Anda di halaman 1dari 19

Nama : Siti Nurul Khadijah

Stambuk : 16220172004

1. Jelaskan tujuan perawatan endodontic


2. Sebut dan jelaskan indikasi dan kontraindikasi perawatan endodontic
3. Sebut dan jelaskan diagnosis penyakit pulpa dan periapical
4. Jelaskan Teknik preparasi saluran akar
5. Jelaskan bahan-bahan irigasi beserta fungsinya
6. Jelaskan Teknik obturasi saluran akar
7. Jelaskan prosedur pembuatan pasak
8. Sebut dan jelaskan indikasi dan kontraindikasi pasak
9. Sebut dan jelaskan jenis-jenis pasak
10. Sebut dan jelaskan akhiran preparasi

Jawaban :

1. Tujuan perawatan endodontik adalah untuk mempertahankan vitalitas pulpa, merawat gigi
yang mengalami kerusakan dan nekrosis pulpa, serta merawat gigi yang mengalami
kegagalan perawatan sebelumnya agar gigi tersebut tetap dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, dan dapat bertahan selama mungkin dilengkung gigi didalam rongga mulut.
Sumber : Nisha garg., Amit garg. Text book of endodontics 2nd ed. Jaypee Brothers Medical
Publishers. New Delhi, India; 2010.

2. Indikasi dan kontraindikasi perawatan endodontik


Secara umum indikasi perawatan endodontic adalah :
1) email yang tidak di dukung oleh dentin
2) gigi dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis sebagian
maupun gigi sudah nonvital
3) kelainan jaringan periapeks pada gambaran radiografi kurang dari sepertiga apeks
4) mahkota gigi masih bisa direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar
restorasi jembatan)
5) gigi tidak goyang dan periodonsium normal
6) foto ronsen menunjukkan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apical, tidak ada
granuloma
7) kondisi pasien baik
8) pasien ingin giginya dipertahankan dan bersedia untuk memelihara kesehatan gigi dan
mulutnya

Sedangkan kontraindikasi secara umum perawatan endodontic adalah :


1) Fraktur akar gigi yang vertical
2) Tidak dapat lagi dilakukan restorasi
3) Kerusakan jaringan periapical melibatkan lebih dari sepertiga panjang akar gigi
4) Resoprsi tulang alveolar melibatkan setengah dari permukaan akar gigi
5) Kondisi sistemik pasien seperti diabetes yang tidak terkontrol

Sumber : Zulfi A. Root canal treatment in permanent teeth of children with gutta percha.
Jurnal PDGI. Vol. 65, No. 2, Mei-Agustus 2016. 60–67

3. Diagnosa penyakit pulpa dan periapical


Penyakit pulpa:
1) Pulpitis reversible
Pulpitis reversibel adalah kondisi peradangan pulpa ringan sampai sedang yang
disebabkan oleh rangsangan berbahaya di mana pulpa mampu kembali ke keadaan
normal setelah pengangkatan rangsangan.
Diagnosis
 Gejala
-Nyeri: Berasa tajam tapi durasinya singkat, berhenti saat iritan dihilangkan. Biasanya
disebabkan oleh rangsangan dingin, manis dan asam.
• Pemeriksaan visual: Dapat menunjukkan adanya karies, oklusi traumatis, dan fraktur
yang tidak terdeteksi.
• Radiografi:
- menunjukkan lamina dura normal, jaringan periapikal normal.
- Kedalaman karies atau restorasi mungkin terlihat
• Tes perkusi: Menunjukkan respon negatif, yaitu gigi normal terhadap perkusi dan
palpasi tanpa adanya mobilitas.
• Tes vitalitas: Merespon rangsangan dingin dengan mudah. Tes elektrik pulpa
membutuhkan lebih sedikit arus untuk menyebabkan rasa sakit
2) Pulpitis irreversible
Adalah kondisi inflamasi pulpa yang persisten, bergejala atau asimtomatik, yang
disebabkan oleh stimulus atau rangsangan. Ini memiliki tahap akut dan kronis pada
pulpa.
Diagnosis
 Pemeriksaan visual : saat pemeriksaan, mungkin akan terlihat rongga dalam yang
melibatkan pulpa atau karies sekunder di bawah restorasi
• Radiografi:
- Dapat menunjukkan kedalaman dan luasnya karies
- Area periapikal menunjukkan tampilan normal tetapi sedikit pelebaran mungkin
terlihat pada pulpitis stadium lanjut.
• Perkusi: Gigi lunak saat perkusi (karena peningkatan tekanan intrapulp sebagai akibat
dari jaringan inflamasi eksudatif)
• Tes vitalitas:
- Tes termal: Pulpa hiperalgesik lebih mudah bereaksi terhadap rangsangan dingin
daripada gigi normal, nyeri dapat menetap bahkan setelah rangsangan iritan
dihilangkan.

3) Pulpitis hiperplastik kronis


Adalah respons inflamasi jaringan ikat pulpa terhadap iritan. Di sini nyeri tidak ada
karena aktivitas inflamasi eksudatif berkurang dan penurunan tekanan intrapulpa yang
sesuai ke titik di bawah ambang batas reseptor nyeri.
Diagnosis
 Nyeri: Biasanya tidak ada.
 Bentuk hiperplastik menunjukkan massa pulpa kemerahan dan berdaging yang
memenuhi sebagian besar ruang atau rongga pulpa (Gbr. 3.22). Ini kurang sensitif
dari pulp normal tetapi mudah berdarah saat diperiksa.
 Perubahan radiografi menunjukkan :
- Periodontitis apikal kronis pada kasus yang berlangsung lama.
- Pada pasien muda, iritasi jangka panjang tingkat rendah merangsang deposisi
tulang periapikal, yaitu kondensasi osteitis.
 Radiografi menunjukkan area tulang padat di sekitar apeks gigi yang terlibat.
 Tes vitalitas :
- Gigi dapat merespon dengan lemah atau tidak sama sekali terhadap tes termal,
kecuali jika seseorang menggunakan suhu dingin yang ekstrim
- Diperlukan arus lebih dari normal untuk mendapatkan respon dari tes elektrik pulp.
4) Resorpsi internal
Resorpsi internal dimulai di dalam rongga pulpa dan mengakibatkan hilangnya substansi
dari jaringan dentin.
Diagnosis
• Secara klinis: penampilan "gigi merah muda"
• Perubahan radiografi:
- Pembesaran saluran pulpa yang radiolusen
- Garis besar saluran akar asli terdistorsi
- Perubahan tulang hanya terlihat ketika perforasi akar menjadi ligamen periodontal
terjadi.
• Tes pulpa: Positif, meskipun bagian koronal pulpa nekrotik, pulpa apikal mungkin vital.

5) Nekrosis pulpa
Nekrosis pulpa atau kematian pulpa adalah suatu kondisi setelah pulpitis yang tidak
diobati. Jaringan pulpa menjadi mati dan jika kondisinya tidak diobati.
Diagnosis
• Nyeri: Tidak ada pada nekrosis lengkap.
• Riwayat pasien mengungkapkan trauma masa lalu atau riwayat nyeri hebat yang telah
berlangsung selama beberapa waktu diikuti dengan penghentian nyeri secara total dan
tiba-tiba.
• Perubahan radiografi: Radiografi menunjukkan rongga besar atau restorasi atau
tampilan normal kecuali jika disertai periodontitis apikalis atau osteitis kondensasi.
• Tes vitalitas: Gigi tidak sesuai dengan tes vitalitas. Tetapi gigi yang memiliki banyak
akar dapat menunjukkan respon yang beragam karena hanya satu saluran yang memiliki
jaringan nekrotik. Kadang-kadang gigi dengan nekrosis likuifaksi dapat menunjukkan
respons positif terhadap tes elektrik ketika arus listrik dialirkan melalui kelembapan yang
ada di saluran akar.
• Pemeriksaan visual: Gigi menunjukkan perubahan warna seperti tampilan kusam atau
buram karena kurangnya tembus cahaya yang normal
• Histopatologi: Jaringan pulpa nekrotik, puing-puing seluler, dan mikroorganisme
terlihat di rongga pulpa. Jika ada keterlibatan periodontal bersamaan, mungkin ada
sedikit bukti peradangan.

Penyakit periapikal
1) Abses apikal akut
Adalah kumpulan nanah yang terlokalisasi di tulang alveolar di apeks akar gigi,
setelah kematian pulpa dengan perluasan infeksi melalui foramen apikal ke jaringan
periradikuler.
Diagnosa
• Pemeriksaan klinis.
• Tes vitalitas pulpa memberikan respon negatif.
• Nyeri pada perkusi dan palpasi.
• Gigi mungkin sedikit bergerak dan keluar dari soketnya.
• Radiografi membantu dalam menentukan gigi yang terkena karena dapat
menunjukkan karies atau bukti kerusakan tulang di apeks akar

2) Abses phoenix/recrudescent abscess


Abses Phoenix didefinisikan sebagai reaksi inflamasi akut yang ditumpangkan pada
lesi kronis yang sudah ada, seperti kista atau granuloma. Dengan kata lain, abses
phoenix adalah eksaserbasi akut dari lesi kronis.
Diagnosa
• Paling sering dikaitkan dengan permulaan perawatan saluran akar
• Tes pulpa menunjukkan respon negatif
• Radiograf menunjukkan area radiolusen yang luas di apeks yang dibuat oleh
jaringan ikat inflamasi yang telah menggantikan tulang alveolar di apeks akar.
• Histopatologi abses phoenix menunjukkan area nekrosis likuifaksi dengan leukosit
polimorfonuklear hancur dan sisa-sisa sel dikelilingi oleh makrofag, limfosit, sel
plasma di jaringan periradikuler.
• Abses Phoenix harus dibedakan dari abses alveolar akut dengan riwayat pasien,
gejala dan hasil uji klinis.

3) Abses alveolar kronis


Abses alveolar kronis juga dikenal sebagai periodontitis apikalis supuratif yang
berhubungan dengan keluarnya iritan secara bertahap dari sistem saluran akar ke
area periradikuler yang mengarah ke pembentukan eksudat.

Diagnosa;
Abses apikal kronis dapat berhubungan dengan gigi tanpa gejala atau sedikit gejala.
Pasien mungkin memberikan riwayat nyeri tajam mendadak yang mereda dan tidak
kambuh lagi. Pemeriksaan klinis mungkin menunjukkan paparan karies yang besar,
restorasi komposit, akrilik, amalgam atau logam, atau perubahan warna mahkota
gigi. Ini berhubungan dengan gejala hanya jika saluran drainase sinus tersumbat. Tes
vitalitas menunjukkan respon negatif karena adanya nekrotik pulpa.

4) Periodontitis apikalis akut


Periodontitis apikalis akut didefinisikan sebagai peradangan periodonsium yang
menyakitkan akibat trauma, iritasi atau infeksi melalui saluran akar, terlepas dari
apakah pulpa vital atau nonvital. Ini adalah peradangan di sekitar puncak gigi.
Tanda dan gejala
• Gigi terasa lunak saat perkusi
• Nyeri, berdenyut, dan terus-menerus
• Nyeri terjadi dalam waktu singkat
• Tes vitalitas negatif atau tertunda
• Tidak ada pembengkakan
• Nyeri saat menggigit
• Dingin bisa meredakan nyeri atau tidak ada reaksi
• Panas dapat memperparah nyeri atau tidak adanya reaksi
• Tidak ada tanda radiografi; terkadang terjadi pelebaran ruang ligamen periodontal.

5) Granuloma periapical
Granuloma periapikal adalah salah satu gejala sisa pulpitis yang paling umum.
Biasanya digambarkan sebagai massa jaringan granulasi yang meradang kronis yang
ditemukan di apeks gigi non vital
Gambaran klinis
• Sebagian besar kasus tidak bergejala tetapi kadang nyeri dan sensitivitas terlihat
saat eksaserbasi akut terjadi
• Gigi tidak sensitif terhadap perkusi
• Tidak ada mobilitas
• Jaringan lunak yang menutupi area mungkin / mungkin tidak lunak
• Tidak ada respons terhadap tes termal atau elektrik
• Kebanyakan, lesi ditemukan pada pemeriksaan radiografi rutin.

6) Kista radikuler
Kista radikuler adalah kista inflamasi yang terjadi akibat perluasan infeksi dari pulpa
ke jaringan periapikal sekitarnya.
Gambaran Klinis
• Kista seringkali asimtomatik. Biasanya ditemukan saat radiografi periapikal gigi
dengan pulpa nonvital diambil.
 Insiden :
- Laki-laki lebih terpengaruh daripada perempuan.
• Usia:
– Insiden puncak terjadi pada dekade ketiga atau keempat.
• Letak :
- Tertinggi di rahang atas anterior
- Pada gigi posterior rahang bawah, timbul kista kecil yang terpisah dari setiap apeks
gigi multi-akar.
• Pembengkakan yang perlahan membesar, terkadang mencapai ukuran yang besar.
• Saat kista membesar, ukuran tulang yang menutupi menjadi tipis
• Di rahang atas, ekspansi palatum terutama terlihat pada kasus insisivus lateral
rahang atas.
• Gigi yang terkena biasanya nonvital, berubah warna, retak atau menunjukkan
kegagalan saluran akar

7) Resorpsi akar eksternal


Resorpsi adalah suatu kondisi yang terkait dengan proses fisiologis atau patologis
yang mengakibatkan hilangnya substansi dari jaringan seperti dentin, sementum,
atau alveolar. Pada resorpsi akar eksternal, resorpsi akar mempengaruhi sementum
atau dentin akar. Dapat berupa:
• resorpsi akar apikal
• resorpsi akar lateral
• resorpsi akar serviks.
Gejala
• Asimtomatik selama perkembangan
• Ketika akar benar-benar terserap kembali, gigi menjadi bergerak
• Ketika resorpsi akar luar meluas ke mahkota, akan muncul tampilan “Gigi merah
muda”
Sumber : Nisha garg., Amit garg. 2014. Textbook of Endodontics 3 Edition. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher

4. Teknik preparasi saluran akar


1) Teknik Konvensional (Saluran akar lurus)
DIAGNOSTIC WIRE PHOTO (DWP)
- Setelah orifice didapat, maka digunakan jarum miller atau file berukuran 10-15 ke
dalam saluran akar yang diberi tanda stopper menggunakan bahan yang bersifat
radiopaque (tampak warna putih bila dibuat Rӧ photo) untuk pengukuran panjang gigi.
- Lakukan rontgen foto, untuk DWP.
PANJANG KERJA
- Kemudian dilakukan penghitungan panjang gigi dengan rumus:
PGS= PGF x PAS
PAF
Keterangan:
PGS = panjang gigi sesungguhnya
PGF = panjang gigi pada foto
PAS = panjang alat sesungguhnya
PAF = panjang alat pada foto

Tahap Preparasi :
1. Untuk preparasi saluran akar gunakan File type K dengan gerakan memutar kemudian
ditarik keluar saluran akar, yang sebelumnya telah diberi stopper sesuai panjang kerja.
2. File dimasukkan ke dalam saluran akar sebatas stopper yang diletakkan setinggi puncak
tertinggi bidang incisal.
3. File untuk preparasi digunakan secara berurutan mulai dari nomer terkecil yang dapat
masuk ke dalam saluran akar sesuai panjang kerja (pada setiap gigi tidak sama) sampai
nomer terbesar seimbang dengan diameter saluran akar.
4. Setiap penggunaan file untuk preparasi digunakan pelumas/pelunak dentin untuk
mengatasi penyumbatan saluran akar (gel EDTA, RC-Prep).
5. Selama preparasi dan setiap pengeluaran file dari saluran akar perlu dilakukan irigasi
dengan NaOCl dan aquadest yang dimasukkan dalam syringe untuk membersihkan sisa
jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah.
6. Bila terjadi penyumbatan dalam saluran akar sehingga panjang kerja tidak tercapai, maka
diulangi preparasinya menggunakan file yang lebih kecil kembali.
7. Tahapan preparasi selesai, jika jaringan dentin telah bersih dan halus (dapat dilihat dari
bersihnya jarum preparasi setelah dikeluarkan dari dalam saluran akar). Setelah preparasi
selesai, keringkan dengan paper point yang telah disterilkan.

2) Teknik Stepback ( Akar bengkok dan sempit pada 1/3 apikal)


DIAGNOSTIC WIRE PHOTO (DWP)
- Setelah orifice didapat, maka digunakan jarum miller atau file berukuran 10-15 ke
dalam saluran akar yang diberi tanda stopper menggunakan bahan yang bersifat
radiopaque (tampak warna putih bila dibuat Rӧ photo) untuk pengukuran panjang gigi.
- Lakukan rontgen foto, untuk DWP.
PANJANG KERJA
- Kemudian dilakukan penghitungan panjang gigi dengan rumus:
PGS= PGF x PAS
PAF
Keterangan:
PGS = panjang gigi sesungguhnya
PGF = panjang gigi pada foto
PAS = panjang alat sesungguhnya
PAF = panjang alat pada foto

Tahap Preparasi :
1. File dimasukkan ke saluran akar sesuai panjang kerja kemudian dilakukan gerakan
pull and push motion. Preparasi dimulai dari ukuran terkecil sampai nomer 25
sesuai panjang kerja. File nomer 25 disebut dengan master apical file (MAF).
2. Preparasi dilanjutkan dengan file nomer 30 dengan panjang kerja dikurangi 1mm
dari MAF.
3. Preparasi dilanjutkan lagi dengan file nomer 35 dengan panjang kerja dikurangi
2mm dari MAF.
4. File berikutnya nomer 40 dengan panjang kerja dikurangi 3mm dari MAF,
demikian pula untuk file berikutnya nomer 45 sampai 60 atau 80.
5. Setiap pergantian file, perlu dilakukan pengontrolan panjang kerja semula dengan
menggunakan file nomer 25. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyumbatan saluran akar oleh serbuk dentin yang terasah.
6. Selama preparasi dan setiap pengeluaran file dari saluran akar perlu dilakukan irigasi
dengan NaOCl dan aquadest yang dimasukkan dalam syringe untuk membersihkan
sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah.
7. Setiap penggunaan file untuk preparasi digunakan pelumas/pelunak dentin untuk
mengatasi penyumbatan saluran akar (gel EDTA, RC-Prep).
8. Tahapan preparasi selesai, jika jaringan dentin telah bersih dan halus (dapat
dilihat dari bersihnya jarum preparasi setelah dikeluarkan dari dalam saluran
akar). Setelah preparasi selesai, keringkan dengan papper point yang telah
disterilkan.

Sumber: BPSL. 2016-2017. Buku praktikum skill lab Konservasi gigi. Brawijaya. Jawa Timur

3) Teknik CDP dengan Menggunakan Protapper (SA Ganda)


Tahapan Kerja :
1. Pemasangan rubber dam dan saliva ejector
 Acces Opening: Pembuatan access opening (lihat gambar access opening)
Dimulai dengan menggunakan endo access bur no.2 atau no.3 hingga didapatkan glide
path (bebas hambatan, lurus membentuk akses straight line), menuju letak orifice
terbesar terlebih dahulu (sesuai anatomi gigi) dan diteruskan sampai mencapai ruang
pulpa
Yang perlu diperhatikan :
 Semua jenis karies dibersihkan agar kontaminasi ruang pulpa dan saluran akar dapat
dihindari
 Pada gigi dengan nekrosis pulpa apabila ada sebagian jaringan pulpa yang masih vital
(terasa sakit) maka dapat dilakukan anastesi untuk mengurangi rasa sakit
2. Penentuan panjang kerja
Diagostic Wire Photo (DWP)
Untuk menentukan panjang kerja perlu dilakukan diagnostic wire photo dengan cara
memasukkan k file nomor kecil yang diberi stopper sesuai panjang rata-rata gigi
dikurangi 1-2 mm (stopper diletakkan pada bagian cusp yang tertinggi) atau pada
daerah yang cukup resistensinya,kemudian dilakukan Ro photo.Dari hasil tsb dilakukan
perhitungan panjang gigi dengan
3. Preparasi saluran akar dengan teknik standar
Persiapan preparasi daerah 2/3 koronal
 Gunakan K file no.10,15 ke dalam saluran akar tanpa tekanan. Hingga mencapai 43-
4mm sebelum apical untuk mendapatkan jalan masuk ke dalam saluran akar
 Gunakan lubricant selama preparasi saluran akar (RC prep,glyde)
 Lakukan irigasi pada setiap pergantian alat preparasi
Pembentukkan preparasi daerah 2/3 koronal (protaper hand used)
 Gunakan file ukuran S1(protapper) hingga terasa longgar di daerah 3-4mm sebelum
apikal
 Kemudian cek debris yang berada pada flute seharusnya tidak ada debris pada daerah
apical S1(3-4mm) sebelu apical
 Pada tahap ini file S1 harus terasa longgar di daerah 3-4 mm
 Apabila terasa ada hambatan atau jalan masuk orifecebulum lancer,gunakan sx
terlebih dahulu
Persiapan preparasi daerah 1/3 apikal
 Masukkan kembali file ukuran 10,15 dengan menggunakan lubrikan sebagai pelican
untuk mendapatkan panjang kerja (dilakukan perhitungan DWP)
 Lakukan irigasi pada setiap pergantian alat preparasi
Pembentukkan preparasi daerah 1/3 apikal
 Gunakan file ukuran S1 sesuai panjang kerja
 Kemudian gunakan S2 sampai terasa adanya tahanan pada panjang kerja yang sudah
dicapai sebelumnya
 Apabila terasa ada hambatan atau jalan belum lancar, gunakan sx terlebih dahulu
 Irigasi tetap dilakukan setiap pergantian alat preparasi
Finishing daerah 2/3 koronal dan 1/3 apikal
 Gunakan F1 hingga mencapai panjang kerja, gerakan protaper hand use adalah
putaran searah jarum jam ¾ putaran kemudian berlawanan jarum jam ketika menarik
file
 File tipe K no 20 dimasukkan ke dalam saluran akar untuk mengukur diameter apikal
(re chek)
 Apabila file tipe K no.20 terasa longgar, maka preparasi di lanjutkan ke F2 dengan RE-
chek file K no.25
 Apabila masih terasa longgar lanjutkan preparasi ke F3 dengna Re-chek file K no.30
 Antara pergantian file dilakukan irigasi saluran akar
 Setiap pergantian nomor alat preparasi saluran akar K file harus dilakukan irigasi
saluran akar menggunakan jarum irigasi (syrnge injection 2 ml) dan dilakukan
rekapitulasi
 Irigasi menggunakan NaOCL 2,5% atau CHX 1-2% dan dibilas dengan akuades steril
 Jarum syringe untuk irigasi cukup kecil sehingga dapat masuk saluran akar, irigasi
secara perlahan-lahan (secara bertahap setiap 0,5ml) tanpa tekanan.

4. Mencoba gutta : Memilih gutta point sesuai standar ISO. Kemudian diberi tanda (sesuai
panjang kerja) dan dicoba dimasukkan ke dalam saluran akar dan diperoleh tug back
 Dilakukan trial photo untuk mengetahui ketetapan dari gutta point (hermetis)
5. Dressing :Dressing menggunakan golongan kalsium hidrosksida metapste ultracal
maupun golongan antibiotic

6. Obturasi dengan teknik single cone

 Siapkan gutta point dan pada saluran akar


 Tumpatan sementara dan bahan CaOH2 dikeluarkan dahulu dengan cara melakukan
irigasi sampai saluran akar bersih
 Saluran akar dikeringkan dengan paper point steril
 Guttap point (standarisasi point ISO) yang sudah ada pada saat trial dimasukkan ke
dalam saluran akar yang disertai pengulasan pasca saluran akar dengan
menggunakan jarum lentulo, kemudian dimasukkan ke dalam saluran akar sesuai
panjang kerja secara perlahan-lahan dan dipotong 1 mm dibawah orifice
menggunakan ekskavator yang dipanaskan setelah itu ditutup dengan cotton pellet
dan tumpatan sementara kemudian dilakukan Ro photo obturasi

7. kontrol : Dilakukan 1 minggu setelah obturasi. Yang diperiksa :

 Anamnesa : ada tidaknya rasa sakit dapat berfungsi dengan baik


 Pemeriksaan klinis: perkusi tumpatan sementara masih baik keadaan jaringan lunak
sekitarnya baik RO photo evaluasi baik .
(Logbook Konservasi FKG UMI)

5. Bahan-bahan irigasi dan fungsinya


Bahan irigasi saluran akar adalah bahan yang digunakan untuk meminimalkan atau
menghilangkan popuasi mikroorganisme pada sistem saluran akar pada saat prosedur
preparasi atau pasca preparasi saluran akar sebelum diobturasi.
Sumber : Guttman J.L. dkk. Problem solving in endodontics 4 Ed. St Louis: Mosby; 2006. 142-
155
Ada berbagai jenis bahan irigasi yang digunakan antara lain sebagai berikut;
1) NaOCl/sodium hipoklorit
Merupakan bahan irigasi yang paling dgunakan saat ini. Konsentrasi yang biasa
digunakan adalah 0,5%, 1%, 2,5%,dan 5,2%. Berfungsi sebagai debridement, pelumas,
antimikroba dan dapat melarutkan jaringan lunak.
2) Ethylene Diamine Tetraacetic (EDTA)
Selain sebagai bahan disinfektan, EDTA merupakan bahan khelasi yang berfungsi
membersihkan dan melebarkan saluran akar. EDTA juga mempunyai fungsi melarutkan
lapisan smear terutama unsur anorganiknya. Konsentrasi yang biasa digunakan antara
15%-17%.
3) Chlorhexidine
Merupakan antiseptic kuat bentuk larutan yang secara luas digunakan sebagai plaque
control secara kimiawi di dalam rongga mulut dengan konsentrasi 0,1%-0,2%. Sebagai
bahan irigasi saluran akan konsentrasi yang digunakan 0,12% dan untuk sterilisasi
saluran akar 2%. Sebagai bahan disinfeksi saluran akar juga tersedia dalam bentuk konus
yang terdiri dari chlorhexidine 5% yang ditambahkan didalam gutta perca padat.
4) CaOH2/Kalsium hidroksida
Merupakan bahan disinfeksi saluran akar untuk perawatan endodontic masa kini.
Sebagai bahan irigasi kalsium hidroksida digunakan dalam bentuk larutan dengan
konsentrasi 10%, sedangkan sebagai bahan sterilisasi saluran akar diaplikasikan
dalambentuk pasta non setting atau konus padat. Pemakaian yang terbanyak adalah
sebagai bahan sterilisasi saluran akar.
Sumber : Ema M. Peran bahan disinfeksi pada perawatan saluran akar. Maj Ked Gr,
Desember 2011; 18(2): 205-209

6. Teknik obturasi saluran akar


Teknik pengisian saluran akar dengan gutta percha yang biasa digunakan yaitu teknik
kondensasi lateral dan teknik kondensasi vertical.
Teknik kondensasi lateral dengan cara :
1) pilih kon gutta percha utama (master apical cone) yang nomornya sama dengan MAF.
Potong sesuai panjang gigi. MAC dapat disterilkan dalam sodium hipoklorit sekitar 1 menit
2) letakkan kon dalam saluran akar yang kering. Pangkalnya harus rata dengan permukaan
insisal atau oklusal gigi. Buat radiograf untuk menentukan apakah kon telah mengisi saluran
dengan tepat di bagian apikal dan lateral, 1-2 mm dari apeks
3) periksa radiograf dan bila kon gutta percha tidak sesuai, betulkan atau pilih kon lain dan
buat radiograf
4) campur siler saluran akar pada glass labyang steril dengan spatula steril. Uji
konsistensinya yang tepat. Ambil semen dengan lentulodan lapisi permukaan saluran akar
5) keringkan kon gutta percha dengan udara dan lapisi separuh apikal kon dengan semen.
Masukkan ke dalam saluran sampai permukaan yang sebelumnya telah diukur
6) dengan menggunakan spreader isi saluran dengan kon gutta percha tambahan
(kondensasi lateral)
7) potong pangkal gutta percha dengan instrumen panas dan hilangkan kelebihannya dari
kamar pulpa

Teknik Kondensasi vertical :


1) kon gutta percha utama (master apical cone) sesuai dengan MAF dipaskan pada saluran
akar
2) dinding saluran akar dilapisi dengan siler dan kon dilumuri siler
3) ujung koronal kon dipotong dengan instrument panas
4) plugger dipanasi sampai merah dan plugger didorong ke dalam sepertiga koronal gutta
percha. Sebagian gutta percha koronal terbakar oleh plugger
5) sebuah kondenser vertikal dengan ukuran yang sesuai dimasukkan dan tekanan vertikal
dikenakan pada gutta percha yang telah dipanasi, untuk mendorong gutta percha yang
menjadi plastis kearah apical
6) aplikasi plugger panas dan kondensor diulangi sampai gutta percha plastis menutup
saluran akar. Bagian sisa saluran diisi dengan potongan tambahan gutta percha panas
7) bersihkan kamar pulpa dengan memakai kapas yang di basahi alkohol kemudian tutup
dengan restorasi sementara dan lakukan foto ronsen
8) jika pengisian sudah tepat, kontrol 1 minggu dan pembuatan restorasi akhir.
Sumber : Zulfi A. Root canal treatment in permanent teeth of children with gutta percha.
Jurnal PDGI. Vol. 65, No. 2, Mei-Agustus 2016. 60–67

Teknik pengisian single cone


Dilakukan pada gigi dengan saluran akar lurus dan diameter bulat sehingga dapat digunakan
satu guttap percha untuk setiap satu saluran akar.
Tahap pengisian saluran akar single cone:
- Mencoba guttap percha. Pada preparasi saluran akar konvensional, untuk mencoba guttap
percha dilakukan pemilihan guttap percha yang nomernya (diameter) sesuai dengan nomer
file terakhir yang digunakan pada preparasi saluran akar tersebut
- Guttap percha yang dipilih diberi tanda dengan pensil tinta sesuai dengan panjang kerja,
kemudian dengan menggunakan pinset dimasukkan kedalam saluran akar sebatas tanda
yang telah dibuat tadi. Diperiksa apakah guttap percha telah sesuai panjang dan
diameternya dengan mencoba menariknya keluar dengan menggunakan pinset, apakah
sudah menunjukkan initial fit di daerah apical yang baik.
- Lakukan Rontgen foto untuk Trial Guttap
- Sterilisasi ruang pulpa dengan obat saluran akar dilakukan setelah preparasi
saluran akar selesai atau setiap antar kunjungan walaupun preparasi saluran akar
belum selesai.
- Teteskan ChKM pada cotton pellet, peras dengan menjepitkan pada cotton roll,
letakkan pada orifice.
- Tumpatkan bahan tumpatan sementara pada kavitas sampai penuh dan padat.
- Bongkar tumpatan sementara dengan bur dan ekskavator
- Irigasi saluran akar dengan NaOCl
- Rekapitulasi saluran akar
- Irigasi saluran akar dengan NaOCl
- Lakukan pencampuran pasta saluran akar sesuai petunjuk pabrik
- Kemudian ulasi guttap percha yang telah disiapkan dengan pasta tersebut, sisa pasta
dimasukkan ke dalam saluran akar dengan menggunakan jarum lentulo.
- Masukkan guttap percha sampai panjang kerja pada saluran akar
- Guttap percha dipotong 1-2 mm dibawah dasar ruang pulpa (sebatas orifice)
dengan ekskavator yang ujungnya telah dipanaskan diatas api bunsen brander
sampai membara. Pilih diameter ekskavator yang dapat dengan mudah masuk
kedalam kavitas ruang pulpa.
- Tekan guttap percha dengan plugger sampai ± 1 mm di bawah orifice
- Isi kavitas dengan cotton pellet sampai penuh
- Lakukan Rontgen Foto untuk foto pengisian.
- Terakhir dasar kavitas ditutup dengan basis semen yang merata dan halus.
Sumber : BPSL. 2016-2017. Buku praktikum skill lab Konservasi gigi. Brawijaya. Jawa Timur

7. Prosedur pembuatan pasak

Prosedur pembuatan mahkota pasak adalah sebagai berikut:

1) pencetakan RA & RB menggunakan bahan cetak alginat, pengecoran dengan dental stone
untuk pembuatan model kerja, pembuatan mahkota sementara, retraksi gingiva dengan
hemostat sebelum melakukan preparasi,
2) preparasi gigi pada bagian labial, palatal, mesial, dan distal. Bagian labial dan palatal
dipreparasi dengan menggunakan bur fisur diamond. Bagian labial dikurangi sedalam 1
mm dengan membentuk akhiran shoulder palatal berbentuk chamfer. Pada bagian mesial
dan distal dilakukan pengurangan permukaan mesial dan distal sebanyak 0,5 mm.
Permukaan dinding dibuat lurus sampai ke permukaan gusi dan permukaan dinding
ferule harus memiliki kemiringan 5º ke arah oklusal.
3) Setelah itu dilakukan penghalusan permukaan labial, palatal, mesial, dan distal dengan
menggunakan bur final tapered diamond diameter 1,2 mm.
4) Pengambilan guttapercha dalam saluran akar dilakukan menggunakan Peso reamer.
Sebelumnya dilakukan analisis terlebih dahulu untuk menentukan berapa banyak
guttapercha yang akan dihilangkan dan dipertahankan, dan idealnya guttapercha
disisakan 1/3 dari panjang saluran akar atau atau sepanjang 3-4 mm.
5) Setelah preparasi selesai, dilakukan pengecekan hasil preparasi saluran akar dengan
pericompound.
6) Pencetakan hasil preparasi saluran akar dengan bahan inlay wax, kemudian model kerja
dikirim ke laboratorium untuk pembuatan pasak inti cor.
7) Setelah pasak inti siap, Try in pasak dan sementasi dilakukan dengan menggunakan GIC
Tipe I
8) Pencetakan dilakukan dengan mix impression (putty dan light body).
9) Pembuatan model kerja untuk pembuatan coping mahkota dengan oklusi yang telah
disesuaikan dilakukan dengan okludator.
10) Dilakukan try in koping mahkota dan penyesuaian ruang untuk mahkota porcelain.
Kemudian try in mahkota sebelum glazing.
11) Selanjutnya try in mahkota setelah glazing dan sementasi tetap dilakukan dengan
menggunakan GIC tipe I dan dicek oklusinya
12) Instruksi untuk pasien diberikan setelah pasien menggunakan pasak, diantaranya
menyikat gigi dengan teknik yang benar (tekanan ringan dengan sikat yang halus),
menggunakan dental floss untuk membersihkan daerah interdental, berhati-hati dengan
gerakan mengunyah di area anterior, dan datang kembali untuk kontrol 1 minggu dan 2
minggu setelah insersi.
sumber : Safira R., Putriani W. Restorasi Mahkota Pasak Dengan Ferrule Pasca Trauma
Gigi Anterior. Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan (2017)1(1):67-76

8. Indikasi dan kontraindikasi pasak

Mahkota pasak digunakan terutama pada gigi dengan kehilangan struktur mahkota dalam
jumlah besar. Pembuangan kamar pulpa akibat akses opening pada perawatan endodontic
menyebabkan gigi membutuhkan dukungan kembali, baik dari internal ataupun eksternal.

Indikasi pasak :

 Menjadi restorasi setelah perawatan endodontik pada gigi anterior maupun posterior
 Jika jaringan keras gigi yang tersisa tidak memiliki bentuk resistensi yang adekuat yaitu
pada gigi dengan kehilangan struktur gigi dalam jumlah besar dan membutuhkan
penutupan menyeluruh

Kontraindikasi pasak :

 Pada keadaan seperti terdapat tanda kegagalan perawatan endodontic


 Retensi restorasi maupun resistensi jaringan keras gigi dianggap tidak cukup untuk
direstorasi menggunakan bahan plastis
 Serta jika terdapat lateral stress akibat bruxism atau heavy incisal stress
Sumber : Effendy R. 2016. Kerusakan Gigi Pasca Perawatan Endodontik. Surabaya: Airlangga
University Press.

9. Jenis-jenis pasak
Pasak dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu fabricated post dan prefabricated post :
 Pasak Fabricated Post (custom made post atau pasak tuang)
Bahan pasak dari custom made adalah alloy dan porselen, di indikasikan untuk gigi
dengan akar tunggal, terutama pada gigi dengan sisa mahkota yang minimal.
 Pasak Prefabricated Post
Merupakan pasak jadi ( atau buatan pabrik ), bahan dari pasak ini yaitu alloy, stainless
steel, titanium, dan fiber reinforced polymer. Keuntungan dari penggunaan pasak
prefabricated adalah dapat dikerjakan dalam sekali kunjungan.
Sumber : Effendy,R. 2016. Kerusakan Gigi Pasca Perawatan Endodontik. Surabaya:
Airlangga University Press. Hal: 16-18

10. Jenis-jenis akhiran preparasi


Berdasarkan lokasinya dikenal tiga jenis akhiran preparasi, yaitu akhiran preparasi
supragingiva, akhiran preparasi subgingiva, dan akhiran preparasi setinggi gingiva.
Sedangkan menurut bentuknya dikenal empat macam akhiran preparasi, yaitu knife-
edge/feather edge, preparasi shoulder, preparasi bevel shoulder, dan akhiran preparasi
chamfer.
 Berdasarkan lokasi
- Penempatan akhiran preparasi supragingiva
Kontak restorasi mahkota logam porselen dengan daerah gingiva dapat dihindari
dengan menempatkan tepi restorasi pada supragingiva. Tepi akhir supragingiva
meningkatkan potensi untuk memperoleh kesehatan gingiva yang optimal di sekitar
gigi yang telah dipreparasi.
- Penempatan akhiran preparasi subgingiva
Berbagai penelitian, disimpulkan bahwa tepi subgingiva sebaiknya dihindari, kecuali
pada beberapa keadaan seperti kebutuhan estetik, karies pada subgingiva, restorasi
pada servikal, menambah panjang mahkota klinis, dan untuk menghasilkan kontur
mahkota yang lebih baik. Penempatan akhiran preparasi subgingiva memungkinkan
kesehatan jaringan gingiva dan jaringan periodontal dapat dipertahankan, tetapi
membutuhkan keterampilan dalam melakukan tindakan preparasi prosedur klinis yang
hati-hati agar tidak menciderai jaringan gingiva.
- Penempatan akhiran preparasi setinggi puncak gingiva
Penempatan akhiran preparasi setinggi puncak gingiva lebih baik hasilnya jika
dibandingkan dengan akhiran preparasi subgingiva, karena pada akhiran preparasi
setinggi puncak gingiva iritasi terhadap jaringan periodontal dijumpai lebih kecil

 Berdasarkan bentuk
- Knife edge
Bentuk knife-edge merupakan akhiran tepi servikal yang digunakan pula pada restorasi
yang terbuat dari bahan emas karena preparasinya dapat dibuat secara lebih mudah
dan pengambilan jaringan gigi tidak terlalu banyak, sehingga tidak membahayakan
jaringan pulpa gigi.
- Shoulder
Preparasi shoulder ini adalah preparasi yang mempunyai bahu mengelilingi seluruh
servikal sehingga disebut full shoulder atau partial shoulder jika hanya bagian
labial/bukal. Preparasi ini lebih menjamin adanya ruangan yang cukup di daerah
servikal terutama untuk kelompok restorasi metal porselen atau metal akrilik. Teknik
preparasi ini lebih sulit dan tidak mungkin dikerjakan pada gigi yang mempunyai ruang
pulpa yang besar.
- Bevel shoulder
Bentuk bevel shoulder ini digunakan sebagai akhiran tepi servikal pada restorasi metal
porselen, namun porselen tidak ditempatkan pada bagian bevelnya. Bagian bevel
biasanya ditempati oleh metal collar atau restorasi yang bagian leher/tepi servikalnya
terbuat dari logam
- Chamfer
Bell dkk yang dikutip oleh Reitemeier menyatakan bahwa preparasi dilakukan dengan
pengurangan setebal 1,5 mm, sudut garis internal yang membulat dan sudut
cavosurface sebesar 135°. Desain preparasi tepi ini sangat menguntungkan jika dipakai
untuk mahkota logam porselen, karena tepi logamnya dapat dibuat relatif tipis. Bentuk
chamfer seringkali digunakan sebagai akhiran tepi servikal dari restorasi yang terbuat
dari logam, namun bukan berarti bahwa bentuk chamfer ini lebih istimewa jika
dibandingkan dengan bentuk akhiran preparasi servikal lainnya
Sumber : Edy M. Desain preparasi gigitiruan cekat mempengaruhi kesehatan jaringan
periodontal. Dentofasial, Vol.7, No.1, April 2008:13-18.

Anda mungkin juga menyukai