KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................5
2.1. Definisi..................................................................................................................5
2.2. Tujuan Psikoterapi.................................................................................................5
2.3. Tahap-tahap psikoterapi........................................................................................7
2.4. Jenis psikoterapi....................................................................................................9
2.5Efektivitas
psikoterapi
36
2.6Hasil
terapeutik
36
BAB
III
PENUTUP
37
DAFTAR
PUSTAKA
39
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini semakin banyak orang yang memiliki masalah dalam hidupnya,
beberapa diantaranya adalah masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain,
masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma, dan
masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang sehari hari.
Sehingga seringkali dokter dalam menjalankan prakteknya pun akan
menghadapi berbagai macam keluhan sebagai pernyataan penderitaannya. Keluhan
tersebut timbul sebagai akibat adanya gangguan fisik, tetapi dapat pula berkaitan
dengan problem emosional atau kedua-duanya dalam waktu bersamaan. Didalam
kepustakaan disebutkan bahwa sekurang-kurangnya 25 30 % dari pasien yang
berobat ke dokter umum datang dengan problem emosional. Disamping itu dalam
menghadapi penyakitnya, akan selalu ada faktor faktor emosional yang bekerja pada
diri pasien, yang dapat mempengaruhi kondisi penyakitnya. Seperti misalnya : dari
pengalaman beberapa dokter disebutkan bahwa beberapa penderita fraktur, penyakit
infeksi, dan lain-lainnya lebih cepat sembuh apabila ada rasa pengharapan pada
dirinya. Tetapi apabila pasien merasa sedih, putus asa, merasa gagal, merasa
ditinggalkan dan dipersalahkan oleh sanak keluarganya, sehingga kesembuhannya
2
bisa berjalan lambat. Atau bahkan tidak akan menunjukkan respons terhadap terapi
walaupun pemberian obat, operasi dan lain-lainnya diberikan secara benar dan tepat.
Tidak jarang pula seorang dokter akan menjumpai reaksi emosional pasien yang akan
menghadapi tindakan pembedahan.
Hal ini mempengaruhi mekanisme daya tahan mental yang dapat
menyebabkan terjadinya neurosis, yaitu suatu gangguan jiwa yang secara struktural
tanpa kerusakan organik dan dapat mempengaruhi kepribadian pasien. Adanya konflik
sering bermanifestasi dalam bentuk fenomena tertentu. Semua gangguan mekanisme
daya tahan mental bersifat selalu melawan atau menentang usaha-usaha terapeutik
yang bertujuan untuk mengubah atau meniadakan gangguan tersebut. Hal ini
memunculkan peranan dari terapi alternatif salah satunya adalah psikoterapi.
Banyak orang yang mencari psikoterapi dengan berbagai alasan, tetapi
kebanyakan dari mereka mencari psikoterapi karena mereka membutuhkan bantuan
untuk masalah masalah yang sangat berat. Kebanyakan orang membicarakan
masalahnya kepada teman dan keluarga, tetapi itu tidak mampu memperbaiki keadaan
dirinya. Psikoterapi merupakan salah satu cara yang tepat untuk membicarakan
masalah dan mendapatkan pemecahannya. Oleh karena itu psikoterapi sangatlah
dibutuhkan dalam penyembuhan pada orang-orang yang memiliki masalah terutama
masalah kesehatan jiwa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI
Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap
gangguan mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan, dan perilaku
agar terjadi keseimbangan dalam diri individu tersebut.1
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam
tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. 6
Psikoterapi adalah terapi yang menggunakan metode dan tehnik psikologik
dan memanfaatkan pengaruh psikologik untuk mencapai hasil terapeutik.
Psikoterapi merupakan suatu seni, dan terapis yang baik dapat membuat
perbedaan yang bermakna. Secara umum, dalam mencari terapi yang cocok untuk
setiap pasien (yaitu, pasien akan merasa nyaman dengan suatu jenis terapi tertentu dan
4
Tujuan Psikoterapi
1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya, dengan kata lain membuat
seseorang itu bahagia dan sejahtera.
2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik
untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun membuat seseorang
tahu dan mengerti tentang dirinya.
3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya.1
Dimana terapis harus melihat keadaan pasien, sejauh mana pasien
membutuhkan bantuan. Wolberg menjelaskan tiga tingkatan psikoterapi. Berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi dibedakan atas tiga tingkatan yaitu:
1. Tingkat Support (Memulihkan Keseimbangan Pasien)
Pada
terapi
suportif,
psikoterapi
bertujuan
untuk
memulihkan
dinamika dan perilaku pasien. Secara teoritis, insight dialami pasien diduga akan
meningkat selama proses psikoterapi dan gejala-gejala akan berkurang seiring
dengan peningkatan tersebut. Individu yang mencapai insight selama proses terapi
menunjukkan penurunan keluhan yang berkaitan dengan tekanan yang dirasakan.
Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga,
psikodrama, dll.
3. Tingkat Insight Therapy (Tujuan Rekonstruktif)
Level ini bertujuan sebagai rekonstruktif. Level ini mengupayakan
tercapainya kesadaran atas konflik-konflik yang tidak disadari dan dengannya
dengan mekanisme pertahanan tertentu. Tujuan utamanya adalah merasakan
emosional yang berawal dari pemahaman total melalui rekonstruksi kepribadian.
Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung,
Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi
psikoanalitik atau dinamik.
2.3
Tahap-tahap psikoterapi :
1. Wawancara awal
a. Kemukakan apa yang akan terjadi selama terapi berlangsung, aturan-aturan
yang akan dilakukan terapi & diharapkan dari pasien, kontrak terapeutik
(tujuan, harapan, kapan, dimana, lama, keterbatasan, dll)
b. Hal apa yang menjadi masalah pasien, pasien menceritakan masalah (ada
komitmen untuk mengkomunikasikan), terapis & pasien bekerjasama.
2. Proses terapi
a. Mengkaji pengalaman pasien, hubungan terapis &pasien, pengenalan
penjelasan pengertian perasaan & pengalaman pasien.
b. Pengertian ke tindakan
c. Terapis bersama pasien mengkaji & mendiskusikan apa yang telah dipelajari
pasien selama terapi berlangsung, pengetahuan pasien akan aplikasinya nanti
di perilaku & kehidupan sehari-hari.
3. Mengakhiri terapi
a. Terapi dapat berakhir jika tujuan telah tercapai, pasien tidak melanjutkan
lagi, atau terapis tidak dapat lagi menolong pasiennya (merujuk ke ahli lain)
b. Beberapa pertemuan sebelum terapi berakhir pasien diberitahu untuk menjadi
lebih mandiri menghadapi lingkungannya nanti. Sehingga pasien dibantu
agar merasa dirinya diterima, aman, dilindungi, diperhatikan, dibesarkan
hatinya dan dikurangi kecemasannya.6
6
Hal yang sebaliknya juga perlu diingat, bahwa wawancara bukan hanya
menghasilkan pengaruh dokter atau terapis atas pasien, namun juga pengaruh
pasien terhadap dokternya. Sang dokter, sadar atau tidak, akan terpengaruh oleh
sikap dan perkataan pasien, yang akan tercermin dalam sikap, perasaan dan
perilakunya sendiri.
(ditambah lagi dengan kehidupan fantasinya sendiri), dokter atau terapis dapat
menjadi tenang, tegang, santai, kuatir, terbuka, tertutup, bosan, sedih, kesal,
malu, terangsang, dll.; perasaan-perasaan tersebut turut menentukan apa yang
dikatakannya
dan
bagaimana ia
mengatakannya. Untuk dapat mengatasi hal ini seorang dokter atau terapis
perlu belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktifnya tersebut, agar
ucapan-ucapan dan sikapnya terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan
profesional dan sedikit mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal
dari respons emosional subyektifnya sendiri.
Agar tujuan terapeutik tercapai, hendaknya senantiasa diusahakan agar dokter
dapatmenciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antaradokter dan
pasien.
2.4
Jenis Psikoterapi
Pemilihan terapi yang sesuai tidak hanya didasarkan pada diagnosis. Tidak
terdapat metode buku masakan sederhana untuk menempatkan seorang individu
dengan diagnosis spesifik ke dalam modalitas pengobatan yang sesuai. Beberapa
faktor disamping diagnosis, perlu dipertimbangkan dengan seksama. Masalah pasien
perlu dipandang dalam konteks kemungkinan penyakit mental bedasarkan biologis
dan dunia intrapsikisnya, gaya kepribadian, kesukaran perilaku dan faktor
8
sosiokultural. Jadi dua individu pada kategori yang sama pada seluruh aksis DSM IIIR dapat merupakan orang yang sama sekaligus berbeda dan memerlukan intervensi
terpeutk yang berbeda.
Jules Masserman telah menulis pengobatan komprehensif secara ekskuisit
disesuaikan dengan umur, keadaan fisik, pendidikan, tingkat intelektual, status
keluarga dan ekonomi, orientasi budaya dan agama, talenta khusus dan petensialitas
individu, sasaran pengobatan dan banyak factor kemungkinan lain. Analisis vector
saling terkait dari pengaruh fisik social dan metapsikologik kemudian dapat mengarah
pada rasional yang lebih komprehensif untuk, dan penerapan yang lebih spesifik dan
efektif, dari berbagai modalitas terap psikiatrik.
Psikoterapi merupakan hubungan ditambah satu kombinasi tekhnik dari
intervensi psikodinamik hingga psikofarmakologik. Karena psikoterapi dari berbagai
kelompok terapi menjadi lebih berpengalaman apa yang sebenarnya mereka lakukan
dalam terapi menjadi semakin mirip. Unsur unsur psikoterapik dapat dipilih untuk
masing masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri ciri ini
dapat diubah dengan berubahnya tujuan terapeutik, keadaan mental dan kebutuhan
pasien. Psikoterapi ditandai dengan tujuan, lingkungan, format, jadwal waktu, tekhnik
dan penggunaan bersamaan modalitas terapeutik lain.3
1. PSIKOANALISIS
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat
tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis, psikoanalisis
adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi.Psikoanalisis dimulai
dengan pengobatan pasien dengan hipnosis. Di tahun 1881 Anna O, seorang
wanita muda neurotik yang menderita gangguan visual dan motorik yang
multipel dan perubahan kesadaran, diobati oleh dokter ahli penyakit daiam
dari Vienne, Josef Breuer. Ia mengamati bahwa gejala pasien menghilang jika
ia mengekspresikannya secara verbal saat dihipnosis. Sigmeun Freud dan
Breuer menggunakan tehknik secara bersama, mereka mendorong pasiennya
untuk berkonsentrasi dengan mata tertutup pada ingatan masa lalu yang
berhubungan dengan gejala mereka. Metoda konsentrasi tersebut akhirnya
menjadi teknik asosiasi bebas. Freud menginstruksikan pasiennya untuk
mengatakan apa saja yang datang ke dalam pikirannya, tanpa menyensor
pikiran mereka. Metoda ini masih sering digunakan sekarang dan merupakan
9
salah satu ciri psikoanalisis, melalui mana pikiran dan perasaan yang berada
dalam alam bawah sadar dibawa ke dalam alam sadar.
Dalam The Interpretation of Drewns Freud menjelaskan model
topografik dan pikiran yang terdiri dari alam sadar (conscious), alam prasadar
(preconscious), dan alam bawah dasar (unconscious). Pikiran sadar dianggap
sebagai kesiagaan. Prasadar, di mana pikiran dan perasaan mudah masuk ke
kesadaran, dan bawah sadar, di mana pikiran dan perasaan tidak dapat disadari
tanpa melewati tahanan yang kuat. Bawah sadar mengandung bentuk fungsi
pikiran nonverbal dan membangkitkan mimpi, parapraksis (lidah terpeleset),
dan gejala psikologis. Psikoanalisis menekankan konflik antara dorongan
bawah sadar dan pertimbangan moral yang dimiliki pasien terhadap impuls
mereka. Konflik tersebut menyebabkan fenomena represi, yang dianggap
sebagai patologis. Asosiasi bebas memungkinkan ingatan yang terepresi
diungkapkan kembali dan dengan demikian berperan dalam penyembuhan.
SADAR
BAWAH SADAR
SUPEREGO
Id
EGO
SADAR
BAWAH SADAR
a. Tujuan
Tujuan utama psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter
individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien.
Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman kanakkanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis,
dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik
menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui.
Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaanperasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman siri lebih penting
lagi. 3
b. Lingkungan Analisis
Analisis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam
mencapai kesadaran diri, kejujuran keefektifan dalam melakukan hubungan
personal, dalam menangani kecemasan secara realistis serta dalam memperoleh
kendali atas tingkah laku yang impulsive dan interpersonal.3Lingkungan analisis
10
yang biasanya adalah pasien berbaring pada dipan atau sofa dan ahli analisis
duduk di sebelahnya, sebagian atau sama sekali di luar lapangan pandang pasien.
Dipan
membantu
ahli
analisis
menimbulkan
regresi
terkendali
yang
perasaan-perasaan,
pengalaman-pengalaman,
asosiasi-asosiasi,
f. Indikasi Terapi
Indikasi utama psikoanalisis adalah konflik psikologis yang berlangsung
lama yang telah menimbulkan gejala atau gangguan. Hubungan antara konflik dan
gejala rnungkin langsung atau tidak langsung. Psikoanalisis dianggap efektif
dalam mengobati gangguan kecemasan tertentu, seperti fobia dan gangguan
obsesif-kompulsif, gangguan depresif ringan (gangguan distimik), beberapa
gangguan kepribadian, dan beberapa gangguan pengendalian impuls dan
gangguan seksual. Tetapi, lebih penting dari diagnosis adalah kemampuan pasien
untuk membentuk persetujuan analitik dan mempertahankan komitmen terhadap
proses analitik yang semakin dalam yang membawa perubahan internal melalui
peningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri. Freud percaya bahwa pasien juga
12
Usia. Biasanya, hanyak ahli analisis percaya bahwa sebagian besar orang
dewasa yang berusia di atas 40 tahun tidak memiliki fleksibilitas yang cukup
untuk perubahan. Tetapi yang lebih penting dari usia adalah kapasitas pasien
individual untuk introspeksi secara bijaksana dan keinginan untuk berubah.
Calon ideal dalah biasanya dewasa muda, anak anak tidak mampu
mengikuti aturan asosiasi bebas.
Pasien juga harus cukup cerdas untuk mengerti prosedur dan untuk bekerja
sama dalam proses.
Klinisi dan peneliti percaya bahwa pasien dengan gangguan kepribadian anti
social adalah prediktor paling negatif dari respon psikoterapi.
Analisis
dengan
sifat
hubungan
teman,
saudara
dan
kenalan
di
13
bersarna-sama
dengan
medikasi
psikotropik
dibandingkan
psikoanalisis.
Psikoterapi psikoanalitik dapat terentang dari wawancara suportif
tunggal, memusatkan pada masalah yang sekarang dan menekan, sampai
terapi selama bertahun-tahun, dengan satu sampai tiga wawancara dalam
seminggu dengan lama yang bervariasi. Berbeda dengan psikoanalisis,
psikoterapi psikoanalitik mengobati sebagian besar gangguan yang dalam
bidang psikopatologi.4
14
b. Tipe
1. Psikoterapi berorientasi tilikan
Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya
dan
kepribadiannya.
Untuk
mencapai
tilikan,
klinisi
harus
sehingga
pasien
dapat
mencoba
untuk
mencapai
menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk
dihadapi. 4
Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau
konbinasi, termasuk :
18
Sikap terapis : dapat menerima keluhan fisik pasien dan tidak langsung
menentangnya, tetapi terapis tidak melakukan eksplorasi keluhan fisik terlalu
jauh.
Pelaksanaan terapi :
o Memberikan bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejala-gejalanya.
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua perasaannya yang
menjadi latar belakang gejala fisik tersebut.
o Terapi penyuluhan agar pasien dapat menemukan strategi alternative dalam
-
mengekspresikan perasaannya.
Gangguan penyesuaian
Sikap terapis : terapis memberikan perhatian, empati, dan memahami pasien secara
berhati-hati agar tidak timbul keuntungan sekunder dalam proses psikoterapi tersebut.
Pelaksanaan terapi :
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua keluhan cemas dan
depresinya.
o Bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejalanya.
o Memberikan penyuluhan agar pasien dapat mengatasi permasalahan yang
mungin akan dihadapinya lagi.1
3. PSIKOTERAPI KELOMPOK
Psikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit
emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang
dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn
menjalani perubahan kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik
dan gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok
untuk membuat perubahan tersebut.
Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam psikiatri
suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang
psikotik yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok
berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan
dengan terapi individual, adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik
segera dan teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi
untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap
berbagai orang, mendapatkan berbagai transferensi.4
a. Berbagai bentuk terapi kelompok
1. Gaya Kepemimpinan
19
perilaku, terapi kelompok Gestalt yang diciptakan dan teori Frederic Pens dan
memungkinkan pasien untuk mengabreaksikan dan mengekspresikan dirinya
sendiri secara penuh, psikoterapi kelompok berpusat klien (client-centered
group psychotherapy), yang dikernbangkan oleh Carl Roger dan didasarkan
pada ekspresi perasaan yang tidak mengadili dari anggota kelompok.4
c. Pemilihan Pasien
Untuk menentukan kecocokan pasien untuk psikoterapi kelompok, ahli
terapi memerlukan sejumlah besar informasi, yang digali dan wawancara
skrining. Dokter psikiatrik harus menggali riwayat psikiatrik dan melakukkan
pemeriksaan.
Pasien dengan kecemasan kekuasaan mungkin dapat bekerja atau tidak
dalam terapi kelompok. Tetapi mereka seringkali mereka menjadi baik di
dalam lingkungan kelompok di banding lingkungan individu. Pasien dengan
cemas kekuasaan yang cukup besar mungkin terhambat, cemas, menentang,
dan tidak mau mengatakan pikiran dan perasaannya di dalam lingkungan
individual, biasanya karena meraa takut akan kecaman atau penolakan dan ahli
terapi.
Pasien dengan kecemasan teman sebaya dengan gangguan kepribadian
ambang dan skizoid, yang memiliki hubungan destruktif dengan teman
sebayanya atau yang terisolasi secara ekstrim dan kontak teman sebaya
biasanya beraksi secara negatif atau cemas jika ditempatkan di lain lingkungan
kelompok. Tetapi, jika pasien tersebut dapat menghilangkan kecemasannya,
terapi kelompok dapat membantu.
Diagnosis gangguan pasien juga sangat penting dalam menentukan
pendekatan terapi yang terbaik dan dalam menilai motivasi pasien untuk
terapi, kapasitas untuk berubah, dan kekuatan dan kelemahan struktur
kepnibadian.
Terdapat beberapa kontraindikasi untuk terapi kelompok. Pasien
antisosial biasanya tidak bekerja di dalam lingkungan kelompok heterogen
karena mereka tidak dapat mengikuti standar kelompok. Tetapi, jika kelompok
terdiri dari pasien antisosial lainnya mereka dapat berespon dengan lebih baik
kepada teman sebayanya dibandingkan kepada tokoh yang dirasakan berkuasa.
Pasien terdepresi menjadi baik setelah mereka mempercayai ahli terapinya.
Pasien yang secara aktif mencoba bunuh diri atau pasien depresi tidak boleh
21
diobati hanya dalam lingkungan kelompok. Pasien manik adalah kacau, tetapi,
jika telah di bawah kendali psikofarmakologi, mereka bekerja baik di dalam
lingkungan
kelompok.
Pasien
yang
delusional
dan
yang
mungkin
kelompok regular atau kecil yang terdiri dan 8 sampai 10 pasien yang bertemu dengan
satu atau dua ahli terapi, sebagai terapi kelompok yang tradisional. Walaupun tujuan
dan masing-masing tipe kelompok adalah berbeda beda, mereka memiliki tujuan
umum:
Memberikan pasien dengan keterampilan interpersonal dan sosial yang lebih baik
Meningkatkan komunikasi antara pasien dan staf. Di samping itu, satu tipe
pertemuan kelompok terdiri hanya staf rumah sakit rawat inap, ini digunakan
untuk meningkatkan komunikasi antara anggota staf dan untuk memberikan
dukungan dan dorongan yang saling menguntungkan dalam pekerjaan mereka
sehari-hari dengan pasien. Pertemuan komunitas dan pertemuan tim, adalah lebih
membantu dalam menghadapi masalah terapi pasien dibandingkan yang diberikan
oleh terapi berorientasi tilikan, yang memiliki bidangnya dalam pertemuan terapi
kelompok kecil.4
Komposisi kelompok. Dua kunci utama dari kelompok rawat inap, yang umum untuk
semua terapi jangka pendek, adalah heterogenitas anggotanya dan cepatnya
pertukaran pasien. Di luar rumah sakit, ahli terapi merniliki banyak pilihan darimana
pasien dipilih untuk terapi kelompok. Di bangsal, ahli terapi memiliki jumlah pasien
yang terbatas darimana pasien dipilih dan lebih dibatasi lagi oleh pasien yang mau
berperan serta dan layak untuk pengalaman kelompok kecil. Dalam situasi tertentu,
peran
serta
kelompok
mungkin
diharuskan
(sebagai
contohnya,
dalam
penyalahgunaan alkohol dan unit ketergantungan zat). Tetapi hal tersebut tidak selalu
berlaku untuk unit psikiatri umum.Pada kenyataannya, sebagian besar kelompok
merasakan lebih baik jika pasien sendiri yang memilih untuk memasuki terapi
kelompok.4
23
3. Kelompok rawat Jalan lawan rawat inap. Walaupun faktor terapetik yang berperan
untuk perubahan pada kelompok kecil rawat inap adalah serupa dengan yang berperan
dalam lingkungan rawat jalan, terdapat perbedaan kualitatif. Sebagai contohnya,
relatif tingginya pertukaran pasien di dalam kelempok rawat inap mempersulit proses
perpaduan. Tetapi kenyataan bahwa semua anggota kelompok bersama-sama di dalam
rumah sakit membantu perpaduan, seperti juga usaha ahli terapi untuk mempercepat
proses, menekankan kemiripan lain. Berbagi informasi, universalisasi, dan katarsis
adaiah faktor terapetik utama dalam bekerja pada kelompok rawat inap. Walaupun
tilikan lebih mungkin terjadi pada kelompok rawat jalan karena sifat mereka yang
jangka panjang, dalam keterbatasan sesion kelompok tunggal, beberapa pasien dapat
memperoleh pengertian baru tentang susunan psikologis mereka. Kualitas unik dari
kelompok rawat inap adalah kontak pasien di luar kelompok, yang luas, saat mereka
tinggal bersama di bangsal yang sama.4
4. Kelompok Menolong Diri Sendiri. Kelompok menolong diri sendiri (self-help
group) adalah orang yang ingin mengatasi masalah atau krisis kehidupan tertentu.
Biasanya disusun dengan tugas tertentu, kelompok tersebut tidak berusaha untuk
menggali psikodinamika individual secara sangat mendalam atau untuk mengubah
fungsi kepribadian secara bermakna. Tetapi kelompok menolong diri sendiri telah
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan emosional banyak orang.
Suatu karakteristik yang membedakan kelompok menolong diri sendiri adalah
homogenitasnya. Anggota ,staf menderita gangguan yang sama, dan mereka berbagi
pengalaman mereka baik dan buruk, berhasil dan tidak berhasil satu sama lainnya.
Dengan melakukan hal tersebut, mereka saling mendidik satu sama lainnya,
memberikan dukungan yang saling menguntungkan, dan menghilangkan perasaan
terasing yang biasanya dirasakan oleh orang yang ditarik ke tipe kelompok tersebut.
Kelompok menolong diri sendiri dan kelompok terapi telah mulai untuk bergabung.
Kelompok menolong diri sendiri telah memungkinkan anggotanya menghentikan pola
perilaku yang tidak diinginkan kelompok terapi membantu anggotanya mengerti
mengapa dan bagaimana mereka seharusnya.4
4. TERAPI JENIS INDIVIDUAL
Psikoterapi wawasan (atau genetik dinamik) (insight psychotherapy)
dibagi menjadi psikoterapi reedukatif dan psiktoerapi rekonstruktif.
24
a. Psikoterapi reedukatif :
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya
lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri
kembali, memodifikasikan tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan
potensi kreatif yang ada. 2
Cara-cara psikoterapi reedukatif antara lain ialah sebagai berikut:
1. Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy)
2. Terapi sikap (attitude therapy)
3. Terapi wawancara (interview therapy)
4. Analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf Meyer)
5. Konseling terapetik
6. Terapi case work
7. Reconditioning
8. Terapi kelompok yang reedukatif
9. Terapi somatik 2
b. Psikoterapi rekonstruktif
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya di
alam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas
daripada
struktur
kepribadian
dan
perluasan
daripada
pertumbuhan
25
26
27
2.
3.
untuk meningkatkan hubungan peran yang sesuai antara jenis kelamin dan
antara generasi
4.
5.
Tujuan akhir adalah untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam sistem yang besar di
dalam masyarakat, yang termasuk bukan saja keluarga besar (extended family) tetapi
juga masyarakat seperti yang diwakili oleh sistem tersebut sebagai sekolah, fasilitas
medis, dan badan sosial, rekreasional, dan kesejahteraan sehingga keluarga tidak
terisolasi.4
b. Teknik Wawancara
Kualitas khusus wawancara keluarga berasal dan dua kenyataan penting:
28
(1) Keluarga datang ke terapi dengan riwayat dan dinamikanya yang terlekat kuat.
Bagi ahli terapi keluarga, hal tersebut adalah sifat kelompok yang te!ah melekat,
lebih dan sekedar gejala, yang berperan dalam masalah klinis.
(2) Anggota keluarga biasanya tinggal bersama-sama dan, dengan suatu tingkat,
tergantung satu sama lainnya untuk kesehatan fisik dan emosionalnya.
c. Teknik Terapi
1. Terapi kelompok keluarga
Terapi kelompok keluarga mengkombinasikan beberapa keluarga ke dalam satu
kelompok tunggal. Masalah bersama adalah saling dibagikan, dan keluargakeluarga tersebut membandingkan interaksi mereka dengan keluarga lain di dalam
kelompok. Kelompok keluarga yang multipel telah digunakan secana efektif
dalam terapi skizofrenia. Orang tua dan anak yang terganggu dapat juga disatukan
bersama-sama untuk berbagi situasi mereka.4
2. Terapi jaringan kerja sosial (social network therapy)
Terapi jaringan kerja sosial mengumpulkan bersama komunitas atau jaringan kerja
sosial pasien yang terganggu, semuanya bertemu di dalam sesion kelompok
bersama dengan pasien. Jaringan kerja adalah termasuk beberapa orang yang
berkontak setiap harinya dengan pasien, bukan hanya keluarga dekat tetapi juga
sanak saudara, teman-teman, pedagang, guru, dan teman kerja.4
3. Terapi paradoksikal
Pendekatan ini, yang dikembangkan dari penelitian Gregory Bateson, terdiri atas
anjuran di mana pasien dilibatkan secara sengaja dalam perilaku yang tidak
diharapkan (dinamakan keputusan paradoksikal ), seperti menghindari objek fobik
atau melakukan ritual kompulsif. Walaupun terapi paradoksikal dan pemakaian
keputusan paradokikal adalah relatif baru, terapi dapat inenciptakan tilikan baru
bagi beberapa pasien. Bahaya dan pendekatan ini adalah bahwa dapat digunakan
dalam cara yang sewenang wenangnya atau rutin.4
4. Konotasi positif
Konotasi positif atau pembingkaian kembali (reframing) adalah pelabelan ulang
semua perasaan atau perilaku yang diekspresikan secara negatif menjadi positif.
Ahli terapi berusaha untuk menjadikan anggota keluarga memandang perilaku dan
bingkai referensi baru sebagai contohnya, Anak ini bandel menjadi Anak ini
mati matian mencoba mengalihkan dan melindungi anda dari apa yang
dirasakannya sebagai perkawinan yang tidak bahagia.4
d. Frekuensi dan Lama Terapi
29
Sesion biasanya dilakukan tidak lebih dan satu kali dalam Seminggu Tetapi,
masing-masing sesion mungkin memerlukan paling lama dua jam. Suatu jadwal yang
fleksibel diperlukan jika keadaan geografis dan personal menimbulkan kesulitan fisik
bagi keluarga untuk hadir bersama sama. Lama terapi tergantung tidak hanya pada
sifat masalah tetapi juga pada model terapetik. Ahli terapi yang menggunakan model
memecahkan masalah saja mungkin mencapai tujuannya dalam beberapa sesion, ahli
terapi yang menggunakan model beronientasi pertumbuhan mungkin bekerja selama
bertahun tahun dalam sesion yang panjang.4
8.
perilaku
dapat
dilakukan
secara
individual
ataupun
secara
berkelompok. Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi
sexual (umpamanya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (umpamanya
30
31
HIPNOTERAPI
Pasien yang dalam trance hipnotik dapat mengingat ingatan yang tidak ada dalam
kesadaran dalam keadaan nonhipnotik. Ingatan tersebut dapat digunakan dalam terapi
untuk memperkuat hipotesis psikoanalitik terlepas dan dinamika pasien atau
memungkinkan pasien menggunakan menggunakan ingatan tersebut sebagai katalis untuk
asosiasi baru.6
a. Indikasi dan Pemakaian
Hipnosis telah digunakan, dengan berbagai tingkat keberhasilan, untuk
mengendalikan obesitas dan gangguan berhubungan zat, seperti penyalahgunaan
alkohol dan ketergantungan nikotin. Cara ini telah digunakan untuk menginduksi
anestesia, dan pembedahan besar telah dilakukan tanpa anestetik kecuali hipnosis.
Hipnosis juga ielah digunakan untuk menangani gangguan nyeri kronis, asma, kutil,
pruritis, aforia, dan gangguan konversi.6
Relaksasi dapat dicapai dengan mudah dengan hipnosis, sehingga pasien dapat
mengatasi fobia dengan mengendalikan kecemasan mereka. Hipnosis juga telah
digunakan untuk menginduksi relaksasi dalam desensitisasi sistematik.
b. Kontraindikasi
Pasien yang dihipnosis berbeda. dalam keadaan ketergantungan atipikal
dengan ahli terapi, sehingga suatu transferensi yang kuat dapat berkernbang, ditandai
oleh perlekatan positif yang harus dihormati dan diinterpretasikan. Dalam keadaan
lain dapat terjadi transferensi negatif pada pasien yang rapuh atau yang memiliki
kesulitan dalam tes realitas. Pasien yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan
34
dasar, seperti pasien paranoid atau yang memiliki masalah pengendalian, seperti
pasien obsesif kompu1sif, adalah bukan calon yang baik untuk hipnosis. Sistem nilai
etik yang kuat adalah penting untuk semua terapi dan khususnya untuk hipnoterapi, di
mana pasien (khususnya mereka yang berada dalam trance) adalah sangat mudah
disugesti dan ditundukkan. Terdapat pertentangan tentang apakah pasien akan
melakukan tindakan selama keadaan trance yang mereka rasakan menjijikan pada
keadaan lain atau yang bertentangan dengan kode moral rnereka. 6
Hipnosa dapat membantu psikoterapi, akan tetapi apa yang dapat dicapai
dengan hipnosa dalam psikoterapi, dapat juga dicapai dengan cara yang lain tanpa
hipnosa. Hipnosa hanya dapat mempercepat pengaruh psikoterapi.
Hal yang penting dalam hipnosa ialah sugesti (bukan kekuatan kemampuan
terapis hipnotisir). Kesadaran pasien menyempit dan menurun, akhirnya ia hanya
menerima rangsangan dari hipnotisir, ia masuk ke dalam keadaan trance mulai dari
ringan sampai ke trance yang dalam dengan kekakuan otot di seluruh badan.
Dalam hipnosa dapat dilakukan analisa konflik-konflik dan sintesa, atau
sintesa dilanjutkan sesudah pasien sadar kembali. Dalam hal ini sugesti dalam waktu
hipnosa dan sugesti sesudah hipnosa dapat dipakai.2,3,4
11. NARKOTERAPI
Secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum dengan efek yang pendek
(umpamanya penthothal atau amital natrium). Dalam keadaan setengah tidur pasien
diwawancara, konflik dianalisa, lalu disintesa. Bahan yang timbul sewaktu
narkoterapi dapat juga dipakai dalam sintesa sesudah pasien sadar kembali.
Narkoterapi dengan narkoanalisa dan narkosintesa itu membantu psikoterapi.
Pemakaian narkoanalisa di luar bidang pengobatan (umpamanya untuk pengusutan
perkara bagi penelitian) tidak dapat dibenarkan, baik atas dasar etik dan moral,
maupun teknis-medis (apa yang dikatakan oleh individu dalam keadaan itu tidak
selalu benar, tetapi mungkin karena sugesti pemeriksa; jadi obat yang dipakai untuk
narkoanalisa bukan merupakan serum kebenaran yang sungguh-sungguh, seperti
apa yang pernah dihebohkan oleh surat kabar dan oleh majalah).2
2.5
EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI
35
2.6
Hasil Terapeutik
Hasil utama dan terakhir dari suatu teknik pertolongan, berupa :
-
BAB III
KESIMPULAN
36
37
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif, et al. Kapita selekta kedokteran. Media Aesculapius. 2001
2. Maramis WF; Psikoterapi, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa ed. 7, Airlangga University,
1998 : hal : 483-497.
3. Tomb, David A: Buku Saku Psikiatri, ed-6, EGC, 2004
4. Kaplan, Sadocks ; Psikoterapi, Sinopsis Psikiatri, Edisi Ketujuh, Jilid 2, hal 383
442.
5. Corey Gerald; Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Refika Aditama.2009
6. Hukom.A.J,dr. Hypnotherapy. Yayasan Dharma Graha, 1979 :hal: 9-14
7. Bachtiar, Didi. Tatalaksana Psikoterapi Untuk Pasien Mental. Grafika Utama Sakti.
1977.
39
40