ENTROPION
Disusun Oleh
1408010031
Pembimbing :
KUPANG
2019
2
Mengetahui Pembimbing :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, perlindungan, dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat dengan
judul Entropion di Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Mata RSUD Prof. W. Z.
Johannes / Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana. Penulisan Referat ini
tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena
itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.SM selaku kepala SMF bagian Ilmu Penyakit
Mata RSUD Prof. W. Z. Johannes dan selaku pembimbing dalam
penyusunan laporan kasus ini.
2. dr. Komang Dian Lestari, Sp.M, selaku pembimbing dalam penyusunan
laporan kasus ini
3. Seluruh staf SMF Ilmu Penyakit Mata RSUD Prof. W. Z. Johannes –
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana.
Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini jauh dari sempurna maka
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga referat ini
memberi manfaat bagi banyak orang.
Penulis
4
BAB I
PENDAHULUAN
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea
Palpebra adalah alat penutup mata yang berguna untuk melindungi mata dari trauma,
trauma sinar dan keringnya bola mata. Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola
mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata didepan
kornea. Lapisan palpebra memiliki lapisan yang paling tipis di bagian depan sedang
dibagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.1
Salah satu kelainan pada palpebra yang paling sering terjadi adalah entropion.
Entropion adalah pelipatan palpebra ke arah dalam dan dapat disebabkan
karena involusional (spastik, senilis), sikatrikal, atau kongenital. Entropion
involusional adalah yang paling sering terjadi dan menurut definisi terjadi akibat
proses penuaan. Entropion biasanya terjadi pada usia diatas 60 tahun dengan
prevalensi 2,1% dari setiap 25.000 individu. Selain entropion pada usia lanjut,
terdapat pula entropion kongenital yang terjadi pada anak-anak dengan prevalensi
20% dan paling sering terjadi pada ras.2 Entropion kelopak mata bawah lebih sering
terjadi daripada entropion kelopak mata atas. Entropion dapat terjadi unilateral
maupun bilateral.3
Entropion dapat menyebabkan bulu mata, tepi palpebra, dan kulit pada
palpebra mengalami kontak dengan bola mata. Gesekan yang terus menerus terhadap
kornea dapat memberikan gejala iritasi berupa rasa tidak nyaman pada mata dan
epifora. Apabila entropion berlangsung terus menerus, maka entropion dapat
menyebabkan komplikasi seperti keratitis mikroba, ulserasi kornea, formasi pannus
hingga kehilangan penglihatan. Maka dari itu dibutuhan pengetahuan untuk
mencegah terjadinya komplikasi.4
Terapi utama pada entropion yaitu pembedahan. Pada entropion selain terapi
pembedahan, perlu untuk mencari faktor penyebab dari entropion dan mengatasi
penyebab tersebut. Entropion pada umumnya memiliki progmosis yang baik.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
A. Palpebra
Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi
kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan
alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma,
trauma sinar, dan pengeringan bola mata.1
D. Persarafan
Persarafan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama dan kedua nervus
trigeminus. Nervus lacrimalis, subpraorbitalis, supratrochlearis, infratrochlearis, dan
nasalia eksterna adalah cabang divis oftalika nervus kranial kelima (nervus
trigeminus). Nervus infraorbitalis, zygomaticofacialis, dan zygomaticotemporalis
merupakan cabang-cabang divisi maksilaris (kedua) nervus trigeminus.
Serabut otot muskulus orbikularis okuli pada kedua palpebra dipersarafi
cabang zigomatikum dari nervus fasialis sedangkan muskulus levator palpebra dan
beberapa muskulus ekstraokuli dipersarafi oleh nervus okulomotoris. Otot polos
pada palpebra dan okuler diaktivasi oleh saraf simpatis. Oleh sebab itu, sekresi
adrenalin akibat rangsangan simpatis dapat menyebabkan kontraksi otot polos
tersebut.
E. Pembuluh Darah Dan Limfe
2.2 Entropion
2.2.1 Definisi
Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata ke arah dalam bola
mata sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva atau kornea yang disebut
sebagai trikiasis (bulu mata mengarah pada bola mata yang akan menggosok kornea
atau konjungtiva). Selain palpebra bagian bawah, entropion juga dapat terjadi pada
palpebra bagian atas atau dapat mengalami seluruh bagian tepi kelopak mata yang
masuk kedalam.1
2. Entropion Sikatrik
Entropion sikatrik merupakan hasil inflamasi kronik yang menyebabkan
terbentuknya fibrosis, scarring dan pemendekan lamela posterior. Entropion sikatrik
umumnya jenis ini melibakan palpebra superior. Hal ini disebabkan oleh
kontraksi sikatrik dari konjungtiva palpebral, dengan atau tanpa disertai distorsi
terkait tarsal plate. Penyebab umum adalah trachoma, membranous konjungtivitis,
luka bakar kimia, pemfigus dan Sindrom Stevens-Johnson. Selain itu dapat juga
disebabkan oleh trauma dan iatrogenic dari operasi atau terapi radiasi.6
Terapi pada entropion sikatrik adalah mengobati penyakit yang mendasari
keadaan pasien. Terapi pembedahan merupakan sebuah tantangan untuk melisiskan
jaringan parut yang menyebabkan entropion tanpa menyebabkan inflamasi
tambahan. Teknik pembedahan dilakukan tergantung pada keparahan penyakit dan
etiologi.2
2.2.5 Patofisiologi
Masing-masing tipe entropion memiliki patofisiologi yang berbeda, namun
secara umum, entropion disebabkan oleh penipisan lamela dan disinsersi retraktor
kelopak mata bawah, menyebabkan kelopak mata bawah melengkung ke dalam.
Pada keadaan normal, palpebra distabilkan oleh M.orbikularis okuli, M.retraktor
palpebra, tarsus, dan tendon kantus. Apabila tegangan horizontal struktur ini
melonggar, margo palpebra dapat terputar. Pada entropion terjadi beberapa
perubahan seperti berpindahnya posisi orbikularis preseptal ke tepi bawah tarsus,
kelemahan retraktor palpebra inferior, berkurangnya kekakuan tarsus karena proses
atrofi, involusi tendon kantus medial dan lateral, perubahan komposisi tarsus dari
serat kolagen menjadi serat elastis, dan proses atrofi lemak periorbita.3
2.2.6 Gejala Klinis
Gejala yang dirasakan pasien meliputi gejala trikiasis. Trikiasis merupakan
kondisi ketika cilia mengarah ke belakang dan bergesekan dengan bola mata. Gejala
akan muncul berupa rasa iritasi, seperti ada benda asing, dan mata merah.8
Entropion dapat dibagi menjadi 3 grade, yaitu :8
1. Ringan : jika hanya posterior lid yang terlibat
2. Sedang : jika intermarginal strips terputar kedalam
3. Berat : jika seluruh tepi terputar ke dalam.
2.2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Awalnya pasien akan mengeluh adanya sesuatu yang mengganjal di matanya
dan terkadang menimbulkan nyeri. Selain itu pasien juga mengeluhkan sering
mengeluarkan banyak air mata (epifora), mata merah, tidak tahan melihat cahaya
yang sangat terang (fotofobia), kelopak matanya menjadi keras, dan adanya
kotoran mata.5
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan ditemukan palpebra masuk ke dalam. Berdasarkan
masuknya palpebra dibagi 3 tingkatan, yaitu :
a. Grade I: pelipatan terbatas pada posterior lid border.
b. Grade II: pelipatan pada posterior lid border hingga ke intermargonal strip.
c. Grade III: pelipatan hingga ke anterior border
15
Dari pemeriksaan fisik akan tampak kerusakan pada epitel konjungtiva atau
kornea akibat trauma, hiperemia pada konjungtiva yang terlokalisasi, kelemahan
kelopak mata (involusional entropion), jaringan parut pada konjungtiva (sikatrik
entropion), serta pertumbuhan kelopak mata bawah yang abnormal (kongenital
entropion), dan pelipatan kelopak mata atau margo ke arah dalam.
3. Pemeriksaan Lain-Lain
Pemeriksaan diagnosis sederhana lain yang dapat dilakukan adalah :
a. Snap test
Untuk menunjang diagnosis, dapat dilakukan snap test, yartu dengan
menarik tepi palpebra inferior ke bawah dan dilepas secara cepat, kemudian
diperhatikan berapa lama waktu yang dibutuhkan agar palpebra inferior
kembali ke posisi semula. Snap test dapat mengukur kelemahan relatif dari
palpebra inferior. Palpebra dengan kelemahan yang normal dapat kembali ke
posisi semula dengan segera. Semakin lama waktu yang dibutuhkan
menunjukkan semakin berat kelemahan yang terjadi. Hasil snap test
dikelompokkan menjadi 5 grade, yaitu:
2.2.11 Prognosis
Pada umumnya entropion memiliki prognosis yang baik, keefektifan
pengobatan entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan
penyakitnya bisa dilakukan dengan pembedahan yang tepat dan dapat memperbaiki
keadaan kelopak mata yang mengalami kelainan tersebut. Namun tindakan operasi
juga perlu diperhatikan dengan baik karena over koreksi justru dapat mengakibatkan
ektropion pada akhirnya.10
20
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Ed.5. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2015.
2. Weber AC, Vhundury R V, Perry JD. Entropion [Internet]. Eyewiki. 2019
[cited 2019 Aug 13]. Available from: eyewiki.org/entropion
3. Reiza Y. Diagnosis dan Tatalaksana Entropion. J Medula Unila.
2016;4(3):40–5.
4. Rachmania A, Iskandar E, Hasyim Y. Prevalensi Entropion di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang. Maj Kedokt Sriwij. 2014;46(4):289–94.
5. Yelena. Entropion Involusional. Medicinus. 2014;Vol.4:No.7.
6. Raus P, Klett A, Borrelli M, Geerling G. Orbit, Eyelid and Lacrimal System.
Ed.7. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2016. p. 1-359.
7. Bowling B, Kanski I. Kanski’s Clinical Ophthalmology. Ed.8. Sydney:
Elsevier; 2016.
8. Nema H, Nema N. Textbook Of Ophthalmology. Ed.6. Vol. 45, Southern
Medical Journal. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2012. 980
p.
9. DeBacker C. Entropion. Medscape. 2019.
10. Harder B, Von B, Schilchtenbrede F, Jonas J, Schuster A. Entropion:
Objective and Subjective Evaluation of Two Different Surgical Procedures.
Ed.7. 2014. p. 729-734.
11. Anonymous. Entropion. Crescent Veterinary Clinic, tanpa tahun.