Anda di halaman 1dari 4

Perawatan Gigi dan Mulut Penderita Cerebral Palsy

Untuk penatalaksanan cerebral palsy, tidak ada terapi spesifik. Terapi


bersifat simptomatik, yang diharapkan akan memperbaiki kondisi.1
Pandangan bahwa penyandang Cerebral Palsy harus dijauhkan dari
masyarakat karena mereka merupakan orang yang tidak berguna, harus
ditinggalkan. Para penyandang Cerebral Palsy perlu mendapatkan pelayanan
kesehatan khususnya kesehatan gigi, sama seperti orang normal. Bahkan mereka
perlu mendapat perhatian khusus terutama dalam upaya kesejahteraan sosial,
pendidikan, serta masalah dirinya sendiri untuk hidup bermasyarakat. Oleh karena
itu, penderita penyandang Cerebral Palsy mempunyai hak yang sama seperti
orang normal untuk mendapatkan perawatan kesehatan, pengobatan yang efektif,
lauhan dan rehabilitasi, serta harus didekati secara etik. Perawatan kesehatan
khususnya kesehatan gigi dan mulut akan lebih bermanfaat bila dititik beratkan
dalam usaha pencegahan. Sebagaimana diketahui bahwa penyandang cerebral
palsy mempunyai masalah keadaan fisik dan mentalnya. Dengan demikian adanya
upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut secara dini, merupakan pilihan utama.2
Perawatan gigi dan mulut penderita Cerebral Palsy merupakan masalah
yang perlu dicarikan jalan keluarnya. Yang dimaksud masalah disini yaitu bahwa
terdapatnya kesulitan baik dalam hal penanggulangan tingkah laku maupun
pengobatannya sendiri. Penanggulangan tingkah laku penderita perlu perhatian
yang lebih khusus, terutama waktu pertama kali kunjungan. Sedangkan
penanggulangan pengobatannya diperlukan ketrampilan khusus. Penangulangan
perawatan penderita Cerebral Palsy harus merupakan suatu tim yang terdiri dari
psikiater, psikolog, pekerja sosial, dokter dan dokter gigi, serta tim yang
berhubungan dengannya. Seorang dokter gigi yang hendak merawat penderita
Cerebral Palsy kemungkinan besar memerlukan konsultasi dengan pihak lainnya,
misalnya dengan dokter, atau psikolog. Oleh sebab itu adanya kerja sama yang
baik diantara tim tersebut, sangat mempengaruhi keberhasilan perawatan yang
dilakukan.2
Dalam bidang kedokteran gigi penanggulangan Cerebral Palsy haruslah
meliputi tiga pokok kesehatan meliputi pencegahan, pengobatan dan perbaikan
pengembalian fungsi. Pencegahan yang dimaksud untuk mencegah terjadinya
kerusakan gigi, terutama diberikan sejak pertama kali gejala dini Cerebral Palsy
ditemukan. Pengobatan diberikan untuk mencegah meluasnya kerusakan serta
akibat-akibat yang ditimbulkannya. Sedangkan perbaikan pengembalian fungsi
adalah memperbaiki kerusakan yang telah lanjut dengan mengembalikannya ke
bentuk semula. Usaha mengembalikan ketiga pokok kesehatan tersebut, pada
umumnya tidak terlepas dari hasil pemeriksaan yang ditemukan serta gejala yang
ada. Untuk itu pemeriksaan perlu dilakukan selengkap mungkin sehingga
membantu diagnosa yang ditegakkan, perawatan yang direncanakan, serta
prognosanya. Atas dasar alasan tersebut diatas, baiklah kita tinjau bentuk kelainan
yang sering dijumpai pada gigi dan mulut penderita. Penderita Cerebral Palsy
mempunyai pola erupsi gigi sulung yang terlambat. Sedangkan insiden kehilangan
dini gigi sulung tinggi, sehingga gigi tetap akan erupsi lebih cepat terutama gigi
premolar dan caninus. Salah satu akibat kehilangan dini gigi sulung timbul
kontraksi otot.2

Usaha pencegahan karies dini sebaiknya lebih diutamakan. Terutama


untuk menghindari kasus pencabutan gigi yang terpaksa dilakukan. Seperti yang
telah disebutkan diatas, terjadinya kasus pencabutan prematur dapat menimbulkan
penderita kekurangan nutrisi, akibat kurang berfungsinya sistim pengunyahan
yang baik. Pemakaian gigi tiruan sulit diterapkan pad penderita, hal ini mungkin
bukan disebabkan penderita yang kurang kooperatif, melainkan ketidak mampuan
penderita akibat adanya aktifitas otot yang tidak terkontrol. Pelayanan kesehatan
gigi dan mulut sulit dilakukan secara menyeluruh, karena terdapatnya kelainan
fisik dan mental. Di samping itu, adanya pengaruh obat-obatan yang diminum dan
mempunyai efek samping terhadap kesehatan gingiva.2

Pada umumnya perawatan penderita Cerebral Palsy tidak berbeda dengan


pera penderita biasa. Hanya perawatan penderita Cerebral Palsy memerlukan
ketenangan, keyakinan, kesabaran di samping ketrampilan khusus terutama dalam
usaha penanggulangan tingkah laku, pemeriksaan yang lebih mendalam, serta
ketrampilan dalam melakukan perawatan. Untuk melakukan perawatan gigi
penderita Cercbral Palsy, digolongkan atas tingkatan kecerdasan serta
kemampuan fisik penderita, yaitu sebagai berikut. Pertama penderita yang
mempunyai kecerdasan cukup serta mempunyai cacat fisik ringan. Kedua
penderita yang mempunyai kecerdasan cukup, akan tetapi mempunyai cacat fisik
yang berat. Ketiga penderita yang tidak dapat diberi pelajaran/intruksi, tapi masih
dapat diberi latihan-latihan sederhana Keempat penderita yang mengalami cacat
fisik dan mental berat yang memerlukan bimbingan orang lain. Penanggulangan
perawatan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan penderita sebagaimana
tersebut di atas. Penderita dengan kasus ringan perawatan dilakukan seperti
layaknya anak normal. Sedangkan pada kasus cacat fisik dan mental yang berat,
perlu perawatan khusus secara menyeluruh yang disesuaikan dengan kemampuan
fisiknya.2

Keberhasilan perawatan tergantung dari kerjasama dan komunikasi verbal


serta non verbal yang dilakukan antara dokter gigi dengan penderita. Dalam hal
ini diperlukan kesabaran yang lebih dari dokter gigi sehubungan dengan
keterbatasan penderita. Penderita cerebral palsy mengalami gerakan tak terkontrol
mencakup daerah orofasial seperti menggigit dan memasukan sesuatu pada
mulutnya, reflek menggerak-gerakan kepala, sering tersedak, tertelan.3

Mengingat prevalensi yang lebih tinggi terjadinya penyakit gigi dan mulut
pada pasien dengan kebutuhan khusus dibandingkan dengan anak normal, maka
perlu ditekankan pada orang tua pasien untuk lebih intensif memeriksakan giginya
secara teratur. Penting pula mengingatkan bagi orang tua untuk senantiasa
melakukan pendekatan pada anak dengan kehangatan, kasih sayang, dan
kesabaran yang tinggi, sehingga anak dapat menikmati perawatan dengan rasa
aman.
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak (IKA) FKUI. 2007. Buku kuliah ilmu
kesehatan anak. Jakarta : Infomedika Jakarta.
2. Sutadi, Heriandi. 1995.Masalah Perawatan Gigi dan Mulut Anak Penderita
Cerebral Palsy. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Vol.3
No.2
3. Syarif WS. Perawatan Dental Anakdengan Cerebral Palsy. Bagian Ilmu
Kedokteian Gigi Anak. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Bandung. Prosiding Temu Ilmiah Bandung Dentistry 9. Aston
PrimeraPosteur. 2012. p.242-3.

Anda mungkin juga menyukai