Stambuk : 16220172004
Jawaban :
1. Tujuan perawatan endodontik adalah untuk mempertahankan vitalitas pulpa, merawat gigi
yang mengalami kerusakan dan nekrosis pulpa, serta merawat gigi yang mengalami
kegagalan perawatan sebelumnya agar gigi tersebut tetap dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, dan dapat bertahan selama mungkin dilengkung gigi didalam rongga mulut.
Sumber : Nisha garg., Amit garg. Text book of endodontics 2nd ed. Jaypee Brothers Medical
Publishers. New Delhi, India; 2010.
Sumber : Zulfi A. Root canal treatment in permanent teeth of children with gutta percha.
Jurnal PDGI. Vol. 65, No. 2, Mei-Agustus 2016. 60–67
5) Nekrosis pulpa
Nekrosis pulpa atau kematian pulpa adalah suatu kondisi setelah pulpitis yang tidak
diobati. Jaringan pulpa menjadi mati dan jika kondisinya tidak diobati.
Diagnosis
• Nyeri: Tidak ada pada nekrosis lengkap.
• Riwayat pasien mengungkapkan trauma masa lalu atau riwayat nyeri hebat yang telah
berlangsung selama beberapa waktu diikuti dengan penghentian nyeri secara total dan
tiba-tiba.
• Perubahan radiografi: Radiografi menunjukkan rongga besar atau restorasi atau
tampilan normal kecuali jika disertai periodontitis apikalis atau osteitis kondensasi.
• Tes vitalitas: Gigi tidak sesuai dengan tes vitalitas. Tetapi gigi yang memiliki banyak
akar dapat menunjukkan respon yang beragam karena hanya satu saluran yang memiliki
jaringan nekrotik. Kadang-kadang gigi dengan nekrosis likuifaksi dapat menunjukkan
respons positif terhadap tes elektrik ketika arus listrik dialirkan melalui kelembapan yang
ada di saluran akar.
• Pemeriksaan visual: Gigi menunjukkan perubahan warna seperti tampilan kusam atau
buram karena kurangnya tembus cahaya yang normal
• Histopatologi: Jaringan pulpa nekrotik, puing-puing seluler, dan mikroorganisme
terlihat di rongga pulpa. Jika ada keterlibatan periodontal bersamaan, mungkin ada
sedikit bukti peradangan.
Penyakit periapikal
1) Abses apikal akut
Adalah kumpulan nanah yang terlokalisasi di tulang alveolar di apeks akar gigi,
setelah kematian pulpa dengan perluasan infeksi melalui foramen apikal ke jaringan
periradikuler.
Diagnosa
• Pemeriksaan klinis.
• Tes vitalitas pulpa memberikan respon negatif.
• Nyeri pada perkusi dan palpasi.
• Gigi mungkin sedikit bergerak dan keluar dari soketnya.
• Radiografi membantu dalam menentukan gigi yang terkena karena dapat
menunjukkan karies atau bukti kerusakan tulang di apeks akar
Diagnosa;
Abses apikal kronis dapat berhubungan dengan gigi tanpa gejala atau sedikit gejala.
Pasien mungkin memberikan riwayat nyeri tajam mendadak yang mereda dan tidak
kambuh lagi. Pemeriksaan klinis mungkin menunjukkan paparan karies yang besar,
restorasi komposit, akrilik, amalgam atau logam, atau perubahan warna mahkota
gigi. Ini berhubungan dengan gejala hanya jika saluran drainase sinus tersumbat. Tes
vitalitas menunjukkan respon negatif karena adanya nekrotik pulpa.
5) Granuloma periapical
Granuloma periapikal adalah salah satu gejala sisa pulpitis yang paling umum.
Biasanya digambarkan sebagai massa jaringan granulasi yang meradang kronis yang
ditemukan di apeks gigi non vital
Gambaran klinis
• Sebagian besar kasus tidak bergejala tetapi kadang nyeri dan sensitivitas terlihat
saat eksaserbasi akut terjadi
• Gigi tidak sensitif terhadap perkusi
• Tidak ada mobilitas
• Jaringan lunak yang menutupi area mungkin / mungkin tidak lunak
• Tidak ada respons terhadap tes termal atau elektrik
• Kebanyakan, lesi ditemukan pada pemeriksaan radiografi rutin.
6) Kista radikuler
Kista radikuler adalah kista inflamasi yang terjadi akibat perluasan infeksi dari pulpa
ke jaringan periapikal sekitarnya.
Gambaran Klinis
• Kista seringkali asimtomatik. Biasanya ditemukan saat radiografi periapikal gigi
dengan pulpa nonvital diambil.
Insiden :
- Laki-laki lebih terpengaruh daripada perempuan.
• Usia:
– Insiden puncak terjadi pada dekade ketiga atau keempat.
• Letak :
- Tertinggi di rahang atas anterior
- Pada gigi posterior rahang bawah, timbul kista kecil yang terpisah dari setiap apeks
gigi multi-akar.
• Pembengkakan yang perlahan membesar, terkadang mencapai ukuran yang besar.
• Saat kista membesar, ukuran tulang yang menutupi menjadi tipis
• Di rahang atas, ekspansi palatum terutama terlihat pada kasus insisivus lateral
rahang atas.
• Gigi yang terkena biasanya nonvital, berubah warna, retak atau menunjukkan
kegagalan saluran akar
Tahap Preparasi :
1. Untuk preparasi saluran akar gunakan File type K dengan gerakan memutar kemudian
ditarik keluar saluran akar, yang sebelumnya telah diberi stopper sesuai panjang kerja.
2. File dimasukkan ke dalam saluran akar sebatas stopper yang diletakkan setinggi puncak
tertinggi bidang incisal.
3. File untuk preparasi digunakan secara berurutan mulai dari nomer terkecil yang dapat
masuk ke dalam saluran akar sesuai panjang kerja (pada setiap gigi tidak sama) sampai
nomer terbesar seimbang dengan diameter saluran akar.
4. Setiap penggunaan file untuk preparasi digunakan pelumas/pelunak dentin untuk
mengatasi penyumbatan saluran akar (gel EDTA, RC-Prep).
5. Selama preparasi dan setiap pengeluaran file dari saluran akar perlu dilakukan irigasi
dengan NaOCl dan aquadest yang dimasukkan dalam syringe untuk membersihkan sisa
jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah.
6. Bila terjadi penyumbatan dalam saluran akar sehingga panjang kerja tidak tercapai, maka
diulangi preparasinya menggunakan file yang lebih kecil kembali.
7. Tahapan preparasi selesai, jika jaringan dentin telah bersih dan halus (dapat dilihat dari
bersihnya jarum preparasi setelah dikeluarkan dari dalam saluran akar). Setelah preparasi
selesai, keringkan dengan paper point yang telah disterilkan.
Tahap Preparasi :
1. File dimasukkan ke saluran akar sesuai panjang kerja kemudian dilakukan gerakan
pull and push motion. Preparasi dimulai dari ukuran terkecil sampai nomer 25
sesuai panjang kerja. File nomer 25 disebut dengan master apical file (MAF).
2. Preparasi dilanjutkan dengan file nomer 30 dengan panjang kerja dikurangi 1mm
dari MAF.
3. Preparasi dilanjutkan lagi dengan file nomer 35 dengan panjang kerja dikurangi
2mm dari MAF.
4. File berikutnya nomer 40 dengan panjang kerja dikurangi 3mm dari MAF,
demikian pula untuk file berikutnya nomer 45 sampai 60 atau 80.
5. Setiap pergantian file, perlu dilakukan pengontrolan panjang kerja semula dengan
menggunakan file nomer 25. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyumbatan saluran akar oleh serbuk dentin yang terasah.
6. Selama preparasi dan setiap pengeluaran file dari saluran akar perlu dilakukan irigasi
dengan NaOCl dan aquadest yang dimasukkan dalam syringe untuk membersihkan
sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah.
7. Setiap penggunaan file untuk preparasi digunakan pelumas/pelunak dentin untuk
mengatasi penyumbatan saluran akar (gel EDTA, RC-Prep).
8. Tahapan preparasi selesai, jika jaringan dentin telah bersih dan halus (dapat
dilihat dari bersihnya jarum preparasi setelah dikeluarkan dari dalam saluran
akar). Setelah preparasi selesai, keringkan dengan papper point yang telah
disterilkan.
Sumber: BPSL. 2016-2017. Buku praktikum skill lab Konservasi gigi. Brawijaya. Jawa Timur
4. Mencoba gutta : Memilih gutta point sesuai standar ISO. Kemudian diberi tanda (sesuai
panjang kerja) dan dicoba dimasukkan ke dalam saluran akar dan diperoleh tug back
Dilakukan trial photo untuk mengetahui ketetapan dari gutta point (hermetis)
5. Dressing :Dressing menggunakan golongan kalsium hidrosksida metapste ultracal
maupun golongan antibiotic
1) pencetakan RA & RB menggunakan bahan cetak alginat, pengecoran dengan dental stone
untuk pembuatan model kerja, pembuatan mahkota sementara, retraksi gingiva dengan
hemostat sebelum melakukan preparasi,
2) preparasi gigi pada bagian labial, palatal, mesial, dan distal. Bagian labial dan palatal
dipreparasi dengan menggunakan bur fisur diamond. Bagian labial dikurangi sedalam 1
mm dengan membentuk akhiran shoulder palatal berbentuk chamfer. Pada bagian mesial
dan distal dilakukan pengurangan permukaan mesial dan distal sebanyak 0,5 mm.
Permukaan dinding dibuat lurus sampai ke permukaan gusi dan permukaan dinding
ferule harus memiliki kemiringan 5º ke arah oklusal.
3) Setelah itu dilakukan penghalusan permukaan labial, palatal, mesial, dan distal dengan
menggunakan bur final tapered diamond diameter 1,2 mm.
4) Pengambilan guttapercha dalam saluran akar dilakukan menggunakan Peso reamer.
Sebelumnya dilakukan analisis terlebih dahulu untuk menentukan berapa banyak
guttapercha yang akan dihilangkan dan dipertahankan, dan idealnya guttapercha
disisakan 1/3 dari panjang saluran akar atau atau sepanjang 3-4 mm.
5) Setelah preparasi selesai, dilakukan pengecekan hasil preparasi saluran akar dengan
pericompound.
6) Pencetakan hasil preparasi saluran akar dengan bahan inlay wax, kemudian model kerja
dikirim ke laboratorium untuk pembuatan pasak inti cor.
7) Setelah pasak inti siap, Try in pasak dan sementasi dilakukan dengan menggunakan GIC
Tipe I
8) Pencetakan dilakukan dengan mix impression (putty dan light body).
9) Pembuatan model kerja untuk pembuatan coping mahkota dengan oklusi yang telah
disesuaikan dilakukan dengan okludator.
10) Dilakukan try in koping mahkota dan penyesuaian ruang untuk mahkota porcelain.
Kemudian try in mahkota sebelum glazing.
11) Selanjutnya try in mahkota setelah glazing dan sementasi tetap dilakukan dengan
menggunakan GIC tipe I dan dicek oklusinya
12) Instruksi untuk pasien diberikan setelah pasien menggunakan pasak, diantaranya
menyikat gigi dengan teknik yang benar (tekanan ringan dengan sikat yang halus),
menggunakan dental floss untuk membersihkan daerah interdental, berhati-hati dengan
gerakan mengunyah di area anterior, dan datang kembali untuk kontrol 1 minggu dan 2
minggu setelah insersi.
sumber : Safira R., Putriani W. Restorasi Mahkota Pasak Dengan Ferrule Pasca Trauma
Gigi Anterior. Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan (2017)1(1):67-76
Mahkota pasak digunakan terutama pada gigi dengan kehilangan struktur mahkota dalam
jumlah besar. Pembuangan kamar pulpa akibat akses opening pada perawatan endodontic
menyebabkan gigi membutuhkan dukungan kembali, baik dari internal ataupun eksternal.
Indikasi pasak :
Menjadi restorasi setelah perawatan endodontik pada gigi anterior maupun posterior
Jika jaringan keras gigi yang tersisa tidak memiliki bentuk resistensi yang adekuat yaitu
pada gigi dengan kehilangan struktur gigi dalam jumlah besar dan membutuhkan
penutupan menyeluruh
Kontraindikasi pasak :
9. Jenis-jenis pasak
Pasak dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu fabricated post dan prefabricated post :
Pasak Fabricated Post (custom made post atau pasak tuang)
Bahan pasak dari custom made adalah alloy dan porselen, di indikasikan untuk gigi
dengan akar tunggal, terutama pada gigi dengan sisa mahkota yang minimal.
Pasak Prefabricated Post
Merupakan pasak jadi ( atau buatan pabrik ), bahan dari pasak ini yaitu alloy, stainless
steel, titanium, dan fiber reinforced polymer. Keuntungan dari penggunaan pasak
prefabricated adalah dapat dikerjakan dalam sekali kunjungan.
Sumber : Effendy,R. 2016. Kerusakan Gigi Pasca Perawatan Endodontik. Surabaya:
Airlangga University Press. Hal: 16-18
Berdasarkan bentuk
- Knife edge
Bentuk knife-edge merupakan akhiran tepi servikal yang digunakan pula pada restorasi
yang terbuat dari bahan emas karena preparasinya dapat dibuat secara lebih mudah
dan pengambilan jaringan gigi tidak terlalu banyak, sehingga tidak membahayakan
jaringan pulpa gigi.
- Shoulder
Preparasi shoulder ini adalah preparasi yang mempunyai bahu mengelilingi seluruh
servikal sehingga disebut full shoulder atau partial shoulder jika hanya bagian
labial/bukal. Preparasi ini lebih menjamin adanya ruangan yang cukup di daerah
servikal terutama untuk kelompok restorasi metal porselen atau metal akrilik. Teknik
preparasi ini lebih sulit dan tidak mungkin dikerjakan pada gigi yang mempunyai ruang
pulpa yang besar.
- Bevel shoulder
Bentuk bevel shoulder ini digunakan sebagai akhiran tepi servikal pada restorasi metal
porselen, namun porselen tidak ditempatkan pada bagian bevelnya. Bagian bevel
biasanya ditempati oleh metal collar atau restorasi yang bagian leher/tepi servikalnya
terbuat dari logam
- Chamfer
Bell dkk yang dikutip oleh Reitemeier menyatakan bahwa preparasi dilakukan dengan
pengurangan setebal 1,5 mm, sudut garis internal yang membulat dan sudut
cavosurface sebesar 135°. Desain preparasi tepi ini sangat menguntungkan jika dipakai
untuk mahkota logam porselen, karena tepi logamnya dapat dibuat relatif tipis. Bentuk
chamfer seringkali digunakan sebagai akhiran tepi servikal dari restorasi yang terbuat
dari logam, namun bukan berarti bahwa bentuk chamfer ini lebih istimewa jika
dibandingkan dengan bentuk akhiran preparasi servikal lainnya
Sumber : Edy M. Desain preparasi gigitiruan cekat mempengaruhi kesehatan jaringan
periodontal. Dentofasial, Vol.7, No.1, April 2008:13-18.