Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS :

Obliterasi Saluran Akar

Disusun oleh :
Atika Putri Novianti (2018-1-6021)
 
Dosen Pembimbing:
drg. Mirza Aryanto, Sp.KG
LAPOR
AN
KASUS

ANAMNESA :

Pasien usia 39 tahun perempuan datang mengeluhkan gigi 24 yang berwarna


kecoklatan. Pasien mengaku tidak pernah mengalami trauma atau melakukan
perawatan ortodontik sebelumnya. Tidak pernah ada keluhan sakit sebelumnya.
PEMERIKSAAN INTRAORAL:
Gigi 24 mengalami diskolorasi kecoklatan, perkusi
tekan (-), vitalitas meragukan.

GAMBARAN RADIOLOGI:
Hasil foto rontgen menunjukkan keadaan normal.
Pasien kemudian dirujuk untuk melakukan foto
CBCT dan terlihat kalsifikasi pulpa hingga setengah
akar gigi.
PERTANYAAN KASUS

1. Apa diagnosis dan prognosis serta perawatan yang dapat dilakukan pada gigi tsb

2. Jelaskan apa itu CBCT dan bagaimana proses interpretasinya? Apa yang bisa dilihat dari gambaran

CBCT di atas?

3. Apa indikasi internal bleaching? jelaskan prosesnya secara detil!

4. Jelaskan mengapa obliterasi saluran akar dapat menyulitkan perawatan dan bagaimana cara

mengatasinya? Tuliskan dan jelaskan alat serta instrument yang dapat membantu perawatan tsb!
PENDAHULUAN

Deposisi jaringan keras ke dalam ruang saluran akar

Gigi anterior & posterior  risiko sama


KALSIFIKASI SAL. AKAR
Pro dan kontra untuk dilakukan perawatan endo

Pemeriksaan penunjang CBCT  perlu dilakukan

SUMBER :
• Usman S, Nugroho JJ. Diagnosis dan Perawatan Saluran Akar pada Gigi yang Mengalami Obliterasi. Makassar Dent J. 2015: 4(3); 103-106
• Yudistian, Ima. Perawatan Obstruksi Saluran Akar Menggunakan Edta pada Gigi Paska Restorasi Amalgam. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Mahasaraswati. 2018: 3(2); 70-73
• De Toubes, KMS, dkk. Clinical Approach to Pulp Canal Obliteration: A Case Series. Iranian Endodontic Journal. 2017: 12(4); 527-533
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi : Deposisi jaringan keras ke dalam ruang saluran akar

Respon jaringan pulpa  iritasi, penuaan, trauma & kadang idiopatik

Karakteristik : deposisi jaringan mineral berulang (deposisi jaringan keras)


dan diskolorasi

Gejala sisa dari trauma pada gigi  berkembang pada gigi yang mengalami
benturan keras / cidera subluksasi

Dapat terjadi  sebagian atau sepenuhnya, PSA  berisiko perforasi

SUMBER :
• Yudistian, Ima. Perawatan Obstruksi Saluran Akar Menggunakan Edta pada Gigi Paska Restorasi Amalgam. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Mahasaraswati. 2018: 3(2); 70-73
• De Toubes, KMS, dkk. Clinical Approach to Pulp Canal Obliteration: A Case Series. Iranian Endodontic Journal. 2017: 12(4); 527-533
• McCabe PS, Dummer PMH. Pulp canal obliteration: an endodontic diagnosis and treatment challenge. International Endodontic Journal. 2012: 43(31); 177-197
• Sardhara Y, Dhanak M, Parmer G. Management of Maxillary Central Incisor with Calcified Canal: Case Report. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences. 2016; 15(1): 24-27
ETIOLOGI

 Terjadinya mineralisasi sebagai respon terhadap berbagai iritasi.


 Proses penuaan.
- Tubular / dentinal sklerotik: mekanisme perlindungan dentin  penyumbatan sal. Akar.
- Dentin sekunder: pembentukannya meningkat di usia 35-40  penyempitan ruang pulpa dalam arah
oklusoradikular lebih besar.
- Dentin reparatif: dentin sekunder yang terbentuk secara lokal di area yang mengalami cidera  2,8
mikron pada gigi sulung, 1,5 mikron pada gigi permanen.
 Perubahan pulpa secara retrogresif  atrofi, fibrosis & kalasifikasi distrofi (KM)

SUMBER
• McCabe PS, Dummer PMH. Pulp canal obliteration: an endodontic diagnosis and treatment challenge. International Endodontic Journal. 2012: 43(31); 177-197
• Thomas B, Chandak M, Patidar A, Deosarkar B, Kothari H. Calcified Canals – A Review. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences. 2014; 13(5): 38-43
ETIOLOGI

Penyakit sistemik  sindrom Marfan, osteodystropy ginjal dan atherosclerosis

• Fiksasi band ortodontik  displacement akar  diteruskan pada pembuluh


darah apikalis
• Pergerakan intrusive  tekanan yang lebih besar
Beberapa penyebab lain:
Trauma berkepanjangan, infeksi kronis, gigi non vital (belum dirawat PSA dalam waktu lama),
karies gigi, restorasi yang memberi tekanan pada gigi dalam waktu yang lama, & resesi gingiva

SUMBER :
• Usman S, Nugroho JJ. Diagnosis dan Perawatan Saluran Akar pada Gigi yang Mengalami Obliterasi. Makassar Dent J. 2015: 4(3); 103-106
• Yudistian, Ima. Perawatan Obstruksi Saluran Akar Menggunakan Edta pada Gigi Paska Restorasi Amalgam. Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Mahasaraswati. 2018: 3(2); 70-73
KLASIFIKASI

Usman dalam ulasannya mensitasi pernyataan Menurut Kronfeld dan Boyle :  terdapat dua tipe
kalsifikasi pada pulpa yaitu tipe diffuse dan linear, yang biasanya ditemukan pada regio mahkota yang
sering disebut pulp stone atau dentikel. Dentikel dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur, yaitu
true dan false denticle.

Klasifikasi berdasarkan derajat TOTAL


Obliterasi Pulpa
SEBAGIAN

Klasifikasi berdasarkan TERLOKALISASI


penyebab nya
GENERAL
SUMBER:
Usman S, Nugroho JJ. Diagnosis dan Perawatan Saluran Akar pada Gigi yang Mengalami Obliterasi. Makassar
Dent J. 2015: 4(3); 103-106
GEJALA

Robertson, dkk dan Oginni  Obliterasi pulpa tidak menimbulkan


gejala (asimtomatik)

Oginni :
52 % Tidak mengalami gejala setelah pemeriksaan ulang

21% Gejala ringan pada pemeriksaan lebih lanjut, tapi tidak indikasi untuk dirawat

Obliterasi pulpa  tidak sengaja pada pemeriksaan klinis atau radigrafi


SUMBER:
McCabe PS, Dummer PMH. Pulp canal obliteration: an endodontic diagnosis and treatment challenge. International Endodontic Journal. 2012: 43(31); 177-197
PEMERIKSAAN KLINIS

 Perubahan Warna  kuning atau abu-abu  menurunnya translusensi dentin yang lebih tebal
di bawah email

 Pemeriksaan Sensitivitas Pulpa  Tidak dapat diandalkan


Gigi pasca trauma  tidak merespon (beberapa waktu), namun akan menunjukkan respon normal.
Gigi dengan obliterasi pulpa  penurunan respon termal dan tes pulpa elektrik.
Gigi dengan obliterasi sebagian lebih responsif dibandingkan obliterasi total.
Namun gigi yang tidak merespon positif terhadap tes pulpa elektrik tidak otomatis merupakan
nekrosis pulpa.
SUMBER:
• Usman S, Nugroho JJ. Diagnosis dan Perawatan Saluran Akar pada Gigi yang Mengalami Obliterasi. Makassar Dent J. 2015: 4(3); 103-106
• McCabe PS, Dummer PMH. Pulp canal obliteration: an endodontic diagnosis and treatment challenge. International Endodontic Journal. 2012: 43(31); 177-197
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gambaran radiografi Tidak tampak ruang pulpa tetapi tidak berarti saluran akar tidak ada.
Jaringan dan ruang pulpa ada, tetapi secara radiograf tidak nampak jelas

Gambaran 3D, Dapat memvisualisasikan lokasi dari saluran akar, arahnya,


CBCT
derajat obliterasi, dimensi dan informasi penting lainnya.

SUMBER:
• Yudistian, Ima. Perawatan Obstruksi Saluran Akar Menggunakan Edta pada Gigi Paska Restorasi Amalgam. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Mahasaraswati. 2018: 3(2); 70-73
• De Toubes, KMS, dkk. Clinical Approach to Pulp Canal Obliteration: A Case Series. Iranian Endodontic Journal. 2017: 12(4); 527-533
PERAWATAN

1) Vital bleaching
2) Perawatan saluran akar dilanjutkan
internal bleaching
3) Internal dan eksternal bleaching tanpa
perawatan saluran
4) Restorasi jenis ekstrakoronal
5) Pertimbangan bedah

SUMBER:
Usman S, Nugroho JJ. Diagnosis dan Perawatan Saluran Akar pada Gigi yang Mengalami Obliterasi. Makassar Dent J. 2015: 4(3); 103-106
Lise DP, Gutie ́rrez C, da Rosa TP, Vieira LCC. Bleaching Options for Pulp- Calcified Teeth: Case History Reports. Operative Dentistry. 2014; 39(6): 572-
577
DISKUSI
LAPORAN
KASUS

Diagnosis : Obliterasi Pulpa oleh karena Degenerasi


Kalsifik pada gigi 24
Prognosis : Baik (tergantung dari rencana perawatan)
Rencana Perawatan : Perawatan Saluran akar dan Bleaching
Internal pada gigi 24.

SUMBER:
• Thomas B, Chandak M, Patidar A, Deosarkar B, Kothari H. Calcified Canals – A Review. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences. 2014; 13(5): 38-43
• Grossman LI. 2013. Ilmu Endodoontik dalam Praktek edisi 11. EGC. Jakarta: 81-83
DIAGRAM PILIHAN PERAWATAN
OBLITERASI PULPA

SUMBER:
McCabe PS, Dummer PMH. Pulp canal obliteration: an endodontic diagnosis and treatment challenge. International Endodontic Journal. 2012: 43(31); 177-197
PEMERIKSAAN PENUNJANG (CBCT)

Dapat mengatasi beberapa keterbatasan dari radiografi


Alat radiografi  citra yang informatif
konvensional (hubungan spasial dari akar gigi yang multiple)
dan menggambarkan struktur kraniofasial  divisualisasikan dalam 3D serta ukuran sebenarnya dan
(struktur anatomi rongga mulut, wajah, sifat dari lesi periapical)
dan rahang pasien)
Teknologi CBCT  kelainan endodontic, fraktur akar &
CBCT  gambar 3D  memungkinkan alveolar, penilaian morfologi sal.akar, analisis lesi resorptif,
visualisasi lengkap suatu area (bidang identifikasi lesi patalogis asal non-endodontik, evaluasi
aksial, sagital maupun koronal) persiapan pengisian saluran akar dan penilaian pra-bedah
(op. endodontik)

SUMBER:
• Indias RN, Shantiningsih RR Widyaningrum R, Mudjosemedi M. Perbandingan Hasil Pengukuran pada Citra Cone Beam Computed Tomography (CBCT) dengan Objek Sesungguhnya. Majalah
Kedokteran Gigi Indonesia. 2017; 3(3): 146-152
• Kurniati N, Azhari. Evaluasi Diagnostik Lesi Endo-Perio yang Menetap Setelah Perawatan Endodontik Menggunakan Radiografi Periapikal dan CBCT. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi
FKG UPDM (B). 2019; 15(1): 6-11
SUMBER:
Venkatesh E, Elluru SV. Cone Beam Computed Tomography: Basic and Aplication in Dentistry. J Istanbul Univ Fac Dent. 2017; 51(3): 102-121
PROSES HINGGA DAPAT DILAKUKAN
INTERPRETASI

Obyek yang akan diambil gambarnya dalam


Kemudian ketika pengambilan gambar dimulai scanner
hal ini kepala pasien diletakkan diantara
CBCT berputar mengelilingi kepala pasien.
sumber sinar (cone beam) dan sensor.

Kemudian cone beam sekali berputar 200 Proses pengambilan gambar (+/-)600 gambar 2D. Di
(180-360) derajat untuk menghasilkan satu dalam bidang radiologi intervensional pasien diletakkan
set data volumetric. pada sebuah meja dalam posisi seimbang (sentris).

Gambar yang dihasilkan dikumpulkan oleh perangkat lunak pemindai (scanner software)  direkonstruksi
(diolah)  “digital volume” tersusun atas voxel (sel berbentuk kotak) 3D yang membentuk data anatomi yang
bisa diolah maupun ditampilkan dengan menggunakan perangkat lunak tertentu.
SUMBER:
• Handoko SA. Laporan Kasus: Keuntungan Praktis Penggunaan CBCT pada Perawatan Bedah Impaksi Gigi Molar Ketiga Bawah. Universitas Udayana.
2018: 14-16
• Venkatesh E, Elluru SV. Cone Beam Computed Tomography: Basic and Aplication in Dentistry. J Istanbul Univ Fac Dent. 2017; 51(3): 102-121
SUMBER:
Handoko SA. Laporan Kasus: Keuntungan Praktis Penggunaan CBCT pada Perawatan Bedah Impaksi Gigi Molar Ketiga Bawah.
Universitas Udayana. 2018: 14-16
Gambaran CBCT Obliterasi
Pulpa

SUMBER:
De Toubes, KMS, dkk. Clinical Approach to Pulp Canal Obliteration: A Case Series. Iranian Endodontic Journal. 2017: 12(4); 527-533
PERAWATAN DENGAN INTERNAL BLEACHING

INDIKASI INTERNAL BLEACHING:

 Diansari, dkk mensitasi pernyataan Aschheim dan Dale (2001) dan Sturdevant (2017)
 indikasi dari internal bleaching adalah gigi non vital yang telah dirawat endodontik.

 Pengisian saluran akar harus benar-benar padat dan kedap, bagian orifis saluran akar
harus dibuatkan barrier dari Glass Ionomer Cement setebal 2 mm  menghindari
penetrasi bahan bleaching ke jaringan periapikal gigi  kerusakan pada daerah
periapikal

SUMBER:
Wiryo D, Retnowati E, Halim HS. Kombinasi Pemutihan Intrakoronal dan Ektrakoronal pada Gigi Insisivus Pertama Kiri Maksila Akibat
Diskolorasi Intrinsik. MIKGI Edisi Khusu. 2011; 0215(8871): 33-41
PERAWATAN DENGAN INTERNAL BLEACHING

KONTRAINDIKASI INTERNAL BLEACHING :

 Gigi dengan lesi karies yang besar.


 Gigi retak
 Gigi yang mengalami hypoplasia atau kelainan email yang parah
 Gigi dengan restorasi yang luas
 Perubahan warna gigi yang disebabkan oleh garam metalik, (amalgam)
 Perubahan warna yang masih dapat diatasi dengan bleaching eksternal.

SUMBER:
Wiryo D, Retnowati E, Halim HS. Kombinasi Pemutihan Intrakoronal dan Ektrakoronal pada Gigi Insisivus Pertama Kiri Maksila Akibat
Diskolorasi Intrinsik. MIKGI Edisi Khusu. 2011; 0215(8871): 33-41
Prosedur Bleaching Internal

A. Persiapan umum yang dilakukan: preparasi tumpatan pada gigi yang telah di PSA

Lakukan isolasi dengan menggunakan


rubber dam. Melakukan pembersihan bagian dalam gigi
secara cermat.

Bur diputar dengan kecepatan rendah 


menghilangkan serpihan dan lapisan dentin Melakukan preparasi untuk membuat akses
yang terdapat di dalam kamar pulpa. ke ruang pulpa dan saluran akar.

Aplikasikan semen zink polikarboksilat,


Bahan pegisi saluran akar harus dibersihkan Cavit atau zink fosfat dapat digunakan untuk
sebanyak 2-3 mm sampai garis servikal. mengisi ulang sedalam 1-2 mm sampai batas
CEJ.

SUMBER:
R. Nageswar Rao. 2009. Advanced Endodontics. 1st Ed. Jaypee. Panama: 319-323
Prosedur Bleaching Internal

B. In Office Bleaching (Teknik Thermokatalitik)


3. Alternatif lain mengaktifkan H2O2
1. Ujung tip (tipis dan runcing)  penyinaran & panas dari
dimasukkan ke dalam kamar pulpa. penyinaran yang kuat. Gigi
Ujung tip (telah dipanaskan)  mengalami paparan selama 5-6
dipaparkan selama 5 menit, dengan menit dibarengi pengisian bahan
urutan setiap 1 menit dan 15 detik bleaching
sekali 4. Alat pemanas dan cotton fiber 
2. Caldwell  gigi non-vital dapat dilepaskan. Ulang proses
dirawat sampai 73 derajat celcius sebelumnya 4-6 kali (20-30 menit)
tanpa menyebabkan ketidak 5. Dapat dikombinasi dengan teknik
nyamanan pada pasien. Walking Bleach.
SUMBER:
R. Nageswar Rao. 2009. Advanced Endodontics. 1st Ed. Jaypee. Panama: 319-323
Prosedur Bleaching Internal

1. Prosedur ini diperkenalkan pertama kali oleh Nutting dan Poe pada tahun 1963.

2. Prosedur ini terdiri dari pengisian kamar pulpa yang telah terlebih dahulu sudah dipreparasi dengan

pasta yang mengandung 35% H2O2 dan sodium perborat (keduanya dapat memberikan efek yang

sinergis).

3. Sodium perborat adalah bubuk berwarna putih yang terurai menjadi natrium metaborate dan H2O2

yang dapat melepaskan oksigen. Ketika dicampur menjadi pasta dengan Superoxol, pasta ini dapat

terurai menjadi natrium metaborat, air, dan oksigen.

4. Ketika pasta sudah ditutup didalam ruang pulpa, maka bahan tersebut akan mengalami oksidasi dan

secara perlahan meyebabkan perubahan warna pada gigi yang mengalami diskolorasi, dan proses

oksidasi tersebut akan terus berlanjut dalam jangka waktu yang cukup lama.
SUMBER:
R. Nageswar Rao. 2009. Advanced Endodontics. 1st Ed. Jaypee. Panama: 319-323
Prosedur Bleaching Internal

5. Kemudian letakkan sebagian kecil kapas dari gulungan kapas kemudian diletakkan di atas pasta lalu

kavitas ditutup dengan semen polikarboksilat lalu ditekan sampai semen mengeras (set).

6. Hasil bleaching yang maksimal akan dicapai setelah 24 jam setelah perawatan

7. Kemudian pasien diinstruksikan untuk kembali dalam 3-7 hari kemudian.

8. Jika hasil pemeriksaan menggunakan shade guide dirasa masih belum memuaskan, maka prosedur harus

dilakukan beberapa kali lagi.

SUMBER:
R. Nageswar Rao. 2009. Advanced Endodontics. 1st Ed. Jaypee. Panama: 319-323
Prosedur Bleaching Internal

C. Teknik Walking Bleach

Pasien diinstruksikan
untuk kembali dalam 3-7
hari kemudian.

SUMBER:
R. Nageswar Rao. 2009. Advanced Endodontics. 1st Ed. Jaypee. Panama: 319-323
Prosedur Bleaching Internal

D. Teknik Bleaching Lainnya:

1. Inside-Outside Bleaching
2. In Office Power Bleaching
3. White Strips
4. Bleaching Light

SUMBER:
R. Nageswar Rao. 2009. Advanced Endodontics. 1st Ed. Jaypee. Panama: 319-323
KESULITAN PSA PADA GIGI DENGAN
OBLITERASI PULPA

 Cvek, dkk pada tahun 1982  Perawatan terhadap 54 gigi seri dengan obliterasi pulpa
 Saluran akar memungkinkan untuk ditemukan dan dirawat
 Namun, perawatannya rumit  Komplikasi teknis : perforasi akar atau fraktur instrument (tidak
ditemukan).

Saat prep. akses dengan sudut 45 derajat terhadap sumbu gigi, pada kedalaman 3-4 mm akan ada sensasi
”jeblos” (tembus kamar pulpa).
Pada keadaan obliturasi tidak dapat dirasakan sensasi telah masuk kamar pulpa  perforasi, jika sudut
preparasi tidak di sejajarkan dengan sumbu panjang gigi setelah mencapai kedalam 3-4 mm.
CEJ  patokan  ruang pulpa

SUMBER:
Rovani CA, Tahir B. Bleaching Internal Gigi Insisivus yang Mengalami Obliterasi Akibat Trauma: Laporan Kasus. Prosiding Seminar
Ilmiah Nasional IKORGI III. 2018; 5(3): 379-382
Alat atau instrument yang mempermudah
prosedur perawatan

• Metilen blue & Sodium hipoklorit  membantu identifikasi sal.akar

• K-file ukuran 6  inisiasi jalan masuk.

• K-file C+ #6 + aplikasi pasta EDTA + irigasi menggunakan liquid EDTA penjajakan saluran akar

• File ukuran 8 dan 10 K-file dengan tekanan vertikal yang minimal dan penggantian instrument secara
regular.

• Chelating agent  pelumas untuk membantu instrumentasi.

• Berbagai bur dan tip ultrasonic (khusus)  menemukan serta menjangkau ruang pulpa yang
mengalami obliterasi

SUMBER:
• Usman S, Nugroho JJ. Diagnosis dan Perawatan Saluran Akar pada Gigi yang Mengalami Obliterasi. Makassar Dent J. 2015: 4(3); 103-106
• McCabe PS, Dummer PMH. Pulp canal obliteration: an endodontic diagnosis and treatment challenge. International Endodontic Journal. 2012: 43(31); 177-197
• Yudistian, Ima. Perawatan Obstruksi Saluran Akar Menggunakan Edta pada Gigi Paska Restorasi Amalgam. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Mahasaraswati. 2018: 3(2); 70-73
KESIMPULAN

Keberhasilan perawatan tergantung pada :

Preparasi akses yang tepat

Pengetahuan anatomi dan morfologi gigi yang mendalam

Penggunaan instrument dan bahan yang tepat.

Untuk merawat diskolorasi :

Bleaching internal dapat dengan teknik walking bleach atau thermokatalitik setelah PSA berjalan
dengan baik dan tidak ada keluhan
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai