PENDAHULUAN
1
melalui pembicaraan. Dalam keseluruhan proses tatalaksana pasien, hubungan
dokter-pasien merupakan hal yang penting dan sangat menentukan, dan untuk
dapat membentuk dan membina hubungan dokter-pasien tersebut, seorang dokter
dapat mempelajarinya melalui prinsip-prinsip psikoterapi. Sejak berabad abad
lalu, para ahli telah menyadari bahwa psikoterapi berperan penting pada
penyembuhan gangguan-gangguan pikiran dan perasaan, dan dokter berperan
dalam hal itu. Oleh karena itu, dahulu psikoterapi sering disebut sebagai the
talking cure. (Utama, 2013).
Salah satu jenis psikoterapi adalah psikodinamika. Ilmuwan Yunani
mengambil kata ‘psyche’ yang berarti seekor kupu-kupu, sesuatu yang rapuh,
kecantikan sesaat dan diubah ke istilah yang menggambarkan semangat manusia,
jiwa dan pikiran. Sedangkan dinamik berarti aktivitas, sehingga psikodinamik
berarti suatu interelasi dan aktivitas antara berbagai bagian yang berbeda dari
psikis individual. Dalam hal psikoterapi, konseling psikodinamik fokus membahas
hubungan internal dengan aspek yang berbeda dari diri dan hubungan eksternal
dengan orang lain (Higdon, 2012).
Konseling psikodinamik singkat (brief psychodynamic counselling)
merupakan salah satu bentuk pendekatan yang relatif baru dalam dunia konseling.
Konseling psikodinamik singkat mendasarkan pada teori psikoanalisa. Salah satu
masalah utama yang terkait dengan praktek psikoanalisis adalah masalah
panjangnya waktu intervensi (rata-rata 855 sessi) sehingga dipandang kurang
efisien. Masalah panjangnya waktu intervensi terkait dengan mahalnya biaya dan
waktu yang harus dikeluarkan klien. Menanggapi masalah efisiensi, muncullah
Konseling sessi tunggal atau dikenal pula dengan “Konseling Singkat”. Kedua
hal ini (psikoanalisis dan konseling singkat) memiliki dasar asumsi masing-
masing. Psikoanalisis didasarkan pada suatu teori yang sangat besar dan kompleks
tentang tingkah laku manusia yang mensyaratkan kepribadian harus dibongkar
dan direkonstruksi sampai suatu perubahan yang besar/bermakna terwujud.
Konseling Psikodinamik Singkat mendasarkan pada aspek pragmatis, frame work
kesehatan masyarakat (yang menuntut perubahan minimal yaitu pada suatu
tingkah laku bermasalah yang spesifik. Salah satu dasar pemikirannya adalah
mewujudkan efisiensi (Suwarjo, 2010).
2
Secara non spesifik, psikoterapi dapat menambah efektivitas terapi lain,
sebagai suatu teknik yang spesifik atau khusus, psikoterapi meupakan serangkaian
teknik yang digunakan untuk mengubah perilaku. Dengan psikoterapi, seorang
dokter akan dapat memanfaatkan teknik-teknik untuk meningkatkan hasil yang
ingin dicapainya. Bila seorang dokter tidak mengerti atau memahaminya,
sebetulnya bukan hanya tidak akan menambah efektivitas terapinya, melainkan
setidaknya dapat menghindarkan hal-hal yang dapat merugikan pasiennya (Utama,
2013).
1. 3 Manfaat Penulisan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Psikoterapi
2.1.1 Definisi
4
2.1.2 Prinsip umum Psikoterapi
5
yang mempengaruhi cara pandang cara berpikir, dan menghayati segala sesuatu
(Utama, 2013).
Hal yang sebaliknya juga perlu diingat, bahwa wawancara bukan hanya
menghasilkan pengaruh dokter atau terapi atas pasien, namun juga pengaruh
pasien terhadap dokternya. Sang dokter, sadara atau tidak, akan terpengaruh oleh
sikap dan perkataan pasie, yang akan tercermin dalam sikap, perasaan dan
perilakunya sendiri. Dipacu oleh sikap dan perilaku pasien terhadapnya, dokter
dapat menjaid tenang, tegang, santai, kuatir, terbuka, tertutup,bosan, seih,kesal,
malu, terangsang, dll., perasaan tersebut turut menentukan apa yang dikatakannya
kepada pasien dan bagiamana ia mengatakannya. Untuk dapat mengatasi hal ini
seorang dokter atau terapis perlu belajar untuk memantau perasaan-perasaan
reaktifnya tersebut, agar ucapan-ucapan dan sikapnya terhadap pasien sedapat-
dapatnya beralasan professional dan sedikit mungkin tercampur dengan unsure-
unsur yang berasal dari respon emosional subjektifnya sendiri (Utama, 2013).
Agar tujuan terapeutik tercapai, hendaknya diusahakan agar dokter dapat
menciptakan dan memelihara hubungan yang optimalantara dokter dan pasien.
Dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadapasien, senantiasa harus
dipertimbangkan bilamana dan bagaimana kita akan menanyakan hal tersebut.
Bila konteksnya kurang tepat, misalnya pasien justru dapat merasa tersinggung
atau dipermalukan oleh pertayaan kita, pasien mugkin akan menolak atau
menyangkal, atau akan membuat-buat jawabannya.
6
Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katars emosional,
hypnosis, desentralissi, eksternalisasi minat, maipulasi lingkungan,
terapi kelompok.
b. Psikoterapi reedukatif
Tujuannya mengunah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan
(habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih
menguntungkan.
Cara atau pendekatan: terapi perilaku, terapi kelompok, terapi
keluarga, psikodrama, dll.
c. Psikoterapi rekonstruktif
Tujuan: dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar,
dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian
seseorang.
Cara atau pendekatan: psikoanalisis klasik dan Neo Freudian (Alder,
Jung, Sullivan Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi
berorientasi psikoanalitik atau dinamik.
2) Menurut dalamnya, psikoterapi terdiri atas:
a. Superfisial, yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada
permukaan, tidak menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi yang
diresapi
b. Mendalam (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang
tersimpan dalam alam nirsadar atau metari yang diresapi.
3) Menurut teknik yang terutama digunakan, psikoterapi dibagi menurut
teknik perubahan yang digunakan, antara lain psikoterapi ventilatif,
sugestif, katarsis, ekspresf, operant conditioning, modeling, asosiasi bebas,
interpretative, dll.
4) Menurut konsep teoritis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi
dibedakan menjadi
a. Psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental emosional
dianggap teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi)
b. Psikoterai kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi sambungan
kognitif automatis yang keliru)
7
c. Psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa ingatan, keinginan,
dorongan, ketakutan, dll., yang nirsadarke dalam kesadaran).
Psikoterapi kognitif dan perilaku bersandar pada teori belajar,
sedangkan psikoterapi dinamik berdasarkan pada konsep psikoanalitik
Freud dan psca Freud.
5) Menurut setting nya, psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan
kelompok (terdiri atas terapi marital atau pasangan, terapi keluarga, terapi
kelompok)
Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem diantara
pasangan, misalnya komunikasi, persepsi, dll. Terapi keluarga, dilakukan
ila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak berjalan sebagiamana
mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa,
akan mempengaruhi keluarga dan sebaliknya, keadaan keluarga akan
memengaruhi gangguan serta prognosis pasien. Untuk itu, seluruh anggota
keluarga diwajibkan hadir pada setiap sesi terapi.
Terapi kelompok, dilakukan terhadap sekelompok pasien (misalnya enam
atau delapan orang), oleh satu atau dua terapis. Metode dan caranya
bervariasi, ada yang suortif dan ada yang bersifat edukasi, yang
interpretative dan analitik. Kelompok ini dapat terdiri atas pasien-pasien
dengan problem yang sama, misalnya gangguan makan, penyalahgunaan
zat, dll. Diharapkan mereka dapat memberikan dukungan dan harapan
serta dapat belajar tentang cara baru mengatasi problem yang dihadapi.
6) Menurut nama pembuat teori atau perintis metode psikoterapeutiknya,
psikoterapi dibagi menjadi psikoanalisis Freudian, analisis Jungian,
analisis transaksional Eric Berne, terapi rasional-emotif Albert Ellis,
koseling non-dirrektif Rogers, terapi Gealt dari Fritz Perls, logoterapi
Viktor Frankl, dll.
7) Menurut teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi,
misalnya narkoterapi, hypnoterapi, terapi music, psikodrama, terapi
permainan dan peragaan (play therapy), psikoterapi religious, dan latihan
meditasi.
8
8) Yang belum disebutkan dalam pembagian diatas namun akhir-akhir ini
banyak dipakai antara lain: konselng, terapi interpersonal, intervensi krisis.
9
c. Menyakinkan pasien bahwa terapis mengerti penderitaannya dan bahwa
terapis mampu membantunya (tanpa harus menyatakan secara verbal)
d. Menetapkan secara tentatif mengenai tujuan terapi.
Resistensi pada pasin dapat tampil dalam bentuk:
a. Tidak ada motivasi terapi dan tidak dapat menerima fakta bahwa ia dapat
dibantu
b. Penolakan terhadap arti dan situasi terapi
c. Tidak dapat dipengaruhi, terdapat hostilitas dan agresi, dependensi yang
mendalam, dan
d. Berbagai resistensi lain yang menghabat terjalinnya hubungan yang sehat
dan hangat.
Masalah kontratansferensi dalam diri terapis, antara lain:
a. Tidak mampu bersimpati, berkomunikasi, dan saling mengerti secara
timal balik
b. Timbul iritabilitas terhadap penolakan pasien untuk terapi dan terhadap
terapis
c. Tidak mampu memberi kehangatan kepada pasien, dan
d. Tidak dapat menunjukan penerimaan dan pengertian terhadap pasien dan
masalahnya.
2) Fase pertengahan
Tujuannya menentukan perkiraan sebab dan dinamika gangguan yang dialami
pasien, menerjemahkan tilikan dan pengertian (bila telah ada), menentukan
langkah korektif.
Tugas teraupetik:
a. Mengeksplorasi berbagai frustasi terhadap lingkungan dan hubungan
interpersonal yang menimbulkan ansietas. Bila melakukan psikoterapi
dinamik, gunakan asosiasi, analisis karakter, analisis transferensi. Ada
terapi perilaku, kita menilai faktor-faktor yang perlu diperkuat dan gejala-
gejala yang perlu dihilangkan.
b. Membantu pasien dalam mengatasi ansietas dan berhubungan dengan
problem kehidupan.
10
Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk:
a. Rasa bersalah terhadap pernyataan dan pengakuat adanya gangguan dan
kesulitas dalam hubungan interpersonal dengan lingkungan
b. Tidak mau, atau tidak mampu (bila ego lemah) menghadapi dan mengatasi
ansietas yang behubungan dengan konflik, keinginan, dan ketakutan.
Masalah kontratransferensi dalam diri terapis dapat berupa:
a. Terapi mengelak dari problem pasien yang menimbulkan ansietas dalam
dirinya
b. Ingin menyelidiki terlalu dalam dan cepatpada fase permulaan
c. Merasa jengkel terhadap resistensi pasien.
3) Fase akhir
Tujuannya yaitu: terminasi terapi. Tugas terapeutiknya antara lain:
a. Menganalisis elemen-elemen dependensi hubungan terapis-pasien
b. Mendefinisikan kembali situasi terapi untuk mendorong pasien membuat
kepuusan, menentukn nilai, dan cita-cita sendiri
c. Membantu pasien mencaai kemandirian dan ketegasan diri yang setinggi-
tingginya.
Resistensi pada pasien dapat berupa:
a. Penolakan untuk meleaskan dependensi
b. Ketakutan untuk mandiri dan asertif.
Masalah kontratranseferensi pada terapis:
a. Kecenderungan untuk mendominasi dan terlalu melindungi pasien
b. Tidak mamu mengambil sikap atau pern yang non direktif sebagai terapis.
11
2.2 Psikodinamik
12
Konseling psikodinamik singkat (brief psychodynamic counselling)
merupakan salah satu bentuk pendekatan yang relatif baru dalam dunia konseling.
Konseling psikodinamik singkat mendasarkan pada teori psikoanalisa. Salah satu
masalah utama yang terkait dengan praktek psikoanalisis adalah masalah
panjangnya waktu intervensi (rata-rata 855 sessi) sehingga dipandang kurang
efisien. Masalah panjangnya waktu intervensi terkait dengan mahalnya biaya dan
waktu yang harus dikeluarkan klien. Menanggapi masalah efisiensi, munculah
konseling sessi tunggal atau dikenal pula dengan “Konseling Singkat”. Kedua
hal ini (psikoanalisis dan konseling singkat) memiliki dasar asumsi masing-
masing. Psikoanalisis didasarkan pada suatu teori yang sangat besar dan kompleks
tentang tingkah laku manusia yang mensyaratkan kepribadian harus dibongkar
dan direkonstruksi sampai suatu perubahan yang besar/bermakna terwujud.
Konseling Psikodinamik Singkat mendasarkan pada aspek pragmatis, frame work
kesehatan masyarakat (yang menuntut perubahan minimal yaitu pada suatu
tingkah laku bermasalah yang spesifik). Salah satu dasar pemikirannya adalah
mewujudkan efisiensi (Suwarjo, 2010).
Psikodinamika dengan jelas menekankan pada interpretasi tingkah laku
sebagai hasil dari interplay dari motif-motif, dorongan-dorongan, kebutuhan-
kebutuhan dan konflik- konflik (Pervin dalam Suwarjo, 2010). Esensi dari terapi
psikodinamika ini adalah mengeksplorasi aspek aspek dari dalam diri yang belum
diketahui, terutama aspek yang bermanifestasi dan berpengaruh terhadap terapi
hubungan.
13
Upaya mengurangi panjangnya teknik psikoanalisis dipelopori oleh Sandor
Ferenczi dan Otto Rank (kolega Freud) yang mengarahkan pada munculnya
model-model kontemporer dari konseling psikodinamika singkat. Pada tahun
1925 Ferenczi bekerja sama dengan Otto Rank untuk mengurangi panjangnya
durasi konseling. Masa lalu klien menjadi bagian penting dalam konseling.
Konselor memfokuskan pada hubungan klien - konselor, dengan perhatian khusus
pada bagaimana klien mentransfer perasaan-perasaan kepada konselor pada saat
konseling berlangsung. Perasaan itu adalah perasaan klien dari orang-orang
penting yang berpengaruh pada kehidupan klien (infant - mother relationship,
impact of the process of separation and individuation). Otto Rank menitik
beratkan pada pemahaman akan sejarah dan perkembangan tertentu dari klien.
Pada tahun 1946, Franz Alexander dan Thomas French (psikoanalis Chicago)
dengan mendasarkan pada kerja Rank dan Ferenczi, melakukan penelitian untuk
menemukan cara-cara singkat pemberian konseling kepada klien. Akhirnya
Alexander menemukan teknik yang ia sebut dengan Corrective Emotional
Experience. Mereka meyakini bahwa waktu konseling yang panjang belum
merupakan jaminan kesuksesan bagi klien (Suwarjo, 2010).
Fleksibilitas dalam interview dengan klien, bagaiman menjaga
hubungan konselor dengn klien, dan upaya mencegah ketergantungan klien pada
konselor merupakan kunci sukses pada konseling singkat. Konselor harus secara
meyakinkan mendorong/membesarkan hati klien. Dalam memperhatikan
pengalaman klien, konselor harus menyadari interaksi-interaksi awal klien dengan
orang tuanya, sehingga teknik-teknik dan intervensi yang spesifik dapat
direncanakan.
Meskipun sudah melakukan reduksi-reduksi waktu treatment, kerja
Ferenczi, Otto Rank, French, dan Alexander masih menghadapi tantangan yaitu
gerakan kesehatan masyarakat yang menuntut layanan terhadap sebagian besar
penduduk (menjangkau banyak orang) dengan biaya yang murah. Oleh karena itu
konseling mereka masih dipandang terlalu panjang, dan masih banyak memakan
tenaga dan biaya. Oleh karena itu munculah konseling psikodinamika singkat
yang dipandang lebih efektif. Keefektifan model ini telah diteliti melalui
penelitian bertahun-tahun (Suwarjo, 2010).
14
Dengan tetap mendasarkan pada teori psikoanalisis, konseling
psikodinamika singkat mencoba untuk lebih efisien. Pengembang model
konseling ini antara lain David Malan, Peter Sifneos, James Mann, dan Habib
Davanloo. Selama dua atau tiga dasa warsa mereka secara sendiri-sendiri
mengembangkan model dan teknik masing-masing, baru pada akhirnya mereka
saling berkontribusi satu sama lain, karena ternyata teknik-teknik mereka banyak
kesamaan.
Terapi psikodinamik memicu eksplorasi dan diskusi dari seluruh range emosi
pasien. Seorang terapis akan membantu pasien dalam mendeskripsikan perasaan
ke dalam kata kata, termasuk perasaan kontradiksi, perasaan terancam atau dalam
masalah dan perasaan yang pada awalnya pasien tidak dapat menyadari atau
mengetahui (hal ini berlawanan dengan fokus kognitif, dimana fokus terbesarnya
adalah pada pemikiran dan kepercayaan (Blagys & Hilsenroth dalam Sheddler,
2010). Selain itu juga terdapat keyakinan bahwa intelectual insight tidak sama
dengan emosional insight, yang terletak pada level yang lebih dalam dan mampu
berubah ( hal ini adalah salah satu alasan mengapa banyak inteligent dan
psychologically minded people dapat menjelaskan penyebab kesulitan yang
mereka hadapi, namun pemahaman tersebut tidak mampu membantu mereka
dalam menghadapi kesulitan) (Sheddler, 2010).
15
datang terlambat atau bahkan tidak hadir sesi atau menjadi evasive. Hal tersebut
mungkin saja muncul dalam bentuk yang ringan yang susah untuk disadari pada
hubungan sosial yang biasa seperti menghindari membicarakan topik tertentu dan
fokus terhadap aspek insidental dari pengalama0n daripada dari hal yang
sebenarnya secara psikologis berarti, fokus terhadap lingkungan external daripada
peran diri sendiri dalamsuatu peristiwa (Sheddler, 2010).
Berhubungan dengan identifikasi tema dan pola yang telah lalu merupakan cara
memahami bahwa pengalaman yang lalu tersebut terutama pengalaman baru baru
ini dengan beberapa orang, mempengaruhi hubungan dan pengalaman yang terjadi
saat ini. Terapis psikodinamik mengeksplorasi pengalaman yang baru,
menghubungkan antara yang dahulu dan sekarang, dan melakukan suatu cara
dimana pengalaman yang telah lalu tetap menjadi nyata pada saat sekarang.
Fokusnya bukan pada kepentingan pribadi, namun lebih kepada bagaimana masa
lalu membayangi permasalahan psikologis saat ini. Tujuannya yaitu untuk
membantu pasien membebaskan diri dari pengalaman masa lalu agar dapat hidup
lebih berarti di masa sekarang (Sheddler, 2010).
16
Terapi psikodinamik meletakkan fokus pada hubungan pasien dan pengalaman
interpersonal (secara teori object relation dan attachment). Aspek adaptif dan
nonadaptif dari kepribadian seseorang dan konsep diri pada konteks hubungan
keterikatan, dan permasalahan psikologis sering muncul ketika pola masalah
interpersonal terganggu karena kemampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan emosional (Sheddler, 2010).
Berkebalikan dengan terapi yang lain dimana seorang terapis dapat secara aktif
menyusun sesi atau mengikuti agenda yang telah ditentukan sebelumnya, terapi
psikodinamik memungkinkan pasien untuk berbicara bebas tentang apapun yang
sedang dipikirkan. Ketika pasien melakukan ini (kebanyakan pasien
membutuhkan bantuan dari terapis sebelum mereka benar benar dapat berbicara
bebas. Pikiran mereka secara natural dapat meliputi bermacam bidang kehidupan
mental, termasuk keinginan, ketakutan, fantasi, mimpi, dan lamunan (yang dalam
banyak kasus pasien sebelumnya belum mencoba untuk dimasukkan ke dalam
kata-kata. Semua hal ini merupakan suatu sumber informasi penting bahwa
seseorang akan melihat diri sendiri dan orang lain, menginterpretasi dan membuat
17
pengalamannya berarti, menghindari aspek pengalaman atau yang berhubungan
dengan kapasitas potensial untuk menemukan kesenangan dan arti hidup
(Sheddler, 2010).
A. Prinsip Dasar
18
B. Konsep-konsep Teoritik
19
psikodinamika singkat adalah apabila:
1) Adanya pengurangan yang berarti simtom-simtom yang sebelumnya dimiliki
klien.
2) Klien telah memperbaiki secara permanen paling tidak satu kebiasaan,
karakteristik pola kognitif, afektif, atau tingkah laku yang sebelumnya telah
tertanam ke dalam penyesuaian kehidupan dewasa.
3) Adanya kesadaran individu terhadap konflik-konflik pokok yang mereka
miliki.
Seperti telah diurikan pada kriteria sembuh atau ciri efektif konseling,
kriteria adanya perubahan positif sebagai hasil treatment konseling psikodinamika
singkat adalah apabila: 1) adanya pengurangan yang berarti simtom-simtom yang
sebelumnya dimiliki klien, 2) klien telah memperbaiki secara permanen paling
tidak satu kebiasaan, karakteristik pola kognitif, afektif, atau tingkah laku yang
sebelumnya telah tertanam ke dalam penyesuaian kehidupan dewasa. Simtom
dipandang sebagai ujud dari manifestasi konflik-konflik dan masalah- masalah
yang pokok.
Selain itu sebagaimana telah dibicarakan sebelumnya, keberhasilan
perubahan juga ditandai dengan adanya kesadaran individu terhadap konflik-
konflik pokok yang mereka miliki, klien dapat menerima pandangan baru tentang
penyebab-penyebab distress personalnya, kesiapsiagaan untuk berharap,
optimisme, dan memiliki harapan-harapan positif, atau dimilikinya kemampuan
baru untuk menerima/mengalami keadaan-keadaan perasaan dan keadaan-keadaan
20
tubuhnya (Suwarjo, 2010).
Temuan berbagai penelitian menunjukkan bahwa treatmen yang singkat
(melalui konseling psikodinamika singkat) pada hakekatnya dapat memperbaiki
simtom-simtom yang ada, dan bahwa praktek konseling psikodinamika di bawah
kondisi-kondisi singkat ini tidak superior untuk mentreatmen berbagai modalitas.
Ada faktor-faktor yang mungkin berinteraksi secara berbeda-beda
berdasarkan klien konselor (terapis), dan kualitas interaksi klien – konselor.
Faktor-faktor itu adalah:
1) Faktor-faktor umum
Menurut Frank (1971: 350-361) ada enam faktor yang umum pada seluruh
konseling:
21
(pengurangan pengalaman demoralisasi). Frank mencirikan distress sebagai suatu
demoralisasi yaitu suatu keadaan pikiran yang menyertai simtom-simtom.
Seseorang dikatakan mengalami distress apabila dalam dirinya terdapat satu atau
lebih keadaan berikut: keputus-asaan, kehilangan harga diri, perasaan tak berdaya,
keterasingan, dan keadaan tidak berdaya.
2) Faktor-faktor psikodinamik
22
pemahaman akan masalah-masalah psikologis, dan terapi dasar untuk memahami
dan memfasilitasi proses-proses perubahan. Fundamen- fundamen tersebut sama
dengan konseling-konseling psikoanalitik yang lain. Meskipun demikian, dampak
yang paling signifikan pada prosedur-prosedur, muncul dari perspektif temporal.
Persyaratan teknik-teknik psikoanalitik dimodifikasi untuk digunakan dalam
periode waktu yang pendek (12 – 15 sessi), aspek temporal tersebut menekankan
pentingnya beberapa teknik dan mengurangi arti pentingnya yang lain. Peran
sentral dari waktu juga menetapkan persyaratan unik tertentu agar klien
mengevaluasi dan menseleksi, memfokuskan pada kontrak dan terapi, berorientasi
pada terapis, dan pengakhiran treatmen.
1. Strategi dan Prosedur Evaluasi
23
Tiap-tiap formulasi mencakup sintesa dan interpretasi dari informasi-informasi
yang diperoleh selama wawancara evaluasi. Sintesa dan interpretasi dimasukkan
ke dalam hipotesis-hipotesis psikodinamik yang menjelaskan hakekat
perkembangan problem saat ini, dan memberikan fokus treatment. Reformulasi
problem tidak bersifat “teks book”. Reformulasi problem membutuhkan
partisipasi dan kolaborasi antara klien dengan konselor. Klien berbicara dan
memberikan data-data klinis, konselor bertanya dan menginterpretasikan data
(informasi dari klien), memberikan fokus, memberikan pandangan integratif yang
diarahkan dari teori psikodinamik.
c) Pemilihan klien
2. Kontrak Konseling
24
dan konselor berkaitan dengan penyelenggaraan konseling psikodinamika
singkat. Kontrak konseling dilakukan pada awal konseling, setelah proses
evaluasi klien dilakukan. Kontrak berisi dua komponen yaitu persyaratan
struktural (structural requirements) dan fokus konseling (therapeutic focus).
a. Persyaratan struktural
a) Peran klien
Peran yang dituntutkan kepada klien tidak terlalu banyak dan cukup jelas,
yaitu: menghadiri konseling tepat waktu yaitu pada waktu yang telah disepakati
25
bersama dengan konselor, membayar biaya konseling, menyepakati dan
menjalankan kontrak konseling yang telah disepakati, serta melakukan asosiasi
bebas.
b) Peran konselor
Peran yang harus dilakukan konselor sangat terkait dengan kontrak serta
orientasi teknis umum psikoanalisis. Peran konselor adalah 1)mendengarkan
dengan menggunakan “telinga ketiga”. Peran ini meliputi mendengarkan secara
teliti dan mengamati makna-makna yang disadari dan tidak disadari pada tingkah
laku verbal dan non verbal klien; 2) menganalisis, yang melibatkan strategi yang
kompleks tentang klarifikasi, konfrontasi, dan interpretasi; 3) konselor tetap
menjaga jarak psikologis dengan klien.
Aktivitas konselor biasanya dilakukan melalui dua cara yaitu perhatian aktif,
dan pemfokusan. Perhatian aktif merupakan tindakan kognitif dimana konselor
secara aktif terlibat dalam perumusan tujuan-tujuan konseling, dan menilai
kesiapan klien bagi intervensi. Pemfokusan (focusing) adalah tindakan dimana
konselor secara aktif memonitor dan mempertahankan kontrak terapi.
4. Hubungan Klien – Konselor
Transference adalah suatu reaksi klien terhadap konselor yang tidak tepat;
yaitu perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dihasilkan dari tingkah
laku konselor, tetapi lebih merupakan pengulangan reaksi yang terjadi pada
significant others khususnya orang tua selama masa kanak-kanak awal.
Pengalaman-pengalaman interpersonal kritis ini disalah tempatkan atau
ditransfer / dipindahkan kepada konselor sebagai seseorang yang diharapkan oleh
klien (konselor dianggap sebagai figur orang yang berarti bagi klien). Secara
umum, transference dibedakan menjadi positive transference seperti perasaan-
perasaan sexual (loving, liking, trust, approval, dan lain-lain), dan negative
26
transference yang merujuk pada perasaan-perasaan agresif klien terhadap
konselor (perasaan tidak suka, tidak percaya, benci, tidak hormat, dan lain-lain).
b) Aliansi kerja (working alliance)
Aliansi kerja antara klien – konselor adalah hubungan yang rasional dan
bukan hubungan baik yang neurotik. Klien harus mampu menerima dirinya
sendiri dalam proses konseling. Kemampuan untuk mengamati diri
memungkinkan klien bekerja sama dengan konselor dalam menganalisis
transference, resistensi, dan fenomena dinamis lain dari konseling. Dari sisi
konselor, aliansi kerja ditunjukkan dengan gaya empatik konselor, sikap- sikap
yang sensitif, dan pemahaman dan penerimaan konselor terhadap klien.
Menurut Bordin (1979 : 252-260) konsep aliansi memiliki tiga komponen yaitu:
1) kesepakatan antara klien dan konselor pada tujuan-tujuan dan harapan-harapan,
2) spesifikasi tugas-tugas konseling yang didesain pada klien dan konselor, 3)
ikatan afeksi yang muncul tiba-tiba antara klien dan konselor yang mendorong
saling percaya dan saling terikat / saling cocok.
27
BAB III
PENUTUP
28
DAFTAR PUSTAKA
29