Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Neuralgia adalah rasa nyeri seperti ditusuk yang timbul sesekali, namun singkat dan
berat yang terjadi sepanjang distribusi suatu saraf.

Neuralgia glosofaringeus sering sulit

dibedakan dengan trigeminal neuralgia karena gejalanya yang mirip.2


Berdasarkan studi dari International Association for the Study of Pain (IASP),
mendefinisikan neuralgia glosofaringeus sebagai nyeri yang tiba-tiba, parah, singkat, dan
berulang dalam distribusi anatomis saraf glosofaringeus umumnya unilateral. Secara klasik
digambarkan sebagai rasa sakit yang parah dan menusukdi telinga, pangkal lidah, fossa
tonsilar, atau di bawah sudut rahang. Namun, lokasi nyeri dapat bervariasi dan tumpang
tindih dengan persarafan lain di wajah (N. trigeminal, N. vagus, N. fasialis). Gambaran klinis
yang tidak biasa adalah adanya aritmia jantung yang berhubungan dengan episode nyeri,
takut untuk makan (yang mungkin menjadi penyebab pencetus untuk episode nyeri), dan
sinkop. Beberapa faktor pencetus dari timbulnya nyeri adalah menelan, berbicara, menguap
atau batuk. Patofisiologi neuralgia glosofaringeus dibagi menjadi idiopatik dan simtomatik.
Salah satu penyebabnya adalah kompresi pembuluh darah terhadap nervus glosofaringeus. 2
Menurut studi retrospektif oleh Katusic et al dari tahun 1945 sampai 1984 pada
populasi Rochester (USA). Ditemukan bahwa kejadian neuralgia glosofaringeus pada
populasi ini adalah 0,7 / 100.000 penduduk / tahun (0,9 pada pria dan 0,5 pada wanita).
Selain itu, 25% memiliki gejala bilateral. Mereka menyimpulkan bahwa neuralgia
glosofaringeus umumnya penyakit ringan, karena serangan ringan yang tidak biasa, dengan
hanya 3,6% penderita mengalami kekambuhan setelah setahun pertama. Hanya 25%
menjalani operasi untuk mengurangi gejala-gejala. Sedangkan menurut studi Rushton et ell

(1981) yang memeriksa pasien di Mayo Clinic dari tahun 1922-1977 melaporkan 217 kasus
dengan jumlah pasien usia > 50 tahun (57%) dan usia 18-50 tahun (43%). Dengan 160 pasien
mengalami remisi spontan, 37 pasien tidak mengalami perbaikan dan 12% dengan nyeri
bilateral. 2

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tinjauan kepustakaan ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi,epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gambaran klinis,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis neuralgia
glosofaringeus.
2. Untuk menambah wawasan penulis

BAB II
ISI

2.1 Definisi
Neuralgia glosofaringeus

(GPN) adalah sindrom nyeri yang langka yang

mempengaruhi saraf glossofaring (saraf kranial ke-IX yang terletak jauh di dalam leher) dan
menyebabkan nyeri tajam, menusuk sakit berdenyut di belakang tenggorokan dan lidah,
tonsil, dan tengah telinga. Rasa sakit luar biasa dari GPN dapat berlangsung selama beberapa
detik hingga beberapa menit, dan dapat muncul kembali beberapa kali dalam sehari atau
sekali setiap beberapa minggu. Banyak orang dengan serangan GPN disebabkan oleh
beberapa faktor pemicu tertentu seperti menelan, minum cairan dingin, bersin, batuk,
berbicara, membersihkan tenggorokan, dan menyentuh gusi atau di dalam mulut.

Gambar 1 Persarafan N. IX (glosofaringeus)4

2.2 Epidemiologi
Menurut studi retrospektif oleh Katusic et al dari tahun 1945 sampai 1984 pada
populasi Rochester (USA). Ditemukan bahwa kejadian nuralgia glosofaringeus pada populasi
ini adalah 0,7 / 100.000 penduduk / tahun (0,9 pada pria dan 0,5 pada wanita). Selain itu,
3

25% memiliki gejala bilateral. Mereka menyimpulkan bahwa neuralgia glosofaringeus


umumnya penyakit ringan, karena serangan ringan yang tidak biasa, dengan hanya 3,6%
penderita mengalami kekambuhan setelah setahun pertama. Hanya 25% menjalani operasi
untuk mengurangi gejala-gejala. Sedangkan

menurut studi Rushton et ell (1981) yang

memeriksa pasien di Mayo Clinic dari tahun 1922-1977 melaporkan 217 kasus dengan
jumlah pasien usia > 50 tahun (57%) dan usia 18-50 tahun (43%). Dengan 160 pasien
mengalami remisi spontan, 37 pasien tidak mengalami perbaikan dan 12% dengan nyeri
bilateral. Secara umum neuralgia glosofaringeus umumnya menyerang usia tua, namun dapat
juga terjadi pada usia lebih muda.2
2.3 Anatomi Nervus Glosofaringeus (N. IX)
Nervus glosofaringeus adalah gabungan saraf dari masing-masing bagian sensoris dan
motorik. Nervus glosofaringeus menerima neuron somatik sensori dari orofaring, sepertiga
posterior lidah, tuba eustacheus, teliga bagian tengah, dan mastoid. Saraf sensoris
menginervasi bagian telinga tengah, dan mastoid melewati membran timpani. Nervus
glosofaringeus juga menginervasi bagian pengecapan melalui saraf sensoris sepertiga lidah
dan juga sebagai kemoreseptor dan baroreseptor aferen dari carotid body dan sinus karotis.
Komponen saraf motorik menginervasi otot stylofaringeus dan saraf parasimpatis dari
secretomotor glandula parotis. Cabang terpenting lainnya adalah saraf sinus karotis yaitu
menginervasi carotid body dan sinus karotis. Saraf ini menyampaikan informasi tentang
kemoreseptor dan tekanan baroreseptor pusat dari pernafasan, fungsi sirkulasi, dan
bertanggung jawab terhadap arrhythmogenicity dari neuralgia glosofaringeus.2

Gambar 2. Nervus glosofaringeus 5

2.4 Patofisiologi dan Etiologi


Neuralgia glosofaringeus memiliki daerah nyeri yang khas sesuai dengan distribusi
anatomis nervus IX yaitu di bagian telinga, pangkal lidah, fossa tonsilar, atau di bawah sudut
rahang. Beberapa hal yang dapat memicu terjadinya serangan adalah manipulasi terhadap
daerah persarafan tersebut diantaranya menelan, bersin, batuk atau berbicara.2
Patofisiologi dari neuralgia glosofaringeus dapat dibagi menjadi primer dan sekunder.
Primer yaitu idiopatik dimana tidak ditemukannya lesi. Paling sering dikaitkan dengan
kompresi ganglion saraf oleh pembuluh darah atau kompresi saraf glosofaringeus saat keluar
atau masuk batang otak. Hal ini didukung oleh fakta bahwa dekompresi mikrovaskuler
(MVD) dapat menghilangkan GPN simtomatologi. Sebagian besar GPN termasuk jenis ini.
Sedangkan pada tipe sekunder, ditemukan adanya lesi yang meliputi trauma, neoplasma,
infeksi, malformasi vaskular, atau pemanjangan prosesus styloid. GPN tipe sekunder
dicurigai apabila terdapat gejala defisit neurologis seperti rasa kesemutan di daerah distribusi
nervus glosofaringeus, tidak adanya interval bebas gejala di antara serangan, dan distribusi
nyeri yang berbeda dari daerah saraf glosofaringeus. 2

Tabel 1. Klasifikasi neuralgia glosofaringeus berdasarkan penyebab2

2.5 Manifestasi klinis


Karakteristik dari neuralgia glosofaringeus mirip dengan trigeminal neuralgia dengan
beberapa perbedaan, harus diidentifikasi untuk mendpatkan diagnosis dan terapi yang tepat. 2
Cluster headache nyeri sebagian kepala, menusuk dan nyerinya berdenyut lokasi di
tenggorokan

menjalar ke telinga dan sebaliknya pada neuralgia glosofaringeus. Nyeri

berdenyut dari faring, tonsil dan sepertiga belakang lidah dibagian tuba eustacheus dan di
dalam telinga atau bagian mandibular. Kriteria gejala klinis dari neuralgia glosofaringeus
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria diagnosis dari neuralgia glosofaringeus berdasarkan International


Headache Society2
A. Serangan nyeri paroksismal pada wajah yang berlangsung kurang dari satu detik sampai 2
menit dan memenuhi kriteria B dan C.
B. Nyeri memenuhi kriteria berikut:
1. Lokasi unilateral
2. Distribusi pada sepertiga posterior lidah, fossa tonsillar, faring, atau dibawah rahang
dan atau di dalam telinga.
3. Tajam, menusuk dan menyiksa.
4. Dicetuskan oleh menelan, mengunyah, berbicara, batuk dan atau menguap.
C. Serangan berulang pada masing-masing pasien.
D. Tidak ada bukti klinis defisit neurologis.
E. Tidak disebabkan gangguan lainnya.

Onset nyeri dari neuralgia glosofaringeus rata-rata durasi 30 detik. Nyerinya sangat
menyiksa dan dapat muncul kembali setelah periode singkat tanpa nyeri, tetapi nyerinya
dilokasi yang sama. Nyeri tersebut muncul setiap hari, setiap minggu atau setiap bulan, dan
biasanya menyerang selama sehari. Menelan adalah faktor pencetus paling sering, dan cairan
dingin juga menginduksi nyeri. Mengunyah, berbicara, bersin, membersihkan tenggorokan,
menyentuh gusi atau mukosa oral, bahkan gerakan kepala spontan, mengangkat lengan pada
sisi nyeri, dan gerakan lateral dari rahang bisa juga mencetuskan nyeri paroksismal. Beberapa
pasien ditemukan bahwa menyentuh lubang telinga bagian luar, bagian samping leher dan
kulit telinga anterior mencetuskan rasa nyeri pada lokasi yang sama. Gejala yang jarang
terjadi adalah tinitus, muntah, vertigo, sensasi menelan, dan gerakan menelan. Temporal
artritis dapat memiliki nyeri yang sama. Asistole, kejang, pingsan berhubungan dengan
neuralgia glosofaringeus pada setiap pasien

diterangkan pada literatur, dan kondisi ini

disebut sebagai vagoglossopharyngeal neuralgia. Reaksi ini muncul karena berhubungan

dengan anatomi antara intermedius, vagus dan nervus glosofaringeus menyebabkan kesulitan
dalam mendiagnosa di bidang neurosurgical. 2
Pada umumnya neuralgia glosofaringeus adalah idiopatik, tetapi dapat berhubungan dengan
massa cerebellopontine, tumor oropharyngeal, arachnoiditis, osifikasi ligamen stylohyioid ,
multiple sclerosis, dan malformasi vaskular. Neuralgia glosofaringeus dapat berasosiasi
dengan trigeminal neuralgia atau dapat menjadi bagian sindroma disfungsi hiperaktivitas,
atau berasosiasi dengan malformasi Chiari tipe I. 2
2.6 Diagnosis
Diagnosis neuralgia glosofaringeus adalah secara klinis atau dengan pemeriksaan
lainnya dipercaya bisa menunjang sindrom tersebut. Prioritas pertama adalah untuk
memastikan diagnosis neuralgia dan mengeliminasi penyebab nyeri karena peradangan dan
neoplasia. Langkah pendekatan untuk mendiagnosis neuralgia glosofaringeus diringkas
dalam skema diagnosis (Gambar 3). Deskripsi dari nyeri akan membantu mendiagnosis.
Nyeri yang parah, episodik, dan durasi pendek, yang mungkin terkait dengan intervensi
periode rasa nyeri ringan. Sebaliknya, nyeri inflamasi atau neoplastik lebih konstan, dari
durasi yang lebih lama, dan berkualitas mendalam. Berikutnya, distribusi nyeri harus
dipetakan. Ada dua alasan penting yaitu, pertama, untuk mengetahui apakah nyeri neuralgia
glosofaringeus atau melibatkan saraf kranial lain seperti saraf trigeminal. 2
Setiap rasa nyeri dengan tipikal distribusi lokasi glosofaringeus yang khas, pastikan
distribusi yang dominan, timpani atau orofaringeal. Hal ini penting untuk menentukan lokasi
setiap titik pemicu, periksa apakah titik pemicu berada di area orofaringeal atau di telinga?
Apakah nyeri dipicu oleh aktivitas misalnya menelan, berbicara, menguap, atau karena
kegiatan mendengar misalnya nyeri pada paparan suara keras. Apakah ada gejala otologik?
Dengan mengevaluasi pasien pada baris di atas, neuralgia glosofaringeus dapat dibedakan
menjadi klasik / gejala otitik / jenis non-otitik. 2
8

Jika pasien tidak memiliki rasa sakit pada titik waktu tertentu, tetapi mengantisipasi
bahwa akan mendapat serangan di kemudian hari, titik pemicu tersebut disuntikkan dengan
lignocaine 2% atau bupivacaine 0,5% untuk melihat apakah dapat mencegah serangan lain
dari rasa nyeri tersebut. Jika gejala yang utama adalah otologik, suntikkan lignocaine 2% atau
0,5% bupivacaine ke meatus akustikus eksternus untuk melihat apakah menghilangkan rasa
nyeri atau akan mencegah serangan berikutnya. Terakhir, menentukan nyeri itu adalah jenis
idiopatik atau ada penyebab sekunder. Diagnosis sekunder neuralgia glosofaringeus (lihat
Tabel 1) harus diperiksa. Penyebab paling penting neuralgia glosofaringeus sekunder adalah
sindroma Eagle karena proses styloid yang memanjang atau kalsifikasi dari ligamen
stylohyoid. Riwayat penyakit dahulu,

trauma, radiasi, pembedahan, peradangan, dan

demielinasi. Patologi terkait dengan dasar tengkorak, kepala dan leher, nasofaring, dan gigi
dapat menjadi penyebab sekunder neuralgia glosofaringeus. 2
2.7 Diagnosis Banding
- Trigeminal neuralgia
- Arteritis temporalis
- Sindrom Eagle
- Neoplasma
- Neuralgia post herpetikum

Gambar. 3 Skema diagnosis neuralgia glosofaringeus 2

10

2.8

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium termasuk hitung darah lengkap, laju endap darah, antibodi

anti-nuclear, dan kimia serum dilakukan untuk menyingkirkan penyakit sistemik seperti
arteritis temporal, infeksi, peradangan, dan keganasan. Pencitraan otak termasuk MRI tanpa
kontras, magnetic resonance angiography (MRA), dan tiga-dimensi computed tomography
angiography (3D-CTA), yang berguna untuk menyingkirkan kompresi saraf oleh pembuluh
darah atau tumor atau dengan struktur tulang atau tanda-tanda demielinasi. Resolusi tinggi
MRI dan pengolahan gambar selanjutnya dengan interferensi konstruktif 3D (CISS)
memberikan potensi diagnosis yang diperlukan yaitu, kompresi neurovaskular oleh berbagai
saraf

kranial

(terutama

vagal,

glossopharyngeal,

dan

nervus

trigeminal).

MRA

memungkinkan visualisasi hubungan anatomi antara saraf dan pembuluh darah di fossette
supraolivary. Perhatian khusus diberikan pada posterior inferior arteri cerebellar (PICA),
anterior inferior arteri cerebellar (AICA), dan aliran vaskularisasi pembuluh darah ini sering
mengalir di fossa supraolivary yang merupakan tempat asal saraf glossopharingeus. Tiga
pemeriksaan radiologis yang juga penting untuk mendiagnosis neuralgia glosofaringeus
karena sindroma kompresi pembuluh darah. Pemeriksaan tersebut adalah; 1) High-Origin
PICA, 2) PICA dengan upward loop, 3) PICA dengan arah vaskularisasi dan menekan
fossette supraolivary. Namun, jika pembuluh darah yang menekan adalah AICA, neuralgia
glosofaringeus sulit untuk didiagnosa sebelum tindakan pembedahan karena hal ini adalah
anatomi yang normal. Pada pasien diduga perifer neuralgia glosofaringeus dan merespon
terapi mungkin tidak diperlukan pemeriksaan MRI.2
Pencitraan leher dilakukan untuk menyingkirkan tumor dari hipofaring, laring, atau
sinus piriform. Radiografi panoramik harus diambil untuk menyingkirkan sindrom Eagle.
Elektrokardiogram (EKG) sebaiknya dilakukan (selama serangan nyeri) untuk menyingkirkan
aritmia.6

11

2.9

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk GPN adalah secara non-bedah atau bedah. Protokol pengobatan

ditampilkan dalam skema gambar 4.


Gambar 4. Skema Penatalaksanaan Glossopharyngeal Neuralgia2

12

2.8.1. Terapi Non-Bedah


2.8.1.1 Farmakoterapi untuk neuralgia glosofaringeus
Lini utama terapi glossopharyngeal neuralgia adalah dengan farmakoterapi. Obat
pilihannya adalah carbamazepine, gabapentin, dan pregabalin, Meskipun secara teoritis setiap
stabilizer dapat digunakan. Di samping, dosis rendah selective serotonin reuptake inhibitor
(SSRI) dan vitamin B12 dapat digunakan. Periksa dahulu darah lengkap, kimia darah, dan
urine, sebelum pemberian carbamazepine, dan gabapentin juga termasuk obat alternatif yang
baik untuk pengobatan GPN. 2
Penggunaan NSAID tidak rutin dianjurkan untuk mengobati rasa nyeri ini. IASP
merekomendasikan obat berikut dan dosisnya untuk mengobati neuralgia glosofaringeus
(Tabel 3). Namun, obat ini harus dititrasi ke tingkat yang efektif, dan bertahap karena
penggunaan yang jangka panjang. Paling sering, penyakit ini menunjukkan relaps dan pola
remisi, dengan nyeri yang berkurang sekitar 2 bulan. Obat-obat ini dapat di-tappering untuk
mencapai dosis pemeliharaan bertahap yang jauh lebih rendah. Remisi ini dapat berlangsung
dari bulan sampai ke tahun. Pada saat kambuh, penambahan dosis dapat dicoba. Jika, nyeri
tidak berkurang, obat yang lain dapat dicoba. Sejumlah besar pasien dengan nyeri neuropatik
diobati dengan dua atau beberapa obat kombinasi. Ada studi yang terbatas tentang
farmakologis dan non-farmakologis pada pengobatan kombinasi, karena itu manfaat
tambahan dengan terapi fisik atau perawatan psikologis masih diragukan. Target terapi medis
harus mengurangi nyeri, meminimalkan rasa nyeri dalam kegiatan sehari-hari. 2

13

Tabel. 3 Rekomendasi obat dan dosis dalam terapi glossopharyngeal neuralgia


berdasarkan The International Association for the Study of Pain (IASP)2

2.8.1.2 Blok nervus glosofaringeus (glossopharyngeal nerve block)


Blok saraf glosofaringeus dapat digunakan untuk evaluasi nyeri atipikal wajah, terapi
neuralgia glosofaringeus, dan rasa nyeri disebabkan oleh kanker faring. Blok saraf ini
merupakan terapi tambahan yang sangat baik untuk pengobatan farmakologis dari neuralgia
glosofaringeus, mengurangi rasa nyeri secara cepat. Obat ini dapat bekerja dengan baik
dengan agen non- neurolitik (agen anestesi lokal) tanpa menyebabkan ketergantungan
(steroid, ketamine, dll) dengan atau agen neurolitik (fenol, alkohol, gliserol, dll), blok nervus
digunakan untuk dua macam hal yaitu, diagnostik dan tujuan terapi, dengan demikian
menetapkan diagnosis neuralgia glosofaringeus. Agen neurolitik adalah alternatif yang aman
untuk prosedur yang lebih invasif. 2
Berbagai pendekatan yang digunakan untuk memblokir glossopharingeus saraf yaitu:
1. Pendekatan Intra-oral: Blok ini diberikan dengan menggunakan jarum spinal (sekitar 25
derajat) sampai kedalaman 0,5 cm melalui mukosa di bagian lateral bawah posterior
tonsilaris.
14

2. Pendekatan ekstra-oral: Blok pada titik tengah pada garis imajiner, berjalan dari proses
mastoid ke sudut mandibula, pada kedalaman hingga 3 cm. Saraf terletak di bawah
prosesus styloid (Gambar 5). Teknik ini sederhana untuk dilakukan dan lebih nyaman
untuk pasien. 2
Gambar. 5 Daerah yang dievaluasi untuk blok saraf glossopharyngeal pada
neuralgia glossopharingeus2

2.8.2. Terapi Bedah


Setelah pasien menjadi toleran terhadap obat, operasi adalah pilihan pengobatan
selanjutnya. Namun, terapi bedah terkait dengan morbiditas yang tinggi dari pasien dan
terbatas pada pasien yang lebih muda. Prosedur bedah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Prosedur perifer:
a. Ekstra kranial, seperti bedah neurotomi langsung atau perkutaneus radiofrekuensi
rhizotomi termal
b. Intrakranial, seperti memotong langsung nervus glosofaringeus dan vagal di
cerebello-pontine.
2. Prosedur pusat, seperti perkutan atau open trigeminal tractotomi-nucleotomi atau
nucleus caudalis DREZ operation. 2
Saat ini, penatalaksanaan bedah terbaik adalah MVD (microvascular decompresion)
dan rhizotomi nervus glosofaringeus dengan nervus vagus bagian atas. Dalam neuralgia
glosofaringeus terutama, patologi primer dari
15

kompresi pembuluh darah pada saraf,

merespon baik dengan MVD. Namun, dalam neuralgia glosofaringeus sekunder, hal pertama
yang mendasari patologi: reseksi tumor, posterior fossa dekompresi di malformasi Chiari,
embolisasi dari malformasi arteriovenosa, koagulasi dari koroid pleksus berlebih, stylektomi
untuk sindrom Eagle. Dalam

neuralgia glosofaringeus sekunder, ketika MVD tidak

mungkin dilakukan, pemotongan saraf

intrakranial dianggap kuratif dan paling banyak

digunakan. Dalam kasus terbesar oleh Rushton et al dan dalam serangkaian kecil kasus oleh
Taha et al tidak terjadi relaps setelah bagian preganglionik dari nervus kranialis bagian atas
kesepuluh dan kesembilan. Namun, pemotongan dari serabut saraf kranial IX-X, terbuka atau
perkutan tractotomi-nucleotomi diikuti oleh disfonia parah dan persisten disfagia. Hal ini
karena semua prosedur yang merusak atau ablatif pada saraf membawa risiko neuritis, nyeri,
dan cedera neurovaskular.6
Dengan perbaikan teknik mikro dan anesthesiologikal (Brainstem evoked potentials),
MVD telah terbukti menjadi pengobatan yang tersedia yang efektif dan aman dan harus
dianggap sebagai pengobatan lini pertama dalam resistensi obat neuralgia glosofaringeus.
Dalam sebuah studi oleh Resnic et al MVD mengurangi nyeri dalam 76% kasus dan
peningkatan substansial dalam 16%. Sampson et al ditemukan nyeri berkurang dalam 10
tahun dengan MVD, maka menunjukkan efikasi dan keamanan bahkan pada jangka panjang
tindak lanjut. MVD harus dipertimbangkan ketika pasien mengalami gejala khas neuralgia
glosofaringeus dan memiliki loop PICA dekat saraf neuralgia glosofaringeus dan terutama
pada pasien dengan gejala sakit tenggorokan.6,7

Gambar 6. Prosedur MVD: Visualisasi intraoperatif dalam gambar a-c. Arteri vertebralis
berjalan dari caudal ke rostral, (a) PICA berjalan dekat ke atas ke permukaan medula dan
zona masuknya nervus kranial IX dan X (b) menimbulkan kompresi neurovaskular.
Dekompresi yang memadai adalah (c) penyisipan Teflon.6

16

Neurotomi ekstrakranial dan perkutan radiofrekuensi rhizotomi dibatasi untuk pasien


yang telah gagal terapi medis dan tidak bisa mentolerir prosedur intrakranial terbuka.
Stylectomy dilakukan untuk proses pemanjangan styloid, setelah penyebab utama dari
neuralgia glosofaringeus telah dikesampingkan dan terkait pembesaran styloid. 2
Baru-baru ini, berbagai laporan kasus telah diterbitkan, yang telah menunjukkan efek
menguntungkan dari pulse radiofrequency neurolysis (PRN) dan gamma knife surgery
(GKS). PRN adalah metode neuromodulatori non-destruktif untuk mengobati dua macam
tipe, idiopatik dan sekunder neuralgia glosofaringeus. Gelombang pendek dari energi
radiofrekuensi, membawa suhu konstan, menghasilkan efek neuromodulatori pusat dan
perifer. Dalam sistem GKS, dosis 80 Gy secara stereotactic diarahkan ke isocenter dengan
MRI untuk mengetahui sasaran lokasi. Cara ini bisa berfungsi sebagai alternatif yang
potensial untuk teknik perkutan lainnya dan pilihan bedah untuk pasien dengan sekunder
neuralgia glosofaringeus. Radiosurgery stereotactic (SRS) dengan sistem GKS menawarkan
pilihan yang kurang invasif untuk pasien dengan neuralgia glosofaringeus. Hingga saat ini,
Pollock dan Boes telah melaporkan seri terbesar dari pasien (5 pasien), dengan diduga
neuralgia glosofaringeus dirawat dengan SRS diarahkan pada glossopharingeus dan nervus
vagus, dalam foramen jugularis dengan tingkat kegagalan 40%. Teknik ini cukup menjanjikan
yang mungkin dapat menurunkan rasa sakit pasien dan morbiditas potensi operasi. 7

2.9

Prognosis dan Kompikasi

17

Tanda-tanda prognosis buruk yaitu neuralgia glosofaringeus bilateral, nyeri konstan, atau
beberapa serangan nyeri harian. Komplikasi neuralgia glosofaringeus adalah karena hiperstimulasi saraf glosofaringeus memberikan pengaruh pada tractus nucleus solitarius pada otak
tengah dan melalui kolateral dorsal nukleus motorik

dari nervus vagus. Aktivasi yang

abnormal ini selama nyeri yang parah akan memberikan respon vagal seperti detak jantung
tak beraturan, bradikardi, dan hipotensi, hipoksia serebral, memperlambat aktivitas EEG,
sinkop, dan kejang. Gerakan kejang, klonus tungkai, gerakan balik ke atas pada mata adalah
tanda-tanda hipoksia otak yang disebabkan oleh bradikardi tersebut. 2

BAB III
KESIMPULAN

18

Neuralgia glosofaringeus (GPN) adalah sindrom nyeri yang langka yang mempengaruhi
saraf glosofaringeus

(saraf kranial ke-IX yang terletak jauh di dalam leher) dan

menyebabkan nyeri tajam, menusuk sakit berdenyut di belakang tenggorokan dan lidah,
tonsil, dan tengah telinga.
Menurut studi retrospektif oleh Katusic et al

dari tahun 1945 sampai 1984 pada

populasi Rochester (USA). Ditemukan bahwa kejadian neuralgia glosofaringeus pada


populasi ini adalah 0,7 / 100.000 penduduk / tahun (0,9 pada pria dan 0,5 pada wanita).
Kriteria diagnosis dari neuralgia glosofaringeus adalah berdasarkan International
Headache Society. Diagnosis neuralgia glosofaringeus adalah secara klinis. Prioritas pertama
adalah untuk memastikan diagnosis neuralgia dan mengeliminasi penyebab nyeri karena
peradangan dan neoplasia.
Pemeriksaan penunjang neuralgia glosofaringeus adalah pemeriksaan laboratorium,
MRI tanpa kontras, magnetic resonance angiography (MRA), dan tiga-dimensi computed
tomography angiography (3D-CTA). Pemeriksaan penting lainnya adalah; 1) High-Origin
PICA, 2) PICA dengan upward loop, 3) PICA dengan arah vaskularisasi dan menekan
fossette supraolivary.
Lini utama terapi neuralgia glosofaringeus adalah dengan farmakoterapi. Obat
pilihannya adalah carbamazepine, gabapentin, dan pregabalin. Blok saraf glosofaringeus
dapat digunakan untuk evaluasi nyeri atipikal wajah, terapi neuralgia glosofaringeus, dan rasa
nyeri disebabkan oleh kanker faring. Prosedur bedah dilakukan setelah terjadi resistensi obat.
Prosedur bedah dibagi dua yaitu prosedur perifer dan sentral. Prosedur perifer yaitu ekstra
kranial, seperti bedah neurotomi langsung atau perkutaneus radiofrekuensi rhizotomi termal
dan intrakranial, seperti memotong langsung nervus glosofaringeus dan vagal di cerebellopontine. Prosedur pusat, seperti perkutan atau open trigeminal tractotomi-nucleotomi atau
nucleus

caudalis

DREZ

operation,

MVD

19

(microvascular

decompresion).

Pulse

radiofrequency neurolysis (PRN) dan gamma knife surgery (GKS) teknik ini cukup
menjanjikan yang mungkin dapat mengurangi rasa sakit pasien dan morbiditas potensi
operasi.
Prognosis buruk yaitu bilateral neuralgia glosofaringeus. Komplikasi neuralgia
glosofaringeus

adalah detak jantung tak beraturan, bradikardi, dan hipotensi, hipoksia

serebral dengan, memperlambat aktivitas EEG, sinkop, dan kejang.

DAFTAR PUSTAKA

20

1. Rubenstein, David et all. Lecture Notes: Kedokteran Klinis. Ed VI.2007.Jakarta:


Erlangga.
2.

Singh, PM.Kaur, Manpreet.Trikha, Arjan. An Uncommonly Common: Glossopharyngeal


Neuralgia. 2013. Journal of Indian Academy Of Neurology. Vol 16 page 1-18.

3.

Bethesda, MD. Glossopharyngeal Neuralgia Information Page. ACPA (American


Chronis Pain Association).2015 diakses dari www.ninds.nih.gov tanggal 28 April 2015
pukul 23.00 WIB.

4.

Tewi, John. Mc Mahon, Naucy. Glossopharyngeal Neuralgia (Throat Pain).2013 diakses


dari www.mayfieldclinic.com tanggal 28 April 2015 pukul 23.15 WIB.

5.

Morby. Glossopharyngeal Nerve. Mosby's Medical Dictionary, Edisi 8. 2009. Elsevier.


Diakses dari http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/glossopharyngeal+nerve
tanggal 4 Mei 2015 pukul 01.00 WIB.

6. C. Gaul, P. Hastreiter, A. Duncker and R. Naraghi. Diagnosis and


neurosurgical treatment of glossopharyngeal neuralgia: clinical
findings and 3-D visualization of neurovascular compression in
19 consecutive patients dalam Journal of the "European Headache
Federation" and of "Lifting The Burden - The Global Campaign against
Headache. 2011. Diakses dari
http://link.springer.com/article/10.1007/s10194-011-0349x/fulltext.html tanggal 29 April 2015 pukul 22.15 WIB.
7.

Roberto M, Nuria M, Elena K, Rey P. Glossopharyngeal neuralgia and radiosurgery


Clinical article dalam Journalof Neurosurgery.2014. Diakses dari
http://thejns.org/doi/full/10.3171/2014.8.GKS141273 tanggal 29 April2015 pukul 22.30
WIB.

21

Anda mungkin juga menyukai