Anda di halaman 1dari 7

Penatalaksanaan Kasus Periodontitis Kronis Parah Disertai Kondisi Diabetes Melitus Tipe 2

Sarah K. Sonnenschein
Reviewer
Adinda Yoko Prihartami1, Andito Yudhotomo 1, Dini Ayu Setyowati1, Pramuditya Handaru Widya1, Pratiwi Nur Widyaningsih2
1
Mahasiswa Progam Profesi Dokter Gigi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah
2
Bagian Ilmu Periodonsia, Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Indonesia
Korespondensi: adindayokoprihartami@gmail.com

Abstract
Introduction: Periodontitis ia a multifultifactorial disease characterized by inflamation of periodontium. Periodontitis caused by local factors and
systemic factors, one of them is diabetes melitus. Diabetes melitus is an endocrine disorder characterized by increase of blood sugar. Past research
found that diabetes increase risks of periodontal disease. Case report: 50 years old female felt pain on left maxilla and right mandible. Gingival
enlargement, chronic periodontitis, and periodontal abcess was found on intraoral examination. Patient had diabetes melitus type 2 since 4 years ago,
hypertension, fibromyalgia, polineuropathy, cardiac aritmia, and obessity. Discussion: Diabetes melitus type 2 is one of the risk factors affecting
periodontitis. Recent research showed that diabetes melitus and periodontitis affecting each other. Periodontal treatment was done in four phase consist
of emergency phase, initial phase, maintenance phase, and restoratif phase. Periodontal treatment was done after consulting to internist to control blood
sugar. Conclusion: Periodontal treatment in diabetic patient must be done carefully with controlled blood sugar.

Keywords: periodontal disease, chronic periodontitis, diabetes melitus type 2

Pendahuluan diekstraksi oleh dokter gigi 2 bulan yang lalu karena


Periodontitis merupakan penyakit yang paling umum bengkak dan nyeri sekali. Selanjutnya, dia pernah
dialami oleh setiap penduduk di dunia selain gingivitis.1 mengalami stroke 1 tahun yang lalu dan punya riwayat
Berdasarkan survey Global Burden of Disease Study pada infark miokard 3 tahun yang lalu. Pasien merupakan
tahun 1990 sampai 2010, mengindikasikan bahwa penyakit seorang perokok (10 rokok per hari selama 30 tahun, 30
periodontitis termasuk urutan ke 6 dari penyakit yang paling bungkus per tahun) dan menderita fibromialgia,
umum diderita diseluruh dunia dengan rata-rata prevalensi polineuropati, aritmia jantung, hipertensi, obesitas (indeks
11,2% atau sekitar 743 juta jiwa menderita penyakit ini. 2 massa tubuh 39) dan diabetes mellitus tipe 2 (HbA1c
Masalah periodontitis menjadi penyebab utama hilangnya sebesar 7,7%). Diabetes di diagnosis 4 tahun yang lalu dan
gigi pada usia dewasa, sehingga berdampak pada kualitas dikontrol dengan insulin (Insuman Comb 25® 24-0-24;
hidup, faktor nutrisi, dan biaya perawatan sehingga Humalog® sesuai untuk kebutuhan) dan obat anti-diabetes
melibatkan faktor sosial-ekonomi.3 oral (Metformin 1000mg 1-0-1). Selain itu, pasien
Periodontitis merupakan penyakit multifaktorial yang mengonsumsi banyak obat lain untuk penyakit lainnya
ditandai dengan inflamasi pada jaringan periodontal. (Aggrenox, Ramipril, Torasemid, Bisoprolol, Pantoprazol,
Penyebab utama periodontitis adalah mikroorganisme yang Amineurin, Simvastatin, Novalgin, Gabapentin, Amlodipin)
berkolonisasi di permukaan gigi. Periodontitis terjadi apabila dan pasien memiliki alergi terhadap obat golongan
terdapat interaksi antara bakteri, faktor lokal (faktor penisilin.
iatrogenik, kalkulus, tekanan oklusal berlebihan) dan faktor Pemeriksaan intraoral menunjukkan adanya plak pada
sistemik (diabetes melitus tipe 1 dan 2, penyakit system seluruh gigi (Plaque Control Record - PCR - bernilai 100%).
saraf, manifestasi obat, defisiensi nutrisi, herediter). Gingiva pasien menunjukkan tanda umum adanya
Diabetes Melitus merupakan kelainan endokrin yang peradangan dan pada regio 24 sampai 27 terjadi
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah. pembengkakan dan supurasi dengan fistula di daerah bukal
Penelitian mengenai pengaruh diabetes terhadap jaringan 24. Terdapat pembesaran gingival ringan pada regio depan
periodontal mengungkapkan diabetes dapat meningkatkan rahang bawah dan rahang atas. Pasien telah kehilangan
risiko terkena penyakit periodontal.3,4 beberapa gigi dan belum pernah melakukan perawatan
Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk prostodonsi. Gigi 24 sampai 27 supraklusi karena antagonis
mempelajari keterkaitan antara periodontitis dengan yang hilang (Gambar 1). Terdapat karies pada gigi berikut:
diabetes melitus tipe 2 sehingga dapat memilih perawatan 45, 46, dan 36. Semua gigi, kecuali 46, masih vital.
yang tepat dan saling mendukung untuk periodontitis dan Kedalaman probing periodontal (PPD) ≥ 4 mm diukur pada
diabetes melitus tipe 2. semua gigi. Gigi 16 sampai 23 dan 24 sampai 27
menunjukkan PPD ≥ 6 mm. Furcation involvement
LAPORAN KASUS didiagnosis pada gigi 16, 26, 27 dan 46. Gigi 46 memiliki
Seorang pasien wanita berusia 50 tahun tingkat mobilitas derajat III. Bleeding on Probing (BOP)
mengeluhkan rasa sakit pada rahang atas kiri dan daerah didiagnosis pada 24% dari seluruh sisi yang diperiksa.
rahang bawah kanan. Pasien mengatakan bahwa gigi 36

1
Pemeriksaan radiografi menunjukkan kehilangan
tulang alveolar secara horisontal sampai setengah akar gigi,
kalkulus dan kehilangan tulang vertikal yang terlokalisir.
Terdapat gambaran radiolusensi pada bagian periapikal dan
intra-radikular gigi 46 dan pada regio 36 gambaran
radiografi menunjukkan soket pasca-ekstraksi yang masih
baru. Diagnosis pasien ialah periodontitis kronis terkait
diabetes melitus tipe 2, abses periodontal, dan pembesaran
gingiva akibat penggunaan amlodipin.

Gambar 2. Gambaran klinis awal regio posterior kiri


menunjukkan pembengkakan dan supurasi
pada 24, supraklusi 24, 25, 26, 27.

Gambar 1. Gambaran klinis awal regio anterior


menunjukkan 21 missing , pembesaran
gingiva ringan

Gambar 3. Gambaran klinis awal regio posterior kanan


menunjukkan plak pada seluruh permukaan

2
Gambar 4. Gambaran radiografi panoramik
Pembahasan 75 gram pada test toleransi (GD2JPP) ≥ 200mg/dl.
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang Pemeriksaan kadar HbA1c digunakan untuk mengetahui
terjadi pada jaringan pendukung gigi yang meliputi kadar glukosa darah selama 2-3 bulan dengan batas
gingiva, sementum, ligamen periodontal, dan tulang normal 6,5%.7 Penyakit DM memiliki 2 tipe, diabetes tipe
alveolar.5 Klasifikasi penyakit periodontal terbaru 1 merupakan kondisi kekurangan insulin akibat rusaknya
menurut American Academy of Periodontology (AAP) dan sel-sel beta di pankreas, sedangkan diabetes tipe 2
European Federation of Periodontology (EFP) tahun 2017 merupakan kondisi kelainan resistensi insulin atau tanpa
ialah: disertai kekurangan insulin.3 Manfestasi oral pada pasien
1. Gingival Disease terdiri dari: DM diantaranya xerostomia dan peningkatan jumlah flora
a. Periodontal Health normal rongga mulut. Penelitian mengenai pengaruh
b. Plaque-Induced Gingival Disease diabetes terhadap jaringan periodontal masih terus
c. Non-Plaque Induced Gingival Disease dilakukan. Pendapat sebelumnya mengungkapkan
d. Case Definitions and Diagnostic Consideration pasien dengan DM baik tipe 1 atau 2 akan lebih rentan
2. Periodontitis teridiri dari: terkena penyakit periodontal.3,4 Namun beberapa
a. Acute Forms of Periodontitis (termasuk abses penelitian belakangan menunjukkan terdapat hubungan
periodontal) dua arah antara DM dengan periodontitis dimana
b. Chronic Periodontitis semakin parah kondisi periodontitis maka semakin parah
c. Early-Onset Periodontitis pula kondisi diabetes dan juga sebalikya.3
d. Case Definitions and Diagnostic Consideration Kedua tipe DM sama-sama berhubungan dengan
3. Developmental and acquired conditions and adanya peningkatan marker inflamasi secara sistemik.
periodontal manifestations of systemic disease, Peningkatan kondisi inflamasi pada penderita diabetes
terdiri dari: berkontribusi baik secara mikrovaskular maupun
a. Developmental and Acquired Condition (kondisi makrovaskular. Kondisi hiperglikemia menyebabkan
mukogingival, definisi kasus dan pertimbangan aktifasi jalur inflamasi sistemik, stress oksidatif dan
diagnostik) apoptosis.8,9 Pada kondisi diabetes terjadi peningkatan
b. Manifestasi penyakit sistemik yang sitokin berupa kadar IL-6 dan TNF-α. Adanya
mempengaruhi perlekatan apparatus periodontal peningkatan IL-6 bersamaan dengan C-Reactive Protein
c. Trauma oklusi dan beban kunyah yang berlebih (CRP) merupakan indikator seseorang sedang atau akan
4. Peri-Implant Disease and Condition terdiri dari: menderita diabetes tipe 2.9 Inflamasi pada periodontitis
a. Peri-Implant Health meningkatkan inflamasi sistemik melalui masuknya
b. Peri-Implant Mucositis patogen periodontal dan faktor virulensinya ke dalam
c. Peri-Implatitis sirkulasi. Hal tersebut disebabkan karena pada
d. Defisiensi jaringan lunak dan jaringan keras periodontitis terjadi pula peningkatan serum IL-6 dan
e. Case definition and diagnostic CRP. Peningkatan semakin tinggi seiring semakin
considerations.5,6 parahnya periodontitis.10,11 TNF-α, IL-6 dan CRP pada
Manifestasi klinis yang ditemukan pada penyakit fase akut terbukti merusak penrsinyalan insulin
periodontal umumnya timbul akibat inflamasi. Etiologi interseluler, sehingga berkontribusi dalam resistensi
utama yang berperan dalam hal tersebut ialah bakteri insulin.9
plak. Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Sebaliknya, diabetes juga memperparah inflamasi
periodontal termasuk faktor lokal dan faktor sistemik. pada jaringan periodontal. Kondisi ini terjadi akibat
Faktor lokal meliputi bakteri plak sebagai faktor inisiasi kondisi diabetes yang memodifikasi reaksi lokal inflamasi
dan faktor predisposisi contohnya kalkulus, tekanan pada jaringan periodontal pasien diabetes, menyebabkan
oklusal, dan faktor iatrigenik. Faktor sistemik meliputi keadaan pro-inflamasi di jaringan dan mikrosirkulasi
faktor genetik, kelainan endokrin contohnya pada sekitar gingiva.12 Seseorang dengan HbA1c > 8% (kontrol
diabetes melitus, kelainan darah, defisiensi nutrisi dan glikemik buruk) memiliki tingkat IL-16 dan TNF-α pada
ganguan metabolik, dan penggunaan obat tertentu.3,4 gingival crevicular fluids (GCF) signfikan lebih tinggi
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan dibanding seseorang dengan HbA1c < 8% (kontrol
endokrin yang ditandai dengan peningkatan kadar glikemik baik).14 Berdasarkan uraian tersebut hal yang
glukosa darah karena adanya kelainan pada sel beta perlu diperhatikan ialah kondisi diabetes dapat
pulau langerhans kelenjar pankreas. Kriteria seseorang mempengaruhi penyakit periodontal namun tidak
dikatakan DM jika kadar (GDS) Gula Darah Sewaktu ≥ menyebabkan terjadinya penyakit periodontal secara
200mg/dl, kadar Gula Darah Puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl, langsung.4
dan kadar gula darah pada 2 jam setelah beban glukosa
Diagnosis penyakit periodontal dilakukan melalui kolagen dan perubahan inflamasi dalam jaringan
pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan gigi-geligi gingiva.14
keseluruhan, pemeriksaan jaringan periodontal, Perawatan gigi pada pasein diabetes sebaiknya
pemeriksaan deposit, dan pemeriksaan penunjang dilakukan dengan hati-hati. Dokter gigi sebaiknya
umumnya radiografi.3 Berdasarkan hasil pemeriksaan melakukan konsultasi medis terlebih dahulu terutama jika
pada kasus diagnosis pasien ialah periodontitis kronis, kontrol gula darah buruk. Tindakan perawatan gigi yang
abses periodontal, dan pembesaran gingiva akibat invasif dan menimbulkan perlukaan sebaiknya dilakukan
penggunaan obat. jika gula darah pasien sudah dalam kondisi terkontrol
Periodontitis kronis merupakan penyakit inflamasi Perawatan dilakukan dengan durasi yang singkat dan
jaringan periodontal yang ditandai kehilangan perlekatan menghindari timbulnya kecemasan pasien.3,15 Pada kasus
dan kehilangan tulang alveolar. Tanda klinis inflamasi ini dokter gigi bekerjasama dengan internis. Pasien
seperti perubahan warna, kontur, dan konsistensi gingiva diberikan instruksi dan motivasi untuk perawatan
serta adanya perdarahan saat probing dapat ditemukan diabetesnya.
pada periodontitis kronis. Karakteristik dari periodontitis Perawatan penyakit periodontal secara umum
kronis ialah perkembangan penyakit yang lambat, bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan bakteri
umumnya terjadi pada dewasa, serta adanya akumulasi patogen sehingga diperoleh keadaan rongga mulut yang
plak dan kalkulus yang sebanding dengan keparahan sehat. Tahapan perawatan penyakit periodontal fase
penyakit.4 Kondisi periodontitis kronis yang meluas pada emergensi, fase1 (fase inisial/ etiotropik/ non-bedah),
kasus ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan kedalaman fase 4 (fase pemeliharaan), dan jika diperlukan berlanjut
probing periodontal (PPD) ≥ 4 mm pada semua gigi, BOP pada fase 2 (fase bedah) dan fase 3 (fase restoratif).3,4
24% pada gigi yang diperiksa, dan kehilangan tulang Tahapan perawatan yang dilakukan pada laporan
secara horizontal. Pasien memilki oral hygiene yang kasus terdiri dari fase emergensi, fase 1, fase 3 dan fase
buruk ditandai dengan indeks plak 100% dan adanya 4. Perawatan yang dilakukan pada fase emergensi
kalkulus. bertujuan untuk menghilangkan abses periodontal akut.
Abses periodontal adalah akumulasi pus yang Perawatan pada fase ini bertujuan untuk mengurangi
terlokalisir yang melibatkan jaringan periodontal yang nyeri dan mencegah penyebaran infeksi yang terdiri dari:
lebih dalam. Abses periodontal dapat terjadi secara akut 1. Drainase abses didahului dengan anestesi lokal
dan kronis. Abses periodontal akut ditandai dengan pada sekitar abses kemudian insisi vertikal pada titik
adanya pembesaran gingiva yang membulat pada sisi terendah akumulasi pus. Daerah fluktuasi ditekan
lateral apeks gigi. Kondisi gingiva tampak kemerahan, perlahan hingga pus terdrainase dilanjutkan dengan
halus, dan mengkilap. Adanya inflamasi akut irigasi. Setelah itu tidak dilakukan suturing.4
menyebabkan rasa sakit yang hebat dan sensitif terhadap 2. Pencabutan gigi dengan prognosis hopeless, pada
palpasi. Gigi yang terlibat mengalami ekstrusi dan kasus dilakukan pencabutan gigi 46
kegoyangan. Abses periodontal kronis umumnya 3. Medikasi berupa antibiotik clindamisin 300mg
asimtomatik, dan ditandai adanya jalan keluar pus pada selama 7 hari.
mukosa gingiva sekitar akar gigi dan gigi yang sedikit Fase inisial bertujuan untuk mengendalikan bakteri
ekstrusi.4 Abses periodontal akut pada kasus terlihat plak sebagai faktor etiologi dari periodontitis dan
pada gigi 24-27 serta gigi 36 disertai dengan rasa nyeri mengeliminasi faktor lokal lain.3,4 Tahapan perawatan
pada daerah sekitar. yang diberikan ialah:
Pembesaran gingiva akibat penggunaan obat (drug- 1. Instruksi dan motivasi pasien
induced gingival enlargement) merupakan pembesaran Dokter gigi memberikan motivasi dalam menjaga
gingiva akibat konsumsi beberpa obat diantaranya kesehatan rongga mulut, cara menyikat gigi dan
antikonvulsan, imunosupresan, dan kalsium channel edukasi terkait pentingnya mengontrol kondisi
blocker. Masing-masing obat menghasilkan gambaran diabetes yang dialami untuk kebershasilan
klinis yang sama. Riwayat medis perlu diperhatikan untuk perawatan.3,4
penegakan diagnosis. Pembesaran gingiva ringan pada 2. Merestorasi seluruh gigi yang mengalami karies.
kasus terjadi pada anterior rahang atas dan rahang
bawah. Obat yang diduga menyebabkan pembesaran 3. Full Mouth Disinfection (FMD)
gingiva pada pasien ialah amlodipin. Amlodipin Full mouth disinfection merupakan scaling dan root
merupakan obat anti-hipertensi turunan dihidrofidin. planning menyeluruh yang dilakukan dalam 24 jam.
Patogenesis pembesaran gingiva yang dipicu dengan Tindakan ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi
kalsium channel blocker masih belum jelas, tetapi diduga silang antara daerah yang telah dirawat dengan
terjadi hiperplasi gingiva akibat peningkatan sintesis
daerah yang belum dirawat serta meminimalisir periodontitis dimana semakin parah kondisi periodontitis
jumlah dan durasi kunjungan. FMD terdiri dari: maka semakin parah pula kondisi diabetes dan juga
a. Scalling dan root planing rongga mulut sebalikya. Perawatan periodontitis pada pasien diabetes
keseluruhan pada dua kunjungan dalam 24 jam sebaiknya bekerjasama dengan internis sehingga dapat
b. Irigasi setelah tiap instrumentasi dengan dilakukan seiringan dengan perawatan diabetes melitus
berkumur dengan chlorhexidine 0.12% selama 1 untuk memperoleh hasil perawatan yang optimal.
menit
c. Irigasi subgingiva tambahan, tiga kali dengan Referensi
interval 10 menit pada seluruh poket 1. Guiness World Records, 2001, Gum Disease in
menggunakan chlorhexidine gel 1% Guiness World Records, Mint Publishers, New York,
d. Menyikat lidah dengan chlorhexidine gel 1% p. 175.
selama 1 menit untuk mengurangi bakteri yang 2. GBD 2015 SDG Collaborators, 2015, Measuring the
ada pada permukaan lidah Health Related Sustainable Development Goals in
e. Instruksi pasien untuk menjaga kebersihan 188 Countries: a baseline analysis from the Global
rongga mulut dengan menyikat gigi, interdental, Burden of Disease Study, Lancet, 388: 1813-1850.
dan lidah. 3. Fedi, F. P., Vernino, A. R., Gray, J. L., 2012, Silabus
f. Pasien diinstruksikan untuk berkumur dengan 15 Periodonti, EGC, Jakarta, p. 13-14,31.
ml chlorhexidine 0,12% selama 60 detik dan 10 4. Newman MG, Takei HH, Carranza FA., 2002,
detik terakhir berkumur sambil mendongak agar Carranza’s Clinical Periodontology. 9th Ed. WB
obat kumur mencapai tonsil dua kali sehari Saunders, Philadelphia, p.208, 209, 285.
selama dua bulan pertama untuk mencegah re- 5. Wiebe, C. B., Putnins, E. E., 2000, The Periodontal
kolonisasi bakteri pada poket.15 Disease Classification of the American Academy of
Perawatan untuk menangani drug induced gingival Periodontology – An Update, Journal of the Canadian
enlargement dilakukan dengan substitusi obat dan Dental Association, 66(11): 594-597.
pengendalian iritan lokal yaitu plak dan kalkulus yang 6. American Academy of Periodontology, 2018,
dilakukan pada fase inisial. Pada kasus tidak dilakukan American Academy of Peridodontology and Eropean
substitusi obat dengan pertimbangan pembesaran Federation of Peridontology Host World Workshop on
gingiva ringan. Obat anti hipertensi dapat diganti dengan the Classification of Periodontal and Peri-Implant
isradipin yang telah diketahui tidak menimbulkan Disease Condition, AAP Foundation, Chicago,
pembesaran ginigiva atau dengan anti hipertensi Michigan Avernue.
golongan lain.4,14 Fase kedua, terapi bedah tidak 7. American Diabetes Association, 2010, Diagnosis and
dilakukan sehingga langsung ke fase ketiga yaitu
Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care,
perawatan restoratif. Perawatan restoratif bertujuan untuk
33(1): 62-69.
kembali menyesuaikan oklusi pasien. Pada kasus
8. Dandona, P., Aljada, A., Bandyopadhyay, A., 2004,
dilakukan dengan mengganti gigi-gigi yang hilang dengan
Inflammation: the link between insulin resistance,
protesa cekat atau lepasan agar didapatkan kembali
obesity and diabetes, Trends Immunology, 25: 4-7.
oklusi pasien yang lebih baik.3
9. Brownlee, M., 2005, The pathobiology of diabetic
Fase keempat merupakan fase pemeliharaan
rongga mulut yang dilakukan berkala hingga tercapai complications: a unifying mechanism, Diabetes, 54:
1615-1625.
kondisi jaringan periodontal yang sehat. Pada fase ini
dilakukan evaluasi ulang status periodontal yang 10.Nestro, R., 2004, C-Reactive protein its role in
dilakukan setiap 3 bulan (supportive periodontal therapy) inflammation, type II diabetes and cardiovascular
dan dimulai semenjak 3 bulan pertama setelah perawatan disease, Diabetic Medicine, 21: 810-817.
fase inisial. Selain itu pasien diberikan instruksi dan 11.Paraskevas, S., Huizinga, J.D., Loos, B. G., 2008, A
motivasi kebersihan rongga mulut dan dapat dilakukan Systematic review and meta-analysis on C-reactive
tindakan kontrol plak seperti scaling dan root planning.3,17 protein in relation to periodontitis, Journal of Clinical
Pemeriksaan klinis satu tahun pasca FMD pada kasus Periodontology, 35: 277-290.
menunjukkan kondisi jaringan periodontal yang membaik. 12.Sonnenschei, S.K., Meyle J., 2015, Local Inflamatory
Reaction in Patient with Diabetes and Periodontitis,
Simpulan Periodontal 2000, 69(1): 221-254.
Diabetes melitus merupakan salah satu faktor 13.Leos, B. G., 2005, Systematic markers of
sistemik yang mempengaruhi periodontitis. Terdapat inflammation in periodontitis, Journal of
hubungan dua arah antara diabetes melitus dengan Periodontology, 76: 2106-2115.
14.Madi, M., Shetty, S.R., Babu, S.G., Achali, S., 2015, 17.Santos, V.R., 2013, Full-mouth Desinfection as a
Amlodipine-induced Gingival Hyperplasia: A Case Theurapeutic Protocol for Type-2 Diabetic Subjects
Report, West Indian Med J, 64(3): 279-282. with Chronic Periodontitis, J Clin Periodontal, 40:155-
15.Bundenz, A.W., 2000, Local Anesthetics and 162.
medically complex patients, CDA Journal, 2000:1-13.
16.Bathla, S., 2017, Textbook of Periodontics, Jaypee
Brothers, New Delhi, p.441.

Anda mungkin juga menyukai