PENDAHULUAN
Arsen (As) merupakan salah satu logam berat yang digunakan dalam kehidupan manusia.
Arsen adalah satu unsur kimia semilogam golongan VA dengan nomor atom 33. Arsen dijumpai
di tanah, air, dan udara. Unsur Arsen (As) ditemukan sebagai hasil sampingan dari peleburan
tembaga, timah, seng, dan logam lainnya, hal ini dapat mengakibatkan lepasnya arsen ke
lingkungan. Arsen juga dapat larut dalam lipid dan diabsorbsi melalui pencernaan, inhalasi, dan
kontak langsung dengan kulit. Sebagian besar Arsen ditubuh disimpan didalam hati, ginjal,
Senyawa ini dulu disebut “ bubuk warisan” karena digunakan untuk membunuh orang
agar bisa mendapatkan warisannya dan kematiannya biasanya dianggap wajar. Dalam catatan
sejarah, As merupakan racun kuno yang paling banyak memakan korban. Dari 679 kasus
menggunakan racun sianida, dan 5,9% menggunakan racun striknin. Penggunaan racun As untuk
pembunuhan dikarenakan As tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau sehingga mudah
dicampurkan pada makanan atau minuman tanpa dicurigai oleh korban, gejala keracunan sangat
umum dan tidak spesifik seperti muntaber sehingga korban tidak akan mengenalinya, As mudah
diperoleh dalam berbagai bentuk, seperti pestisida, racun tikus, racun semut, herbisida, dan obat-
obatan homeopati. Logam arsen sebenarnya tidak beracun hanya saja bila dalam jumlah yang
banyak dapat menjadi beracun hal ini dipengaruhi oleh respirasi seluler dengan
mengkombinasikan dengan beberapa sulphydril dari enzim mitokondria, oksidasi piruvat, dan
fosfatase tertentu.2,3
1
Keracunan arsen merupakan masalah kesehatan global yang mempengaruhi jutaan orang.
Kasus keracunan Arsen secara besar-besaran pernah terjadi di Bangladesh tahun 2000. Kasus ini
menyerang sekitar 97% penduduk Bangladesh. Penduduk tersebut menderita penyakit kanker
paru-paru, kanker perut serta kanker kulit. Menurut penelitian John (2000), Lebih dari 90 persen
air tanah di Bangladesh mengadung hampir 50 ppb arsen. Keracunan dari arsen dapat
menimbulkan gejala muntaber disertai darah, ikterus, perdarahan pada ginjal ,kanker kulit dan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Arsen (As) merupakan bahan kimia yang bersifat beracun yang ada dalam berbagai
bentuk organik dan anorganik di alam. Di alam, bahan kimia ini terdapat di air, sedimen, dan
biota. Arsen berbentuk serbuk atau pelet, berwarna abu-abu metalik, tidak berbau,tidak larut
dalam air. Arsen dalam bentuk organik bersifat kurang toksik sedangkan bentuk anorganik
bersifat toksik.4
Manusia dapat terpapar oleh arsen dari sumber alami maupun antropogenik. Jauh
sebelum aktivitas manusia berpengaruh terhadap keseimbangan alam, unsur arsen terdistribusi di
seluruh lapisan kerak bumi, tanah, sedimen, air, udara dan organisme hidup Emisi vulkanik
merupakan sumber alami terpenting dari paparan arsen. Sumber anthropogenik arsen dapat
ditemukan dalam produk herbisida, pupuk, pestisida, produk perawatan kulit, kapas, pengawetan
kayu dan obat-obatan Sumber lain pencemaran arsen termasuk proses pembakaran batubara,
menghirup udara dalam ruangan yang mengandung polutan dari pembakaran batu bara dan asap
rokok.5
Sumber paparan terbesar dari arsen dan logam berat lain umumnya berasal dari makanan
seperti seafood, beras, jamur dan produk dari unggas. Kandungan arsen dalam seafood sebagian
besar dalam bentuk organik yang disebut arsenobetain, memiliki daya toksisitas yang rendah
dibandingkan dengan yang lain. Seafood, ikan dan alga merupakan sumber arsen organik.
3
Senyawa organik ini dapat menaikkan level arsenik dalam darah tetapi secara cepat mampu
Paparan arsen terjadi melalui proses inhalasi, absorpsi pada kulit, ingesti atau oral dan
secara parenteral. Sebagian besar manusia di seluruh dunia terkontaminasi arsen secara kronis.
Paparan arsen juga dapat terjadi pada pekerja di perkebunan anggur, pabrik keramik, pembuatan
kaca, peleburan dan penyulingan biji besi, proses produksi untuk produk pertanian seperti
pestisida dan herbisida. Arsen berada di air, tanah ataupun makanan, sehingga arsen yang
tertelan akan dengan cepat masuk ke dalam tubuh manusia. Debu di udara yang mengandung
arsen dengan mudah terhirup dan sebagian besar partikel debu tersebut melekat pada selaput
dalam paru-paru. Paparan arsen ke dalam tubuh melalui kulit sangat jarang terjadi sehingga
risiko keracunan arsen yang ditimbulkan oleh rute ini sangat kecil. Arsen diketahui mampu
menembus plasenta dan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa paparan melalui uterus dapat
terjadi baik pada manusia maupun hewan percobaan. Sebuah penelitian menggunakan arsen yang
dilabel arsenat dan arsenit pada mencit bunting, dengan menggunakan autoradiografi dan gamma
counting terlihat bahwa arsen mampu menembus plasenta induk masuk ke sirkulasi darah
fetus.1,2
Penelanan sejumlah 100-300 mg arsenik trivalent dapat berakibat fatal. Batas terendah
toksisitas pada manusia adalah 0,05 mg/kg, dimana dosis ini dihubungkan dengan kejadian
distress saluran cerna pada individu. Pada intoksikasi akut dosis letal minimal arsenic trioksida
pada orang dewasa adalah sebesar 70-200 mg atau 1mg/kg/hari, sementara dosis kurang dari
4
1mg/kg saja sudah dapat menyebabkan penyakit serius pada anak-anak. Pada intoksikasi kronis
dosis arsen yang dapat menyebabkan toksisitas dan dapat menimbulkan manifestasi intoksikasi
kronik adalah sebesar 400 mcg/hari, pajanan air minum yang mengandung arsen sebesar
10mcg/L dapat meningkatkan resiko terkena kanker buli-buli. Gas arsen (arsine) dapat
menyebabkan kematian pada kadar sebesar 150-250 ppm. Kadar pajanan sebesar 25-50 ppm
selama 30 menit atau sebesar 100 ppm dengan lamanya pajanan kurang dari 30 menit dapat
menyebabkan hemolysis dan kematian. Pemberian As dalam dosis besar bisa menimbulkan
gejala hebat setelah 30 menit hingga dua jam. Gejala yang terlihat antara lain mual, muntah,
kerongkongan terasa terbakar, sakit perut, diare dengan kotoran seperti cucian beras (kadang
berdarah), mulut terasa kering dan berasa logam, napas berbau bawang putih, dan keluhan sulit
menelan. Dosis yang tinggi bahkan bisa menimbulkan kematian. Sementara itu, dosis rendah
bisa berpengaruh terhadap berbagai jenis jaringan tubuh dan berbagai sistem tubuh.3,4
5
2.5 Siklus Krebs
Asam piruvat sebagai hasil tiga metabolisme karbohidrat utama, Glikolisis, Jalur
PentosaFosfatdan Jalur Entner-Doudoroff akan dioksidasi lebih lanjut untuk mendapatkan energi
lebihbanyak dari molekul tersebut, tergantung jenis mikroorganisme dan kondisi fisiologi
lingkungan.Siklus krebs atau siklus asam sitrat adalah salah satu cara sel mengoksidasi secara
Sebelum memasuksi siklus Krebs, asam piruvat akan mengalami proses dekarboksilasi
oksidatif oleh piruvat dehidrogenase dengan bantuan NAD+ sebagai reduktor yang akan
mengoksidasi asam piruvat dan koenzim A. Reaksi tersebut, secara kasar terjadi seperti
Asetil-CoA hasil reaksi ini umumnya dapat menjadi prekursor asam amino dan asam lemak.
Secara lengkap dan singkat, proses siklus krebs terjadi sebagai berikut 6:
1. Penggabungan molekul asetil-KoA dengan oksaloasetat dan membentuk asam sitrat. Enzim
yang digunakan dalam reaksi ini adalah enzim asam sitrat sintetase.
2. Tahap kedua yang disebut isomerase sitrat dibantu oleh enzim akonitase yang menghasilkan
isositrat.
6
3. Enzim isositrat dehidrogenase mengubah isositrat menjadi alfa-ketoglutarat dengan bantuan
4. Alfa ketoglutarat diubah menjadi suksinil-CoA. Reaksi dikatalisasi oleh enzim alfa-
ketoglutarat dehidrogenase.
5. Suksinil-CoA diubah menjadi suksinat dengan mengubah GDP + Pi menjadi GTP. GTP
6. Suksinat yang dihasilkan dari proses sebelumnya akan didehidrogenasi menjadi fumarat
7. Terjadi hidrasi yaitu penambahan atom hidrogen pada ikatan karbon ganda (C=C) yang ada
dihasilkan berfungsi untuk menangkap asetil-CoA, sehingga siklus Krebs akan terus
berlangsung. Pada tahap ini juga dihasilkan NADH ketiga dari NAD+.
Hasil reaksi dari siklus krebs adalah CO2 dan beberapa molekul berenergi tinggi seperti NADH,
NADPH, FADH dan ATP yang dirangkum dalam persamaan reaksi berikut6:
7
Molekul-molekul berenergi tinggi seperti NADH, NADPH dan FADH bukanlah molekul
berenergi yang dapat langsung dipakai oleh sel, kecuali dalam proses biosintesis biomolekul.
Jadi, tiga molekul tersebut harus direduksi dalam rantai transport elektron untuk menggerakkan
Arsenik mengganggu umur panjang sel dengan menghambat alosterik dari kompleks
enzim piruvat dehidrogenase (PDH) enzim esensial, yang mengkatalisasi oksidasi piruvat
menjadi asetil-KoA oleh NAD+ . Dengan enzim yang dihambat, sistem energi sel terganggu
8
penggunaan tiamin yang menghasilkan gambaran klinis menyerupai defisiensi tiamin. Keracunan
dengan arsenik dapat meningkatkan kadar laktat dan menyebabkan asidosis laktat.7
Karena struktur dan sifatnya yang serupa, metabolit arsenik pentavalen mampu
menggantikan gugus fosfat dari banyak jalur metabolisme. Penggantian fosfat oleh arsenat
dimulai ketika arsenate bereaksi dengan glukosa dan glukonat in vitro. Reaksi ini menghasilkan
umpan balik negatif. Berbeda dengan pentingnya fosfat dalam glikolisis, keberadaan arsenat
membatasi pembentukan ATP dengan membentuk produk anhidrida yang tidak stabil, melalui
dengan mudah terhidrolisis karena panjang ikatan As-O yang lebih panjang dibandingkan
dengan PO. Pada tingkat mitokondria, arsenate memisahkan sintesis ATP dengan mengikat ADP
dihadapan suksinat, sehingga membentuk senyawa yang tidak stabil yang pada akhirnya
Enzim dan reseptor yang mengandung gugus fungsi tiol atau sulfhidril secara aktif
ditargetkan oleh metabolit arsenit. Senyawa yang mengandung sulfur ini biasanya glutathione
dan asam amino sistein. Turunan arsenit umumnya memiliki afinitas pengikatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan metabolit arsenat. Ikatan ini membatasi aktivitas jalur metabolisme
9
monomethylarsonous (MMA III ) menargetkan kelompok tiol dari kofaktor asam lipoat. PDH
adalah prekursor asetil-KoA , sehingga penghambatan PDH akhirnya membatasi produksi ATP
Stres oksidatif
Arsenik dapat menyebabkan stres oksidatif melalui pembentukan spesies oksigen reaktif
(ROS), dan spesies nitrogen reaktif (RNS). Spesies oksigen reaktif dihasilkan oleh enzim
superoksida, yang merupakan radikal bebas reaktif. Superoksida ini dapat bereaksi membentuk
hidrogen peroksida dan spesies oksigen reaktif. Enzim NADPH oksidase mampu menghasilkan
spesies oksigen yang lebih reaktif dengan adanya arsenik, karena p22phax subunit, yang
bertanggung jawab untuk transfer elektron, sedang diregulasi oleh arsenik. Spesies oksigen
reaktif mampu menekankan retikulum endoplasma, yang meningkatkan jumlah sinyal respons
protein yang tidak terlipat. Hal ini menyebabkan peradangan, proliferasi sel, dan akhirnya
menyebabkan kematian sel. Mekanisme lain di mana spesies oksigen reaktif menyebabkan
kematian sel adalah melalui penataan ulang sitoskeleton, yang memengaruhi protein kontraktil.8
mitokondria. Hal ini mengarah pada pembentukan spesies nitrogen reaktif, yang bertanggung
jawab untuk merusak DNA dalam keracunan arsenik. Kerusakan mitokondria diketahui
menyebabkan pelepasan spesies nitrogen reaktif, karena reaksi antara superoksida dan nitrat
oksida (NO). Nitric oxide (NO) adalah bagian dari pengaturan sel, termasuk metabolisme sel,
pertumbuhan, pembelahan, dan kematian. Nitric oxide (NO) bereaksi dengan spesies oksigen
reaktif untuk membentuk peroxynitrite . Dalam kasus paparan arsenik kronis, kadar oksida nitrat
10
berkurang, karena reaksi superoksida. Enzim NO sintase (NOS) menggunakan L-arginin untuk
membentuk nitrat oksida, tetapi enzim ini dihambat oleh senyawa arsen (III) monomethylated
arsenic.8
Penghambatan proses perbaikan DNA dianggap sebagai salah satu mekanisme utama
genotoksisitas arsenik anorganik. Perbaikan eksisi nukleotida (NER) dan perbaikan eksisi dasar
(BER) adalah proses yang terlibat dalam perbaikan kerusakan basis DNA yang disebabkan oleh
ROS setelah paparan arsenik. Secara khusus, mekanisme APM adalah jalur utama untuk
memperbaiki distorsi besar dalam heliks ganda DNA, sedangkan mekanisme BER terutama
terlibat dalam perbaikan kerusakan untai tunggal yang disebabkan oleh ROS, tetapi arsenik
Kerusakan DNA
DNA dengan protein. Telah terbukti bahwa arsenik tidak secara langsung berinteraksi dengan
DNA dan dianggap sebagai mutagen yang buruk, tetapi sebaliknya, ia membantu mutagenisitas
karsinogen lain. Sebagai contoh, peningkatan sinergis dalam aktivitas mutagenik arsenik dengan
sinar UV telah diamati pada sel manusia dan mamalia lainnya setelah mengekspos sel yang
bahwa genotoksisitas arsenik terutama terkait dengan generasi spesies oksigen reaktif (ROS)
selama biotransformasi. Produksi ROS mampu menghasilkan DNA campuran, pemutusan untai
DNA, ikatan silang, dan penyimpangan kromosom. Kerusakan oksidatif disebabkan oleh
11
modifikasi nukleobase DNA, khususnya 8-oksoguanin (8-OHdG) yang mengarah ke mutasi G: C
ke T: A. Arsenik anorganik juga dapat menyebabkan untai DNA pecah bahkan pada konsentrasi
rendah.11
Dimana semua kejadian termasuk penghambatan pembentukan ATP pada proses glikolisi
oleh arsenat, penghambatan pembentukan ATP pada PDH kompleks sehingga asetil Co-A tidak
terbentuk, serta terjadinya stress oksidatif menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi sel yang
lama-kelamaan menyebabkan kematian sel, kematian sel menyeluruh pada suatu organ
menyebabkan organ tersebut mengalami kegagalan fungsi, bila proses ini terjadi pada seluruh
Gangguan Kardiovaskular
seperti atherosclerosis, hipertensi, penyakit jantung iskemik, dan aritmia ventrikuler. Arsenit
membrane plasma dari sel endotel pembuluh darah dan vascular smooth muscle cells (VSMC)
untuk meningkatkan terbentuknya reactive oxygen species (ROS) seperti superoksida dan
hidrogen peroksida. ROS terbentuk ketika paparan arsenit berikatan dengan nitrit oksida (NO)
keluarnya mediator inflamasi seperti cyclooxygenase-2. ROS yang terbentuk selama paparan
arsenit meningkatkan ekspresi dari gen atherosclerosis seperti heme oxygenase-1 (HO-1),
perlekatan, penetrasi dan migrasi dari monosit di VSMC. Arsen mengubah adhesi fokal dari
protein di VSMC yang menyebabkan proliferasi dan migrasi dari protein-protein tersebut.
12
Arsenik juga meningkatkan sintesis dari mediator inflamasi seperti leukotriene E4 (LTE4)
prostacyclin, tumor necrosis factor-alpha dan nuclear factor kappa B di sel-sel endotel
pembuluh darah untuk menginduksi proses patogenik dari aterosklerosis. Arsenik juga
subtansi P dan endothelial neurokinin-1. Arsenik mengaktifasi protein kinase C alpha yang
endothelial cadherin dan betacatenin, bersamaan dengan pembentukan dari serat-serat aktin
endothelium. Arsen menurunkan aktivitas dari endothelial nitric oxide synthase (eNOS) dan
Akt/protein kinase B, yang menurukan bioavabilitas dari nitrit oksida yang menyebabakna
vasokonstriksi dari pembuluh darah dengan phosphorylating myosin light chain kinase (MLCK)
dan meningkatkan sensitasi dari kalsium yang menyebabkan hipertensi. Paparan kronis dari
arsen menginduksi stress oksidatif dan menimbulkan pelepasan dari mediator vasoaktif di dalam
menyebabkan aritmia ventrikuler dengan menginduksi perpanjangan interval Q-T dan durasi dari
menurunkan aktivasi dari Enos dan meningkatkan fosforilasi dari MLCK, yang ditargetkan
untuk mencegah komplikasi kardiovaskuler yang disebabkan oleh arsen. Baru-baru ini, bberapa
inhibitor dari protein tyrosine phosphatase, rosiglitazone, agonis dari peroxisome proliferator
13
endotel pembuluh darah di tikus dengan meningkatkan interegitas dari endotel pembuluh darah,
menurunkan sensitivitas dari insulin yang bertanggung jawab pada induksi dari diabetes tipe 2
oleh arsenic. Toksisitas arsenit trioksida juga mengganggu metabolisme glukosa, produksi energi
dan sekresi insulin yang bergantung ATP. Arsenic trioksida mempunyai afinitas tinggi terhadap
grup sulfhidril yang dimana mempunyai ikatan kovalen dengan grup disulfida dari insulin,
reseptor insulin, transporter glukosa dan enzim yang terlibat dalam metabolisme glukosa. Respon
bifasik di metabolisme glukosa dikarenakan paparan arisen ditemukan melalui adanya transkripsi
dari glucocorticoid receptor-mediated dengan efek hiperglikemik pada konsentrasi rendah (<120
ppb) dan hipogikemia pada konsentrasi tinggi (>120 ppb). Paparan kronik dari arsen dapat
phosphatase di hati dan ginjal. Sodium arsenit diperkirakan menurunkan ekspresi dari insulin
mRNA. Paparan jangka panjang dari arsenic inorganic menyebabkan meningkatnya stress
protein kinase (JNK/SAPK) dan hexosamine yang menyebabkan resistansi dari insulin dan
disfungsi dari sel beta pancreas. Arsenik trioksida sebagai arsen inorganik [iAs (III)],
dependent kinase-I (PDK-1) yang menyebabkan inhibisi signifikan dari ambilan glukosa yang
bergantung insulin dan menyebabkan hiperglikemia. Bersamaan dengan penelitian ini yang
berasumsi bahwa ekspresi dari PPAR-γ, mengganggu sekresi insulin yang bergantung ATP,
14
mengubah rtraskripsi yang dimediasi reseptor glukokortikoid, dan inhibisi dari PDK-1 yang
Otak adalah salah satu target dari keracunan arsen dikarenakan arsen secara bebas
melewati sawar darah otak. Paparan arsen berhubungan dengan komplikasi neurologis seperti
gangguan ingatan, konsentrasi yanb buruk, penyakit Parkinson, neuropati yang menyerupai
Guillain Barre, gangguan pemahaman bicara, ensefalopati dan neuropati perifer. Mekanismenya
melibatkan stress oksidatif yang meningkatkan ROS, lipid peroxides, bersamaan dengan
menurunnya superoxide dismutase, dan menurunkan kadar glutathione. Paparan arsen dilaporkan
gamma amino butyric acid, dan glutamate. Pada penelitian terbaru terjadinya reduksi dari
monoamine secara signifikan seperti adrenalin, nor-adrenalin, dopamin dan serotonin di corpus
striatum, korteks frontal dan area hipokampus di otak pada paparan arsen yang kronis.
Neurotoksisitas yang dimediasi oleh keracunan arsenit melibatkan induksi apoptosis dari neuron
otak dengan mengaktivasi jalur p38 mitogen-activated protein kinase (p38MAPK) dan JNK3.
menginduksi komplikasi neuronal, yang harus diketahui bahwa arsen menyebabkan defisiensi
tiamin dan menginhibisi pyruvate decarboxylase, yang meningkatkan kadar piruvat darah dan
menyebabkan kerusakan DNA oksidatif dan kematian sel otak dan menginduksi dari degenerasi
dari neuron dopaminergic yang menghasilkan gejala seperti Parkinson. Keracunan akut arsen
15
menurunkan aktifitas acetyl cholinesterase dan menyebabkan krisis kolinergik seperti perubahan
status mental dan kelemahan dan dapat berbungan dengan neuropati perifer, kelainan
neuropsikiatrik dan gangguan ekstrapiramidal. Arsen mempengaruhi system saraf perifer dengan
mengganggu intergritas neuroskeletal dan menurnkan konduksi dari sistem saraf di system saraf
perifer yang menyebabkan terjadinya neuropati perifer. Paparan arsen dan metabolit dari
hipokampus, yang memainkan peran penting di plastisitas sinaps, proses pembelajaran, dan
memori yang menyebabkan gangguan neurobehavior dan disfungsi kognitif. Paparan Arsen
secara kronis berhubungan dengan perubahan morfologis dari akson dan serabut saraf dari
striatum yang mengganggu susunan struktur sentral dari saraf. Stress oksidatif menginduksi dari
defisiensi tiamin dan inhibisi piruvat dekarboksilase, acetyl cholinesterase, reduksi biogenic
monoamine yang mempunyai peran penting di neurotoksisitas yang di induksi arsen. Penilitian
di binatang dengan toksisitas arsen berhubungan dengan neurotoksisitas yang tidak konsisten
dikarenakan pengunaan dari dosis yang bervariasi, durasi, dari penggunaan arsen.
Arsen terkonsentrasi di ginjal selama proses eliminasi urin uang mempengaruhi fungsi
dari tubuluskontortus proximal ginjal. Arsen menginduksi stress oksidatif yang meningkatkan
ekspresi dari HO-1 dan MAPK dengan meregulasi beberapa factor transkripsi seperti activator
protein-1 (AP-1), activating transcription factor-2 (ATF-2), dan Elk-1 yang menybabkan
toksisitas renal. Disfungsi akut renal dikarenakan paparan arsenic dan dikarakteristikan oleh
nekrosis akut tubular dan pembentukan dari casr dengan meningkatkan blood urea nitrogendan
kadar kreatinin. Toksisitas renal yang disebabkan oleh keracunan arsen dapat dilemahkan oleh
Curcuma aromatica dan Corchorus olitorius. Ginjal dan hati adalah target utama dari toksisitas
16
yang diinduksi oleh arsen, dimana kadar arsen tertinggi di deteksi di hati dan ginjal. Arsenit dan
meningkatkan terbentuknya dari ROS yang meningkatkan peroksidasi dari lemak dan kerusakan
sel di jaringan hati dan ginjal. Stres oksidatif yang dimediasi dari paparan arsen secara kronis
mengaktivasi JNK dan p38 MAPK dan mennginduksi apoptosis di hepatosit. Arsen menginduksi
stress oksidatif yang menyebabkan apoptosis dengan meningkatkan protein yang menginduksi
apoptosis. Studi terbaru menemukan bahwa kecepatan apoptosis yang diinduksi oleh keracunan
arsen diperparah dengan defisiensi folat. Paparan arsen menyebabkan insiden hepatotoksisitas
dari factor transkripsi seperti AP-1, ATF-2, dan Elk-1 adalah tempat target dari neprotoksisitas
Bentuk trivalent arsen memiliki efek genotoksik yang lebih berarti dibandingkan bentuk
pentavalen dikarenakan bentuk trivalent dapat dengan mudah diambil sel. Meskipun mekanisme
molecular dari karsinogenik yang diinduksi arsen belum dimengerti secara utuh, arsen memiliki
factor transkripsi, dan mengubaha ekspresi gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel, proliferasi
dan transformasi maligna. Arsen dapat menginduksi transduksi dari sinyal MAPK yang
mengaktivasi faktor transkripsi seperti AP-1 dan NF-kB yang mengubah beberapa ekspresi gen
yang berhubungan dengan induksi karsinogenik yang disebabkan oleh keracunan arsen. Arsen
menyebabkan aktivasi dari adhesion kinase yang memediasi beberapa jalur seperti integrin, Src,
Rho, Grb2, EGFR, ERK, dan cadherins. Dimana jalur-jalur ini terlibat dalam adhesi sel, migrasi
sel, kemampuan sel untuk bertahabn, siklus sel, karsinogenesis dan nekrosis dari sel tumor.
17
DMA V dan TMAO V menimbulkan stress oksidatif dan menyebabkan meningkatnya kadar dari
proliferasi dari epithelial sel dari vesica urinaria dan meningkatkan ekspresi dari protonokogen
seperti c-fos, c-jun, and EGR-1, yang berkontribusi terhadap terjadinya kanker buli-buli.
Merokok juga diketahui meningkatkan potensi dari arsen yang menyebabkan terjadinya kanker
di buli-buli dan paru-paru yang keduanya secara sinergis disebabkan oleh kerusakan DNA.
Arsen menginduksi kanker kulit yang secara sinergis bekerja dengan sinar matahari dengan
regulasi sel, dan menghabmbat apoptosis secara fisiologis. Stres oksidatif diketahui sebagai
tersangka utama untuk karsinogenesis yang disebabkan oleh keracunan arsen, yang dapat
dicegah dengan antioksidan seperti vitamin, melatonin, dan kurkumin. Jadi pada kesimpulannya
arsen meningkatkan karsinogenesis oleh karena adanya peningkatan stress oksidatif, efek
genotoksiks secara langsung, mengubah ekspresi dari growth factor dan mengubah mekanisme
perbaikan DNA.12
Toksikokinetik Arsen
Keracunan pada manusia biasanya melalui mulut, meskipun dapat juga melalui inhalasi dan
absorpsi kulit. Senyawa arsen diabsorpsi dengan baik dari usus, sedangkan gas arsen diabsorpsi
dengan cepat oleh jaringan paru. Bahan kimia arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pencernaan makanan, saluran pernafasan serta melalui kulit walaupun jumlahnya sangat terbatas.
Arsen yang masuk ke dalam peredaran darah dapat ditimbun dalam organ seperti hati, ginjal,
18
Arsenik trioksid yang dapat disimpan di kuku dan rambut dapat mempengaruhi enzim yang
berperan dalam rantai respirasi, metabolisme glutation ataupun enzim yang berperan dalam
proses perbaikan DNA yang rusak. Didalam tubuh arsenik bervalensi lima dapat berubah
menjadi arsenik bervalensi tiga. Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi 3 adalah asam dimetil
arsenik dan asam mono metil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui urine.13
Gas arsin terbentuk dari reaksi antara hidrogen dan arsen yang merupakan hasil samping dari
proses refining (pemurnian logam) non besi (non ferrous metal). Keracunan gas arsin biasanya
bersifat akut dengan gejala mual, muntah, nafas pendek dan sakit kepala. Jika paparan terus
berlanjut dapat menimbulkan gejala hemoglobinuria dan anemia, gagal ginjal dan ikterus
(gangguan hati).13
Toksikodinamik Arsen
Toksikodinamik adalah reaksi terakhir antara zat toksik dengan reseptor yang spesifik
1. Efek akut
Paparan akut dapat terjadi jika tertelan (ingestion) sejumlah 100 mg As. Gejala yang
dapat timbul akibat paparan akut adalah mual, muntah, nyeri perut, diarrhae, kedinginan, kram
otot serta oedeme dibagian muka (facial) dalam beberapa menit atau beberapa jam setelah
mengisap preparat arsen. Sering kali gejala ini disertai dengan rasa dingin, kulit yang pucat dan
timbulnya oodema di muka, bahkan terkadang timbul kejang-kejang. Hal ini diikuti oleh mati
rasa dan kesemutan yang ekstrim, kram otot dan kematian pada kasus yang ekstrim. Paparan
dengan dosis besar dapat menyebabkan koma dan kolapsnya peredaran darah. Dosis fatal adalah
19
jika sebanyak 120 mg arsenik trioksid masuk ke dalam tubuh. Pada pemeriksaan fisik, sering kali
2. Efek kronis
Gejala klinis yang nampak pada paparan kronis dari arsen adalah peripheral neuropathy
(rasa kesemutan atau mati rasa), lelah, hilangnya refleks, anemia, gangguan jantung, gangguan
hati, gangguan ginjal, keratosis telapak tangan maupun kaki, hiperpigmentasi kulit dan
dermatitis. Gejala khusus yang dapat terjadi akibat terpapar debu yang mengandung arsen adalah
nyeri tenggorokan serta batuk yang dapat mengeluarkan darah akibat terjadinya iritasi. Seperti
halnya akibat terpapar asap rokok, terpapar arsen secara menahun dapat menyebabkan terjadinya
kanker paru.13
Banyak laporan yang menyebutkan bahwa paparan kronis terhadap arsenik dalam air
keratosis (pertumbuhan lapisan tanduk), dan kanker kulit. Gas arsen menyebabkan hemolisis dan
Efek yang dapat terjadi akibat terpajan arsen diantaranya gangguan susunan saraf pusat,
gangguan saraf tepi, sebagai pencetus atau meningkatkan penyakit kardiovaskular, gangguan
sistem saluran kemih beupa syok hipovolemik, gangguan ginjal, hepatotoksin (kholangiolitik
kholestatik).13
Pada keracuna arsen akibat tertelan arsen, tindakan yang terpenting adalah merangsang
refleks muntah. Jika penderita tidak sadar (shock) perlu diberikan infus. Antidote untuk
keracunan arsen adalah injeksi dimerkaprol atau BAL (British Anti Lewisite).Pada keracunan
20
akut, jika dilakukan penanganan dengan baik dan penderita dapat bertahan, maka akan kembali
normal setelah sekitar 1 minggu atau lebih. Pada keracunan kronis akan kembali normal dalam
waktu 6 – 12 bulan.13
Pada pemeriksaan laboratorium dicurigai keracunan arsen bila kadar arsen pada bahan
yang diperiksa diatas batas normal :14
Rambut dalam keadaan normal: 0,5 mg/kg
Dicurigai bila:0,75 mg/kg
Keracunan bila: 30 mg/kg
Kuku dalam keadaan normal: sampai 1 mg/kg
Dicurigai bila: 1 mg/kg
Keracunan bila: 80 ug/kg
21
Pemeriksaan toksikologinya 10 cc darah + 10 cc HCL pekat, kemudian celupkan tembaga
ke dalam larutan tersebut. Jika posotif ada arsen maka akan tampak warna kehitaman hingga
abu-abu pada batang tembaga tersebut.14
Adanya sejumlah besar arsenic dalam organ akan memungkinkan lambatnya pembusukan
mayat. Bukti yang nyata perihal jumlah arsenik dalam organ akan tergantung pada jenis
kasusnya. Meskipun demikian, riwayat penyakit dan penemuan pada otopsi sangat mengarahkan
keracunan karena obat ini, memperhitungkan jumlah tiap menitnya harus hati-hati, banyak
jumlah arsenik yang ada dalam tubuh merupakan akibat pengobatan. Jika analisa kimia hanya
terbatas pada luar tubuh atau hanya ada arsenic dalam lambung, usus, tetapi organ lain seperti
hati, ginjal, dan otak tidak, maka kesimpilan sebab kematian tidak bisa dibuat.14
22
BAB III
KESIMPULAN
Arsen (As) merupakan bahan kimia yang bersifat beracun yang ada dalam berbagai
bentuk organik dan anorganik di alam. Keracunan arsen merupakan masalah kesehatan global
yang mempengaruhi jutaan orang. .Keracunan dari arsen dapat menimbulkan gejala muntaber
disertai darah, ikterus, perdarahan pada ginjal ,kanker kulit dan dapat menyebabkan kematian.
Mekanisme keracunan arsen didahului dari absorbs arsen kedalam tubuh melalui proses
inhalasi maupun cara lain seperti pencernaan, lalu arsen didistribusikan ke seluruh tubuh
terutama pada hati, kemudian dimetabolisme dalam tubuh, bentuk pentavalen dan trivalent arsen
serta proses stress oksidatif yang ditimbulkannya dapat menyebabkan kematian sel sehingga
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Sulanjari D. Akumulasi Subkronis Arsen Anorganik pada Tikus Sprague Dawley. Thesis
2. Endrinaldi E. Logam- Logam Berat Pencemar Lingkungan dan Efek Terhadap Manusia.
3. Budiyanto F. Arsenik dan Senyawa Arsenik: Sumber, Toksisitas dan Sifat di Alam.
4. Adhani R, Husnaini. Logam Berat Sekitar Manusia. 2nd Ed. Kholishotunnisa S, editor.
5. Sukar. Sumber dan Terjadinya Arsen di Lingkungan. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2003
6. Wahjuni IS. Metabolisme Biokimia. 1st Ed. Atmaja J, editor. Denpasar: Udayana
7. Hughes MF. Arsenic Toxicity and Potential Mechanisms of Action. Toxicology Letters.
2002. 133(1):1-16
8. Hunt KM, Srivastava RK, Elmets CA, Athar M. The Mechanistic Basis of Arsenicosis:
9. Pierce BL, Kibriya MG, Tong L, Jasmine F, Argos F, Roy S, et al. Genome-Wide
Metabolism and Toxicity Phenotypes in Bangladesh. Jurnal Plos Genetics. 2012 Feb.
8(2): 1-5
10. Ebele OB. Mechanisms of Arsenic Toxicity and Carcinogenesis. African Journal of
24
11. Ebert F, Weiss A, Bültemeyer M, Hamman I, Hartwig A, Schwerdtle T. Arsenicals
Affect Base Excision Repair by Several Mechanisms. Mutation Research. 2011. 715(1):
32-41
12. Singh AP, Goel RK, Kaur T. Mechanism Pertaining to Arsenic Toxicity.Toxicology
13. Febriani D. Toksisitas Arsen. Makalah Toksikologi Industri dan Lingkungan Universitas
Andalas Padang.2016.6-7
14. Rukman IA, Utari NF, Armadi I. Intoksikasi Arsenik. Referat Universitas Tadulako.2018
Agu.19-20
25