Anda di halaman 1dari 8

Biopsikososial dan Psikoterapi

Dalam melakukan psikoterapi, wawancara harus lebih mengutamakan aspek


terapeutiknya; data yang diperlukan akan berangsur terkumpul dengan kian membaiknya
hubungan interpersonal yang terjalin antara dokter dengan pasien, sehingga berartinya
suatu wawancara tergantung dari sifat hubungan terapis dengan pasiennya tersebut.

Dalam melakukan wawancara, hendaknya juga melakukan observasi secara menyeluruh


dengan teliti. Yang kita amati yaitu:

1. Apa yang terjadi pada pasien


2. Apa yang terjadi pada pewawancara atau terapis sendiri
3. Apa yang terjadi di antara terapis dan pasien

Dalam berhadapan dengan pasien, dokter atau terapis mempengaruhi pasien dengan
sikap dan perkataannya, dari menit ke menit, saat ke saat. Dalam hal ini, yang perlu
diperhatikan sebetulnya bukan hanya apa yang kita bicarakan, tetapi juga bagaimana cara kita
melakukannya, kapan (saat waktu yang tepat) kita mengungkapkan hal tertentu yang ingin
kita sampaikan, serta bagaimana hubungan antara si penolong dan yang ditolong. Hal-hal
tersebut dapat membuat pasien menjadi lebih tenang atau sebaliknya menjadi tegang, lebih
terbuka atau tertutup, lebih percaya atau pun curiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa
selalu ada pengaruh terapeutik maupun kontraterapeutik, dan tidak pernah netral sama sekali,
karena setiap orang mempunyai latar belakang kepribadian dan pengalaman hidup yang
berbeda-beda, yang mempengaruhi cara pandang, cara berpikir dan menghayati segala
sesuatu.

Penatalaksanaan pasien gangguan mood harus diarahkan kepada beberapa tujuan.


Pertama, keselamatan pasien harus terjamin. Kedua, kelengkapan evaluasi diagnostik pasien
harus dilaksanakan. Ketiga, rencana terapi bukan hanya untuk gejala, tetapi kesehatan jiwa
pasien kedepan juga harus diperhatikan. Walaupun penatalaksanaan farmakoterapi dan
psikoterapi harus dipikirkan pada pasien, peristiwa kehidupan yang penuh ketegangan dapat
meningkatkan angka kekambuhan. Selanjutnya melalui terapi harus dapat menurunkan
banyaknya stresor yang memperberat kehidupan pasien. Secara keseluruhan, penatalaksanaan
gangguan mood harus diserahkan kepada psikiater.
Psikoterapi

Diberikan untuk membantu pasien mengembangkan strategi coping yang lebih baik dalam
mengatasi stresor kehidupan sehari-hari. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa
psikoterapi merupakan terapi yang bermakna untuk depresi. Pemberian psikoterapi dan obat,
lebih efektif. Terapi gabungan ini lebih baik hasilnya daripada hanya pemberian obat saja.
Pasien juga dapat bertahan lebih lama menggunakan obat bila ia dalam proses psikoterapi.

Jenis psikoterapi yang diberikan, tergantung pada kondisi pasien dan preferensi terapis
maupun dokternya. Yang perlu diingat pada pemilihan jenis psikoterapi yaitu tentang kondisi
pasien: bila pasien dalam kondisi depresi berat, terlebih dengan ciri psikotik, yang dapat
dilakukan hanya psikoterapi suportif, itu pun jangan dihibur atau langsung diberi nasihat
(karena pasien akan bertambah sedih bila tidak mampu melaksanakan nasihat dokternya).
Bila pasien sudah lebih tenang (tidak dipengaruhi gejala psikotiknya), dapat dipertimbangkan
pemberian psikoterapi kognitif, atau kognitif-perilaku atau psikoterapi dinamik.

BPD

Terapi Dialektikal Perilaku (DBT):


1) Terapi ini membantu individu dengan BPD untuk mengembangkan keterampilan
regulasi emosi, interaksi sosial yang sehat, dan toleransi terhadap ketidakstabilan
emosional.
2) Terapis yang terlatih dalam DBT akan bekerja dengan klien untuk membantu mereka
belajar cara mengelola emosi yang intens, mengembangkan keterampilan
interpersonal yang sehat, dan meningkatkan toleransi terhadap ketidaknyamanan.
3) DBT juga mencakup terapi individu dan kelompok, serta pelatihan keterampilan,
seperti keterampilan regulasi emosi, keterampilan toleransi ketidaknyamanan, dan
keterampilan efektif dalam hubungan.

Terapi Psikoterapi:

1) Selain DBT, terapi psikoterapi lainnya juga dapat bermanfaat, terutama terapi kognitif
perilaku (CBT) dan terapi psikodinamik. Terapi ini dapat membantu individu
mengidentifikasi pola pikir dan perilaku negatif yang memengaruhi BPD mereka.
2) Terapi kognitif perilaku (CBT) dapat membantu individu mengubah pola pikir negatif
dan merugikan serta memperbaiki keterampilan pemecahan masalah.
3) Terapi psikodinamik dapat membantu individu memahami akar masalah emosional
mereka dan mengatasi konflik internal yang mungkin menjadi pemicu gejala BPD.

Dukungan Keluarga dan Sosial:

1) Dukungan sosial yang kuat dari keluarga, teman, atau kelompok pendukung dapat
menjadi faktor penting dalam pemulihan individu dengan BPD. Ini dapat membantu
mengurangi isolasi sosial dan memberikan dukungan emosional yang diperlukan.
2) Keluarga juga dapat terlibat dalam terapi untuk memahami BPD dan belajar cara
mendukung individu yang terkena.

Dysthemia

Psikoterapi adalah terapi pilihan untuk problem ini. Psikoterapi diberikan untuk mengatasi
masalah yang menimbulkan depresi dengan berbagai cara. Pertama, konseling yang bersifat
suportif diharapkan dapat membantu mengatasi nyeri, atau mengatasi ketidakmampuannya.
Kedua, terapi kognitif perilaku digunakan untuk mengubah ide pesimisistis, harapan yang
tidak realistik dan kritik diri yang menimbulkan depresi dan penderitaannya. Terapi kognitif
perilaku juga dapat membantu perbaikan dalam menghadapi masalah dan membantu mereka
belajar menerima masalah kehidupan yang tidak dapat berubah. Ketiga, problem solving
therapy biasanya dibutuhkan untuk mengatasi depresi dengan cara mengubah situasi
kehidupan yang menimbulkan stress yang bermakna. Terapi perilaku dapat membantu
perbaikan kempuan coping atau beradaptasi. Terapi interpersonal dapat membantu mengatasi
konflik relasi.

1) Terapi Kognitif

Terapi kognitif adalah teknik di mana pasien diajarkan cara-cara baru untuk berpikir dan
berperilaku untuk menghilangkan sikap dan pikiran negatif negatif yang salah tentang diri
mereka sendiri, dunia, dan masa depan. Ini adalah program terapi jangka pendek yang
bertujuan atau berorientasi pada masalah saat ini dan juga cara memecahkan masalahnya
Terapi ini dapat membantu pasien dalam mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif
yang mungkin memperburuk gejala distimia. Terapi kognitif perilaku (CBT) sering
digunakan untuk membantu pasien belajar mengenali dan mengubah pola pikir negatif serta
mengembangkan strategi koping yang sehat.

2) Terapi Psikodinamik

Terapi Psikodinamik: Terapi ini dapat membantu pasien dalam memahami dan mengatasi
konflik internal yang mungkin berkontribusi pada distimia. Melalui eksplorasi hubungan
antara masa lalu dan pengalaman emosional saat ini, pasien dapat memahami akar masalah
yang mendasari distimia mereka.

3) Terapi Interpersonal

Terapi ini fokus pada interaksi sosial dan hubungan pasien dengan orang lain. Melalui terapi
ini, pasien dapat belajar meningkatkan keterampilan sosial, menyelesaikan konflik
interpersonal, dan memperbaiki dukungan sosial mereka.

4) Terapi Komplementer

Beberapa pendekatan terapi komplementer, seperti olahraga teratur, meditasi, dan yoga, juga
dapat membantu mengurangi gejala distimia dan meningkatkan kesejahteraan emosional
pasien.
Analisis Masalah
a. Mengapa ayah Nn. Siti Serenity tidak mengikuti sesi psikoterapi?
Jawab: Tidak ada alasan dan informasi yang cukup pada skenario, namun terdapat
kemungkinan bahwa ayah Ny. Siti menganggap keluhan atau gangguan mental
anaknya adalah palsu/berpura-pura, ataupun menyalahkan kematian adik Ny. Siti.
Sehingga ayah Ny.Siti pun tidak mendukung jalan nya terapi.
b. Bagaimana seharusnya terapis merespon terhadap Nn. Siti Serenity?
Jawab: Terapis harus memberikan dukungan sesuai batasan dan tidak melakukan
konfrontasi sebelum waktunya. Dengan perlahan, bantu Ny. Siti merenungkan
tindakannya untuk mendapatkan kesadaran atas apa yang Ny. siti lakukan.
c. Bagaimana seharusnya respon seseorang terhadap perasaan orang lain secara
normal?
Jawab: Dengan empati, memvalidasi perasaan seseorang bahwa perasaan itu benar
adanya. Teknik empati ini merupakan salah satu teknik yang sering digunakan untuk
psikoterapi suportif.
d. Bagaimana seharusnya seorang psikiater dalam menanggapi dan bereaksi pada
kejadian borderline personality disorders?
Jawab: Dengan pendekatan yang holistik, komunikasi yang terbuka, dan perawatan
yang terarah, seorang psikiater dapat memainkan peran penting dalam membantu
pasien dengan BPD untuk mengelola gejala mereka, memperbaiki kualitas hidup, dan
memperbaiki fungsi sosial mereka.
e. Bagaimana cara mengurangi atau mengalihkan dampak bullying dan
harassment?
Jawab:

1. Memberikan Dukungan Emosional: Dengarkan dengan empati dan perhatian


penuh pada pengalaman pasien yang mungkin telah mengalami perundungan
atau pelecehan. Validasi perasaan mereka dan tunjukkan empati terhadap apa
yang mereka alami.
2. Melakukan Evaluasi Kesehatan Mental: Lakukan evaluasi kesehatan mental
menyeluruh untuk menilai dampak psikologis yang mungkin terjadi akibat
perundungan atau pelecehan. Ini akan membantu Anda merumuskan rencana
perawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu.
3. Mengajarkan Strategi Penanganan Stres: Bantu pasien mengembangkan
keterampilan pengelolaan stres yang sehat, seperti meditasi, latihan
pernapasan, atau olahraga. Ini dapat membantu mereka mengatasi perasaan
cemas atau trauma yang terkait dengan pengalaman perundungan atau
pelecehan.
4. Mendorong Terapi Psikoterapi: Rujuk pasien ke terapis yang terlatih secara
khusus dalam menangani trauma dan gangguan stres berbasis trauma. Terapi
seperti terapi kognitif perilaku (CBT) atau terapi yang berfokus pada
pemulihan trauma dapat membantu pasien memproses pengalaman mereka
dan mengembangkan strategi koping yang sehat.
5. Mendorong Pembicaraan Terbuka dan Dukungan Sosial: Mendorong pasien
untuk terbuka tentang pengalaman mereka kepada keluarga atau teman dekat
yang dapat memberikan dukungan emosional. Mereka juga dapat diminta
untuk bergabung dengan kelompok dukungan atau komunitas yang memahami
pengalaman yang mereka alami.
6. Berkolaborasi dengan Lembaga Terkait: Kolaborasi dengan sekolah, lembaga
pendidikan, atau lembaga lainnya yang terlibat dalam pendidikan atau
pengawasan anak-anak atau remaja dapat membantu mengatasi masalah
perundungan atau pelecehan di tingkat yang lebih luas.
7. Edukasi dan Kesadaran: Memberikan edukasi kepada masyarakat, termasuk
sekolah, komunitas, dan keluarga, tentang dampak buruk dari perundungan
dan pelecehan serta cara mengenali tanda-tanda dan memberikan dukungan
bagi individu yang terkena dampaknya.
f. Bagaimana seharusnya seorang dokter maupun psikiater merespon terhadap
percobaan pembunuhan diri seseorang?
Jawab: Berikan ruang kepada pasien agar pasien mau berbicara dan berikan respon
yang netral (tidak meng-jugde). Berikan waktu kepada pasien jika pasien tidak mau
berbicara. Memberikan dukungan emosional yang kuat dan menetapkan rencana
perawatan yang tepat adalah kunci dalam mendukung pemulihan pasien dan
mencegah kejadian serupa di masa depan.
g. Apa dan bagaimana pola pengasuhan yang tepat untuk mencegah kejadian
depresi dan border personality disorder?
Jawab:
1. Ciptakan Lingkungan yang Aman dan Stabil: Menciptakan lingkungan yang
stabil dan aman bagi anak sangat penting. Hal ini termasuk menyediakan
rutinitas yang konsisten, memastikan keamanan fisik dan emosional, dan
menunjukkan bahwa Anda dapat diandalkan sebagai figur pengasuh.
2. Tunjukkan Kasih Sayang dan Perhatian: Tunjukkan kasih sayang dan
perhatian kepada anak secara konsisten. Mendengarkan dengan penuh
perhatian, memberikan dukungan emosional, dan memberikan pujian yang
tulus dapat membantu memperkuat ikatan emosional antara anak dan orang
tua.
3. Ajarkan Keterampilan Pengelolaan Emosi: Bantu anak mengidentifikasi dan
mengungkapkan emosi mereka dengan cara yang sehat dan konstruktif.
Ajarkan mereka keterampilan pengelolaan stres, pemecahan masalah, dan
penyelesaian konflik yang efektif.
4. Berikan Batasan yang Jelas: Tetapkan aturan dan batasan yang jelas dengan
konsekuensi yang konsisten. Hal ini akan membantu anak memahami konsep
tanggung jawab dan mengembangkan disiplin diri yang positif.
5. Dorong Kemandirian dan Kepercayaan Diri: Berikan kesempatan bagi anak
untuk mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri mereka dengan
memberikan tanggung jawab yang sesuai dengan usia dan memberikan pujian
saat mereka mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas.
6. Jadilah Teladan yang Baik: Tunjukkan perilaku yang positif dan sehat di depan
anak. Berperilaku dengan cara yang menghormati, empati, dan bertanggung
jawab dapat menjadi contoh yang baik bagi perkembangan anak.
7. Berkomunikasi secara Efektif: Jalin komunikasi yang terbuka dan jujur
dengan anak. Dengarkan dengan penuh perhatian dan dorong mereka untuk
berbicara tentang perasaan mereka tanpa takut dihakimi.
Daftar Pustaka

Amir, N., Kusumawardhani, A., Husain, A., Adikusumo, A., & Damping, C. (2010). Buku
ajar psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (1994). Kaplan and Sadock's synopsis of
psychiatry: Behavioral sciences, clinical psychiatry. Williams & Wilkins Co.

Anda mungkin juga menyukai