PENDAHULUAN
Ulkus pada tungkai adalah penyakit arteri, vena, kapiler dan pembuluh darah limfe
yang dapat menyebabkan kelainan pada kulit penderita. Insiden penyakit ini meningkat
seiring
dengan bertambahnya usia. Di negara tropis, insidens ulkus kruris lebih kurang 2%
dari populasi dan didominasi oleh ulkus neurotropik dan ulkus varikosum.
Prosesnya dapat dipengaruhi oleh pelbagai faktor, baik lokal maupun sistemik. Contohnya
seperti gangguan pada pembuluh darah dan kerusakan saraf perifer dianggap sebagai
penyebab yang paling sering. Kerusakan saraf perifer biasanya terjadi pada penderita diabetes
mellitus dan penderita kusta. Hipertensi juga dikaitkan sebagai salah satu penyebab rusaknya
pembuluh darah. Faktor penyebab lain seperti trauma, kebersihan yang buruk dan gizi buruk
juga berperan dalam proses perjalanan penyakit ini. Pembagian ulkus kruris dibagi ke dalam
empat golongan yaitu, ulkus tropikum, ulkus varikosus, ulkus arterial dan ulkus neurotrofik.
Terlebih berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki epidemi DM
tipe-2. Perubahan gaya hidup dan urbanisasi nampaknya merupakan penyebab penting
timbulnya masalah ini. Sejalan dengan hal tersebut, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
memperlihatkan peningkatan angka prevalensi Diabetes yang cukup signifikan, yaitu dari
6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018. Apabila tidak ditangani dengan baik DM
tipe-2 akan menimbulkan berbagai macam komplikasi, baik akut maupun kronik. Salah satu
komplikasi kronik yang serius dan paling ditakuti adalah ulkus diabetikum. Hal ini didukung
oleh data Riskesdas (2018) bahwa kenaikan jumlah penderita ulkus diabetikum di Indonesia
dapat terlihat dari kenaikan prevelensi sebanyak 11%.
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TIU)
Setelah menyelesaikan modul ini, maka dokter mampu menguatkan kompetensinya pada
penyakit ulkus pada tungkai.
1. Menganalisis data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis masalah kesehatan pasien.
2. Mengembangkan strategi untuk menghentikan atau mengurangi frekuensi serangan
penyakit, dan akibat yang ditimbulkan serta risiko spesifik secara selektif.
3. Menentukan penanganan penyakit baik klinik, farmakologis, diet, olah raga atau
perubahan perilaku secara rasional dan ilmiah.
4. Memilih dan menerapkan strategi pengelolaan yang paling tepat berdasarkan prinsip
kendali mutu, kendali biaya, manfaat dan keadaan pasien serta sesuai pilihan pasien.
5. Mengidentifikasi, menerapkan dan melakukan monitor evaluasi kegiatan pencegahan
ulkus pada tungkai yang tepat, berkaitan dengan pasien, anggota keluarga dan
masyarakat.
DEFINISI
Ulkus pada tungkai adalah penyakit arteri, vena, kapiler dan pembuluh darah limfe
yang dapat menyebabkan kelainan pada kulit penderita. Ulkus diabetikum adalah luka
terbuka pada permukaan kulit akibat komplikasi penyakit diabetes mellitus yang
mencakup neuropati, kematian jaringan setempat hingga dapat berkembang menjadi
infeksi. Ulkus kaki diabetik adalah luka kronik pada daerah di bawah pergelangan kaki,
yang meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan mengurangi kualitas hidup pasien.
ETIOLOGI
Etiologi ulkus tropikum adalah infeksi oleh kuman Bacillus fusiformis dan Borrelia
vincentii. Etiologi ulkus varikosum adalah kelainan pembuluh seperti trombosis atau
kelainan katup vena yang berasal dari luar pembuluh darah seperti bendungan daerah
proksimal karena tumor di abdomen, kehamilan atau pekerjaan yang dilakukan berdiri.
Etiologi ulkus arteriosum adalah ateroma, baik yang ekstramural, mural, dan intramural.
Ulkus neurotrofik disebabkan oleh tekanan atau trauma pada kulit yang anestetik.
Etiologi ulkus diabetikum diawali karena terjadinya angiopati, neuropati, dan infeksi.
Penyebab terbesar dari ulkus diabetikum adalah diabetik neuropati yang dapat ditemukan
pada 80-90% pasien dengan ulkus. Kemudian, kondisi abnormalitas struktur kaki atau
deformitas hingga trauma akan memperburuk kondisi ulkus diabetikum.
Kondisi angiopati akan membuat aliran darah ke kaki menjadi terganggu sehingga pasien
akan merasakan nyeri pada tungkainya setelah berjalan. Kondisi neuropati akan
menyebabkan gangguan pada sistem sensorik yang membuat sensasi nyeri kaki menjadi
menurun hingga menghilang, sehingga ulkus dapat terjadi tanpa dirasakan pasien.
Kemudian infeksi sering terjadi akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati.
Deformitas atau abnormalitas struktur kaki memainkan peran yang penting dalam
pembentukan ulkus diabetikum, karena memberikan tekanan abnormal yang dapat
membentuk luka. Deformitas atau abnormalitas bentuk kaki yang dimaksud, diantaranya
flat foot dan Charcot neuroartropati, atau hammer foot
PETA KONSEP
ULKUS TUNGKAI
Faktor Risiko:
1. Usia penderita
2. Berat badan
3. Jenis pekerjaan
4. Higienitas buruk
5. Gizi buruk
6. Penyakit penyerta yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah seperti Diabetes
Melitus yang tidak terkontrol
7. Riwayat ulkus
8. Merokok
Pada ulkus diabetikum luka yang timbul sering terjadi spontan tanpa diketahui penderita,
misalnya tertusuk paku atau duri saat berjalan. Luka terbuka akan menimbulkan bau khas
dari gas gangren dan menyebabkan infeksi pada tulang (osteomielitis). Pada ulkus
diabetikum, diperkirakan kondisi infeksi disebabkan oleh polimikrobial yang dapat
melibatkan beberapa organisme yang berbeda. Pola mikrobial ulkus diabetikum
dipengaruhi oleh kedalaman luka, jaringan yang terlibat, dan penggunaan antibiotik
sebelumnya Salah satu penyebab tersering bakteri anaerob, Clostridium.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pasien datang dengan luka pada tungkai bawah. Luka bisa disertai dengan nyeri
atau tanpa nyeri. Terdapat penyakit penyerta lainnya yang mendukung kerusakan
pembuluh darah dan jaringan saraf perifer
1. ANAMNESIS
Dapat ditanyakan kapan luka pertama kali terjadi. Apakah pernah
mengalami hal yang sama di daerah yang lain.
Perlu diketahui apakah pernah mengalami fraktur tungkai atau kaki. Pada
tungkai perlu diperhatikan apakah ada vena tungkai superfisial yang
menonjol dengan tanda inkompetensi katup.
Perlu diketahui apakah penderita mempunyai indikator adanya penyakit
yang dapat memperberat kerusakan pada pembuluh darah.
Kemudian pada kondisi ulkus diabetikum perlu ditanyakan beberapa hal sebagai
berikut.
Pasien ditanyakan mengenai lamanya ia menderita diabetes mellitus dan
riwayat pengobatan diabetes mellitus.
Riwayat pemeriksaan yang sudah pernah dilakukan sebelumnya juga
penting.
Anamnesis mengenai faktor risiko seperti usia penderita, berat badan, jenis
pekerjaan, penderita gizi buruk, mempunyai higiene yang buruk, penyakit
penyerta yang bisa menimbulkan kerusakan pembuluh darah, aktivitas harian,
sepatu yang digunakan, pembentuk kalus, deformitas kaki, keluhan neuropati,
keluhan nyeri tungkai, penyakit komorbid, kebiasaan merokok, dan riwayat ulkus
sebelumnya.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pada inspeksi akan ditemukan adanya ulkus, baik superfisial maupun profunda.
Ulkus diabetes cenderung terjadi di daerah tumpuan beban terbesar, seperti tumit,
area kaput metatarsal di telapak, ujung jari yang menonjol. Ulkus di malleolus
terjadi karena sering mendapat trauma. Ulkus dapat ditemukan dengan/tanpa pus,
jaringan nekrotik, atau benda asing. Deskripsi ulkus minimal harus meliputi
ukuran, kedalaman, bau, bentuk, dan lokasi. Dapat juga ditemukan abses, selulitis,
maupun gangren. Pemeriksaan untuk menentukan adanya neuropati adalah
pemeriksan sensoris, pemeriksaan dengan garpu tala, dan uji monofilamen.
Gangguan saraf otonom menyebabkan kulit kering pada sela jari dan cruris. Selain
itu dapat juga dilihat adanya fissure dan kulit yang pecah.
Pemeriksaan yang paling penting dilakukan adalah pemeriksaan pulsasi dengan
cara palpasi. Pemeriksa meraba a. femoralis, a. poplitea, a. tibialis posterior, dan a.
dorsalis pedis.
Penyebab Gejala Klinis
Neuropati Iskemia
Biasanya tidak nyeri Klaudikasio intermitten
Gejala
Kadang nyeri neuropati Nyeri saat istirahat
Lengkung tinggi kuku jari kaki Pucat
Inspeksi
Tidak ada perubahan tropik Perubahan tropik
Palpasi Hangat Dingin
Nadi teraba Nadi sulit/ tidak teraba
Tidak nyeri Nyeri
Ulserasi
Plantar Tumit dan jari kaki
KLASIFIKASI WAGNER
Grade 0 : kulit intak/ utuh
Grade 1 : ulkus superfisial
Grade 2 : ulkus dalam (sampai tendon, tulang)
Grade 3 : ulkus dalam dengan infeksi
Grade 4 : ulkus dengan gangren pada 1 -2 jari kaki
Grade 5 : ulkus dengan gangren luas seluruh kaki
3. KLASIFIKASI PEDIS
Impaired 1 None
Perfusion 2 PAD but not critical
3 Critical limb ischemic
Extend Size in mm2
Tissue 1 Superficial fulthickness, not deeper then dermis
Loss/ 2 Deep ulcer, below dermis, involving subcutaneous
Depth strucure, fascia, muscle or tendon
3 All subsequent layers of foot involved including bone
and or joint
Infection 1 No symptomps or sign of infection
2 Infection of skin and subcutaneous only
3 Erythema > 2 cm or infection involving subcutaneous
structure(s)
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis meliputi pemeriksaan sebagai
berikut.
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Urinalisa
3. Pemeriksaan kadar gula dan kolesterol
4. Biakan kuman
Pada kondisi ulkus diabetikum dapat dilakukan pemeriksaan Ankle Brachial Index
untuk menilai patensi vaskular. ABI dilakukan dengan alat Doppler.
Cuff dipasang di lengan atas dan dipompa sampai nadi brachialis tidak dapat
dideteksi Doppler. Cuff kemudian dilepas perlahan sampai Doppler dapat
mendeteksi kembali nadi brachialis. Tindakan yang sama dilakukan pada tungkai,
Cuff dipasang di bagian distal dan Doppler dipasang di arteri dorsalis pedis atau
arteri tibialis posterior ABI didapat dari tekanan sistolik ankle dibagi tekanan
sistolik brachialis. Bila ankle brachial index <0,3, pasien didiagnosis critical limb
ischemia, yang berarti iskemi berat. Pemeriksaan lain yang mungkin dikerjakan
adalah pemeriksaan trancutaneous oxygen tension (TcPO2), USG color Doppler,
digital subtraction angiography (DSA), magnetic resonance angiography (MRA),
atau computed tomography angiography (CTA). Pemeriksaan radiologi pedis juga
penting dikerjakan untuk mengetahui adanya komplikasi osteomielitis.
DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis klinis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, Pemeriksaan biakan kuman pada ulkus sangat membantu
dalam diagnosa dan pemberian terapi.
Diagnosa
Pada telapak kaki, ujung jari, dan sela pangkal jari kaki.
Ulkus Neurotrofik Kelainan kulit berupa ulkuds soliter, bulat, pinggir rata,
sekret tidak produktif dan tanpa nyeri. Daerah kulit
anhidrosis dan ulkus dapat di tutupi oleh krusta.
Keadaan dan bentuk luka dari keempat jenis ulkus ini sulit di bedakan pada
stadium
lanjut. Pada ulkus tropikum yang kronis dapat menyerupai ulkus varikosum atau
ulkus arteriosum.
Penatalaksanaan
PENATALAKSANAAN KOMPEHERENSIF
1. Non medikamentosa
2. Medikamentosa
Pengobatan yang akan dilakukan disesuaikan dengan tipe dari ulkus tersebut.
Penatalaksanaan Terapi
Sistemik Topikal
Kompres Permanganas
Seng Sulfat 2 x 200 mg/hari
Ulkus Varikosum Kalikus 1:5000 atau larutan
perak nitrat 0,5% atau 0,
Permanganas Kalikus
1:5000, Benzoin peroksida
10%-20% untuk
merangsang granulasi,
Jika terdapat infeksi dapat di
baktersidal, dan
berikan antibotik. Untuk
melepaskan oksigen ke
kuman anaerob diberikan
Ulkus Arteriosum dalam jaringan.
metronidazol. Pemberian
Penggunaan vasilen boleh
analgetik dapat diberikan
diberikan di sekitar ulkus
untuk mengurangi nyeri.
yang tidak terkena iritasi.
Seng oksida akan
membantu absorbsi eksudat
dan bakteri.
Pada Tatalaksana ulkus diabetikum secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer dilakukan
sebelum terjadi perlukaan pada kulit, sedangkan pencegaham sekunder
dimaksudkan agar tidak terjadi luka/ kecacatan yang lebih parah untuk
mendapatkan penutupan luka secepat mungkin.
1. Pencegahan Primer
a. Penyuluhan mengenai pencegahan dan perawatan kaki yang baik oleh
tenaga medis dan paramedis pada penderita DM.
b. Pemeriksaan berkala oleh dokter.
c. Pencegahan berdasarkan tingkat risiko penderita DM terhadap terjadinya
ulkus diabetikum.
Kaki yang insensitif perlu penggunaan alas kaki yang benar.
Kaki dengan deformitas perlu sepatu/alas kaki untuk meratakan
penyebaran tekanan pada kaki.
Kaki dengan permasalahan vaskular perlu latihan dengan benar
untuk memperbaiki vaskularisas kaki.
Untuk ulkus dengan komplikasi perlu pencegahan sekunder.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder pada ulkus diabetikum perlu pengelolaan holistik yang
meliputi 6 aspek, yaitu:
a. Kontrol metabolik
Perhatikan dan perbaiki keadaan umum pasien.
Kadar glukosa darah harus senormal mungkin karena hiperglikemia
dapat menghambat proses penyembuhan luka. Kemungkinan
diperlukan insulin agar glukosa darah kembali normal.
Perhatikan dan perbaiki status nutrisi. Nutrisi yang baik akan
membantu proses penyembuhan luka.
Perhatikan dan perbaiki hal lain, seperti kadar albumin darah,
hemoglobin, derajat oksigenasi jaringan hingga fungsi ginjal. Bila
hal-hal tersebut terganggu, maka dapat mengganggu proses
penyembuhan luka.
b. Kontrol vaskular
Vaskularisasi yang buruk akan menghambat proses penyembuhan
luka. Beberapa diagnostik yang dapat dilakukan untuk menilai
vaskularisasi antara lain: warna dan suhu kulit, perabaan a. dorsalis
pedis dan a. tibialis posterior, pengukuran tekanan darah, ankle
brachial index, ankle pressure, toe pressure, TcPO2, echodoppler,
serta arteriografi.
Penanganan kelainan pembuluh darah perifer dari sudut vaskular:
Modifikasi faktor risiko
Berhenti merokok.
Memperbaiki faktor risiko timbulnya aterosklerosis, seperti
hiperglikemia, hipertensi, dan dislipidemia.
Latihan kaki (walking program).
Farmakoterapi
Revaskularisasi
Dianjurkan bila kemungkinan kesembuhan luka rendah atau adanya
klaudikasio intermitten yang hebat.
Bila oklusi panjang, maka diperlukan operasi bedah pintas
terbuka. Namun bila oklusi pendek, dapat dilakukan prosedur
endovascular – PTCA.
Bila sumbatan akut, dapat dilakukan tromboarterektomi.
Terapi hiperbarik sebagai terapi adjuvan untuk membantu
perbaikan vaskularisasi dan oksigenasi jaringan luka pada ulkus
diabetikum.
c. Kontrol luka
Debridement yang adekuat diperlukan sebelum menilai dan
mengklasifikasikan luka. Debridement akan membantu mengurangi
jaringan nekrotik yang harus dikeluarkantubuh, sehingga mengurangi
produksi pus/ cairan yang berasal dari ulkus/ gangren.
Dressing dengan komponen zat penyerap, seperti carbonted dressing
dan alginate dressing bermanfaat pada luka yang masih produktif.
Hydrophillic fiber dressing dan silver imprenated dressing
bermanfaat pada luka produktif dan terinfeksi.
Hydrocolloid dressing dapat digunakan bila luka sudah membaik dan
tidak terinfeksi.
Suasana di sekitar luka harus kondusif untuk membantu proses
penyembuhan. Keadaan ini dicapai dengan mengompres sekitar luka
dengan kassa yang sudah dibasahi dengan salin.
Penelitian terbaru menyebutkan beberapa hal yang dapat digunakan
untuk membantu proses penyembuhan luka (beberapa masih diteliti
lebih lanjut), seperti dermagraft, apligraft, growth factor, protease
inhibitor, terapi gen bakteri E. coli, hingga pemakain belatung lalat
hijau.
d. Kontrol infeksi/ mikrobiologi
Perlu data mengenai peta/pola mikroorganisme yang selalu
diperbaharui di setiap rumah sakit. Antibiotik yang diberikan harus
sesuai dengan kultur dan uji resistensi.
e. Kontrol mekanik/ tekanan
Kaki yang selalu mendapat tekanan tidak akan sempat melakukan
proses penyumbuhan, terutama bila ulkus terdapat pada telapak kaki,
seperti luka pada kaki Charcot.
Cara yang dilakukan untuk mengurangi tekanan (non-weight bearing)
antara lain dengan:
Removable cast walker
Total contact casting
Temporary shoes
Felt padding
Crutchest
Wheelchair
Electric carts
Craddled insoles
Tindakan operasi yang dilakukan untuk mengurangi tekanan pada
ulkus antara lain:
Dekompresi ulkus/ abses dengan insisi abses
Prosedur koreksi bedah, seperti hammer toe, metatarsal head
resection, Achilles tendon lengthening, dan partial calcanectomy.
f. Kontrol edukasi
Penyuluhan diharapkan dapat membuat pasien dan keluarga
membantu proses perawatan dan penyembuhan luka.
Rehabilitasi untuk mengurangi kecacatan yang mungkin timbul.
Rehabilitasi medis juga masih dipelukan bagi pasien yang sudah
diamputasi agar tidak menimbulkan ulkus baru.
Pemberian alas kaki dapat membantu mengurangi tekanan pada
telapak kaki sehingga mencegah pembentukan ulkus baru.
Prognosis ulkus baru lebih buruk dibandingkan ulkus yang pertama
kali muncul.
KRITERIA RUJUKAN
Respon terhadap perawatan ulkus tungkai akan berbeda. Hal ini terkait lamanya
ulkus, luas dari ulkus dan penyebab utama.
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
1. Ad vitam : Dubia
2. Ad functionam : Dubia
3. Ad sanationam : Dubia
PENCEGAHAN
Pengendalian penyakit penyerta atau komorbid dengan tatalaksana farmakologi
dan nonfarmakologi akan sangat penting dalam pengendalian terjadinya ulkus.
Penerapan pola hidup sehat seperti higienitas yang baik, perbaikan gizi, hingga
berhenti merokok akan sangat berperan penting mencegah terjadinya ulkus.
DAFTAR PUSTAKA