Gambar 1 Gigi 46 hipersensitif terhadap dingin dan manis beberapa bulan yang lalu namun sekarang gejala sudah hilang.
Saat ini tidak ada respon terhadap uji termal dan ada nyeri saat menggigit dan sakit pada saat diperkusi. Secara radiograf,
terdapat raiopasitas difus disekitar apikal akar. Diagnosis: nekrosis pulpa, periodontitis apikalsi simptomatik dengan
condensing osteitis. Perawatan endodontik non-bedah diindikasikan diikuti oleh restorasi crown. Seiring berjalannya waktu,
condensing osteitis seharusnya berkurang atau menghilang(1)
Gambar 2 Setelah pemasangan crown emaspada gigi 17, pasien mengeluh adanya sensitivitas terhadap dingin dan panas,
dan saat ini rasa tidak nyamannya terjadi secara spontan. Uji termal dingin menunjukkan nyeri bertahan pada gigi 12 detik
setelah stimulus dihilangkan. Respon terhadap perkusi dan palpasi norml, secara radiografik tidak terlihat perubahan pada
jaringan oseus periapikal. Diagnosis: Ireversibel pulpitis simptomatik, jaringan apikal normal. Diindikasikan untuk
perawatan endodontik nonbedah.(1)
Gambar 3 Gigi 36 menunjukkan adanya radiolusensi apikal yang cukup besar mencakup akar mesial dan distal dengan
keterlibatan furkasi. Probing periodontal dari semua aspek menunjukkan kedalaman yang normal. Gigi tidak merespon
terhadap dingin, perkusi dan palpasi menunjukkan respon normal. Terdapat drainase sinus tract pada area mid-fasial dari
attached gingiva yang kemudian dilakukan penelusuran dengan gutta percha. Terdapat karies sekunder pad amargin distal
dari restorasi crown. Diagnosis: nekrosis pulpa, abses apikalis kronis. Perawatan yang diindikasikan adalah pelepasan
crown, perawatan endodontik non-bedah, dan pemasangan crown baru(1)
Gambar 4 Gigi 26 sudah pernah dirawat saluran akar 10 tahun yang lalu. Pasien mengeluh nyeri ketika menggigit selama
tiga bulan belakangan. Pada foto radiograf ditemukan radiolusensi pada apikal akar gigi tersebut. Gigi terasa nyeri saat di
perkusi. Diagnosis: previously treated, periodontitis apikalis simptomatik. Indikasi untuk perawatan ulang endodontik.(1)
Klasifikasi Torabinejad(2)
1. Jaringan apikal normal
2. Periodontitis apikalis simptomatik
3. Periodontitis apikalis asimptomatik
4. Condensing osteitis
5. Abses apikalis akut
6. Abses apikalis kronis
Klasifikasi Grossman(3)
Penyakit pulpa merupakan salah satu penyebab adanya penyakit pada jaringan periradikular.
Karena adanya hubungan antara pulpa dan jaringan periradikular, inflamasi pulpa
menyebabkan adanya perubahan inflamatori pada ligament periodontal bahkan sebelum
pulpa menjadi nekrosis total. Bakteri dan toksinnya, agen imun, debris jaringan, dan produk
nekrosis jaringan dari pulpa mencapai area periradikular melalui berbagai foramen pada
saluran akar dan menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi dan imunologi. Trauma juga dapat
menyebabkan penyakit periradikular. Penyakit periradikular dapat diklasifikasikan
berdasarkan etiologi, gejala, dan temuan histopatologi. Klasifikasi berdasarkan temuan klinis
pada penyakit jaringan periradiklar tertera pada gambar dibawah ini:
Tabel 1 Klasifikasi Penyakit Periradikular (Grossman 2013)(3)
Gambar 5 (Kiri) Gambaran jaringan periradikular yang normal pada gigi dengan periodontitis apikalis simptomatik setelah
pembuatan restorasi karies dalam dengan kontak oklusal yang abnormal.(3) (Kanan) Perubahan periradikuar minimal pada
gigi dengan apikal periodontitis simptomatik(2)
Diferensial diagnosis
DD dari periodontitis apikalis simptomatik adalah abses alveolar akut. Abses
alveolar akut merupakan stase lanjutan dari periodontitis apikalis akut, dengan
adanya kerusakan pada jaringan periradikular, sedangkan periodontitis apikalis
hanya merupakan reaksi inflamasi pada periodontal ligament.(3)
Bakteriologi
Pulpa dan jaringan periradikular dapat terjaga tetap steril jika periodontitis
disebabkan oleh trauma, trauma oklusi, atau iritasi kimia atau mekanis saat
perawatan endodontik. Pada kasus lain, bakteri atau toksik yang ada di saluran
akar dapat terdorong atau tumbuh melewati foramen apikal dan mengiritasi
jaringan periodonsium di apikal(3)
Histopatologi
Reaksi inflamasi terjadi pada ligament periodontal di apikal. Pembuluh darah
terdilatasi, adanya PMN dan akumulasi eksudat serosa menyebabkan ligament
periodontal di apikal melebar dan gigi sedikit terekstrusi. Jika iritasi parah dan
berkelanjutan, osteoklas akan teraktivasi dan dapat merusak tulang
periradikular, sehingga periodontitis apikalis akan berprogres menjadi abses
alveolar(3)
Perawatan
Perawatan terdiri dari mengetahui dan mengeliminasi etiologi dan
meringankan gejala. Penting untuk mengetahui apakan periodontitis apikalis
terjadi pada gigi yang vital atau nekrosis. Penyesuaian oklusi (pada kasus
hiperoklusi), penghilangan iritan (pada kasus pulpa terinfeksi nonvital), dan
pengangkatan eksudat peruapikal merupakan perawatan yang dapat segera
dilakukan untuk meringankan rasa sakit. Ketika fase akut sudah lewat, maka
perawatan endodontik dilanjutkan.(3)
Prognosis
Umumnya baik. Adanya gejala dari periodontitis apikalis simptomatik ketika
perawatan endodontik sedang berlangsung tidak mempengaruhi hasil/
keberhasilan perawatan(3)
R
Gambar 6 Pembengkakan ekstraoral pada kasus abses apikalis akut
Gambar 7 Perubahan radiografis awal yang terlihat pada gigi dengan lesi abses alveolar akut
Diferensial diagnosis
Harus dibedakan dari abses periodontal. Pada abses periodontal, infeksi
berasal dari jaringan periodonsium dan terasosiasi dengan poket periodontal
yang ada dan adanya nyeri ringan dan pembengkakan jaringan lunak yang
terletak pada midseksi akar atau midseksi border gingiva, bukan pada apikal
gigi. Ketika di tekan, pus pada kasus abses periodontal dapat keluar melalui
sulkus gingiva. Abses periodontal umumnya terasosiasi dengan gigi vital.(3)
Histopatologi
Infiltrasi leukosit PMN dan akumulasi cepat dari eksudat inflamasi sebagai
respon terhadap ingeksi membuat ligament periodontal melebar dan membuat
gigi terasa panjang. Kemuian, jika proses terus berlanjut, fiber periodontal
akan terpisah dan gigi akan mengalami kegoyangan. Ketika jaringan tulang
pada apikal gigi teresorpsi, dan ketika lebih banyak PMN mati setelah
memfagosit bakteri, maka terbentuk pus. Secara mikroskopik, akan terlihat
ruang kosong dimana supurasi mulai terbentuk dan dikelilingi oleh PMN dan
beberapa mononuclear sel. Saluran akar dapat ditemukan tanpa adanya
jaringan, melainkan sumbatan debris dan mikroorganisme dapat ditemukan(3)
Perawatan
Perawatan emergensi termasuk membuat drainase dan mengontrol reaksi
sistemik(3)
Prognosis
Prognosis umumnya baik, bergantung terhadap derajat keterlibatan jaringan
dan jumlah kerusakan jaringan. Meskipun gejala abses apikalis akut dapat
terasa cukup parah, nyeri dan pembengkakan akan hilang jika drainase yang
baik dapat didapatkan. Pada kebanyakan kasus, gigi dapat diselamatkan
dengan perawatan endodontik. Jika material purulesi telah keluar melalui
sulkus gingiva dan jaringan periodonsium telah mengalami kerusakan yang
parah, prognosis akan menurun. Pada beberapa kasus, perawatan endodontik
dan periodontal akan mengembalikan gigi ke kesehatan fungsional.(3)
Gambar 8 Abses apikalis akut pada gigi abutmen gigi tiruan permanen
Etiologi
Ketika penyakit periradikular berada dalam fase equilibrium, jaringan
periradikular asimptomatik. Terkadang, stimulus noksius dari pulpa
terinflamasi dapat menyebabkan respon inflamasi pada lesi dorman tersebut.
Terdorongnya toksim bakteri dari saluran akar atau iritasi yang terjadi ketika
preparasi saluran akar dapat memicu terjadinya respon inflamasi akut
Gejala
Awalnya, gigi dapat terasa sedikit nyeri saat dipalpasi. Ketika inflamasi
berlanjut, gigi akan sedikit terangkat dan gigi terasa sensitif. Mukosa diatas
area radicular dapat terlihat kemerahan dan bengkak, dan nyeri ketika di
palpasi.
Diagnosis
Eksaserbasi dari lesi kronis umumnya terasosiasi dengan inisiasi perawatan
saluran akar pada gigi yang asimptomatik. Radiograf menunjukkan lesi
periradikular yang berbatas jelas. Pasien dapat mengeluhkan riwayat trauma
yang kemudian menyebabkan diskolorasi gigi setelah beberapa waktu atau
adanya riwayat nyeri yang saat ini sudah tidak ada. Respon terhadap uji
vitalitas negative. Pada beberapa kasus (sangat jarang), gigi dapat merespon
positif terhadap uji elektrik karena adanya cairan di dalam saluran akar atau
pada gigi yang memiliki akar banyak (parsial nekrosis)
Diferensial diagnosis
Eksaserbasi akut dari lesi kronis menyebabkan gejala yang mirip dengan abses
apikalis akut. Karena perawatan pada kedua lesi sama, maka tidak diperlukan
diferensial diagnosis. Dapat dibedakan dari abses apikalis akut dari tampakan
radiografis yang hanya menunjukkan pelebaran pada ligament periodonsium.
Kasus ini dapat dibedakan dari pulpitis ireversibel dengan melakukan uji
vitalitas pulpa.
Histopatologi
Area nekrosis likuefaksi dengan neutrophil PMN terdisintegrasi dan debris
selular terdapat pada lesi. Area ini dikelilingi oleh infiltrasi makrofag dan
sejumlah limfosit dan sel plasma.
Perawatan
Perawatan endodontik seperti pada abses apikalis akut
Prognosis
Baik ketika gejala sudah dapat dieliminasi
Gambar 11 Periodontitis apikalis asimptomatik pada gigi yang tidak diobturasi secara adekuat
Histopatologi
Secara histologis, lesi periodontitis apikalis asimptomatik diklasifikasikan
sebagai granuloma. Granuloma periaoikal terdiri dari jaringan granuloma yang
diinfiltrasi oleh sel mast, makrofag, limfosit, sel plama, dan leukosit PMN.
Jaringan granulomatosa yang menggantikan tulang alveolar dan ligament
periodontal memiliki diameter yang beragam dari 1mm hingga 1cm bahkan
bisa lebih besar. Jaringan tersebut terdiri dari kapsul fibrosa yang terhubung
dengan periodontal ligament dan bagian dalam dari jaringan ikat dan
pembuluh darah. Jaringan tersebut terdiri dari jaringan pembuluh dara,
fibroblast dari periodontal ligament, dan infiltrasi moderat dari limfosit dan sel
plasma. Di dalam ligament periodontal di dekat border smental terdapat
kluster sel epitel yang disebut cell rests of Malassez. Sel malassez terbentuk
dari Hertwig’s sheath dan merupakan sisa dari organ enamel.(2,3)
Seiring dengan berlanjutnya proses inflamasi, eksudat akan terakumulasi di
dalam tulang alveolar di sekitar gigi. Proses ini diikuti oleh penghilangan
jaringan oseus yang mati oleh makrofag atau giant cells, sementara pada area
perifer fibroblast secara aktif membuat dinding fibrosa. Periodontitis apikalis
kronis dapat mengandung sel makrofak yang mengandung material lipid dan
kolesterol. Tulang alveolar pada perifer lesi dapat menunjukkan adanya
resorpsi, dandapat ditemukan juga osteoklas. Dapat terjadi resorpsi eksterna
pada akar yang disebabkan oleh aktivitas sementoklas atau hipersementosis
yang disebabkan oleh aktivitas sementoblas.(2,3)
Perawatan
Eliminasi penyebab inflamasi dengan perawatan saluran akar akan
menginduksi resorpsi jaringan granulomatosa dan perbaikan (repair) jaringan
dengan tulang trabekula.(3)
Prognosis(3)
Sangat baik.
Gambar 12 Gumboil
Titik dimana pus keluar ke rongga mulut bergantung kepada ketebalan tulang
alveolar dan jaringan lunak diatasnya. Pus mengambil jalur dengan resistensi
paling rendah.
Gambar 13 (a) Abses apikalis kronis dengan drainase sinus pada mukosa bukal terkait dengan perawatan saluran akar
pada gigi molar (b) Gutta percha tracing dilakukan untuk menentukan sumber infeksi (c) Kon gutta percha terlihat secara
radiograf mendetaksi asal infeksi yaitu akar distal gigi molar kedua
Pada rahang atas, jalur sinus umumnya melalui plat alveolar labial yang lebih
tipis dibanding plat alveolar palatal. Supurasi dari lateral incisor rahang atas
dapat keluar melalui mukosa palatal karena akar gigi incisor lateral rahang
atas lebih dekat dengan tulang palatal.
Pada rahang bawah, pembengkakan umumnya terjadi pada vestibulum di
sekitar plat alveolar bukal, namun dapat juga ditemukan pada dinding alveolar
lingual karena posisi akar di tulang alveolar.
Gambar 14 Bukaan sinus pada intraoral dan ekstraoral
Diagnosis
Tanda utama dari kerusakan jaringan osseus dapat dilihat dengan gambaran
radiografis yang menunjukkan lesi radiolusensi di area apikal atau adanya
diskolorasi gigi. Foto radiograf yang dilakukan setelah gutta percha
dimasukkan ke dalam sinus tract menunjukkan gigi yang terlibat dengan
menelusuri sinus tract ke area asalnya. Pada beberapa kasus, sinus tract dapat
ditemukan jauh dari asalnya. Ketika terdapat kavitas yang terbuka lebar,
drainase dapat terjadi melalui saluran akar ke korona. Gambaran radiograf
menunjukkan penebalan ligament periodontal. Area rarefaksi dapat terlihat
difus seperti tulang normal. Pasien umumnya mengeluhkan riwayat nyeri
tajam yang telah hilang, atau riwayat trauma. Pada pemerksaan klinis dapat
ditemukan kavitas, restorasi pada korona dimana dapat terjadi kematian pulpa
tanpa adanya gejala. Pada kasus lain, pasien mengeluhkan sakit pada saat
mengunyah. Pada uji termal dan uji elektrik hasilnya negatif.
Diferensial diagnosis
Periodontitis apikalis dan kista odontogenik. Harus dilakukan pemeriksaan
klinis, radiografis, dan histologis untuk mendapatkan diagnosis yang benar-
benar akurat.
Histopatologi
Perawatan
Eliminasi infeksi di dalam saluran akar (perawatan endodontik)
Prognosis
Bergantung kepada cleaning, shaping, dan obturasi saluran akar. Faktor lain
seperti status periodontal, dan restorasi juga membantu menentukan prognosis.
Etiologi
Kista radicular dapat disebabkan oleh injuri fisik, kimia, atau bakteria yang
menyebabkan kematian pulpa diikuti dengan stimulasi dari epithelial rests of
Malassez, yang normalnya ada pada ligament periodontal. Menurut Nair, kista
periapikal berkembang dari sisa jaringan epitel dorman yang berproliferasi
dibawah pengaruh sitokin inflamasi dan growth factors yang dilepaskan oleh
sel-sel pada lesi.
Kista radicular dapat berkembang dari abses yang sebelumnya ada. Ketika
abses terbentuk pada jaringan ikat dan dikelilingi oleh jaringan epitel yang
berproliferasi, maka akan menghasilkan kista.
Dua jenis dari kista radicular adalah:
1. Periapical pocket cyst: terdiri dari kavitas yang dibatasi oleh jaringan
epitel yang terbuka ke saluran akar dari gigi yang terkait. Kista ini
kemungkinan besar diinisiasi oleh akumulasi neutrophil di sekitar foramen
apikalis yang merespon terhadap keberadaan biofilm mikroba pada apikal
saluran akar. Mikroabses terbentuk dan dilapisi oleh epitel yang
berproliferasi, membentuk collar dengan perlekatan epitel pada ujung
akar.
Gambar 16 Magnifikasi gambaran CBCT menunjukkan lumen dari kista dengan epitelium lining terbentuk pada ujung akar
dan terkoneksi dengan foramen apikal akar
Gambar 17 Gambaran CBCT periapical true cyst menunjukkan bahwa lumen kista benar-benar tertutup dengan jaringan
epitel tanpa komunikasi ke saluran akar. Kista periapikal ini terbentuk dari periodontitis apikalis yang persisten
Gejala
Tidak ada gejala, kecuali adanya nekrosis pada gigi. Tekanan dari kista dapat
menyebabkan mobilitas gigi atau menyebabkan gigi terdorong keluar dari
susunannya. Jika dibiarkan tidak dirawat, kista dapat terus membesar di dalam
maksila atau mandibular.
Diagnosis
Reaksi terhadap uji elektrik atau termal negative, respon terhadap perkusi dan
palpasi normal. Kista umumnya ditemukan melalui gambaran radiograf.
Pasien dapat mengeluhkan riwayat sakit.
Karakteristik gambaran radiografisnya adalah hilangnya lamina dura dengan
area radilusen. Area radiolusen pada kista biasanya berbentuk membulat
kecuali pada kasus dimana kista membesar ke gigi tetangganya, kista dapat
berbentuk lonjong. Outline kista berbatas jelas (radiopak tipis). Area
radiolusensi umumnya lebih besar dibandingkan pada abses apikalis kronis
dan dapat melibatkan lebih dari satu gigi.
Diferensial diagnosis
Lesi kista radicular yang kecil sulit dibedakan secara radiograf dengan
periodontitis apikalis asimptomatik. Akan tetapi, kista umumnya berukuran
lebih besar dibandingkan dengan lesi periodontitis apikalis dan dapat
menyebabkan akar gigi tetangganya bergeser menjauh karena tekanan terus-
menerus dari akumulasi cairan kista. Klinisi harus dapat membedakan kista
radicular dengan kavitas tulang normal seperti foramen insisivus. Kavitas
normal pada tulang akan terlihat terpisah jika foto diambil dari angel berbeda,
sementara kista akan tetap lekat dengan apeks gigi meskipun posisinya diubah.
Kista radicular harus dibedakan dengan kelainan periapikal yang tidak
disebabkan oleh kematian pulpa, seperti kista globulomaksila, kista lateral
periodontal, dan traumatic bone cyst.
Gambar 19 Kista lateral periodontal
Perawatan
Enukleasi surgikal tidak direkomendasikan pada semua kasus. Pada 80%-98%
kasus, terjadi penyembuhan pada area rarefaksi setelah perawatan saluran
akar. Persentase dari area ini dapat termasuk kasus kista. Perawatan yang
diindikasikan adalah perawatan saluran akar nonsurgical yang diikuti oleh
evaluasi periodic. Perawatan bedah diindikasikan jika lesi tidak mengalami
resolusi atau jika kista membesar.
Prognosis
Bergantung terhadap jumlah tulang yang mengalami kerusakan, kondisi gigi,
dan aksesibilitas perawatan.
d. Kondensing osteitis
Definisi
Merupakan variasi dari periodontitis apikalis asimptomatik yang ditandai
dengan lesi radiopak difus yang dipercaya merepresentasikan reaksi local
tulang kortikal (peningkatan densitas tulang) terhadap stimulus inflamasi
/iritan low-grade persisten. Umumnya terlihat pada apeks gigi yang telah
mengalami penyakit pulpa cukup lama.
Etiologi
Iritasi ringan dari penyakit pulpa (inflamasi atau nekrosis) yang menstimulasi
aktivitas osteoblast pada tulang alveolar.
Gejala
o Asimptomatik.
o Pada beberapa kasus dapat sensitif terhadap palpasi atau perkusi
Diagnosis
Ditentukan dari gambaran radiograf yang menunjukkan area radiopak
terlokalisasi yang mengelilingi gigi terkait. Terlihat seperti area tulang dengan
pola trabekulasi yang tidak terlalu terlihat. Sering ditemui pada gigi posterior
mandibular.
Perawaatan
Eliminasi iritan/stimulus. Perawatan endodontik harus dilakukan jika ada
gejala ireversibel pulpitis.
Prognosis
Sangat baik jika perawatan saluran akar dilakukan dan restorasi adekuat. Lesi
condensing osteitis dapat bertahan setelah perawatan endodontik
Etiologi
Belum diketahui secara pasti, namun diduga karena adanya inflamasi
periradikular yang disebabkan oleh trauma, tekanan berlebihan, granuloma,
kista, tumor, bleaching gigi, impaksi gigi tetangga, dan reaksi dari penyakit
sistemik. Jika tidak ditemukan salah satu dari penyebab diatas, maka disebut
sebagai resorpsi idiopatik. Disebabkan oleh reaksi osteoklas pada permukaan
akar gigi. Secara mikroskopik, gambarannya beragam dari area kecil resorpsi
sementum yang digantikan dengan jaringan ikat atau oleh sementum baru,
area luas resorpsi yang digantikan oleh jaringan oseus, hingga area “scoped
out” yang digantikan oleh jaringan inflamasi atau neoplastik
Gejala
Pada saat proses perkembangannya asimptomatik. Namun ketika akar sudah
teresorpsi secara menyeluruh, akan ditemukan mobilitas gigi. Jika resorpsi
eksterna akar berlanjut hingga ke mahkota, akan menyebabkan gambaran
“pink tooth” seperti pada resorpsi interna. Pada resorpsi akar tipe ankilosis
dimana struktur akar digantikan oleh tulang sehingga gigi immobile, akan
terdengan suara perkusi seperti suara perkusi metal.
Gambaran radiograf: dapat berupa area konkaf radiolusen pada permukaan
saluran akar, area radiousen irregular pada permukaan saluran akar, atau
penumpulan pada ujung akar. Pada gigi ankylosis gigi tidak memiliki ligamen
periodontal namun digantikan dengan tulang yang menggantikan area defek
resorpsi
Gambar 21 (Kiri) Resorpsi permukaan eksternal akar (Tengah) Resorpsi eksternal akar inflamatori (Kanan) Ankylosis
(external replacement resorption)
Gambar 22 Resorpsi eksterna akar yang mengalami ekstensi ke mahkota sehingga menyebabkan gambaran “pink tooth”
4. Apikal periodontitis persisten
Merupakan periodontitis apikalis yang tetap ada setelah gigi telah diberikan
perawatan saluran akar
Periodontitis apikalis dapat bertahan setelah perawatan saluran akar salah satunya
karena adanya kompleksivitas dari anatomi saluran akar yang tidak dapat
terjangkau oleh instrumen atau oleh irigasi dan medikamen intrakanal. Area
tersebut juga mungkin tidak dapat terisi oleh material obturasi
Etiologi lainnya pada kasus periodontitis apikalis persisten antaralain adanya
biofilm apikal, infeksi aktinomikosis, kristal kolesterol, granuloma selulose, scar
tissue periapikal, dan juga dapat merupakan reaksi asing tubuh terhadap gutta
percha.
Gambar 23 Periodontitis apikalis persisten pada gigi yang sudah dirawat endodontik
Granuloma(4)
o Merupakan reaksi inflamasi kronis yang terdiri dari jaringan granulomatosa
yang diinfiltrasi oleh limfosit, sel plasma, dan makrofak. Lesi ini dapat
diselubungi oleh jaringan epitelium ataupun tidak.
o Seringkali, untuk membedakan antara granuloma dengan abses ataupun kista
sulit dilakukan secara radiografis, sehingga harus dilakukan secara histologis
Selulitis fasial(4)
o Terjadi ketika pus dari gigi yang terinfeksi menyebar ke jaringan sekitarnya
o Merupakan kelanjutan dari perkembangan abses yang tidak dirawat
o Penyebaran pus mengikuti jalur yang memiliki resistensi paling rendah, seperti
facial plane diantara otot fasial
o Memiliki potensi menjadi serius dan mengancam keselamatan sehingga
membutuhkan perawatan emergensi
o Dapat disebabkan oleh sistem saluran akar yang terinfeksi
o Ketika dilakukan palpasi terasa keras dan tidak fluktuan
Seleksi kasus yang tepat sebelum melakukan perawatan endodontik sangat penting untuk
dilakukan untuk menghindari terjadinya kegagalan perawatan dan membantu meningkatkan
angka keberhasilan perawatan endodontik. Sebelum melakukan seleksi kasus, klinisi harus
mempertimbangkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari perawatan, antara
lain:(5)
Status kesehatan umum dan riwayat sistemik pasien
Anatomi saluran akar
Ukuran restorasi yang telah ada
Keberadaan patosis periradikular
Interpretasi radiograf
Derajat kesulitan dalam menentukan lokasi, melakukan shaping dan cleaning, dan
melakukan obturasi saluran akar
Status kesehatan periodontal gigi
Keberadaan fraktur akar atau fraktur mahkota
Keberadaan resorpsi akar
Keinginan, motivasi, kooperasi, dan ambang batas sakit pasien
Keahlian operator
Pada mayoritas kasus, seleksi kasus dapat dilakukan berdasarkan interpretasi radiografik. Apa
yang tidak terlihat pada pemeriksaan radiograf, umumnya akan ditemukan pada saat proses
perawatan saluran akar dilakukan. Pemeriksaan radiograf pada umumnya dapat menemukan
beberapa masalah berikut ini: (5)
Besarnya keterbatasan karies pada gigi
Lesi periradikular
Resorpsi interna dan eksterna
Fraktur gigi atau akar
Status periodontal gigi
Kompleksivitas dari anatomi gigi
Fusi
Gigi atau akar supernumerary
Akar dilaserasi atau bengkok
Resorpsi patologis ujung akar
Apeks terbuka lebar pada gigi permanen muda
Saluran akar yang terkalsifikasi
Obstruksi di dalam saluran akar
Pulp stone yang berada pada kamar pulpa atau saluran akar
Dens invaginatus
Geminasi
Obturasi pada gigi yang telah dirawat saluran akar