Anda di halaman 1dari 13

Klasifikasi Diagnosis Endodontik berdasarkan AAE (Diagnosis Pulpa, Diagnosis

Periapikal dan klasifikasi fraktur gigi

Terminologi diagnostik endodontik didasarkan pada tanda dan gejala klinis, gambaran
radiografi, serta ada tidaknya pembengkakan. Diagnosis endodontik lengkap terdiri atas dua:
1. Diagnosis pulpa
2. Diagnosis periapikal

DIAGNOSIS PULPA
1. Pulpa Normal
Kategori diagnosis klinis ini ditandai dengan pulpa tidak menunjukkan simptom
apapun dan memberi respon terhadap tester pulpa elektrik. Pada saat diperiksa
menggunakan tes termal, pulpa normal akan menghasilkan respon positif yang ringan
dan segera reda bila stimulus dihilangkan.
2. Pulpitis Reversibel
Kategori diagnosis klinis pulpitis reversibel mengindikasikan bahwa inflamasi pulpa
harus ditangani dan pulpa akan kembali normal. Karies, retakan, prosedur restoratif,
trauma, atau diskrepansi oklusal dapat menyebabkan inflamasi pulpa. Keluhan utama
pasien biasanya sensitivitas terhadap dingin atau panas. Tes termal menghasilkan
respon yang kuat, tetapi ketika stimulus dihilangkan, ketidaknyamanan juga akan
hilang. Hasil dari tester pulpa elektrik adalah responsif. Perawatan yang dilakukan
adalah Pembuangan karies atau penyebab penyakit lain seperti cavit, menutup dentin
yang terbuka, desemsitisasi, penyembuhan inflamasi jaringan pulpa serta restorasi
atau penambalan.

3. Pulpitis Ireversibel
Kategori diagnosis klinis pulpitis reversible mengindikasikan bahwa pulpa vital
yang mengalami inflamasi tidak dapat sembuh. Pasien memiliki riwayat nyeri
spontan dan mengeluhkan respon yang kuat terhadap dingin atau panas yang tetap
bertahan setelah stumulus dihilangkan. Gigi yang bersangkutan biasanya responsif
terhadap tes pulpa elektrik. Gigi yang bersangkutan juga seringkali memiliki
riwayat restorasi yang luas dan/ atau karies, atau trauma. Secara radiografi, ruang
ligamen periodontal tampak normal, sedikit melebar, atau menampilkan
radiolusensi yang berbeda. Perawatan yang dapat di lakukan pada kasus pulpitis
irreversible adalah Pulp capping, pulpotomi, pulpektomi vital, pulpektomi devital.

- Simptomatik : Kategori diagnosis klinis Symtomatic Pulpitis Irreversible


mengindikasikan bahwa pulpa vital yang mengalami
inflamasi tidak dapat sembuh. Pasien memiliki riwayat
nyeri spontan dan mengeluhkan respon yang kuat terhadap
dingin atau panas yang tetap bertahan setelah stumulus
dihilangkan. Gigi yang bersangkutan biasanya responsif
terhadap tes pulpa elektrik. Gigi yang bersangkutan juga
seringkali memiliki riwayat restorasi yang luas dan/ atau
karies, atau trauma. Secara radiografi, ruang ligamen
periodontal tampak normal, sedikit melebar, atau
menampilkan radiolusensi yang berbeda.
Pada kasus pulpitis irreversibel simptomatik, pasien akan
menghindari temperatur yang ekstrim bagi gigi. Sebagai
contoh, pasien datang pada klinik gigi dan menyesap
segelas air es atau mengaplikasikan es pada area yang
nyeri. Pada kasus ini, dingin meringankan nyeri pasien,
karena pulpa gigi telah mengalami allodynia dan
hiperalgesik. Ketika hal ini terjadi, suhu tubuh normal
menyebabkan nosiseptor terhenti. Simptom akan kembali
bila aplikasi es dihentikan dan hal ini dapat digunakan
sebagai tes diagnostik.

- Asimptomatik : Kategori diagnosis klinis Asymtomatic Pulpitis Irreversible


mengindikasikan bahwa pulpa vital yang terinflamasi sudah
tidak dapat sembuh. Deskriptor tambahan: tidak ada
simptom klinis namun terdapat inflamasi yang disebabkan
oleh karies, ekskavasi karies, atau trauma. Resorpsi internal
dan pulpitis hiperplastik (pulpa polip) merupakan contoh
lain pulpitis irreversibel asimptomatik.
4. Nekrosis Pulpa
Kategori diagnostik klinis nekrosis pulpa mengindikasikan kematian pulpa gigi. Pulpa
tidak akan merespon tes pulpa elektrik – tidak ada respon (no response/ NR) di atas
80. Pulpa juga tidak merespon tes termal. Gigi dengan pulpa nekrosis biasanya
asimptomatik kecuali inflamasi telah berkembang hingga jaringan periradikuler.
- Nekrosis pulpa parsialis : pada tes termis – bereaksi atau tidak bereaksi
tes jarum miller – bereaksi
pemeriksaan Ro – terlihat adanya perforasi
Perawatan: Pulpektomi

- Nekrosis pulpa totalis : tes termis, tes pulpa elektrik, tes kavitas – tidak
bereaksi
pemeriksaan Ro – kavitas atau tumpatan besar,
jalan terbuka ke saluran akar, penebalan ligamen
periodontal. Dapat juga disebabkan oleh trauma.
Perawatan: Endodontik intrakanal

5. Pulpless Tooth
Gigi telah dirawat saluran akar sebelumnya. Kategori diagnosis klinis ini
mengindikasikan bahwa gigi telah dirawat endodontik sebelumnya dan saluran akar
telah diobturasi dengan berbagai bahan atau medikamen saluran akar. Gigi seharusnya
tidak dapat merespon tes pulpa elektrik atau tes termal. Gigi yang telah dirawat
sebelumnya biasanya asimptomatik kecuali terjadi kebocoran mikro di korona atau
sebuah saluran akartidak terdeteksi sebelumnya.

Gigi telah menjalani perawatan inisial. Kategori diagnosis klinis ini


mengindikasikan bahwa gigi telah dirawat sebelumnya dengan perawatan endodontik
sebagian (misalnya pulpotomi, pulpektomi). Gigi ini tidak dapat merespon tes pulpa
elektrik atau tes termal. Gigi yang telah menjalani perawatan inisial sebelumnya
biasanya asimptomatik kecuali jaringan inflamasi masih ada, termasuk saluran akar
yang tidak terdeteksi sebelumnya, atau terjadi kebocoran mikro di korona.

DIAGNOSIS PERIAPIKAL
1. Jaringan Apikal Normal
Jaringan apikal normal tidak sensitif terhadap tes perkusi dan palpasi. Pada gambaran
radiografi, lamina dura disekeliling akar intak, dan ruang periodontal ligamen sama
rata.

2. Periodontitis Apikal Simptomatik


Periodontitis Apikal Simptomatik terjadi bila ada inflamasi pada periodonsium di
apikal. Periodontitis apikal simptomatik dapat terjadi sebagai akibat dari trauma
oklusal. Pasien umumnya mengeluhkan rasa tidak nyaman saat menggigit atau
mengunyah. Gigi dapat menunjukkan berbagai kondisi yang mendekati diagnosis
penyakit pulpa. Sensitivitas terhadap perkusi merupakan tanda yang penting dari hasil
tes diagnostik. Tes palpasi dapat menghasilkan respon sensitif atau tidak ada respon.
Pada gambaran radiografi, ruang ligamen periodontal tampak normal, sedikit melebar,
atau menunjukkan radiolusensi yang berbeda.

3. Periodontitis Apikal Asimptomatik


Kondisi ditandai oleh inflamasi dan destruksi jaringan apikal yang berasal dari pulpa
tanpa simptom klinis. Proses inflamasi menyebabkan resorpsi tulang apikal yang
bermanifestasi sebagai radiolusensi apikal pada radiograf. Secara klinis, pasien
asimptomatik. Pulpa tidak memberi respon terhadap tes vitalitas dan tes pulpa
elektrik. Perkusi dan palpasi menghasilkan respon non-sensitif.

4. Abses Apikal Akut


Abses apikal akut merupakan reaksi inflamasi terhadap infeksi dan nekrosis pulpa
yang ditandai oleh onset yang cepat, nyeri spontan, gigi lemah terhadap tekanan,
pembentukan pus, dan pembengkakan jaringan sekitarnya. Pembengkakan biasanya
terbentuk di vestibulum bukal, pada area lingual/palatal atau sebagai infeksi rongga
fasial, bergantung pada lokasi apeks gigi dan perlekatan otot. Tes perkusi
menghasilkan respon yang sangat sensitif. Respon tersebut dapat membantu dalam
membedakan periodontitis apikal simptomatik dan tahap awal abses apikal akut. Tes
palpasi juga menghasilkan respon sensitif. Pada gambaran radiografi, rongga ligamen
periodontal terlihat normal, sedikit lebar, atau menunjukkan radiolusensi yang
berbeda. Patosis apikal ini dapat terjadi bila pulpa nekrosis atau gigi telah menjalani
perawatan endodontik namun kontaminasi bakteri tetap berlangsung dan/ atau terjadi
kebocoran.

5. Abses Apikal Kronis


Abses apikal kronis merupakan reaksi inflamasi terhadap infeksi dan nekrosis pulpa
yang ditunjukkan oleh onset yang berangsur-angsur, rasa tidak nyaman ringan,
drainase intermitten melalui sinus tract. Secara klinis, pasien biasanya asimptomatik
karena sinus tract memudahkan drainase eksudat dari jaringan apikal. Tes pulpa
elektrik dan tes termal tidak menghasilkan respon. Tes perkusi dan palpasi biasanya
menghasilkan respon non-sensitif. Pada radiograf, lesi apikal berhubungan dengan
gigi. Kondisi tersebut juga dapat terjadi pada gigi yang tidak memiliki pulpa dan
telah menerima perawatan endodontik parsial atau definitif bila kontaminasi bakteri
terus berlangsung dan/ atau timbul kebocoran restorasi.

6. Condensing Osteitis
Pada radiograf, kelainan tampak sebagai lesi radiopak yang difus yang menghasilkan
reaksi pada tulang yang terlokalisir terhadap stimulus inflamasi yang rendah, biasanya
tampak pada apeks gigi. Stimulus inflamasi kronis dapat berasal dari pulpa nekrotik,
riwayat restorasi yang luas, atau retakan. Pasien asimptomatik atau menunjukkan
berbagai simptom pulpa. Tes elektrik pulpa dan tes termal dapat menghasilkan respon
atau tidak. Gigi bisa saja sensitif atau tidak terhadap tes perkusi dan palpasi. Pada
gambaran radiografi, gigi yang terlibat tampak mengalami peningkatan radiodensitas
dan opasitas disekitar satu akar atau lebih. Condensing osteitis dapat dianggap sebagai
lesi yang benar-benar berasal dari kelainan endodontik (lesion of endodontic origin/
LEO) karena 85% radiodensitas apikal akan berkurang setelah terapi endodontik.

7. Focal Osteopetrosis (Periapical Osteosclerosis)


Kelainan ini bukan merupakan LEO. Pasien asimptomatik. Gigi memberi respon
normal terhadap tes pulpa elektrik dan tes termal, dan tidak sensitif terhadap tes
perkusi dan palpasi. Gigi yang terlibat biasanya tidak direstorasi atau memiliki pulpa
normal. Pada gambaran radiografi, gigi yang terlibat tampak mengalami peningkatan
radiodensitas dan opasitas disekitar satu akar atau lebih. Tidak perlu dilakukan
perawatan namun perlu dilakukan pemeriksaan secara periodik.
FRAKTUR GIGI
Fraktur gigi merupakan salah satu dari penyebab utama kerusakan pada gigi setelah

karies dan penyakit jaringan periodontal. Fraktur gigi adalah suatu kondisi gigi geligi

yang memperlihatkan hilangnya atau lepasnya fragmen dari suatu gigi utuh. Kondisi ini

biasanya disebabkan oleh trauma pada bagian wajah atau gigi geligi seperti olahraga

yang melakukan kontak fisik atau terlibat dalam kecelakan mobil (Andreasen et

al.,2011).

1. Klasifikasi

Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifi kasi fraktur pada gigi anterior menurut

banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu:


a. Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email.

Ini adalah fraktur relatif tidak berbahaya melibatkan terluar permukaan gigi .

Hal ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit

b. Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan

dentin tetapi belum melibatkan pulpa. Fraktur ini menembus lapisan kedua

gigi yang cenderung sensitif terhadap suhu panas atau dingin.

c. Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan

menyebabkan terbukanya pulpa.

d. Kelas 4 : Fraktur pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan

atau tanpa kehilangan struktur mahkota.

e. Kelas 5 : Fraktur pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.

f. Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.

g. Kelas 7 : Fraktur pada gigi yang menyebabkan perubahan posisi atau

displacement gigi.

h. Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO (1978) memakai klasifikasi dengan nomor kode

yang sesuai dengan ICD (International Classification of Diseases), sebagai berikut:

a. 873.60: Fraktur email yang meliputi email dan mencakup gumpilnya email,

fraktur tidak menyeluruh atau retak pada email.

b. 873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa terbukanya

pulpa. Fraktur sederhana yang mengenai email dan dentin, pulpa tidak

terbuka.

c. 873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa. Fraktur yang rumit yang

mengenai email dan dentin dengan disertai pulpa yang terbuka.


d. 873.63: Fraktur akar. yang hanya mengenai sementum, dentin, dan pulpa.

Juga disebut fraktur akar horizontal.

e. 873.64: Fraktur mahkota-akar. Fraktur gigi yang mengenai email, dentin, dan

sementum akar. Bisa disertai atau tidak dengan terbukanya pulpa.

f. 873.66: Luksasi. Pergeseran gigi, mencangkup konkusi (concussion),

subluksasi, luksasi lateral, luksasi ekstruksi, dan luksasi intrusi.

g. 873.67: Intrusi atau ekstrusi.

h. 873.68: Avulsi. Pergeseran gigi secara menyeluruh dan keluar dari soketnya.

i. 873.69: Injuri lain, seperti laserasi jaringan lunak (Ellis and Davey,1970).

Andreasen juga mengklasifikasikan injuri pada tulang pendukung dan injuri pada mukosa
mulut. Menurut Andreasen dalam bukunya Patologi Gigi Geligi Kelainan Jaringan Keras
Gigi, secara garis besar fraktur gigi digolongkan menurut penyebabnya sebagai berikut:
a. Fraktur Spontan Merupakan jenis fraktur yang diakibatkan oleh adanya tekanan
pengunyahan. Pada hal ini elemen-elemen email gigi mengalami atrisi dan aus karena
adanya gesekan pada saat mengunyah. Keadaan ini bisa menyebabkan gigi mengalami
fraktur. Fraktur spontan lebih sering terjadi pada gigi molar satu bawah.
b. Fraktur Traumatik Fraktur traumatik terjadi akibat adanya benturan keras yang
bersifat tibatiba. Fraktur traumatik biasanya tidak terjadi pada bayi dibawah umur 1
tahun karena pengaruh aktivitas yang dilakukannya. Penyebab fraktur yang sering
terjadi adalah benturan akibat kecelakaan atau karena dipukul. Berdasarkan bagian
yang mengalami fraktur, fraktur traumatrik dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai
berikut:
1) Fraktur Mahkota
Fraktur mahkota merupakan jenis fraktur yang terjadi pada bagian email
hingga ke bagian tulang gigi dengan atau tanpa patahnya sebagian elemen.
Dalam hal ini, yang termasuk dalam jenis fraktur ini adalah jenis fraktur Ellis
1 dan Ellis 2. Fraktur mahkota juga dapat dibagi menjadi:
a. Infraksi Mahkota: Pada jenis ini, pada beberapa kasus fraktur yang
terjadi tidak membentuk suatu patahan, namun hanya berupa garis
retak saja yaitu sekitar 10-13%. Retak biasa mencapai dentin hingga
pulpa.
b. Fraktur Mahkota Tanpa Komplikasi: Merupakan fraktur yang terjadi
pada sebagian email, dan dentin. Fraktur ini biasanya terjadi pada gigi
anterior dan patah pada bagian sudut mesial maupun sudut distal.
Biasanya jenis fraktur ini tidak menimbulkan rasa sakit, namun apabila
fraktur terjadi hingga mencapai dentin, maka rasa sakit akan terasa
terutama pada saat makan maupun karena perubahan suhu. Rasa sakit
pada saat mengunyah juga bisa terjadi karena jaringan periodontal juga
mengalami kerusakan.
c. Fraktur Mahkota dengan Komplikasi: Pada jenis fraktur ini, bagian
besar mahkota dan tulang gigi patah sehingga pulpa terbuka dan
mengalami pendarahan kapiler. Rasa sakit biasanya timbul pada saat
mengunyah dan jika terjadi perubahan suhu. Sekitar 4% penderita
fraktur gigi mengalami fraktur jenis ini.
2) Fraktur Akar
Fraktur akar terjadi pada daerah sekitar akar gigi. Diagnosis fraktur dapat
ditegakkan melalui pemeriksaan foto rontgen untuk mengetahui kondisi gigi
yang mengalami fraktur.
a. Fraktur Mahkota Akar Fraktur mahkota akar yang terjadi dari insisal
sampai 2-3 mm di bawah pengikatan gingival pada elemen pada arah
vestibulolingual, dan pulpa sering terlibat dalam hal ini. Pada gigi
premolar atas, tonjol vestibular sering patah. Pada kasus yang terakhir,
bagian yang patah biasanya ditahan pada tempatnya oleh serabut
periodontal, sehingga retak pada mulanya kurang menarik perhatian.
Keluhan yang terjadi pada pasien seperti keluhan pada pulpitis, dan
sakitnya akan bertambah ketika digunakan untuk menggigit.
b. Fraktur Akar Gigi yang baru erupsi memiliki resiko untuk lepas dari
alveolus apabila terjadi benturan, sedangkan gigi yang telah tumbuh
sempurna memiliki resiko patah.
Andreasen (1981) juga mengklasifikasi trauma terhadap gigi berdasarkan gejala pada
gambaran klinis, seperti:
a. Perubahan warna email menjadi lebih putih atau kuning hingga
kecokelatan.
b. Perubahan warna email yang mengalami hipoplasia, menjadi lebih
putih atau kuning hingga kecokelatan.
c. Dilaserasi mahkota.
d. Malformasi gigi.
e. Dilaserasi akar.
f. Gangguan pada erupsi.

Gambaran Klinis
Menurut klasifikasi fraktur dari Ellis, fraktur terdiri dari empat kelompok
dasar:
1. Fraktur Email
Fraktur mahkota sederhana tanpa mengenai dentin.

2. Fraktur Dentin
Tanpa Terbukanya Pulpa Fraktur mahkota yang megenai cukup banyak dentin,
tanpa megenai pulpa.

3. Fraktur Mahkota dengan Terbukanya Pulpa


Fraktur mahkota yang mengenai dentin dan menyebabkan pulpa terbuka.
4. Fraktur Akar
Fraktur terbatas pada akar gigi yang melibatkan sementum, dentin, dan pulpa

Gambaran Radiologi
Foto rontgen penting sebelum membuat diagnosis pada pasien, dan dari foto
tersebut kita dapat melihat batas fraktur sampai mana. Dari foto tersebut, lokasi yang
mengalami fraktur akan muncul gambaran garis yang radiolusen.

a b c d

a. Fraktur email ; b. Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa ; c. Fraktur mahkota


dengan terbukanya pulpa ; d. Fraktur akar
Penanganan Fraktur Gigi
1 Fraktur email
Fraktur email hanya lapisan pertama gigi dan mudah dirawat dengan
restorasi estetik. Apabila tidak terdapat perpindahan tempat gigi
(displacement), hasil perawatan umumnya baik dan jarang terjadi komplikasi.
2 Fraktur pada email dan dentin
Apabila jaringan pulpa terbuka, bakteri dan produknya dapat masuk
kejaringan pulpa dan akhirnya menyebabkan peradangan pada jaringan pulpa.
perawatan yang dilakukan bertujuan untuk melindungi pulpa dari gangguan
luar dan merestorasi gigi agar dapat berfungsi dengan baik dan estetik. Gigi
terus dimonitor selama 2 bulan untuk mengetahui kondisi pulpa. komplikasi
jarang terjadi dan biasanya tidak diperlukan perawatan saluran akar.
3 Fraktur pada akar
Pada fraktur ini, seluruh jaringan di sekitar gigi telah terinfeksi.
Perawatan yang dilakukan adalah splinting selama lebih kurang 6 minggu dan
kemudian gigi dikembalikan ke tempat semula.

Splinting adalah prosedur dimana gigi ditopang dalam posisi tertentu


untuk jangka waktu tertentu. Hal ini dilakukan pada gigi yang terkena trauma
atau gigi yang jaringan pendukungnya terinfeksi penyakit, sehingga gigi tidak
terdukung dengan baik. Splinting dilakukan dengan cara mengikat
sekelompok gigi bersama sehingga daya kunyah ditahan oleh sekelompok
gigi, tidak hanya oleh gigi yang terinfeksi
4 Fraktur pada gigi dengan melibatkan jaringan pulpa
Jaringan pulpa terlihat sebagai jaringan berwarna kemerahan. Pada
kasus dimana luas jaringan pulpa yang terbuka tidak terlalu besar dan bersih,
gigi dapat langsung ditumpat. Pada kasus dimana jaringan pulpa yang terbuka
agak besar, perawatan pulpotomi sebagian merupakan salah satu pilihan
perawatan. Sebagian jaringan pulpa dibuang dan diletakkan obat-obatan agar
jaringan pulpa dapat sembuh. Pada kasus yang agak rumit, perawatan saluran
akar mungkin perlu dilakukan.

Reference :
Andreasen JO, Bakland LK, Flores MT, Andreasen FM, and Anderson L. 2011. Traumatic
Dental Injuties -A Manual, Third Edition. United Kingdom : Willey Blackwell
p:18-21
Craig, R. G., Power, J. M., 2004. Restorative Dental Material. 11th ed. St. Louis : W. B.
Saunders; 232, 241
Trope M, Chivian N, Sigurdsson A & Vann WF. 2002. Traumatic Injuries Pathways of the
Pulp. 8 ed. St.Louis:Mosby:.p 603-622
Walton, RE. Dian M. Totmrabi Aejad. 2002. Principles and practice of Endodontics 3th ed.
Philadephia : Wb. Sounders
Weine F. 1995. Endodontic Therapy. 5 ed. St Louis: Mosby;:216-218,726-727

Anda mungkin juga menyukai