rote hendak diambil oleh keluarganya. Pasien berteriak-teriak bahwa

mereka tidak boleh mengambil harta miliknya.

Menurut keluarga, awal muncul gejala-gejala saat dari kampung

halamannya di Rote pada tahun 2016 untuk mengurusi tanah milik

keluarganya. Namun saat sampai disana, tanah sudah dikuasai oleh

sepupu-sepupunya sehingga tidak ada kesempatan bagi pasien untuk

mengurus tanah tersebut. Sepulanya dari sana pasien suka marah-marah

tanpa sebab dan jarang tidur malam. Setelah itu pasien mulai merasa

dikejar-kejar oleh sesuatu, dan mereka hendak menculik anak-anak dan

mengambil harta. Pasien juga pernah mengatakan bahwa ayahnya sudah

bangkit dari kubur dan berbincang-bincang dengan dirinya.

9
Pada tahun 2016 pasien sempat dibawa ke RSU W.Z Yohanes dan

sempat dirawat inap selam 2 minggu. Selama dirawat dan setelah pulang

dari rawat inap selam 2 minggu di rumah sakit, pasien dirawat oleh kakak

kandungnya, dan sesekali dibantu oleh ponakan-ponakanya. Namun

beberapa bulan setelah keluar, pasien sudah menolak untuk minum obat,

dan harus dirayu untuk mimun obat. Keluarga juga mengatakan bahwa

pasien jarang dibawa kontrol ke rumah sakit karena semua keluarga sudah

capek untuk mengurus dirinya dan karena hanya kakaknya seorang yang

paling sering mengurus pasien. Hal itu menyebabkan pasien putus obat.

Pasien minum obat terakhir pada tahun 2017.

D. Riwayat Sifat Kepribadian Sebelumnya

Menurut kakak pasien, pasien adalah orang yang ceria, banyak bicara,

suka melucu, dan bisa membangkitkan suasana. Pasien aktif dalam

kegiatan-kegiatan sosial, bersosialisasi baik dengan semua tetangga.

Pasien juga orang yang rapi dalam berpakaian, selalu berpakaian bagus

dan rapi, dan rajin untuk mencuci baju jika baju kotor.

Namun kakak kandung pasien juga mengatakan bahwa pasien adalah

orang malas dan manja karena sudah diminta untuk kerja, namun tidak

kunjung mencari kerja dan melanjutkan sekolah.

10
E. Riwayat Kehidupan Pribadi (didapat dari heteroanamnesis)

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak terakhir dari 5 bersaudara. Menurut kakak pasien,

pasien lahir cukup bulan dan tidak prematur, persalinan di bidan. Tidak ada

masalah dalam proses persalinan.

2. Masa Kanak Dini (usia 0-3 tahun)

Pasien diberi ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan. Menurut kakak pasien,

pasien baru bisa berbicara dan berjalan di usia 3 tahun. Menurut kakak

pasien, orang tua tidak sibuk dan tetap mengurusi pasien seperti anak-anak

yang lain.

3. Masa Kanak Pertengahan (usia 3-11 tahun)

Pasien masuk SD pada Usia 7 tahun. Pasien mengalami kesulitan saat

disekolah, lambat dalam mempelajari sesuatu dan mengerti pelajaran

sekolah. Pasien baru dapat membaca dengan baik pada saat kelas 3 SD

setelah dilatih oleh kakak pasien sendiri. Pasien juga pernah tidak naik

kelas sebanyak 2 kali. Pasien bukan anak yang nakal selama di sekolah,

namun anak sulit untuk menerima pelajaran.

4. Masa Remaja

Pasien putus sekolah saat kelas 3 SMP. Pasien saat itu sulit untuk menerima

dan memahami pelajaran dengan baik, sehingga dipukul oleh gurunya.

Setelah itu pasien mengatakan kepada kakaknya tidak mau melanjutkan

sekolah lagi. Setelah tidak melanjutkan sekolah, pasien pergi ke Dili dan

11
bekerja sebagai kuli bangunan. Selama di Dili, kakak pasien tidak terlalu

tahu kondisi pasien karena saat itu pasien terpisah dari kakaknya.

5. Masa Dewasa

o Riwayat Pendidikan

Pasien menjalani pendidikan dari SD sampai SMP di Rote. Selama

sekolah, karena pasien sulit untuk menerima pelajaran, kakak pasien

sering mengajari pasien. Pasien putus sekolah saat SMP karena dipukul

guru matematikanya karena tidak kunjung mengerti pelajaran. Sejak

saat itu, pasien tidak mau melanjutkan sekolah lagi.

o Riwayat Pekerjaan

Pasien pernah bekerja sebagai kuli bangunan. Setelah pindah ke

Kupang, pasien membuka bengkel tambal ban dari hasil tabunganya

sebagai kuli bangunan di Rote.

o Riwayat Psikoseksual

Pasien belum pernah berhubungan seksual dan belum pernah menikah.

o Riwayat Agama

Pasien orang yang taat beribadah dan rajin berdoa. Pasien juga aktif

dalam kegiatan-kegiatan gereja. Namun semenjak sakit, pasien sudah

tidak pernah ke gereja dan berdoa

o Aktivitas Sosial

Pasien memiliki banyak teman dan aktif dalam kegiatan-kegiatan

gereja dan lingkungan rumah. Pasien juga penyayang terhadap cucu-

cucunya dan sering mengajak bermain cucunya.

12
o Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum yang sampai

berurusan dengan kepolisian sebelumnya.

F. Situasi Kehidupan Sekarang

Saat ini pasien tinggal di rumah bersama kakak kandungnya. Rumah

tersebut merupakan rumah permanen, terdapat ventilasi, akses air dari PDAM

dan listrik. Rumah memiliki 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan

terdapat tempat mencuci pakaian. Masing-masing ruangan terdapat ventilasi.

Untuk dapur dan kamar pasien lantai dari semen, sedangkan untuk ruang tamu

dan dapur pasien lantai dari keramik.

Pemasukan tiap bulan didapat dari dana pensiunan kakak pasien

sebagai guru, dan jika kurang dibantu keluarga pasien yang lain. Makan dan

minum pasien dimasakan oleh kakaknya ataupun oleh keluarga yang lain.

Menurut keluarga, walaupun pasien dalam kondisi sakit, namun pasien

sangat penyayang terhadap cucu – cucunya dan sering mengendong dan

mengajak mereka bermain.

G. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak terakhir dari 5 bersaudara. Anak ke 3 dan ke 4

meninggal saat berusia remaja. Menurut kakaknya anak ke 3 meninggal karena

13
memiliki tumor di kepala dan anak ke 4 meninggal karena kecelakaan lalu

lintas. Tidak ada riwayat keluarga yang memiliki gangguan jiwa.

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan : Meninggal

Skema 1. Family Tree Pasien

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 5 Januari 2019

A. Deskripsi Umum

 Penampilan

Seorang laki-laki tampak sesuai dengan usia, mengenakan kaos berkerah

berwarna coklat dan pendek, tampak rapih dilihat dan bersih

 Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Pasien tampak tenang (dinyatakan dengan pasien yang duduk tenang

selama wawancara)

14
B. Sikap terhadap Pemeriksa

 Kooperatif (dinyatakan dengan pasien menjawab dengan baik dan

mengikuti perintah Pemeriksa selama proses wawancara).

 Kontak mata (+).

C. Mood dan Afek

 Mood : Eutimia (dinyatakan dengan pasien berkata perasaan hari ini

biasa-biasa saja, tidak senang, tidak sedih).

 Afek : Menyempit (dinyatakan dengan ekspresi dan gerak tubuh

pasien yang terbatas dan kurang bervariasi).

 Keserasian: tidak serasi.

D. Pembicaraan

Spontan, dengan kuantitas banyak, artikulasi kurang baik (dinyatakan pasien

mau bercerita banyak dengan pemeriksa namun artikulasi kurang baik dan

cenderung berbicara seperti berkumur).

E. Persepsi

Halusinasi auditorik dan visual (+), dinyatakan dengan pasien melihat pasien

ada di atap dan di bawah tanah saat sedang di rumah. Pasien juga mengatakan

bahwa juga mendengar suara-suara berteriak dan marah-marah saat malam hari

pada hari Rabu tanggal 4 januari (malam sebelum pasien diperiksa).

F. Proses Pikir

 Bentuk : Tidak logis (dinyatakan dengan masih terdapatnya waham)

 Arus : Asosiasi Longgar (dinyatakan dengan ide yang berpindah-

pindah dari satu subjek ke subjek lain yang tidak berhubungan sama sekali).

15
G. Isi Pikir

 Waham kejaran (+)

autoanamnesis : dinyatakan bahwa pasien mengatakan bahwa ada orang-orang

yang hendak mengejar-ngejar dirinya, hendak menculik cucunya, dan hendak

mengambil hartanya.

 Waham kebesaran (+)

Autoanamnesis : dinyatakan bahwa pasien mengatakan dirinya memliki tanah

yang banyak dan harta yang banyak.

H. Kesadaran dan Kognisi

 Taraf kesadaran dan kesigapan : sadar penuh/ compos mentis, GCS :

E4V5M6

 Orientasi :

a) Waktu : Terganggu (dinyatakan dengan pasien tidak salah menjawab

tahun, tanggal, dan hari saat dilakukan pemeriksaan. Pasien menjawab

tanggal 7 september 2008)

b) Tempat : Baik (dinyatakan dengan pasien saat ini berada di Rumah Sakit

Jiwa Naimata)

c) Orang : Baik (dinyatakan dengan pasien mengenali keluarga yang

berkunjung saat itu yaitu kedua cucunya)

 Daya ingat :

a) Daya ingat jangka panjang : terganggu (dinyatakan dengan pasien salah

menjawab tanggal lahirnya, pasien menjawab 6 oktober 1980)

16
b) Daya ingat jangka sedang: baik (dinyatakan pasien masih mengingat

siapa yang mengantar dan kenapa waktu itu diantar ke rumah sakit)

c) Daya ingat jangka pendek: baik (dinyatakan dengan pasien masih

mengingat makanan yang pasien makan tadi pagi yakni nasi, telur dan

sayur, serta minum jumlah obat yang diminum tadi pagi yakni 3 jenis

obat)

 Konsentrasi dan perhatian : Baik (dinyatakan dengan pasien mampu

berhitung dari 1 sampai 30 dengan benar)

 Kemampuan visuospasial : Baik

 Pikiran abstrak : terganggu (pasien kesulitan untuk menjelaskan persamaan

dan perbedaan dari bola dan buah semangka)

 Intelegensi dan kemampuan informasi : baik (pasien mengetahui presiden

saat ini yakni Joko Widodo dan wakil presiden Jusuf Kalla)

 Bakat kreatif : pasien hobi dalam bidang olahraga

I. Kemampuan menolong diri sendiri : baik (pasien dapat merawat diri sendiri

dengan cara mandi, makan, minum, berpakaian, toilet, tanpa ada bantuan dari

orang lain)

17
J. Pengendalian Impuls : Baik (dinyatakan dengan pasien yang tampak tenang

tanpa adanya gerakan-gerakan tidak bertujuan yang dilakukan pasien)

K. Daya Nilai dan Tilikan

 Penilaian realita : terganggu (masih terdapat waham)

Tilikan : I (dinyatakan dengan penyangkalan total dari pasien.

Pemeriksa: “To’o tau sekarang ni ada dimana?”

Pasien : “Di gedung rumah sakit Naimata.”

Pemeriksa: “Rumah sakit apa?.”

Pasien : “Rumah sakit jiwa.”

Pemeriksa: “Jadi To’o ada sakit ko?”

Pasien : “Sonde sakit, hanya orang dong kira beta sakit karena beta

suka marah-marah.”

Pemeriksa: “Lalu To’o tau tidak minum obat tu supaya apa?”

Pasien : “Tidak tau, mereka siap jadi saya minum saja. Saya tidak

sakit”

L. Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status Internistik

o TD : 120/70 mmHg

o Nadi : 80x/menit

o Suhu : 36,7 C

o RR : 19 x/menit

18
B. Status Neurologis

GCS E4V5M6.

C. Laboratorium/Penunjang

Tidak dilakukan

D. Pemeriksaan Psikologi

Tidak dilakukan

V. TEMUAN-TEMUAN POSITIF

1. Pasien dibawa ke RSJ Naimata pada tanggal 4 Januari 2019 karena bicara

sendiri, marah-marah, berteriak-teriak, dan merasa bahwa ada orang-orang

yang akan berniat jahat dan menculik cucunya dan mengambil hartanya.

2. Waham Kejaran (+)  dinyatakan pasien merasa seperti ada orang-orang

yang hendak berniat jahat terhadap keluarga dan cucunya dan hendak

mengambil hartanya.

3. Halusinasi visual dan auditorik (+)  pasien mengatakan melihat orang-

orang di bawah tanah dan di atap rumah, dan mendegar suara teriakan

marah-marah.

4. Gejala berlangsung sejak tahun 2016, sempat minum obat untuk gangguan

jiwanya namun terputus.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

1. AXIS I : F20.0 Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak

belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas,

19
serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbagan pengaruh genetik, fisik

dan sosial budaya.1

Kriteria diagnosis untuk menegakkan diagnosis skizofrenia menurut PPDGJ-

III :1

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan

biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau

kurang jelas):

a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau

– Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar

masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan

– Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umumnya mengetahuinya.

b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar atau

– Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar atau

– Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas

merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan

atau penginderaan khusus).

20
– Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan

mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

– Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien.

– Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara atau

– Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan

diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau

berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

2. Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada

secara jelas:

a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah

berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh

ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila

terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan

terus menerus.

21
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang

tidak relevan atau neologisme.

c. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor.

d. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons

emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial,

tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi atau medikasi neuleptika.

3. Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodromal);

4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self

absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

Adapun jenis skizofrenia yang menjadi diagnosis pada kasus ini adalah

skizofrenia paranoid.

Skizorenia paranoid, merupakan jenis dari skizofrenia yang memiliki kriteria

diagnosis sebagai berikut:1

22
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

 Sebagai tambahan :

Halusinasi dan atau waham harus menonjol

o Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah , atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa

bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa

(laughing);

o Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,

atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada

tetapi jarang menonjol;

o Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan

dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;

 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

Dari gejala yang dialami pasien, tampak bahwa ada beberapa gejala yang

masuk dalam kriteria diagnosis schizofrenia paranoid antara lain :

1. Didapati gangguan pada isi pikiran yaitu waham (waham kejaran)

2. Suara halusinasi dan halusinasi visual

3. Gejala berlangsung lebih dari satu bulan

4. Menyebabkan disabilitas pada pasien

23
2. AXIS II. Ciri Kepribadian Histrionik

Pedoman diagnostik1

Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :

 Ekspresi emosi yang dibuat-buat seperti bersandiwara, yang dibesar-

besarkan

 Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan

 Keadaan afektif yang dangkal dan labil

 Terus menerus mencari kegairahan, penghargaan dari orang lain, dan

aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian.

 Penampilan atau perilaku “merangsang” yang tidak memadai.

 Terlalu peduli dengan daya tarik fisik.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas

Menurut kakak pasien, pasien adalah orang yang ceria, banyak bicara,

suka melucu, dan bisa membangkitkan suasana. Pasien aktif dalam

kegiatan-kegiatan sosial, bersosialisasi baik dengan semua tetangga.

Pasien juga orang yang rapi dalam berpakaian, selalu berpakaian bagus

dan rapi, dan rajin untuk mencuci baju jika baju kotor

3. AXIS III

Tidak ada

4. AXIS IV

Masalah primmary support group (keluarga). Berdasarkan hasil

heteroanamnesis bersama kakak kandung dan ponakan pasien, pasien kambuh

dikarenakan putus pengobatan. Putus pengobatan ini disebabkan karena pasien

24
tinggal hanya bersama kakak kandungnya sendiri yang sudah lansia dan sudah

malas untuk membawanya pergi kontrol. Selain kakak kandugnnya, tidak ada

lagi yang mengurus pasien, sehingga kakak kandung pasien mulai enggan

untuk selalu mengingatkan pengobatan dan mengajak pasien untuk kontrol.

5. AXIS V

GAF saat ini : 70-61 (beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan

dalam fungsi, secara umum masih baik).

GAF 1 tahun terakhir: 60-51 (Gejala sedang/moderate, disabilitas sedang).

VII. EVALUASI MULTIAXIAL

1. AXIS I : F.20.0 skizofrenia Paranoid

2. AXIS II : Ciri kepribadian Histrionik

3. AXIS III : Tidak ada

4. AXIS IV : Masalah primmary support group (keluarga)

5. AXIS V :

GAF saat ini : 70-61 (beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan

dalam fungsi, secara umum masih baik).

GAF 1 tahun terakhir: 60-51 (Gejala sedang/moderate, disabilitas

sedang).

25
VIII. DAFTAR MASALAH

a) Organobiologi : tidak ada

b. Psikologi :

i. Gangguan persepsi: Halusinasi auditorik dan visual (+)  pasien

mengatakan melihat orang-orang di bawah tanah dan di atap rumah, dan

mendegar suara teriakan marah-marah.

ii. Gangguan isi pikir: Waham kejaran (+) autoanamnesis : dinyatakan

pasien merasa seperti ada orang-orang yang hendak berniat jahat

terhadap keluarga dan cucunya dan hendak mengambil hartanya.

c. Keluarga : Keluarga pasien yang mengurus pasien hanya kakak pasien dan

keluarga sudah capek dan tidak mau membawakan pasien untuk kontrol ke

dokter.

IX. RENCANA TERAPI

a. Farmakoterapi

 Halloperidol 2 x 2,5 mg

 Trihexiphenidyl 2 x 2 mg

 Chlorpromazine 2 x 50 mg

b. Psikoedukasi Pasien

 Mengedukasi pasien agar minum obat secara teratur, tidak boleh putus

obat

 Mengedukasi pasien mengenai cara untuk mengontrol emosi yang harus

dilakukan ketika pasien sedang marah, yaitu di antaranya berdoa, tarik-

buang nafas, dan minum obat.

26
c. Psikoedukasi Keluarga

 Edukasi kepada keluarga secara sederhana mengenai penyebab penyakit

gangguan jiwa ini, dan dijelaskan bahwa penyakit ini bukanlah penyakit

yang dibuat-buat oleh pasien melainkan terdapat ketidakseimbangan zat

kimia di dalam otak yang apabila zat kimia ini tidak dihambat oleh obat,

maka pasien akan mengalami gejala yang lebih berat, yang jika itu terjadi

maka akan membahayakan pasien dan keluarganya semakin sulit untuk

mengurusnya, sehingga keluarga mengerti bahwa obat ini harus terus

diminum dan jangan sampai putus obat

 Edukasi kepada keluarga agar rajin membawa pasien untuk kontrol rutin

di poli jiwa serta memperhatikan pemberian obat pada pasien sehingga

tidak putus obat mengingat pengobatan pada pasien membutuhkan waktu

yang cukup lama.

 Edukasi kepada keluarga untuk lebih memberikan semangat dan

dukungan kepada pasien sehingga dapat membantu proses penyembuhan

pasien

 Edukasi kepada keluarga agar selalu mengajak pasien bercerita.

X. PROGNOSIS

Dubia Ad Boman

1. Faktor yang memperingan

 Skizofrenia paranoid

 Tidak ada riwayat keluarga gangguan jiwa

27
 Setelah pasien masuk lagi ke rumah sakit, keluarga menjadi lebih sadar

lagi untuk mengurus pasien.

2. Faktor yang memperberat :

 Belum menikah

 Kakak kandung pasien yang sering mengurusi pasien sudah lanjut usia dan

sudah mengalami keterbatasan dalam mengantar pasien untuk kontrol atau

mengambil obat pasien.

XI. DISKUSI

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis)

yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh

genetik, fisik, dan sosial budaya. 1

Manifestasi klinik skizofrenia antara lain :2

 Gangguan proses pikir : asosiasi longgar, intrusi berlebihan, terhambat,

klang asosiasi, ekolalia, alogia, neologisme

 Gangguan isi pikir (waham : kepercayaan yang salah yang menetap)

 Gangguan persepsi : halusinasi, ilusi, depersonalisasi dan derealisasi

 Gangguan emosi : ada tiga afek dasar yang sering diperlihatkan oleh

penderita skizofrenia (tetapi tidak patognomonik) yaitu afek tumpul atau

datar, afek tak serasi, dan afek labil

28
 Gangguan perilaku : berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat

seperti gerakan tubuh yang aneh dan menyeringai, perilaku ritual, sangat

ketol-tololan dan agresif serta perilaku seksual yang tak pantas.

Untuk menegakkan diagnosa skizofrenia, pasien harus memenuhi

kriteria DSM-IV atau ICD IX. Berdasarkan DSM IV :

1. Berlangsung paling sedikit enam bulan.

2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang pekerjaan,

hubungan interpersonal, dan fungsi kehidupam pribadi.

3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama

periode tersebut.

4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan

mood mayor, autisme, atau gangguan organik.2

Pada kasus ini, pasien AS didiagnosis dengan skizofrenia, karena

terdapatnya manifestasi klinik seperti berikut, yaitu : adanya gejala-gejala

positif (mengamuk, marah-marah tanpa sebab yang jelas) dan negatif yaitu

kecenderungan untuk menyendiri, menarik diri dari interaksi, pembicaraan

yang terkadang tidak sesuai .

Hampir 1% penduduk dunia menderita skizofrenia selama hidup

mereka.2Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau

dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun, dan 25-35

tahun untuk perempuan. Progonisinya biasanya lebih buruk pada laki-

laki.2Pada kasus ini, onset dimulainya gejala skizofrenia yang terjadi pada

pasien saat pasien berusia 16 tahun pasien dianggap memiliki emosi yang sulit

29
dikendalikan (saat itu pasien marah dan mengamuk, maki-maki, bicara

sendiri).

Etiologi dari skizofrenia belum ditemukan dengan pasti, namun ada

beberapa hasil penelitian yang dilaporkan saat ini:2

Dari segi biologi , gangguan organik yang paling banyak dijumpai yaitu

pelebaran ventrikel tiga dan lateral yang stabil yang kadang sudah terlihat

sebelum awitan penyakit, atropi bilateral lobus temporal medial dan lebih

spesifik yaitu gyrus parahipokampus, hipokampus dan amigdala, disorientasi

spasial sel pyramidal hipokampus dan penurunan volume korteks prefrontal

dorsolateral. Lokasi kerusakan pada otak menunjukkan gangguan perilaku

yang ditemui pada skizofrenia. Misalnya, gangguan hipokampus dikaitkan

dengan impairment memori, dan atropi lobus frontal dihubungkan dengan

symptom negative dari skizofrenia.

Dari segi biokimia, hipotesis yang paling banyak yaitu adanya

gangguan neurotransmitter sentral yaitu terjadinya peningkatan aktivitas

dopamine sentral (hipotesis dopamine), didasarkan pada, efektivitas obat

neuroleptik bekerja untuk memblok reseptor dopamine pasca sinaps, terjadinya

psikosis akibat penggunaan amfetamin (amfetamin melepaskan dopamine

sentral, dan memperburuk skizofrenia), dan adanya peningkatan jumlah

reseptor D2 di nukleus kaudatus. Berikut disajikan tabel mengenai lokasi

reseptor dopamin serta fungsinya danjalur dopamin serta fungsinya. 3

30
Tabel 1 Lokasi Reseptor Dopamin dan Fungsinya

Reseptor Lokasi Fungsi


D1 Ditemukan dalam konsentrasi yang Mengatur pergerakan
tinggi pada area mesolimbik, volunter, Regulasi
nigrostratal, dan mesokortikal, pertumbuhan dan
seperti substansia nigra, bulbus perkembangan, proses
olfaktorius, nukleus akumben, makan, afek, perhatian,
nukleus kaudatus, putamen, penghargaan, tidur,
striatum. Dalam jumlah sedikit pada kontrol impuls,
serebelum, hiopokampus, talamus, perilaku seksual,
hipotalamus, dan ginjal memori bekerja,
pembelajaran, kontrol
renin pada ginjal
D2 Ditemukan dalam konsentrasi yang Mengatur kerja
tinggi di substansia nigra, bulbus memori, regulasi
olfaktorius, nukleus akumben, tekanan darah, fungsi
nukleus kaudatus, putamen, area ginjal, motilitas usus,
ventral tagemental, nukleus vasodilatasi, mengatur
akumben pergerakan
D3 Hanya ditemukan pasa sistem saraf Mengatur fungsi
pusat endokrin, kognitif,
emosi, regulasi
pergerakan
D4 Di substansia nigra, hipokampus, Regulasi fungsi
amigdala, thalamus, hipotalamus, endokrin, motilitas
ginjal, cortex frontalis, jantung, usus, vasodilatasi,
pembuluh darah, glandula adrenal, tekanan darah,
traktus gastrointestinal, ganglia modulasi fungsi
simpatis, globus palidum kognitif

31
D5 Substansia nigra, hipotalamus, Proses nyeri, afek,
hipokampus, ginjal, jantung, fungsi endokrin
pembuluh darah, adrenal,ganglia
simpatis dan traktus gastrointestinal

Tabel 2 Jalur Dopamin dan Fungsinya

Jalur Dopamin Fungsi


Nigrostriatal Stimuli sensori dan pergerakan
Mesolimbik Kepuasan, kesenangan, perilaku mencari
penghargaan, ketergantungan/adiksi,
persepsi
Mesokortikal Kognisi, memori, perhatian/atensi, emosi,
pembelajaran
tuberoinfundibuler Inhibisi sekresi prolaktin

Dari segi genetika, skizofrenia adalah gangguan yang bersifat keluarga,

semakin dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi risiko. Kembar

monozigot mempunyai 4-6 kali lebih sering menjadi sakit disbanding kembar

dizigot. Risiko terjadinya skizofrenia selama hidup berdasarkan penelitian

yaitu antara lain, populasi umum (1%), kembar monozigot (40-50%), kembar

dizigot (10%), saudara kandung skizofrenia (10%), otrangtua (5%), anak dari

salah satu orang tua skizofrenia (10-15%), anak dari kedua orangtua

skizofrenia(30-40%).

Dari segi faktor keluarga, kekacauan dan dinamika keluarga memegang

peranan penting dalam menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan

remisi.2 Beberapa peneliti mengidentifikasi suatu cara berkomunikasi yang

32
patologis dan aneh pada keluarga pasien skizofrenia. Komunikasi sering samar,

tidak jelas, dan sedikit tidak logis.

Pada kasus ini, belum dapat diketahui pasti penyebab skizofrenia yang

dialami pasien. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut jika ingin dicari atau

menyingkirkan penyebab organik. Tidak ada riwayat dalam keluarga pasien

yang mengalami keluhan yang sama sehingga kemungkinan faktor genetik

belum menjadi penyebab utama. faktor sosial dan keluarga sebagai faktor yang

paling mungkin mencetuskan gangguan pada kasus ini.

Ada beberapa klasifikasi skizofrenia yaitu, tipe paranoid, hebefrenik,

katatonik, tak terinci, residual, depresi pasca skizofrenia, simpleks, dan yang

tak tergolongkan. 1,2

Dari gejala yang dialami pasien, tampak bahwa ada beberapa gejala

yang masuk dalam kriteria diagnosis schizofrenia paranoid, antara lain :

1. Didapati waham kejaran, pasien merasa ada orang yang hendak

mencelakakan pasien.

2. Pasien sering bicara sendiri

3. Semua gejala ini berlangsung sejak 2016. Pasien sempat berobat namun

putus obat dan kambuh lagi pada bulan Desember 2018.

33
DOKUMENTASI

Gambar 1. Foto bersama kak kandung pasien

Gambar 2. Foto saat mewawwancarai kakak dan ponakan pasien

34
Gambar 3. Kamar pasien

Gambar 4. Kamar Mandi

35
Gambar 5. Tempat makan

Gambar 6. Dapur

36
Gambar 6. Ruang Tamu

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari


PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
2001.P:46-8,103.
2. Amir N. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
2010.Bab 12. Skizofrenia; P:170-7,194-5.
3. Ayano G. Dopamine : Receptors, Functions, Synthesis, Pathways,Locations,
and Mental Disorders. Journal of Mental Disorders and Treatment. 2016;2:2.
Available from : https://www.omicsgroup.org/journals/dopamine-receptors-
functions-synthesis-pathways-locations-andmental-disorders-review-of-
literatures-2471-271X-1000120.php?aid=78997

38

Anda mungkin juga menyukai