Anda di halaman 1dari 21

1

SMF/BAGIAN MATA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2019

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

ENTROPION

Disusun Oleh

Siti Khadija, S.Ked

1408010031

Pembimbing :

dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M

dr. Komang Dian Lestari, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIK

SMF/ BAGIAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES

KUPANG

2019
2

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Referat dengan judul : Entropion atas Nama : Siti Khadija,S.Ked NIM


140801031 pada Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Nusa Cendana telah disajikan dalam kegiatan kepaniteraan klinik bagian Mata
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang pada tanggal Oktober 2019

Mengetahui Pembimbing :

1. dr.Eunike Cahyaningsih, Sp.M


1...................................

2. dr. Komang Dian Lestari, Sp.M 2...................................


3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, perlindungan, dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat dengan
judul Entropion di Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Mata RSUD Prof. W. Z.
Johannes / Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana. Penulisan Referat ini
tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena
itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.SM selaku kepala SMF bagian Ilmu Penyakit
Mata RSUD Prof. W. Z. Johannes dan selaku pembimbing dalam
penyusunan laporan kasus ini.
2. dr. Komang Dian Lestari, Sp.M, selaku pembimbing dalam penyusunan
laporan kasus ini
3. Seluruh staf SMF Ilmu Penyakit Mata RSUD Prof. W. Z. Johannes –
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana.

Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini jauh dari sempurna maka
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga referat ini
memberi manfaat bagi banyak orang.

Kupang, Oktober 2019

Penulis
4

BAB I

PENDAHULUAN

Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea
Palpebra adalah alat penutup mata yang berguna untuk melindungi mata dari trauma,
trauma sinar dan keringnya bola mata. Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola
mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata didepan
kornea. Lapisan palpebra memiliki lapisan yang paling tipis di bagian depan sedang
dibagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.1
Salah satu kelainan pada palpebra yang paling sering terjadi adalah entropion.
Entropion adalah pelipatan palpebra ke arah dalam dan dapat disebabkan
karena involusional (spastik, senilis), sikatrikal, atau kongenital. Entropion
involusional adalah yang paling sering terjadi dan menurut definisi terjadi akibat
proses penuaan. Entropion biasanya terjadi pada usia diatas 60 tahun dengan
prevalensi 2,1% dari setiap 25.000 individu. Selain entropion pada usia lanjut,
terdapat pula entropion kongenital yang terjadi pada anak-anak dengan prevalensi
20% dan paling sering terjadi pada ras.2 Entropion kelopak mata bawah lebih sering
terjadi daripada entropion kelopak mata atas. Entropion dapat terjadi unilateral
maupun bilateral.3
Entropion dapat menyebabkan bulu mata, tepi palpebra, dan kulit pada
palpebra mengalami kontak dengan bola mata. Gesekan yang terus menerus terhadap
kornea dapat memberikan gejala iritasi berupa rasa tidak nyaman pada mata dan
epifora. Apabila entropion berlangsung terus menerus, maka entropion dapat
menyebabkan komplikasi seperti keratitis mikroba, ulserasi kornea, formasi pannus
hingga kehilangan penglihatan. Maka dari itu dibutuhan pengetahuan untuk
mencegah terjadinya komplikasi.4
Terapi utama pada entropion yaitu pembedahan. Pada entropion selain terapi
pembedahan, perlu untuk mencari faktor penyebab dari entropion dan mengatasi
penyebab tersebut. Entropion pada umumnya memiliki progmosis yang baik.
5

Keefektivan pengobatan entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat


keparahan penyakitnya.
6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
A. Palpebra
Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi
kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan
alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma,
trauma sinar, dan pengeringan bola mata.1

Gambar 2.1 Anatomi Palpebra


Sumber : Orbit, Eyelid and Lacrimal System Ed.7, 2016-2017
Palpebra mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan
membran mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin.1
Pada palpebra terdapat bagian-bagian: 1
- Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar Moll, kelenjar Zeis pada pangkal
rambut dan kelenjar meibom pada tarsus.
7

- Otot seperti M. orbikularis okuli yang dipersarafi N. fasialis, M. rioland, M.


orbikularis, dan M. levator palpebra yang dipersarafi oleh N. III yang
berfungsi untuk mengangkat kelopak dan membuka mata.
- Di dalam palpebra terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar di dalamnya atau kelenjar meibom yang bermuara pada margo
palpebra
- Septum orbita merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan
- Pembuluh darah yang memperdarahi adalah a. palpebra
- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V
sedangkan kelopak bawah oleh cabang II saraf V.
- Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat
dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks mentup
bulus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel
goblet yang menghasilkan musin.
B. Tepian Palpebra
Panjang tepian palpebra adalah 25-30 mm dan lebarnya 2 mm. Tepian ini
dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi tepian anterior dan
posterior.
a. Tepian anterior
- Bulu mata, muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur.
- Glandula Zeis, merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang
bermuara ke folikel rambut pada dasar bulu mata.
- Glandula Moll, merupakan modifikasi kelenjar keringat yang bermuara
membentuk barisan dekat bulu mata.
b. Tepian posterior
Tepian posterior kontak langsung dengan bola mata, dan sepanjang
tepian ini terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
c. Punctum palpebra
Pada ujung medial tepian posterior palpebra terdapat penonjolan kecil
dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan
8

inferior. Punctum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui


kanalikulusnya ke saccus lacrimalis.

Gambar 2.2 Anatomi Inner Canthus

Gambar 2.3 Potongan Palpebra Atas


C. Refraktor Palpebra
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra, yang dibentuk oleh
kompleks muskulofasial, dengan komponen otot rangka dan polos, yang dikenal
sebagai kompleks levator di palpebra superior dan fasia kapsulopalpebra di palpebra
inferior. Di palpebra superior bagian otot rangkanya adalah levator palpebrae
superioris, dan otot polosnya adalah musculus Müller (tarsalis superior). Di palpebra
inferior, retraktor utamanya adalah musculus rectus inferior dan otot polosnya
musculus tarsalis inferior.
Komponen otot polos retraktor palpebrae dipersarafi oleh saraf simpatis
sedangkan levator dan musculus rectus inferior dipersarafi oleh nervus
oculomotorius.
9

D. Persarafan
Persarafan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama dan kedua nervus
trigeminus. Nervus lacrimalis, subpraorbitalis, supratrochlearis, infratrochlearis, dan
nasalia eksterna adalah cabang divis oftalika nervus kranial kelima (nervus
trigeminus). Nervus infraorbitalis, zygomaticofacialis, dan zygomaticotemporalis
merupakan cabang-cabang divisi maksilaris (kedua) nervus trigeminus.
Serabut otot muskulus orbikularis okuli pada kedua palpebra dipersarafi
cabang zigomatikum dari nervus fasialis sedangkan muskulus levator palpebra dan
beberapa muskulus ekstraokuli dipersarafi oleh nervus okulomotoris. Otot polos
pada palpebra dan okuler diaktivasi oleh saraf simpatis. Oleh sebab itu, sekresi
adrenalin akibat rangsangan simpatis dapat menyebabkan kontraksi otot polos
tersebut.
E. Pembuluh Darah Dan Limfe

Gambar 2.4 Suplai Pembuluh Darah Palpebra


Pasokan darah palpebra datang dari arteria lacrimalis dan ophthalmica melalui
cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya. Drainase vena dari palpebra mengalir
ke dalam vena ophthalmica dan vena-vena yang membawa darah dari dahi dan
temporal.
Pembuluh limfe segmen lateral palpebra berjalan ke dalam kelenjar getah
bening preaurikular dan parotis. Pembuluh limfe dari sisi medial palpebra
mengalirkan isinya ke dalam kelenjar getah bening submandibular.
10

2.2 Entropion
2.2.1 Definisi
Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata ke arah dalam bola
mata sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva atau kornea yang disebut
sebagai trikiasis (bulu mata mengarah pada bola mata yang akan menggosok kornea
atau konjungtiva). Selain palpebra bagian bawah, entropion juga dapat terjadi pada
palpebra bagian atas atau dapat mengalami seluruh bagian tepi kelopak mata yang
masuk kedalam.1

Gambar 2.5 Normal and Entropion Eye


2.2.2 Etiologi
Penyebab entropion dapat akibat terbentuknya jaringan parut yang terjadi pada
trakoma, atau akibat mekanik dan spasme otot orbikular terutama otot Rioland pada
spasme tertentu. Entropion dapat akibat senilitas, spasme, sikatrik, dan lainnya. Pada
trakoma, entropion terdapat pada kelopak atas. Kalau yang terkena kornea, maka
terjadi erosi kornea, dan dapat menjadi ulkus. Entropion kelopak mata superior
umumnya merupakan entropion yang didapat dan biasanya terjadi sebagai hasil
sekunder terhadap proses sikatriks seperti trakoma, blefarokonjungtivitis kronis,
sindroma Steven Jhonson, atau trauma. Entropion kelopak mata atas bilateral
merupakan bentuk yang late-onset dan tanpa penyebab yang muncul, akan tetapi
jarang. Biasanya merupakan proses sekunder terhadap kelainan tarsus atau muskulus
11

orbikularis, atau akibat efek mekanik epiblefaron, mikroftalmus, atau anoftalmus,


yang menyebabkan inversi kelopak mata superior dengan berbagai derajat.1,11
2.2.3 Epidemiologi
Entropion dapat diderita oleh setiap usia namun lebih sering diderita oleh
orang lanjut usia. Laki-laki dan perempuan memiliki insiden yang sama. Morbiditas
utama dari entropion adalah iritasi permukaan bola mata. Namun abrasi dan parut
kornea juga dapat terjadi. Entropion biasanya terjadi pada usia diatas 60 tahun
dengan prevalensi 2,1% dari setiap 25.000 individu. Selain entropion pada usia
lanjut, terdapat pula entropion kongenital yang terjadi pada anak-anak dengan
prevalensi 20% dan paling sering terjadi pada ras Asia.5
2.2.4 Klasifikasi
Berdasarkan penyebab terjadinya, entropion dibagi menjadi :
1. Entropion Kongenital
Entropion kongenital umumnya terjadi karena adanya disgenesis refraktor
kelopak mata bawah yang dapat menyebabkan ketidakstabilan kelopak mata. Selain
itu, entropion kongenital juga dapat disebabkan akibat kekurangan jaringan dalam
lamela posterior kelopak mata. 6 Entropion pada kelopak mata atas biasanya terjadi
akibat microphthalmus dan pada kelopak mata bawah biasanya terjadi karena
gangguan perkembangan aponeurosis refractor inferior. Entropion kongenital
membutuhkan terapi pembedahan untuk memperbaiki struktur kelopak mata.
Tindakan ini dilakukan dengan mengeksisi kulit dan otot lalu fiksasi lipatan kulit ke
lempeng tarsal.7

Gambar 2.6 Entropion Kongenital


12

2. Entropion Sikatrik
Entropion sikatrik merupakan hasil inflamasi kronik yang menyebabkan
terbentuknya fibrosis, scarring dan pemendekan lamela posterior. Entropion sikatrik
umumnya jenis ini melibakan palpebra superior. Hal ini disebabkan oleh
kontraksi sikatrik dari konjungtiva palpebral, dengan atau tanpa disertai distorsi
terkait tarsal plate. Penyebab umum adalah trachoma, membranous konjungtivitis,
luka bakar kimia, pemfigus dan Sindrom Stevens-Johnson. Selain itu dapat juga
disebabkan oleh trauma dan iatrogenic dari operasi atau terapi radiasi.6
Terapi pada entropion sikatrik adalah mengobati penyakit yang mendasari
keadaan pasien. Terapi pembedahan merupakan sebuah tantangan untuk melisiskan
jaringan parut yang menyebabkan entropion tanpa menyebabkan inflamasi
tambahan. Teknik pembedahan dilakukan tergantung pada keparahan penyakit dan
etiologi.2

Gambar 2.7 Entropion Sikatrik


3. Entropion Spastik Akut
Entropion spastik mengikuti iritasi atau inflamasi pada mata. Hal ini sering
terjadi setelah operasi intraocular pada pasien yang sudah mengalami perubahan
kelopak mata involusional ringan yang tidak diketahui sebelumnya. Pada entropion
spastik terjadi spasme m. orbicularis akibat iritasi kornea. Umumnya terjadi pada
orang lanjut usia dan biasanya melibatkan palpebra inferior. Entropion akut biasanya
akan hilang bila siklus entropion atau iritasi dengan terapi dari faktor penyebab yang
mendasari.8
13

Gambar 2.8 Entropion Spastik


4. Entropion Involusional
Entropion involusional dikenal juga dengan nama senile entropion dan sering
mengenai kelopak mata bagian bawah. Entropion involusional terjadi akibat
kelemahan kelopak mata, gangguan atau terlepasnya refraktor kelopak mata, dan
ovrriding dari otot m. orbicularis oculi preseptal.6,7,8
Normalnya refrakter kelopak mata menjaga tepi kelopak mata bawah untuk
tetap pada posisi yang benar. Beberapa tanda yang dapat muncul terjadi ketika
terlepasnya refraktor meliputi :
1. Garis putih pada Subkonjungtiva beberapa milimeter dibawah tepi tarsal
2. Fornix inferior lebih dalam
3. Kelopak mata bawah lebih tinggi dari normal
4. Sedikit pergerakan dari kelopak mata bawah
Entropion involusional merupakan jenis entropion yang paling sering dan
berhubungan dengan penuaan. Kelainan yang terjadi paling banyak pada kelopak
mata bawah dan merupakan akibat dari gabungan kelemahan otot-otot refraktor
kelopak mata bawah, migrasi keatas musculus orbikularis preseptal dan
menyebabkan melipatnya tepi tarsus atas.9

Gambar 2.9 Entropion Involusional


14

2.2.5 Patofisiologi
Masing-masing tipe entropion memiliki patofisiologi yang berbeda, namun
secara umum, entropion disebabkan oleh penipisan lamela dan disinsersi retraktor
kelopak mata bawah, menyebabkan kelopak mata bawah melengkung ke dalam.
Pada keadaan normal, palpebra distabilkan oleh M.orbikularis okuli, M.retraktor
palpebra, tarsus, dan tendon kantus. Apabila tegangan horizontal struktur ini
melonggar, margo palpebra dapat terputar. Pada entropion terjadi beberapa
perubahan seperti berpindahnya posisi orbikularis preseptal ke tepi bawah tarsus,
kelemahan retraktor palpebra inferior, berkurangnya kekakuan tarsus karena proses
atrofi, involusi tendon kantus medial dan lateral, perubahan komposisi tarsus dari
serat kolagen menjadi serat elastis, dan proses atrofi lemak periorbita.3
2.2.6 Gejala Klinis
Gejala yang dirasakan pasien meliputi gejala trikiasis. Trikiasis merupakan
kondisi ketika cilia mengarah ke belakang dan bergesekan dengan bola mata. Gejala
akan muncul berupa rasa iritasi, seperti ada benda asing, dan mata merah.8
Entropion dapat dibagi menjadi 3 grade, yaitu :8
1. Ringan : jika hanya posterior lid yang terlibat
2. Sedang : jika intermarginal strips terputar kedalam
3. Berat : jika seluruh tepi terputar ke dalam.
2.2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Awalnya pasien akan mengeluh adanya sesuatu yang mengganjal di matanya
dan terkadang menimbulkan nyeri. Selain itu pasien juga mengeluhkan sering
mengeluarkan banyak air mata (epifora), mata merah, tidak tahan melihat cahaya
yang sangat terang (fotofobia), kelopak matanya menjadi keras, dan adanya
kotoran mata.5
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan ditemukan palpebra masuk ke dalam. Berdasarkan
masuknya palpebra dibagi 3 tingkatan, yaitu :
a. Grade I: pelipatan terbatas pada posterior lid border.
b. Grade II: pelipatan pada posterior lid border hingga ke intermargonal strip.
c. Grade III: pelipatan hingga ke anterior border
15

Dari pemeriksaan fisik akan tampak kerusakan pada epitel konjungtiva atau
kornea akibat trauma, hiperemia pada konjungtiva yang terlokalisasi, kelemahan
kelopak mata (involusional entropion), jaringan parut pada konjungtiva (sikatrik
entropion), serta pertumbuhan kelopak mata bawah yang abnormal (kongenital
entropion), dan pelipatan kelopak mata atau margo ke arah dalam.
3. Pemeriksaan Lain-Lain
Pemeriksaan diagnosis sederhana lain yang dapat dilakukan adalah :
a. Snap test
Untuk menunjang diagnosis, dapat dilakukan snap test, yartu dengan
menarik tepi palpebra inferior ke bawah dan dilepas secara cepat, kemudian
diperhatikan berapa lama waktu yang dibutuhkan agar palpebra inferior
kembali ke posisi semula. Snap test dapat mengukur kelemahan relatif dari
palpebra inferior. Palpebra dengan kelemahan yang normal dapat kembali ke
posisi semula dengan segera. Semakin lama waktu yang dibutuhkan
menunjukkan semakin berat kelemahan yang terjadi. Hasil snap test
dikelompokkan menjadi 5 grade, yaitu:

1) Grade 0: palpebra normal yang kembali ke posisi semula dengan segera


2) Grade 1: palpebra kembali ke posisi semula dalam waktu 2-3 detrk
3) Grade 2: palpebra kembali ke posisi semula dalam waktu 4-5 detik
4) Grade 3: palpebra kembali ke posisi semula dalam waktu >5 detik, namun
kembali dengan segera jika mata berkedip
5) Grade 4: palpebra tidak kembali ke posisi semula
b. Medial canthal laxity test (Tes kelemahan kantus medial)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menarik palpebra inferior ke
sebelah lateral dari kantus medial, kemudian ukur pergeseran pungtum
medialis. Semakin besar jarak pergeserannya, menunjukkan kelemahan
palpebra yang semakin berat. Pergeseran normal berkisar antara 0-l mm.
c. Lateral canthal laxity test (Tes kelemahan kantus lateral)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menarik palpebra inferior ke
sebelah medial dari kantus lateral, kemudian ukur pergeseran dari sudut
16

kantus lateral. Semakin besar jarak pergeserannya, menunjukkan kelemahan


palpebra yang semakin berat. Pergeseran normal berkisar antara 0-2 mm.
d. Tes Schirmer
Karena salah satu gejala entropion adalah epifora, maka tes Schirmer
penting untuk dilakukan. Tes Schirmer digunakan untuk menilai produksi air
mata. Sepotong kertas saring kecil dimasukkan ke dalam palpebra inferior
dan didiamkan selama beberapa menit, baru kemudian dilepas. Dicatat
ukuran kertas yang basah oleh air mata.
e. Tes Fluorescein
Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya tanda-
tanda kerusakan kornea akibat gesekan bulu mata atau kulit palpebra terhadap
kornea. Pemeriksaan ini sangat baik dilakukan untuk melihat keadaan
kornea. Selain itu, juga dapat menilai derajat kekeringan kornea.
f. Eksoftalmometri
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada atau tidaknya enoftalmus
relatif yang biasanya terjadi pada pasien yang mengalami entropion.
2.2.8 Diagnosis Banding
1. Trikiasis: trikiasis merupakan kelainan dimana bulu mata tumbuh
mengarah ke dalam bola mata tanpa disertai dengan adanya kelainan pada
kelopak mata.

Gambar 2.9 Trikiasis


17

2. Distikiasis: distikiasis merupakan suatu keadaan dimana penumbuhan bulu


mata abnormal atau terdapatnya duplikasi bulu mata pada daerah tempat
keluarnya saluran Meibom.

Gambar 2.10 Distikiasis


3. Epiblefaron: Kelainan kongenital yang tampak berupa pelipatan kulit kelopak
dan ketegangan otot horizontal yang menyilang ke pinggir kelopak
menyebabkan bulu mata masuk ke dalam. Orientasi dari tarsal plate normal
selalu asimptomatik dan berkaitan dengan pertambahan umur

Gambar 2.11 Epiblefaron


2.2.9 Tatalaksana
Penatalaksanaan entropion umumnya non farmakologis. Terapi sementara
yaitu dengan penarikan kulit palpebra ke arah pipi, sehingga menjauh dari bola mata,
pencukuran bulu mata di lokasi trikiasis, lensa kontak untuk melindungi kornea, dan
air mata artifisial dan salep mata lubrikan untuk melindungi permukaan mata,
peletakan tape untuk mengurangi laxitas tarsus horizontal dan memungkinkan eversi
18

tepi palpebra,dan kauterisasi termal untuk menginduksipemendekan retraktor


palpebra inferior dan orbikularis
Terapi definitif adalah dengan tindakan bedah untuk eversi palpebra. Setiap
tipe entropion diterapi dengan prosedur bedah yang berbeda-beda. Intervensi bedah
diindikasikan apabila terdapat salah satu dari kondisi klinis berikut muncul secara
persisten,yaitu iritasi okular berulang, konjungtivitis bakteri, refleks hipersekresi air
mata, keratopati superfisial, keratitis, dan ulkus kornea. Entropion kongenital dapat
diperbaiki dengan pemasangan kembali fascia kapsulopalpebra, dan perbaikan
epiblefaron jika terdapat keratopati atau simptomatik.
Pada entropion tipe involusi penatalaksanaan dibagi menjadi 3 yaitu
temporizing, horizontal thightening procedure, dan retractor repair.. Entropion
spastik kadang-kadang menghilang spontan. Koreksi sementara dapat dicapai dengan
tape adhesif atau suntikan toksin botulinum 5-10 unit ke dalam otot pretarsal.
Tindakan pembedahan menggabungkan beberapa teknik seperti memperpendek
kelopak mata horizontal atau mengangkat pretarsal serat-serat otot orbikularis okuli
dan memperpendek kulit vertikal.
2.2.10 Komplikasi
Adapun komplikasi entropion adalah sebagai berikut :3
1. Konjungtivitis yaitu peradangan pada konjungtiva. Akan terlihat lapisan
putih yang transparan pada mata dan garis pada kelopaknya. Entropion dapat
menyebabkan konjungtiva menjadi merah dan meradang, dan menimbulkan
infeksi.
2. Keratitis yaitu suatu kondisi dimana kornea meradang. Masuknya bulu
mata dan tepi kelopak ke kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit.
Jaringan parut akan terbentuk dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
3. Ulkus kornea adalah ulkus yang terbentuk di kornea, dan biasanya disebabkan
oleh keratitis. Kondisi ini sangat serius karena dapat menyebabkan
kehilangan penglihatan. Sangat penting untuk segera berobat ke dokter
jika mata menjadi merah, mata terasa sakit atau seperti ada yang mengganjal di
dalam mata.
4. Komplikasi bedah, yaitu perdarahan, hematoma, infeksi, rasa sakit, dan
posisi tarsal yang buruk.
19

2.2.11 Prognosis
Pada umumnya entropion memiliki prognosis yang baik, keefektifan
pengobatan entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan
penyakitnya bisa dilakukan dengan pembedahan yang tepat dan dapat memperbaiki
keadaan kelopak mata yang mengalami kelainan tersebut. Namun tindakan operasi
juga perlu diperhatikan dengan baik karena over koreksi justru dapat mengakibatkan
ektropion pada akhirnya.10
20

BAB III

KESIMPULAN

1. Entropion merupakan suatu keadaan melipatnya kelopak mata ke arah dalam


bola mata.
2. Entropion dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin. Entropion
biasanya terjadi pada orang lanjut usia atau yang disebut entropion
involusional. Entropion juga dapat terjadi pada anak-anak yaitu entropion
kongenital.
3. Berdasarkan penyebab entropion diklasifikasikan menjadi entropion
kongenital, sikatrik, spastik dan involusional.
4. Penatalaksanaan entropion umumnya non farmakologis. Terapi definitif adalah
dengan tindakan bedah untuk eversi palpebra.

5. Umumnya prognosis entropion baik, keefektifan pengobatan entropion


tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan penyakitnya.
21

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Ed.5. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2015.
2. Weber AC, Vhundury R V, Perry JD. Entropion [Internet]. Eyewiki. 2019
[cited 2019 Aug 13]. Available from: eyewiki.org/entropion
3. Reiza Y. Diagnosis dan Tatalaksana Entropion. J Medula Unila.
2016;4(3):40–5.
4. Rachmania A, Iskandar E, Hasyim Y. Prevalensi Entropion di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang. Maj Kedokt Sriwij. 2014;46(4):289–94.
5. Yelena. Entropion Involusional. Medicinus. 2014;Vol.4:No.7.
6. Raus P, Klett A, Borrelli M, Geerling G. Orbit, Eyelid and Lacrimal System.
Ed.7. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2016. p. 1-359.
7. Bowling B, Kanski I. Kanski’s Clinical Ophthalmology. Ed.8. Sydney:
Elsevier; 2016.
8. Nema H, Nema N. Textbook Of Ophthalmology. Ed.6. Vol. 45, Southern
Medical Journal. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2012. 980
p.
9. DeBacker C. Entropion. Medscape. 2019.
10. Harder B, Von B, Schilchtenbrede F, Jonas J, Schuster A. Entropion:
Objective and Subjective Evaluation of Two Different Surgical Procedures.
Ed.7. 2014. p. 729-734.
11. Anonymous. Entropion. Crescent Veterinary Clinic, tanpa tahun.

Anda mungkin juga menyukai