Anda di halaman 1dari 13

TUGAS AKHIR PSIKOLOGI DAN KOMUNIKASI

KAJIAN-KAJIAN TEORI PSIKOLOGI DALAM


PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI

Penyusun:
A.A. Manik Swayoga
160121140008
Pembimbing:
Prof. Dr. Suryana Soemantri, Drs., MSIE

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015
0

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Psikologi dan kesehatan adalah bidang yang saling berkaitan satu sama lain,

terlebih sama-sama melibatkan manusia. Psikologi kesehatan adalah bidang di dalam


psikologi yang menjelaskan tentang peran psikologi terhadap seseorang untuk
berupaya agar tetap sehat, mengapa mereka menjadi sakit, dan bagaimana mereka
merespon ketika mereka mendapatkan sakit (Taylor, 1995).
Psikologi kesehatan juga belajar mengenai aspek psikologi tentang perawatan
dan pencegahan terhadap penyakit. Psikologi kesehatan juga berfokus pada penyebab
suatu penyakit yang menjelaskan hubungan antara kesehatan, penyakit dan disfungsi
lainnya. Psikologi kesehatan tertarik pada tingka laku dan faktor sosial yang
menyebabkan munculnya suatu penyakit dan disfungsi lainnya.
Dewasa ini, kesehatan merupakan hal yang sangat berharga. Pasalnya, dalam
keadaan sehat, seseorang dapat menyelesaikan dan melaksanakan sesuatunya dengan
baik. Konsep sehat itu sendiri tidak secara langsung memberikan definisi pada lawan
keadaannya, yaitu sakit. Berlawanan dengan orang sehat, orang yang sakit tidak akan
melaksanakan sesuatunya dengan maksimal.
Namun demikian, suatu proses sehat-sakit bukanlah sesuatu yang dapat terjadi
secara spontan. Seseorang yang sehat akan merasakan atau menunjukkan gejala
tertentu yang menunjukkan orang itu sakit. Hal ini membutuhkan proses dimana ada
disiplin ilmu tersendiri untuk mengkajinya. Ilmu itu tak lain adalah ilmu kedokteran
1

yang menyangkut masalah sehat-sakit, hubungan dokter, perawat dan pasien,


pengobatan, perawatan medis dan masalah-masalah lain yang menyangkut dengan
kesehatan. Begitu luas aspek yang dibahas dalam ilmu ini, dalam bahasan kali ini,
penulis mencoba membahas masalah kedokteran gigi.
Seiring dengan berkembangnya ilmu kedokteran gigi di Indonesia, berbagai
masalah baru pun bermunculan. Selain masalah dalam kajian keilmuan, masalah
psikologis pun berkaitan dengan praktek kedokteran gigi. Profesi dokter gigi akan
selalu terkait dengan psikologis perawat dan seorang pasien. Berbagai permasalahan
berkembang di masyarakat pun menjadi beragam.
Salah satu hal yang menjadi permasalahan klasik adalah adanya salah persepsi
dari masing-masing dokter gigi, perawat dan pasien yang seringkali menjadikan
pasien memiliki tekanan psikologis setiap akan ke dokter gigi. Keadaan dimana
pasien merasakan kecemasan dan menjadi takut untuk berkonsultasi ke dokter gigi.
Untuk itu ada beberapa cara dan teori di bidang psikologi untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Belajar dalam permasalahan inilah, penulis

mencoba

mengkaji teori-teori psikologi yang berhubungan dengan praktek dokter gigi.


1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang ada dirumuskan sebagai berikut :
1. Teori-teori psikologi apa yang digunakan dalam praktek dokter gigi?
2. Bagaimana menciptakan hubungan psikologis yang baik antara dokter , perawat
dan pasien?
1.3

Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari makalah

ini adalah:

1. Untuk mengetahui teori-teori psikologi yang digunakan didalam praktek dokter


gigi.
2. Untuk mengetahui cara menciptakan hubungan psikologis yang baik antara
dokter , perawat dan pasien.

BAB II
PEMBAHASAN
2.
2.1.

Teori-teori Psikologi yang Digunakan dengan Praktek Dokter Gigi


Psikologi Kesehatan dalam Praktek Dokter Gigi
Psikologi Kesehatan adalah suatu agregat dari specific educational, dan

kontribusi scientific professional, dari disiplin psikologi, untuk memajukan atau


memelihara kesehatan, termasuk juga didalamnya penanganan penyakit dan aspekaspek lain yang terkait dengannya. Psikologi kesehatan bekerja dengan banyak
professional perawatan kesehatan yang berbeda, salah satunya adalah dengan dokter
gigi untuk memberikan penilaian klinis dan jasa perawatan.
Psikologi kesehatan berupaya untuk membantu proses komunikasi antara
dokter dan pasien selama konsultasi medis. Ada banyak masalah dalam proses ini,
dengan pasien menunjukkan kurangnya pemahaman yang cukup banyak istilah
medis.
2.1.2. Interaksi Sosial
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi aksi dan reaksi dalam situasi
social adalah persepsi sosial dan daya tarik interpersonal.
2.1.2.1 Persepsi Sosial
Persepsi sosial sebenarnya adalah kesadaran individu akan adanya orang lain
aau perilaku prang lain yang terjadi di sekitarnya. Dewasa ini banyak orang yang
sudah mempunyai persepsi sendiri terhadap dokter gigi, dengan pengalaman yang
mereka miliki ataupun mendengar orang lain yang membicarakannya. Informasi yang
mendapat perhatian dikategorisasi dan dihubungkan sehingga membentuk kerangka
kognitif (cognitive framework). Yang mempengaruhi pembentukan kesan ini, yaitu:
4

Stereotype
Pandangan kita tentang cirri-ciri tingkah laku dari sekelompok orang tertentu

atau terhadap satu golongan tertentu. Seperti kepada profesi dokter gigi yang
sudah melekat dengan alat-alat bantu mereka untuk melakukan tindakan ke
pasiennya.
Persepsi diri
Pandangan kita terhadap diri kita yang ternyata juga sangat mempengaruhi
pembantukan kesan pertama kita. Seperti penelitian yang dlakukan oleh Gage dan
Cronbach (1955), menunjukkan adanya kecenderungan untuk melihat kesamaan
yang ada antara individu dengan orang asing yang ditemuinya (assumed
similarity).

Sikon yang ada (setting)


Situasi atau keadaan lingkungan sekitar yang ada pada saat kita bertemu orang

lain. seperti ketika seorang pasien memasuki ruang praktek dokter gigi yang
membuatnya nyaman.
Ciri-ciri yang ada dalam diri orang itu
Proses mencari informasi tentang cirri-ciri pribadi seseorang dan menerapkan
padanya untuk menentukan reaksi kita selanjutnya, disebut atribusi. Atribusi dapat
dilakukan berdasarkan anggapan seseorang bahwa perilaku orang yang dinilai
olehnya bersumber dari factor internal atau eksternal.
2.1.2.2 Daya Tarik Interpersonal
Menurut Baron dan Byrne (1977) daya tarik interpersonal merupakan evauasi
seseorang terhadap orang lain secara positif maupun negative. Pendekatan yang

dilakukan salah satunya adalah dengan berdasarkan pada aspek-aspek belajar


(reinforcement).
Teori yang mendasar pada hokum-hukum belajar (reinforcement) menyatakan
bahwa

rasa suka dan tak suka antar pribadi merupakan respons-respons yang

dipelajari. Byrne dan Clore mengajukan teori yang disebut reinforcement-affect


model:

Setiap stimulus dapat diidentifikasi sebagai suatu ganjaran atau hukuman. Saat
pasien berada di ruang praktek dokter gigi adanya perasaan bersalah akan rasa

sakitnya dianggap menjadi suatu hukuman pada dirinya sendiri.


Stimulus yang merupakan ganjaran menimbulkan perasan positif. Perasaan ini
muncul ketika si dokter gigi dapat memberikan solusi untuk membuat pasien

tidak merasakan lagi hukuman yang dirasakannya.


Evaluasi terhadap stimulus terentu sebagai baik atau buruk, ketika dokter gigi
sudah melakukan tindakan pengobatan kepada pasien dan si pasien

mendapatkan semakin membaik atau memburuk keadaannya.


Melalui proses conditioning sederhana, rangsang-rangsang yang netral bila
dihubungkan dengan ganjaran dan hkuman akan mempunyai kapasitas untuk
menimbulkan perasaan positif atau negative. Setelah melakukan konsultasi
dan pengobatan ke dokter gigi, seorang pasien akan dapat menilai dan
memberikan sikap suka atau tidak suka atas semua yang dilakukan oleh dokter
gigi.

2.2

Peran Psikologis yang Berkaitan dalam Hubungan Dokter Gigi, Perawat

dan Pasien
6

Psikologi telah lama berupaya memahami komponen-komponen yang terlibat


dalam proses komunikasi, khususnya komunikator dan komunikan. Psikologi
meneliti karakteristik individu yang menjadi komunikan serta faktor-faktor internal
maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Psikologi juga
mempelajari sifat-sifat individu yang menjadi komunikator dan mencari tahu apa
yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan satu sumber komunikasi dalam
mempengaruhi orang lain.
Proses komunikasi bisa terjadi dalam diri seorang individu, dengan orang lain,
dan kumpulan-kumpulan manusia dalam proses sosial. Berdasarkan pendapat
tersebut, Burgon & Huffiner (2002) membuat klasifikasi tiga jenis komunikasi, yaitu:
2.2.1 Komunikasi Intrapersonal, yaitu proses komunikasi yang terjadi di dalam diri
individu (internal). Contohnya adalah kegiatan merenung, berpikir, berdialog
2.2.2

dengan diri sendiri, baik dalam keadaan sadar atau tidak.


Komunikasi Interpersonal, yaitu proses komunikasi yang terjadi antara satu
individu dan individu lain sehingga memerlukan tanggapan (feedback) dari
orang lain. Contohnya, perbincangan dengan keluarga, pasangan, teman, rekan

2.2.3

kerja, dan orang lain.


Komunikasi Massa, yaitu proses komunikasi yang dilakukan kepada
sekumpulan manusia dimana di dalamnya terdapat proses social, baik melalui
media massa atau langsung, dan bersifat satu arah (one way communication).
Contohnya, adalah kegiatan komunikasi (penyebaran informasi) yang terjadi
di hadapan sekumpulan massa, melalui televise, radio, media internet, media
cetak dan lain-lain.

Untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar pribadi (interpersonal


communication) antara dokter gigi, perawat dan pasien, inisiatif harus diambil oleh
dokter gigi karena menurut para ahli, dokterlah yang dituntut untuk menciptakan
suasana yang mendukung. Akan tetapi seperti juga disebutkan sebelumnya, waktu
kerja dokter sangat sempit dengan pekerjaan yang banyak, sehingga teori yang dapat
diterapkan harus bersifat sederhana, mudah digunakan dan efektif. Teori yang
digunakan harus mampu memberikan keleluasaan bagi pasien untuk memberikan
keluhan dan berbagai perasaan yang mungkin menjadi uneg-uneg mereka. Sehingga
dokter dapat memahami aspek psikis dari pasiennya.
Terdapat banyak cara untuk dapat melakukan komunikasi secara efektif.
Tetapi dari sekian banyak cara, terdapat cara yang dianggap mudah untuk
menciptakan komunikasi yang efektif yanitu teori dari DeVito. Untuk dapat
menciptakan komunikasi antar personal, terdapat syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
Positiveness (sikap positif)
Dokter diharapkan mau menunjukkan sikap positif pada pesan yang
disampaikan oleh pasien. Seorang dokter tidak boleh selalu menyanggah
apapun yang disampaikan pasiennya. Dengan demikian pasien akan lebih
berani menyampaikan pesannya, bukan kemudian menyimpannya dalam hati
bahkan mengadukan kepada orang lain.

Empathy (sikap mendukung)


Dari hasil pengamatan kepada para pasien, diketahui bahwa hampier semua
pasien yang harus ditangani atau diobati oleh dokter memiliki rasa takut yang
besar. Yang terutama adalah ketakutan pada rasa sakit yang ditimbulkam oleh
8

alat-alat yang digunakan. Rasa takut itu sudah mulai muncul hanya dengan
melihat alat-alat yang sudah disiapkan. Seorang dokter gigi diharapkan
menyadari dan peduli pada perasaan ini dan menunjukkan pada pasien bahwa

ia perduli.
Supportiveness (sikap mendukung)
Ketika seorang pasien nampak ragu untuk memutuskan sebuah pilihan
tindakan, dokter diharapkan memberikan dukungan agar keraguan itu
berkurang atau bahkan hilang, sehingga pasien menjadi percaya diri dan

berani saat memilih keputusan itu.


Equality (keseimbangan antar pelaku komunikasi)
Yang dimaksud dengan kesamaan/ kesetaraan adalah bahwa diantara dokter
gigi dan pasien tidak boleh ada kedudukan yang sangat berbeda seperti
misalnya dokter yang menguasai semua keadaan dan pasien yang tidak
berdaya. Walaupun dalam relasi ini dokter diakui lebih tahu dan lebih bisa, dia
tidak boleh lalu memperlakukan pasiennya hanya sebagai objek yang tidak
tahu apa-apa dan tidak boleh berpendapat atau bahkan bertanya. Jika
memungkinkan, pasien sebaiknya merasa bahwa dokter giginya adalah teman,

bukan orang asing yang tidak boleh ditanyai apapun.


Openess (sikap dan keinginan untuk terbuka)
The question remains, How can you develop such a healthy dentist-patient
relationship? the key word is trust. Trust is what a good dentist-patient
relationship is built on. The best way to establish trus between yo and your
dentist is to have a good communications. Dengan menciptakan suasana yang
santai di ruang praktek, keakraban dapat dibangun dan diharapkan pasien

maumenyampaikan

apa

yang

dikhawatirkannya,

tindakan

apa

yang

sebenarnya diinginkan dilakukan oleh dokternya. Dengan keterbukaan


komunikasi ini maka akan terbangun kepercayaan dari pasien terhadap
dokternya.
Para pengamat mengatakan: salah satu elemen yang akan membawa hubungan
psikis ini dengan baik adalah komunikasi antara dokter gigi dan pasien. Dengan
menempatkan penanganan pasien lebih dulu, dokter gigi akan memeriksa si pasien,
mendiskusikan

semua

opsi

yang

berhubungan

dengan

perawatan,membuat

rekomendasi perawatan dan menjelaskan hasil yang berhubungan dengan penanganan


yang potensial. Dilain pihak, pasien, ingin mengetahui tentang penanganan padanya
dan akibat perawatan jangka panjang atau jangka pendek, berapa biaya yang harus
dikeluarkan, apa yang akan atau tidak akan tercakup dalam perawatan gigi dan setiap
tanggung jawab pembayaran yang harus ditanggung pasien.
Namun, buruknya kualitas komunikasi antara dokter, perawat dan pasien tidak
bisa lagi dibiarkan atau tidak diperdulikan oleh dokter gigi yang diharapkan dapat
mengambil inisiatif sebagai pihak yang berkompeten dalam hubungan dokter,
perawat dan pasien. Ini berarti bahwa dokter yang harus belajar lebih dahulu untuk
mampu berkomunikasi secara efektif, sesibuk apapun sang dokter dalam menjalankan
profesinya.

10

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
KESIMPULAN
Dari tulisan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Teori psikologi yang dapat digunakan dalam praktek dokter gigi adalah
dengan menciptakan interaksi yang baik antara dokter dan perawat maupun
dokter dengan pasien dengan memperhatikan rasa saling memahami sehingga
2.

menciptakan persepsi sosial dan daya tarik interpersonal yang baik pula.
Teori psikologi komunikasi yang dapat dilakukan adalah tindakan-tindakan
dari seorang dokter gigi dengan memperhatikan aspek-aspek berupa
Positiveness, empathy, supportiveness, equality, dan openness yang dapat
ditunjang dengan memperhatikan aspek suasana yang ekspresif dan bahasa
yang komunikatif.

3.2
SARAN
Saran penulis berdasarkan pemaparan diatas adalah sebagai berikut :
1.
Perlu diperhatikan bahwa di dalam diri dokter gigi harus benar-benar tertanam
bahwa hubungan komunikasi dengan perawat dan pasien adalah hal yang
2.

mutlak harus diperhatikan. Mengingat profesi dokter adalah bersifat sosial.


Bagi para dokter harus lebih bisa memahami apa yang dirasakan pasiennya,
karena adanya kesenjangan persepsi antara dokter dan pasien yang membuat
stereotype tersendiri untuk para dokter gigi.

11

DAFTAR PUSTAKA
Taylor, S.E. 1995. Health Psychology edisi 3. New York: McGraw-Hill
Rahmadiana, M. 2009. Health Psychology.
Irwanto, Drs. 2002. Psikologi Umum. Prehallindo, Jakarta
Jalaluddin Rakhmat, M.Sc, Drs. 2000. Psikologi Komunikasi. Remaja
Rosdakarya, PT. Bandung

12

Anda mungkin juga menyukai