PENDAHULUAN
(1981) yang memeriksa pasien di Mayo Clinic dari tahun 1922-1977 melaporkan 217 kasus
dengan jumlah pasien usia > 50 tahun (57%) dan usia 18-50 tahun (43%). Dengan 160 pasien
mengalami remisi spontan, 37 pasien tidak mengalami perbaikan dan 12% dengan nyeri
bilateral. 2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tinjauan kepustakaan ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi,epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gambaran klinis,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis neuralgia
glosofaringeus.
2. Untuk menambah wawasan penulis
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Neuralgia glosofaringeus
mempengaruhi saraf glossofaring (saraf kranial ke-IX yang terletak jauh di dalam leher) dan
menyebabkan nyeri tajam, menusuk sakit berdenyut di belakang tenggorokan dan lidah,
tonsil, dan tengah telinga. Rasa sakit luar biasa dari GPN dapat berlangsung selama beberapa
detik hingga beberapa menit, dan dapat muncul kembali beberapa kali dalam sehari atau
sekali setiap beberapa minggu. Banyak orang dengan serangan GPN disebabkan oleh
beberapa faktor pemicu tertentu seperti menelan, minum cairan dingin, bersin, batuk,
berbicara, membersihkan tenggorokan, dan menyentuh gusi atau di dalam mulut.
2.2 Epidemiologi
Menurut studi retrospektif oleh Katusic et al dari tahun 1945 sampai 1984 pada
populasi Rochester (USA). Ditemukan bahwa kejadian nuralgia glosofaringeus pada populasi
ini adalah 0,7 / 100.000 penduduk / tahun (0,9 pada pria dan 0,5 pada wanita). Selain itu,
3
memeriksa pasien di Mayo Clinic dari tahun 1922-1977 melaporkan 217 kasus dengan
jumlah pasien usia > 50 tahun (57%) dan usia 18-50 tahun (43%). Dengan 160 pasien
mengalami remisi spontan, 37 pasien tidak mengalami perbaikan dan 12% dengan nyeri
bilateral. Secara umum neuralgia glosofaringeus umumnya menyerang usia tua, namun dapat
juga terjadi pada usia lebih muda.2
2.3 Anatomi Nervus Glosofaringeus (N. IX)
Nervus glosofaringeus adalah gabungan saraf dari masing-masing bagian sensoris dan
motorik. Nervus glosofaringeus menerima neuron somatik sensori dari orofaring, sepertiga
posterior lidah, tuba eustacheus, teliga bagian tengah, dan mastoid. Saraf sensoris
menginervasi bagian telinga tengah, dan mastoid melewati membran timpani. Nervus
glosofaringeus juga menginervasi bagian pengecapan melalui saraf sensoris sepertiga lidah
dan juga sebagai kemoreseptor dan baroreseptor aferen dari carotid body dan sinus karotis.
Komponen saraf motorik menginervasi otot stylofaringeus dan saraf parasimpatis dari
secretomotor glandula parotis. Cabang terpenting lainnya adalah saraf sinus karotis yaitu
menginervasi carotid body dan sinus karotis. Saraf ini menyampaikan informasi tentang
kemoreseptor dan tekanan baroreseptor pusat dari pernafasan, fungsi sirkulasi, dan
bertanggung jawab terhadap arrhythmogenicity dari neuralgia glosofaringeus.2
berdenyut dari faring, tonsil dan sepertiga belakang lidah dibagian tuba eustacheus dan di
dalam telinga atau bagian mandibular. Kriteria gejala klinis dari neuralgia glosofaringeus
dapat dilihat pada Tabel 2.
Onset nyeri dari neuralgia glosofaringeus rata-rata durasi 30 detik. Nyerinya sangat
menyiksa dan dapat muncul kembali setelah periode singkat tanpa nyeri, tetapi nyerinya
dilokasi yang sama. Nyeri tersebut muncul setiap hari, setiap minggu atau setiap bulan, dan
biasanya menyerang selama sehari. Menelan adalah faktor pencetus paling sering, dan cairan
dingin juga menginduksi nyeri. Mengunyah, berbicara, bersin, membersihkan tenggorokan,
menyentuh gusi atau mukosa oral, bahkan gerakan kepala spontan, mengangkat lengan pada
sisi nyeri, dan gerakan lateral dari rahang bisa juga mencetuskan nyeri paroksismal. Beberapa
pasien ditemukan bahwa menyentuh lubang telinga bagian luar, bagian samping leher dan
kulit telinga anterior mencetuskan rasa nyeri pada lokasi yang sama. Gejala yang jarang
terjadi adalah tinitus, muntah, vertigo, sensasi menelan, dan gerakan menelan. Temporal
artritis dapat memiliki nyeri yang sama. Asistole, kejang, pingsan berhubungan dengan
neuralgia glosofaringeus pada setiap pasien
dengan anatomi antara intermedius, vagus dan nervus glosofaringeus menyebabkan kesulitan
dalam mendiagnosa di bidang neurosurgical. 2
Pada umumnya neuralgia glosofaringeus adalah idiopatik, tetapi dapat berhubungan dengan
massa cerebellopontine, tumor oropharyngeal, arachnoiditis, osifikasi ligamen stylohyioid ,
multiple sclerosis, dan malformasi vaskular. Neuralgia glosofaringeus dapat berasosiasi
dengan trigeminal neuralgia atau dapat menjadi bagian sindroma disfungsi hiperaktivitas,
atau berasosiasi dengan malformasi Chiari tipe I. 2
2.6 Diagnosis
Diagnosis neuralgia glosofaringeus adalah secara klinis atau dengan pemeriksaan
lainnya dipercaya bisa menunjang sindrom tersebut. Prioritas pertama adalah untuk
memastikan diagnosis neuralgia dan mengeliminasi penyebab nyeri karena peradangan dan
neoplasia. Langkah pendekatan untuk mendiagnosis neuralgia glosofaringeus diringkas
dalam skema diagnosis (Gambar 3). Deskripsi dari nyeri akan membantu mendiagnosis.
Nyeri yang parah, episodik, dan durasi pendek, yang mungkin terkait dengan intervensi
periode rasa nyeri ringan. Sebaliknya, nyeri inflamasi atau neoplastik lebih konstan, dari
durasi yang lebih lama, dan berkualitas mendalam. Berikutnya, distribusi nyeri harus
dipetakan. Ada dua alasan penting yaitu, pertama, untuk mengetahui apakah nyeri neuralgia
glosofaringeus atau melibatkan saraf kranial lain seperti saraf trigeminal. 2
Setiap rasa nyeri dengan tipikal distribusi lokasi glosofaringeus yang khas, pastikan
distribusi yang dominan, timpani atau orofaringeal. Hal ini penting untuk menentukan lokasi
setiap titik pemicu, periksa apakah titik pemicu berada di area orofaringeal atau di telinga?
Apakah nyeri dipicu oleh aktivitas misalnya menelan, berbicara, menguap, atau karena
kegiatan mendengar misalnya nyeri pada paparan suara keras. Apakah ada gejala otologik?
Dengan mengevaluasi pasien pada baris di atas, neuralgia glosofaringeus dapat dibedakan
menjadi klasik / gejala otitik / jenis non-otitik. 2
8
Jika pasien tidak memiliki rasa sakit pada titik waktu tertentu, tetapi mengantisipasi
bahwa akan mendapat serangan di kemudian hari, titik pemicu tersebut disuntikkan dengan
lignocaine 2% atau bupivacaine 0,5% untuk melihat apakah dapat mencegah serangan lain
dari rasa nyeri tersebut. Jika gejala yang utama adalah otologik, suntikkan lignocaine 2% atau
0,5% bupivacaine ke meatus akustikus eksternus untuk melihat apakah menghilangkan rasa
nyeri atau akan mencegah serangan berikutnya. Terakhir, menentukan nyeri itu adalah jenis
idiopatik atau ada penyebab sekunder. Diagnosis sekunder neuralgia glosofaringeus (lihat
Tabel 1) harus diperiksa. Penyebab paling penting neuralgia glosofaringeus sekunder adalah
sindroma Eagle karena proses styloid yang memanjang atau kalsifikasi dari ligamen
stylohyoid. Riwayat penyakit dahulu,
demielinasi. Patologi terkait dengan dasar tengkorak, kepala dan leher, nasofaring, dan gigi
dapat menjadi penyebab sekunder neuralgia glosofaringeus. 2
2.7 Diagnosis Banding
- Trigeminal neuralgia
- Arteritis temporalis
- Sindrom Eagle
- Neoplasma
- Neuralgia post herpetikum
10
2.8
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium termasuk hitung darah lengkap, laju endap darah, antibodi
anti-nuclear, dan kimia serum dilakukan untuk menyingkirkan penyakit sistemik seperti
arteritis temporal, infeksi, peradangan, dan keganasan. Pencitraan otak termasuk MRI tanpa
kontras, magnetic resonance angiography (MRA), dan tiga-dimensi computed tomography
angiography (3D-CTA), yang berguna untuk menyingkirkan kompresi saraf oleh pembuluh
darah atau tumor atau dengan struktur tulang atau tanda-tanda demielinasi. Resolusi tinggi
MRI dan pengolahan gambar selanjutnya dengan interferensi konstruktif 3D (CISS)
memberikan potensi diagnosis yang diperlukan yaitu, kompresi neurovaskular oleh berbagai
saraf
kranial
(terutama
vagal,
glossopharyngeal,
dan
nervus
trigeminal).
MRA
memungkinkan visualisasi hubungan anatomi antara saraf dan pembuluh darah di fossette
supraolivary. Perhatian khusus diberikan pada posterior inferior arteri cerebellar (PICA),
anterior inferior arteri cerebellar (AICA), dan aliran vaskularisasi pembuluh darah ini sering
mengalir di fossa supraolivary yang merupakan tempat asal saraf glossopharingeus. Tiga
pemeriksaan radiologis yang juga penting untuk mendiagnosis neuralgia glosofaringeus
karena sindroma kompresi pembuluh darah. Pemeriksaan tersebut adalah; 1) High-Origin
PICA, 2) PICA dengan upward loop, 3) PICA dengan arah vaskularisasi dan menekan
fossette supraolivary. Namun, jika pembuluh darah yang menekan adalah AICA, neuralgia
glosofaringeus sulit untuk didiagnosa sebelum tindakan pembedahan karena hal ini adalah
anatomi yang normal. Pada pasien diduga perifer neuralgia glosofaringeus dan merespon
terapi mungkin tidak diperlukan pemeriksaan MRI.2
Pencitraan leher dilakukan untuk menyingkirkan tumor dari hipofaring, laring, atau
sinus piriform. Radiografi panoramik harus diambil untuk menyingkirkan sindrom Eagle.
Elektrokardiogram (EKG) sebaiknya dilakukan (selama serangan nyeri) untuk menyingkirkan
aritmia.6
11
2.9
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk GPN adalah secara non-bedah atau bedah. Protokol pengobatan
12
13
2. Pendekatan ekstra-oral: Blok pada titik tengah pada garis imajiner, berjalan dari proses
mastoid ke sudut mandibula, pada kedalaman hingga 3 cm. Saraf terletak di bawah
prosesus styloid (Gambar 5). Teknik ini sederhana untuk dilakukan dan lebih nyaman
untuk pasien. 2
Gambar. 5 Daerah yang dievaluasi untuk blok saraf glossopharyngeal pada
neuralgia glossopharingeus2
merespon baik dengan MVD. Namun, dalam neuralgia glosofaringeus sekunder, hal pertama
yang mendasari patologi: reseksi tumor, posterior fossa dekompresi di malformasi Chiari,
embolisasi dari malformasi arteriovenosa, koagulasi dari koroid pleksus berlebih, stylektomi
untuk sindrom Eagle. Dalam
digunakan. Dalam kasus terbesar oleh Rushton et al dan dalam serangkaian kecil kasus oleh
Taha et al tidak terjadi relaps setelah bagian preganglionik dari nervus kranialis bagian atas
kesepuluh dan kesembilan. Namun, pemotongan dari serabut saraf kranial IX-X, terbuka atau
perkutan tractotomi-nucleotomi diikuti oleh disfonia parah dan persisten disfagia. Hal ini
karena semua prosedur yang merusak atau ablatif pada saraf membawa risiko neuritis, nyeri,
dan cedera neurovaskular.6
Dengan perbaikan teknik mikro dan anesthesiologikal (Brainstem evoked potentials),
MVD telah terbukti menjadi pengobatan yang tersedia yang efektif dan aman dan harus
dianggap sebagai pengobatan lini pertama dalam resistensi obat neuralgia glosofaringeus.
Dalam sebuah studi oleh Resnic et al MVD mengurangi nyeri dalam 76% kasus dan
peningkatan substansial dalam 16%. Sampson et al ditemukan nyeri berkurang dalam 10
tahun dengan MVD, maka menunjukkan efikasi dan keamanan bahkan pada jangka panjang
tindak lanjut. MVD harus dipertimbangkan ketika pasien mengalami gejala khas neuralgia
glosofaringeus dan memiliki loop PICA dekat saraf neuralgia glosofaringeus dan terutama
pada pasien dengan gejala sakit tenggorokan.6,7
Gambar 6. Prosedur MVD: Visualisasi intraoperatif dalam gambar a-c. Arteri vertebralis
berjalan dari caudal ke rostral, (a) PICA berjalan dekat ke atas ke permukaan medula dan
zona masuknya nervus kranial IX dan X (b) menimbulkan kompresi neurovaskular.
Dekompresi yang memadai adalah (c) penyisipan Teflon.6
16
2.9
17
Tanda-tanda prognosis buruk yaitu neuralgia glosofaringeus bilateral, nyeri konstan, atau
beberapa serangan nyeri harian. Komplikasi neuralgia glosofaringeus adalah karena hiperstimulasi saraf glosofaringeus memberikan pengaruh pada tractus nucleus solitarius pada otak
tengah dan melalui kolateral dorsal nukleus motorik
abnormal ini selama nyeri yang parah akan memberikan respon vagal seperti detak jantung
tak beraturan, bradikardi, dan hipotensi, hipoksia serebral, memperlambat aktivitas EEG,
sinkop, dan kejang. Gerakan kejang, klonus tungkai, gerakan balik ke atas pada mata adalah
tanda-tanda hipoksia otak yang disebabkan oleh bradikardi tersebut. 2
BAB III
KESIMPULAN
18
Neuralgia glosofaringeus (GPN) adalah sindrom nyeri yang langka yang mempengaruhi
saraf glosofaringeus
menyebabkan nyeri tajam, menusuk sakit berdenyut di belakang tenggorokan dan lidah,
tonsil, dan tengah telinga.
Menurut studi retrospektif oleh Katusic et al
caudalis
DREZ
operation,
MVD
19
(microvascular
decompresion).
Pulse
radiofrequency neurolysis (PRN) dan gamma knife surgery (GKS) teknik ini cukup
menjanjikan yang mungkin dapat mengurangi rasa sakit pasien dan morbiditas potensi
operasi.
Prognosis buruk yaitu bilateral neuralgia glosofaringeus. Komplikasi neuralgia
glosofaringeus
DAFTAR PUSTAKA
20
3.
4.
5.
21